Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka
yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain
itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas
nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup
sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan


dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia.

Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya


saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi,
kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam
laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu
terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial
di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain
pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat
kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya
didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka
yang terlambat datang bulan.

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap
kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh
aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh
dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi, 70.000 wanita meninggal akibat
aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak
aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap
tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko
kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari
250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan abortus?
2. Bagaimana pandangan agama, hukum negara, dan prinsip etik mengenai
abortus?
3. Bagaimana cara penyelesaian masalah abortus?
4. Apa saja penyebab abortus?
5. Apa saja macam- macam abortus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Dasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prinsip dan asas etik keperawatan


2. Mengetahui definisi aborsi
3. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
4. Mengetahui dampak aborsi
5. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
6. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan
asas etik keperawatan

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui dan menanggapi kasus aborsi berdasarkan prinsip


dan asas etik keperawatan
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah
terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan
keempat dari kehamilan).

Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di


Indonesia adalah : 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).

Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15


(1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu,
yaitu aborsi.

Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan


berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, disebut kelahiran prematur.

Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak


diinginkan biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi
berbeda-beda, termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau
ketika mengetahui janin memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia


kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(Mansjoer,dkk, 2000).

Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode


obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut


abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang
4

mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500
gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga
dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

2.2 Penyebab Abortus

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Biasanya yang menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi
hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen
yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensi menahun.

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan


oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
5

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak


kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta


tidak dapat berfungsi.

Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes


melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit


menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya
pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal
jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya
preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,


tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri,
virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan


derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus
walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus


pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri


atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.

Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat


melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
6

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai


keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan


seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus
pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai


penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu,
yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam
produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi


uterus lewat hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria.

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa,


dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes,


anemia berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum
7

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversi kronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga


menyebabkan hiperemia dan abortus.

9. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.


2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.

2.3 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan


nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus


desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
8

lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

2.4 Macam-macam Abortus

1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum


20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.

Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus,


perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti
setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara
normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap
merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.

Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi.


Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan
masih bisa berlanjut atau dipertahankan.

Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau


komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa
kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk
terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.

Diagnosa pada abortus imminent adalah :

(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).


(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).

Penanganan abortus imminens meliputi :

(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
9

(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat


progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih


hidup.

2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu


dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.

Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga


berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen
bagian bawah dan dilatasi serviks.

Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri


berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri.
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE
terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.

Diagnosa abortus insipiens :

(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.


(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah


15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
10

(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa


hasil konsepsi.

b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan


intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.

(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus
inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir
selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini
seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak
segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.

Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi


telah lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada
sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

Diagnosa abortus inkomplit adalah:

(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š


(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi,
tidak jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.

Penanganan abortus inkomplit :

(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16


minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum
iso prostol4 00 mcg per oral.
11

(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan


kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang


terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena


(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)

Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum
uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri
kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.

Diagnosa abortus komplets adalah :

(1) Perdarahan yang sedikit


(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil

Penanganan abortus komplit :

(1) Tidak perlu evaluasi lagi.


(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
12

(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan
penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik
yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross
reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan
mengalami abortus.

Diagnosa abortus habitualis adalah :

(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai


mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan
vaginal tiap minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender
dari vagina
(5) Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8
mm.

Penanganannya terdiri atas :

(1) Memperbaiki keadaan umum.


(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
13

6. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2
bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar
kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga
menimbulkan gambaran abortus imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang


kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat
juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.

Gejala-gejala selanjutnya ialah :

(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air


ketuban dan macerasi janin.
(2) Buah dada mengecil kembali.
(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe
berlangsung terus.
Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan
selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada
kehamilan yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan.
Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai
batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum
lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).

Diagnosa missed abortion adalah :

(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang


(2) Mammae agak mengendor lagi
(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin
menghilang.
(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.

Penatalaksanaan :

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah


hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu
tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam
14

darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin


yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental
penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah
mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,


sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.

Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus


kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut
pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih
kecil.

Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis,


peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di
Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir
dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering
dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus
septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni,
dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi
segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara
intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.
Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati
intravaskular diseminata.

Diagnosa abortus infeksiosa adalah :

(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia,
seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah
dan getah pada serviks uteri.
15

8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah


pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.


Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan
apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000
gram dapat terus hidup.

Macam-macam abortus provokatus :

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.

Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan,


biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
berpenyakit berat.

Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat


dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan
penyedotan (vakum) atau dengan sendok curet.

Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi


juga dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin
intra-amnial.

Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung


(rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.

Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah


sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus
terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan
riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap
lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College
Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk
abortus terapeutik :

(1) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau


mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah
memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.
16

(2) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal
ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria
medis yang sama.
(3) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang
berat.

2) Abortus provocatus criminalis.

Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan


tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum


janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi
bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam
katagori ini.

2.5 Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi,
infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan
abortus. Brucella abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa
abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa
signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan
17

abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa


Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan
abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal
kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu,
seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh
streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dank karena infeksi berat (syok endoseptik).

2.6 Hukum Abortus Menurut Undang- Undang

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-


undang Hukum Pidana (KUHP) :

a. Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau


menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian
itu.

b. Pasal 314

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
18

c. Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena


takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam,
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.

d. Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang,


bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.

e. Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.

f. Pasal 347

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
g. Pasal 348

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
h. Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan


kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
19

i. Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana


untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau
tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana
atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2.7 Metode-Metode Aborsi

Ø Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa


dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan
biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak
tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi
lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau
muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah
perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan
rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

Ø Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami


oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung,
mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun
lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan
bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin
lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan
hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian
dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma
rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan,
gagal jantung, perobekan rahim.

Ø Partial Birth Abortion


20

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin


dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan
usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu
janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan
lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup.
Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi
itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot
dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu
dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih
dahulu ditarik keluar.

Ø Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika


cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta
cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan
hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan
siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk
kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.

Ø Metode Penyedotan (Suction Curettage)

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan


dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan
untuk kehamilan usia dini.

Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke


dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari
dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-
bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan
dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani
metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat
salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang
berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin
yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang
dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.
21

Ø Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan


paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari
dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih
banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama
dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan
penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi,
dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim
yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

Ø Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini


menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk
secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika
Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi
yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada
kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika
tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma,
darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian
pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486.

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang


berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena
pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan
menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah
kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon
prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan
wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat
kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang
perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan
kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui
apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan
(5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari
penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari
kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit
22

hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal


sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.

Ø Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk
menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan
menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata
juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang
menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai ‘sistim penyanggah hidup’
untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari
darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk
buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic
gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal
rahim dan keguguran.

MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang,


melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan
nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol
dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya
janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya
misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis
misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan
MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan
mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam
sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin
dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di
supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada
kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani
operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja
di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX
karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi
terkadang tak dapat diprediksi.

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala,
rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius
adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan
fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat
menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk
23

pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian pernah


dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu
menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki
pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan
MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-
efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk
digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju,
karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera
peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah

2.8 Resiko Aborsi

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap


kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika
dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-
apa dan langsung boleh pulang “.

Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko


kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko
kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat
melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.


b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya.
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita).
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
i. Kanker hati (Liver Cancer).
j. Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic
Pregnancy).
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
24

dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala
ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review.

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini
adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat
memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.

2.9 Pandangan Agama Terhadap Aborsi

1. Islam

Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa


aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-
ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan
banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang
yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

a) Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang


mulia.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak


sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah
satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan
umat manusia.”(QS 17:70)

b) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua


orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.

Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang
lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab
yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)
25

c) Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak


memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.

Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena


penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)

d) Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan


terhadap perintah Allah.

Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang


dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam
kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus
provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan
yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman
terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

e) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.

Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah
mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu
masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah
dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam
proses aborsi.

f) Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau


kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana
Allah.

Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal


darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-
Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu
26

dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan.


Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS
22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang
mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa.

g) Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.


Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.

Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat
tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW
– seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan
seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan
kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita
dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah
aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia
berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin
engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah,
aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka
pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang
bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak
yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun
kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

2. Kristen

Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak


berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan
aborsi.

a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum


memiliki nyawa.

Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu,


Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
27

Kej 16:11; Kej 25:21-26; Hos 12:2-3; Rom 9:10-13; Kel 21-22;
Yes 7:14; Yes 44:2,24; Yes 46:3; Yes 49:1-2; Yes 53:6; Ayb 3:11-
16; Ayb 10:8-12; Ef 1:4; Mat 25:34; Why 13:8; Why 17:8

b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari


mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang
mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia
didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu
kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim.
Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata
ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,
lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang


buta sejak lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi,
siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya,
sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan
juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
dinyatakan di dalam dia…”

Kis 17:25-29; Mzm 94:9; Rom 8:28; Im 19:14; Yes 45:9-12

d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.

Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah
mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan
menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang
lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan
menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.

Kej 50:20; Rom 8:28


28

e. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan


Apapun alasannya.

Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan


yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang
lain bernama Pua, katanya: “Apabila kamu menolong perempuan
Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak
itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika
anak perempuan, bolehlah ia hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut
akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir
kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.

Yeh 16:20-21; Yer 32:35; Mzm 106:37-42 ; II Raj 16:3; 17:17 ;


21:6 ; Ul 12:31; 18:10-13; Im 18:21, 24 dan 30

f. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak


bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata
kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan
mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia
berkata:” Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau
mengandung?”

Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka


dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti
anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada
masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh
tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat
malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.

3. Budha

Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan


pengguguran kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada
dalam rahim seorang ibu.

Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup:

a) Mata utuni hoti : masa subur seorang wanita


b) Mata pitaro hoti : terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
c) Gandhabo paccuppatthito : adanya gandarwa, kesadaran penerusan
dalam siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari
kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi karma.
29

Dari penjelasan diatas agama Buddha menentang dan tidak


menyetujui adanya tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila
Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu pembunuhan
telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
a) Ada makhluk hidup (pano)
b) Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)
c) Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)
d) Melakukan pembunuhan ( upakkamo)
e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan,


maka telah terjadi pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila
berhubungan erat dengan karma maka pembunuhan ini akan berakibat
buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang
mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja
yang melakukan tindak pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal
yang sama. Bagaimanapun mereka telah melakukan tindak kejahatan dan
akan mendapatkan akibat di kemudian hari, baik dalam kehidupan
sekarang maupun yang akan datang.

Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan


wanita yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta
membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan
yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di
mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".

Hendaknya kasus aborsi yang sering terjadi menjadi pelajaran bagi


semua pihak. Bagi para remaja tidak menyalahartikan cinta sehingga tidak
melakukan perbuatan salah yang melanggar sila. Bagi pasangan yang
sudah berumah tangga mengatur kelahiran dengan program yang ada dan
bagi pihak-pihak lain yang terkait tidak mencari penghidupan dengan cara
yang salah sehingga melanggar hukum, norma dan ajaran agama.
30

4. Hindu

Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang


disebut "Himsa karma" yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan
dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan
aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam
Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.

Jadi jika aborsi dilihat dari kacamata agama dan alasan medis, ada beberapa
perbedaan pandangan:

a) Perbedaan Pandangan

Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang


ibu dengan janin yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian
tubuh sang ibu maka yang “anti” aborsi menganggap aborsi melanggar
hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya alat/instrumental
saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang
pasti secara teologis semuanya adalah hak Allah.

b) Perbedaan Paham

Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia.


Pembuahan terjadi di rahim, di situlah kehidupan dimulai, tapi belum
menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi menjadi calon ‘siapa’. Semakin
tua usia janin semakin komplek masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa
benar atau salah melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.

Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak


jarang didorong atau dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa.
Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan
aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan
akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan, misal demi
keselamatan jiwa ibu. Namun ini bukan berarti tindakan aborsi
diperbolehkan, karena aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru
masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang yang mendorong aborsi
itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa
etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun
harus melihat realitas yang ada. Permasalahannya bukan boleh atau tidak
boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika harus dikaitkan dengan
31

kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang menyebabkan masalah aborsi


tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih.

2.10 Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan

Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu


berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang
ada serta ilmu keperawatan. Prinsip utamanya adalah moral dan etika
keperawatan. Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini
maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan
yang meliputi:

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan


setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien
dan menghindarkan dari kecacatan. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil


terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
32

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan


psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini


diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
33

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Di sebuah rumah sakit bersalin swasta bekerja seorang perawat dan juga
asisten dokter kandungan terkemuka dikota tersebut. Suatu hari, datang
seorang pasien perempuan 14 tahun yang belum menikah bersama ibunya. Ibu
klien (Ny.M) menghampiri perawat H dan menceritakan maksudnya yaitu
ingin menggugurkan kandungan anaknya karena malu, selain itu ia
mengatakan semenjak hamil anaknya seperti orang stress dan tidak mau
makan ataupun mengurus diri dan kehamilannya, Ny.M takut kalau hal ini
dibiarkan bayi dalam kandungannya meninggal. Kemuadian perawat H
memeriksa Nn.K yang hamil tetapi perawat tidak menemukan tanda-tanda
bahwa Nn.K mengalami stress walaupun perawat H melihat memang Nn.K
tidak banyak bicara. Perawat H menjelaskan pada Ny.M bahwa jika dilakukan
abortus maka akan membahayakan Ny.K maupun janinnya karena usia
kehamilannya sudah berumur 14 minggu, tetapi Ny.M malah marah dan
menyalahkan perawat bahwa dia tidak melaksanankan pekerjannya sebagai
perawat dan dia pergi mendatangi dokter untuk meminta untuk menggurkan
kandungan anaknya dan akan membayar berapapun. Perawat diminta dokter
dan tenaga kesehatan kandungan untuk membantu aborsi perawat tersebut
tidak mau membantu dalam prosedur karena kepercayaan agama yang
danutnya memandang aborsi sebagai pembunuhan kehidupan manusia dan
tidak diperbolehkan. Namun, dokter dan asisten lain sudah siap untuk
melakukan tindakan aborsi segera, dokter menjadi sangat marah ketika
perawat tersebut menolak untuk membantunya. Dokter mengancam untuk
melaporkannya ke kepala bidang keperawatan bahwa perawat H sudah
melakukan kelalaian karena beberapa waktu yang lalu tidak sengaja merusak
kabel USG 4 dimensi milik rumah sakit dengan harga yang ditaksir kira-kira
Rp.35.000.000.perawatpun menjadi bingung, ia masih menginginkan
pekerjaannya saatini karena ia merupakan tulang punggung keluarga semenjak
ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu.
34

3.2 pemecahan kasus dilema etik

1. Mengembangkan data dasar

a. Orang yang terlibat : Klien, Keluarga, Dokter, dan Perawat


b. Tindakan yang diusulkan : Perawat tidak menuruti keinginan klien dan
keluarga untuk melakukan aborsi.
c. Maksud dari tindakan tersebut : Agar tidak membahayakan klien.
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan : bila tidak dilakukan abortus,
perawat terancam dilaporkan ke kepala bidang keperawatan dana akan
kehilangan pekerjaannya.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut

Konflik yang terjadi adalah :

a. Abortus dapat membahayakan klien


b. Keluarga, dokter, dan asisten kandungan telah melanggar peraturan
perundang-undangan Negara.
c. Tidak terpenuhinya hak klien untuk memilih

3. Tindakan Alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan


konsekuensi tindakan tersebut.

a. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai resiko jika


dilakukan abortus
konsekuensi : Menambah pengetahuan keluarga klien
b. tidak memenuhi keinginan keluarga klien untuk menggugurkan
kandungan klien.
Konsekuensi :
1. Keluarga klien kecewa
2. Membiarkan janin yang bada dikandungan masih tetap hidup

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat.

Pada kasus diatas perawat adalah pihak pengambil keputusan yang


tepat karena seacara medis kondisi kandungan klien tidak terjadi gangguan
apapun, dan perawat telah mlihat dari sudut pandang agama maupun sudut
pandang hukum bahwa abortus tidak boleh dilakukan. Jika perawat
menyetujui, abortus akan terjadi. Tapi apabila perawat tidak menyetujui
tindakan tersebut maka perawat harus menerima konsekuensinya yaitu
35

berupa pelaporan kepada kepala bidang keperawatan mengani kelalaian


perawat.

5.Mendefinisikan kewajiban perawat

1. Memberikan informasi kepada keluarga klien


2. Memberikan education (pendidikan) kepada keluarga klien
3. Perawat bertindak melindungi klien
4. Menjalankan serta memenuhi prinsip etik keperawatan dan kode etik
keperawatan

6. Membuat keputusan
Dari kasus tersebut Nn. K hamil berusia 14 minggu dan ibunya
meminta perawat untuk melakukan aborsi karena merasa malu dan
khawatir terhadap Nn. K, perawat memberi tahu bahwa jika abortus
dilakukan akan membahayakan Nn. K dan janinnya tapi Ny. N marah dan
mengadu pada dokter. Ketika dokter sudah mempersiapkan segala perawat
H tidak ikut sesuai prosedur karena bertentangan dengan keyakinan
agamanya. Dokterpun mengancam perawat atas kelalaiannya dari
ketidaksengajaan merusak kabel USG 4 dimensi milik RS.
Dari segi agama manapun abortus tidak boleh dilakukan, tentunya dari
kasus tersebut Ny. N berdosa jika tetap bersikukuh dengan keinginannya
untuk melakukan aborsi terhadap Nn. K karena seluruh agama
memandang agama aborsi sama halnya dengan membuhuh manusia

7. Diskusi
Jadi tindakan perawat sudah benar, terkait dengan ancaman dokter
perawat sebaiknya berkata jujur pada departemen keperawatan rumah
sakit. Perawat juga harus jujur terhadap tindakan aborsi yang akan
dilakukan oleh dokter dan tenaga medis kandungan.

8. Solusi
Sebaikmya, untuk tim medis tidak boleh melakukan tindakan
abortus . karena dalam segi manapun (hukum/agama) tidak ada yang
membenarkan tindakan abortus. Karena abortus sama saja dengan tindakan
membunuh manusia.
36

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan


dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia.

Dalam segi agama maupun hukum abortus tidak boleh dilakukan karena
sama saja dengan tindakan membunuh manusia.
37

Daftar Pustaka

Priharjo, Robert (1995). Pengantar etika keperawatan. Yogyakarta: penerbit


kanisius.

Nugroho,taufan.(2010). Kasus emergency kebidanan. Yogyakarta: nuha medika.

Ismani,nila.(2000). Etika keperawatan. Jakarta: widya medika

Potter, patricia a. dan anne G. Perry.(2010). Fundamental keperawatan buku2.


Jakarta: salemba medika.

p. saunders, fr. William.(2004). Straight answer: church has always condemned


abortion. Arlington catholic herald.

Anda mungkin juga menyukai