DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
MIRANDA SARASWATI
NIM: 1714201019
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
1
Format Laporan Tugas Individu
2
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,
suddarth. (2001).
3
2. Etiologi
Osteomielitis juga disebabkan oleh bakteri. Hampir seluruh organisme menjadi bagian
dari gambaran etiologi, namun staphylococci dan streptococci yang paling banyak
teridentifikasi. Osteomielitis akut yang tidak ditangani atau menerima penanganan yang tidak
adekuat dapat berlanjut menjadi osteomielitis kronis. Etiologi dari osteomielitis akut dan
kronis hampir sama. Kebanyakan kasus disebabkan oleh infeksi sehingga banyak klinisi
mengatakan osteomielitis disebabkan oleh adanya virulensi dari mikroorganisme yang
terlibat serta tergantung dari ketahanan tubuh pasien. Lokasi anatomi, status imunitas, status
gizi, usia pasien, serta ada atau tidaknya penyakit sistemik seperti Paget’s diseases,
osteoporosis, atau sickle cell disease, merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya
osteomielitis. Identifikasi agen spesifik yang menjadi penyebab osteomielitis sangat sulit baik
dengan mikroskop dan secara mikrobiologi.
Walaupun, agen etiologi seringkali sulit diidentifikasi, banyak peneliti percaya bahwa
bakteri (staphylococci, streptococci, Bacteroides, Actinomyces) merupakan penyebab utama
terjadinya osteomielitis kronis. Osteomielitis biasanya disebabkan oleh spesies
Staphylococcus, kemudian diikuti dengan Enterobacteriaceae dan spesies Pseudomonas.
Staphylococcus aureus merupakan patogen yang paling sering menyebabkan osteomielitis
baik pada osteomielitis akut dan juga kronis. Osteomielitis merupakan suatu infeksi
polimikroba karena banyaknya patogen yang ditemukan berhubungan dengan
osteomielitis.Perbedaan mikroorganisme patogen yang bisa menyebabkanosteomielitis
berdasarkan usia serta faktor predisposisi.
4
3. Patofisiologi
5
(terutama pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayat
dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua.
Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang yang
di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya,
penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta
diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis.
6
4. Manifestasi Klinis
1. Ostemyelitis Akut
Pada osteomielitis akut nyeri merupakan gejala klinis yang utama. Selain itu, pyrexia,
lymphadenopathy, leukosistosis juga dapat muncul sebagai gejala klinis ostemyelitis akut.
Terbentuknya pus dapat terjadi akibat infeksi oleh bakteri staphylococcus. Parasthesia yang
terjadi pada bibir bawah biasanya muncul akibat keterlibatan mandibular
2. Osteomielitis Kronis
Gejala klinis osteomielitis kronis biasanya asimtomatik namun bisa saja timbul nyeri
dengan intensitas yang berbeda – beda dan tidak berhubungan dengan perluasan penyakit.
Namun durasi nyeri secara umum berhubungan dengan perluasan penyakit.
c. Garres osteomielitis
Gambaran klinis yang dijumpai adalah bentuknya lebih terlokalisir, keras,
pembengkakan tulang mandibula yang tidak halus pada bagian bawah dan samping pada
tulang mandibula dan disertai dengan karies pada molar satu. Gejala klinis yang dijumpai
adalah limphadenopati, hiperpireksia dan biasanya tidak sertai dengan leukositosis.
7
5. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam penatalaksanaan osteomielitis adalah mendiagnosa kondisi
pasien dengan benar. Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis, pemeriksaan
radiografi dan pemeriksaan jaringan. Jaringan yang terkena osteomielitis harus dikirim ke lab
untuk dilakukan pewarnaan gram, kultur bakteri, tes sensitivitas dan pemeriksaan
histopatologis. Operator harus mencurigai faktor malignansi yang memiliki tampilan klinis
yang sama dengan osteomielitis, dan harus dicantumkan dalam diagnosa banding. Evaluasi
dan kontrol medis pada perawatan pasien dengan immunocompromised sangat membantu
perawatan osteomielitis. Misalnya: mengontrol gula darah pada pasien diabetes untuk
mendapatkan respon yang baik terhadap terapi osteomielitis. Pengobatan antibiotik empiris
harus dilakukan berdasarkan hasil pewarnaan Gram atau berdasarkan patogen yang mungkin
diduga terlibat di daerah maxillofacial. Kultur definitif dan laporan sensitivitas biasanya
memakan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, tetapi hal ini sangat membantu
dokter bedah untuk mendapatkan antibiotik yang paling sesuai berdasarkan organisme yang
terlibat Penentuan waktu untuk melakukan tindakan bedah sangatlah penting, terutama untuk
sequestrektomi.
Tulang nekrotik yang terjadi selama terserang osteomielitis harus dikeluarkan secara
pembedahan. Apabila sekuesternya kecil, pengambilannya secara intraoral, namun apabila
melibatkan daerah yang luas dilakukan dengan diseksi perkutaneus yang lebar. Ukuran dan
sifat dari sekuester dapat sedemikian rupa sehingga sekuester harus dipecah (seperti pada
pengeluaran gigi impaksi) sehingga memudahkan pengeluaran dan memungkinkan untuk
mempertahankan lebih banyak tulang yang normal disekitarnya. Jaringan disekitar sekuester
merupakan jaringan granulasi yang juga harus di hilangkan. Kemudian daerah teresebut di
irigasi dengan larutan antibiotik topikal (Neomycin/Bacitracin atau Kanamycin) dan letakkan
kasa yang mengandung antibiotik dan diamkan selama 3-5 hari, tergantung respon klinis atau
diganti dua atau tiga kali sehari Apabila sekuestrasi terjadi dengan lambat atau difus maka
perlu dilakukan dekortikasi. Dekortikasi biasanya memerlukan pengambilan segmen lateral
/korteks bukal dari mandibula. Injeksi fluoroscein intravena (bahan pewarna vital) dapat
dilakukan untuk mengetahui tulang yang nekrotik. Namun, uji klinis yang paling sering
dilakukan pada tulang vital adalah melihat perdarahan tulang.
Selain mengambil tulang nekrotik, dekortikasi juga mengambil daerah yang terinfeksi
yang vaskularisasinya relatif sedikit hingga pada jaringan lunak disekitarnya yang
tervaskularisasi dengan baik. Gangguan pada suplai darah mengurangi keefektifan terapi ini.
8
Sesudah tindakan bedah, pasien harus di instruksikan untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman yang cukup dan bergizi karena hal ini juga menentukan apakah osteomielitis akan
sembuh atau memburuk. Penyembuhan osteomielitis juga harus dipantau secara klinis,
laboratoris dan radiografis.
Perawatan Hyperbaric oxygen (HBO) juga didukung sebagai perawatan refractory
osteomielitis. Metode perawatan ini bekerja dengan meningkatkan tingkat oksigenasi jaringan
yang akan membantu melawan bakteri anaerob yang terdapat pada luka. Penggunaan yang
luas dari perawatan HBO sebagai perawatan untuk osteomielitis masih menjadi kontroversi.
Reseksi tulang rahang menjadi upaya terakhir, dan secara umum dilakukan setelah
debridemen terkecil dilakukan atau terapi sebelumnya tidak berhasil, maupun untuk
menghilangkan area yang disertai fraktur patologi. Reseksi ini dilakukan secara extraoral, dan
rekonstruksi dapat dilakukan segera maupun ditunda, tergantung pada pertimbangan ahli
bedah.
9
6. WOC
10
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan
darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik,
setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
8. Komplikasi
a. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
b. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
11
9. Prognosis
Dari penelitian yang dilakukan Riise et al total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi
pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis
untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau
perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya
yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat
membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.
Terapi yang tidak memadai dapat menyebabkan kekambuhan infeksi dan
pengembangan menjadi infeksi kronis. Karena avaskularisasi relatif tulang, osteomielitis
kronis dapat disembuhkan hanya dengan reseksi atau amputasi radikal. Infeksi kronis ini
dapat muncul kembali sebagai eksaserbasi akut, yang dapat ditekan dengan debridemen
diikuti dengan terapi antimikroba parenteral dan oral. Komplikasi yang jarang dari infeksi
tulang termasuk fraktur patologis, amiloidosis sekunder, dan karsinoma sel skuamosa pada
saluran sinus kutaneus orifice.
12
B. ASUHAN KEPERAWATAN
13
c. Pola aktivitas :
N o Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
1. Makan/minum
2. M a n d i
3. T o i l e t
4. Berpakaian
5. Mobilitas ditempat tidur
6. Berpindah
7. R O M
4. Pemeriksaan fisik:
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi. (pada osteomielitis akut)
c. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
d. Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.
e. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.
B. Diagnosis
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut:
(Marlyn E. Doengoes : hal )
14
1. Rencana Keperawatan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian
yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36ºC-
37ºC) dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi :
Kolaborasi :
15
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien
mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap mobilisasi
3) Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan pusing
4) Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic
6) Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin
8) Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
Tujuan :
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna
kulit
16
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi
4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak
dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan
dukung bantal setelah pemasangan
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban
atau gips.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga
tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan
Intervensi :
2) Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya
edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
4) Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau
drainase yang tidak enak atau asam
6) Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna
ekstermitas cedera
Kolaborasi :
17
3. Evaluasi
1) Menyatakan kenyamanan
18
DAFTAR PUSTAKA
Waught, A. Nurachmah E, dkk. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi Indonesia
10. Elsevier: Singapore.
Mansjoer.2010. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner & Suddarth Jilid II Ed.8.
Jakarta: EGC.
19