PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Permenkes, 2014). Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber
penularan adalah pasien TB BTA positif. Sampai saat ini TB masih menjadi masalah
kesehatan yang utama diberbagai Negara di dunia. World Health Organitation (WHO)
memperkirakan antara tahun 2002-2020 akan ada sekitar satu miliar manusia
terinfeksi TBC, jika dihitung pertambahan jumlah pasien TBC, akan bertambah
sekitar 2,8-5,6 juta setiap tahun dan 1,1-2,2 juta jiwa meninggal setiap tahun
(Anggreini DS. 2017). World Health Organitation (WHO) menyatakan bahwa 1/3
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberculosis (Suharyo, 2013). Lagi laporan
World Health Organitation (WHO) 9,6 juta orang sakit karena TB paru, 1,5 juta orang
Tuberkulosis dapat menyerang siapa saja, dari semua golongan, segala usia,
jenis kelamin dan semua status sosial-ekonomi. Sekitar 75% pasien TB adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan
seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-
30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Dirjen
pembunuh massal (Anggreini DS 2017). Oleh karena itu, perlu kita sadari kembali
bahwa TBC adalah penyakit yang sangat perlu mendapat perhatian untuk di
1
2
melalui udara pada saat penderita TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah
dan berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC kepada 10-15 orang
dalam satu tahun (Anggreini DS, 2017). Sejak tahun 1995 program Pemberantasan
tinggi, Bank dunia mengatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang. Gejala umum TB pada
orang dewasa adalah batuk yang terus menerus dan berdahak selama dua minggu atau
lebih bila tidak diobati maka setelah lima tahun sebagian besar (50%) pasien akan
Di Indonesia salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah masih
banyaknya kasus TB yang hilang atau tidak terlaporkan ke program. Pada tahun 2017
diperkirakan ada sekitar 130.000 kasus TB yang ada tetapi belum terlaporkan (Dirjen
Diperkirakan setiap tahun terjadi kasus baru TBC, dengan sekitar 1/3 penderita di
pemerintah dan swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan
jumlah kasus tuberculosis setelah India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu
kasus . Berdasarkan hasil survey Tuberkulosis Global (2013), yang dirirlis oleh World
Health Organitation (WHO) pada tahun 2015, jumlah penemuan kasus baru TB di
Indonesia mencapai 1 juta per tahun. Ini meningkat dari kondisi pada tahun 2014,
dengan penemuan 460.000 kasus baru. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada
penderita TB Paru (Profil Kesehatan RI, 2017). Dari Dinkes Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2014 memperhitungkan sasaran penemuan kasus baru TB paru BTA
Salah satu indikator yang diperlukan dalam pengendalianTB paru adalah Case
Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang
ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut, kasus TB yang telah ditemukan akan mendapatkan
pengobatan selam enam bulan, hasil pengobatan tetap perlu diperhatikan yaitu berapa
pasien dengan pengobatan lengkap, meninggal, gagal, putus berobat (lost to follow
up).
Provinsi Sulawesi Selatan, dilihat dari posisi geografis dari Kabupaten Luwu Timur
penyakit TB Paru. Hal ini dikarenakan Kabupaten ini berada di jalur lintas Sulawesi
yang sangat tinggi mobilitas penduduknya, sehingga masuk dan keluarnya penyakit
tidak terdeteksi dengan baik. Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur tahun 2017
Angka Case Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus BTA + di Kabupaten
Luwu Timur tahun 2017 adalah sebanyak 204 orang dan pada tahun 2018 sebanyak
Dalam dua tahun terakhir angka kejadian TB paru meningkat pesat, hal ini
desa.
delapan dari 10 penyakit terbesar pada tahun 2016 (Profil, Puskesmas, 2016).
yang ada penyakit TB Paru ini merupakan penyakit menular yang dapat menyebar
pada tahun 2018 jumlah pasien penyakit TB paru BTA + sebanyak 21 pasien , 21
pasien dinyatakan tahap pengobatan dan tidak ada konfirmasi atau evaluasi sehingga
tingkat kesembuhannya tidak dapat diketahui karena para pasien ini tidak melakukan
pemeriksaan sputum pada tahap akhir , sedangkan suspek TB paru yang ada pada
Pada tahun 2016 kasus kejadian penyakit TB paru juga tetap ada sebanyak 37
pasien TB paru BTA+ diobati, keseluruhan pasien ini tidak diketahui kesembuhannya
karena tidak satupun pasien ini memeriksakan sputum pada tahap akhir pengobatan,
Hal ini perlu mendapat perhatian karena ada kemungkinan pasien ini menjadi carier,
kambuh dan bisa menularkan ke orang lainnya. Untuk itu penulis tertarik melakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
menjalankan program minum obat anti tuberkolosis yang dianjurkan oleh tim
medis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep
Kes, 2011).
terhadap asam pewarna yang disebut juga Basil Tahan Asam (BTA). TB
Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh kuman
2. Kuman Tuberculosis
4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarna. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan
lipid, yang membuat lebih tahan asam. Bisa bertahan hidup bertahun-
tahun. Sifat lain adalah aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen,
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat
TBC saat batuk, dimana pada anak-anak pada umumnya sumber infeksi
adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk
(terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah) bahkan
bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau
yang lain seperti otak, ginjal saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening
tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada
membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, ruag inilah yang nantinya
sekitar 4-6 minggu (Depkes. 2010) sebagian besar kuman- kuman TB Paru
yang berada dan masuk ke paru orang yang teratur mengalami fase domant
dan muncul bila tubuh mengalami penurunan kekebalan, gizi buruk, atau
menderita HIV/AIDS.
11
11
udara sebagai aerosol (partikel yang sangat kecil). Partikel aerosol ini
destruksi paru. Bagian paru yang telah rusak atau dihancurkan ini akan
paru untuk dikeluarkan dengan reflek batuk. Oleh karena itu pada
bervariasi besarnya dari kecil (1-3 cm) sampai besar (>3cm) dan besar
sekali pada foto rontgen paru kelihatan seperti flek pada paru.
Respon lain yang dapat terjadi pada darah nekrosis adalah pencairan,
dalam proses ini bahan cair akan dibuang ke broncus dan menimbulakan
suatu rongga. Bahan tuberkel yang dikeluarkan dari dinding rongga akan
peradangan aktif.
darah organisme yang melewati kelenjar getah bening dalam jumlah kecil
5. Gejala-Gejala TB Paru
a. Gejala Utama
b. Gejala Tambahan
2) Batuk darah
selain TB Paru. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan
6. Pengobatan TB paru
obat antibiotik, yang lebih lanjut dikenal dengan sebutan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis), sangat penting bagi kita untuk mengetahui jenis obat, anturan
Penyakit TBC adalah kondisi serius yang dapat berakibat fatal jika tidak
diobati dengan tuntas, karena terbukti bahwa kematian jarang terjadi jika
sedang menjalani proses pengobatan, karena obat TBC harus diminum secara
rutin selama setidaknya enam bulan bahkan lebih lama pada kasus-kasus yang
lebih berat, tentu diperlukan pemahaman yang baik demi kepatuhan dalam
meminum obat.
paket obat TBC (OAT) yang harus diminum selama enam bulan, obat ini
a. Dua antibiotik; isoniazid (INH/H) dan rifampicin (R) yang harus diminum
selama 6 bulan, setiap hari selama dua bulan pertama, dan tiga kali
Pengobatan ini akan bervariasi sesuai kondisi pasien, karena ada pedoman
1. Pengertian pengetahuan
dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah
(Mubarak, 2009).
a. Pendidikan
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
b. Pekerjaan
langsung.
14
15
15
c. Umur
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
d. Pengalaman
positif.
e. Informasi
f. Minat
3. Tingkatan pengetahuan
a. Tahu (know)
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, yaitu:
b. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
c. Aplikasi (application)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riel (sebenarnya). Aplikasi
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (analysis)
struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain. Analisis dapat
e. Sintesis (synthesis)
yang baik, dan sintesis itu juga untuk menyusun formulasi yang baru dari
f. Evaluasi (evaluation)
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sudah ada.
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error
selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang
menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telur
dan sebagainya.
b. Cara modern
1) Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
ciri atau unsur-unsur yang pasti pada suatu gejala. Selanjutnya hal
Kepatuhan berasal dari kata dasar “patuh”, yang berarti disiplin dan taat.
Kepatuhan adalah suatu tingkat dimana perilaku individu (misalnya dalam kaitan
gaya hidup) sesuai atau tepat dengan anjuran kesehatan (Sackett, 1976 dalam
tingkat yang lebih aktif, sukarela, dan keterlibatan pasien dalam melatih perilaku
tersebut (Mairani, 2011). Menurut Feuer Stein, et al. dalam Niven (2012), ada
1. Pendidikan
20
20
tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan lain-
lain.
2. Akomodasi
yang terlalu tinggi atau rendah, akan membuat kepatuhan pasien berkurang.
lainnya.
diagnosis.
1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial
2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.
budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen.
21
21
kesehatannya. Diperkirakan setiap tahun terjadi kasus baru TBC, dengan sekitar
atau klinik pemerintah dan swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan
minum obat adalah tindakan yang sangat penting. Kepatuhan pasien Tb paru
dapat dilihat dari perilaku pasien Tb paru yang menaati semua nasihat dan
pengobatan.
merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter dan perawat yang
menanganinya.
dianjurkan untuk melakukan pola hidup sheet yaitu dengan melakukan aktivitas
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini
narkoba.
22
22
4. Istirahat yang cukup, berguna untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
kesehatannya.
5. Pengendalian atau manajemen stress. Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun
Penderita Tb paru kadang juga tidak sadar dengan gejala yang timbul
tenggelam saat menjalani pengobatan. Disini diperlukan peran dokter dan perawat
tentang proses, hambatan dan efek samping dari pengobatan yang dijalani. Pada
sebagian banyak kasus yang terjadi, banyak klien yang putus pengobtan di
karnakan bosan dan jenuh saat menjalani proses pengobaan, tanpa pasen tahu efek
2. Kualitas interaksi
ketidakpatuhan.
E. Keaslian Penelitian
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis belum pernah dilakukan di wilayah kerja
dilakukan, yaitu. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan sampel
pasien rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi, pengambilan sampel dilakukan
version 17.0.
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kepatuhan
kepatuhan
Pengetahuan pasien
minum obat anti
tuberkulosis
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
B. Hipotesis Penelitian
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2011). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan yang bersifat cross sectional yaitu jenis penelitian
dan dependen dinilai sekaligus pada satu saat, artinya tiap subyek penelitian
Luwu Timur.
1. Populasi
penelitian (Saryono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
2. Sampel
Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi
25
26
26
adalah 52 orang.
3. Sampling
a. Kriteria inklusi:
b. Kriteria eksklusi:
2) Tidak kooperatif
C. Variabel Penelitian
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
pasien.
27
27
D. Defenisi Operasional
Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisioner 1. Baik: Nominal
diketahui dan skor yang
dipahami oleh diperoleh
responden tentang tb ≥ 75%
paru. 2. Kurang:
skor yang
diperoleh
< 75%.
Kepatuhan Perilaku pasien tb Kuisioner 1. Patuh: Nominal
paru di yang menaati skor yang
program terapi diperoleh
pengobatan yang ≥ 67%
dianjurkan dokter. 2. Tidak Patuh:
skor yang
diperoleh
< 67%
2019.
F. Instrumen Penelitian
pengumpul data berupa kuisioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: data demografi
28
28
responden, pengetahuan, dan kepatuhan pasien. Pada bagian pertama terdiri dari
data demografi pasien yang meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan. Bagian
pilihan jawaban benar (skor 1) dan jawaban salah (skor 0), kemudian skor yang
75% dan pengetahuan kurang jika total skor < 75%. Sedangkan bagian ketiga
sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2) dan tidak pernah (skor 1), kemudian skor
yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 2 yaitu patuh skor yang diperoleh ≥ 67%
1. Pengumpulan data
a. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
b. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Peneliti mengambil data sekunder dari berbagai referensi buku dan
internet.
meminta izin kepada Kepala Puskesmas Angkona Kab. Luwu Timur untuk
petunjuk pengisian data yang kurang dimengerti. Kuisioner yang telah diisi,
kemudian dikumpulkan dan dicek oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.
2. Pengolahan data
a. Seleksi
b. Editing
c. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini
menggunakan komputer.
d. Data entry
H. Analisa Data
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
dan diolah menggunakan uji statistik Chi Square Test dimana hipotesa
I. Etika Penelitian
seperti:
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika
lembar persetujuan. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak boleh
3. Kerahasiaan (confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
and confidentiality).
and benefits).
32
32
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.