Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

Oleh :

MITA AYU UTAMI


041 STYC 15

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2019

Laporan Pendahuluan Thypoid 1


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan laporan Kasus pada pasien dengan Demam Thypoid, Telah

di periksa dan disetujui pada:

Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Zaenal Arifin.,Ners.M.kep.,Sp.KMB) (Andreawan Nurasyid.,Ners)

Laporan Pendahuluan Thypoid 2


LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM THYPOID

A. Definisi

Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang

terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis

terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam

paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.

Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C).

Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik

yang lain (Widagdo, 2011, hal: 197).

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran Menurut Ngastiyah

(2005, hal: 236).

Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai Tifus abdominalis atau

Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi A, B, dan C Menurut Soedarto (2009, hal: 128).

Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia

maupun di daerahdaerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Beberapa definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid atau tifus abdominalis

adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada

saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

typhi yang masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar dan ditandai

Laporan Pendahuluan Thypoid 3


dengan demam berkepanjangan lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan, dan lebih diperburuk dengan gangguan penurunan kesadaran.

Saluran cerna berperan dalam serangkaian proses: yakni proses ingesti

makanan, proses digesti makanan yang dibantu oleh getah pencernaan yang

dihasilkan oleh kelenjar ludah, hati dan pancreas. Hasil digesti berupa zat gizi akan

diserap ( absorpsi ) ke dalam tubuh. Proses ini berlangsung mulai dari mulut

sampai ke rectum. Massa yang berupa bolus hasil campuran makanan dan getah

pencernaan di dorong / digerakan ke arah anus, sisa dari masa yang tidak diserap

akan dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa tinja. (Dr.IKG, Suandi, SpA. 1998).

Gangguan pada saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh

kelainan bawaan atau di dapat. Gangguan akibat kelainan yang di dapat

disebabkan trauma atau adanya infeksi baik pada saluran pencernaan atau di luar

saluran cerna. Kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, esophagus, pylorus, dan

gangguan pasase di daerah duodenum, atresia rekti , dan anus imperforate,

penyakit hirschsprung, obstruksi biliaris, dan omfalokel. Sedangkan gangguan

akibat infeksi dapat disebabkan oleh jamur (Candida albicans); basil coli

(Escherichia coli); virus ; basil : Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae dan parasit.

(Ngastiyah. 2005).

Berbagai gangguan saluran cerna yang sering terjadi pada anak diantaranya

adalah diare dan typhoid, penyakit tersebut dapat mempengaruhi fungsi saluran

cerna dan reaksi pertahanan tubuh yang bersifat akut akan mengakibatkan berbagai

gejala dan komplikas sehingga akan menstimulasi terjadinya perubahan-perubahan

pada saluran pencernaan itu sendiri.

Laporan Pendahuluan Thypoid 4


Sama halnya dengan typhoid, Demam Tifoid adalah penyakit menular yang

bersifat akut, yang di tandai dengan bakteremia, perubahan pada system

retikuloendotelial yang bersipat difus, pembentukan mikroabses dan ulseri Nodus

Payer di distar ileum. Kriteria demam tifoid yaitu penyakit infeksi akut yang di

sebabkan salmonella typhi, di tandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala

saluran pencernaan dan gangguan pada system saraf pusat (sakit kepala, kejang

dan gangguan kesadaran). (Ngastiyah. 2005)

B. Etiologi

Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella typhi, termasuk genus

Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat

bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai

bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan

makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C

dalam 1 jam atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O

(somatik) adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada

panas dan antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S.

typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida

kapsul Menurut Widagdo (2011, hal: 197).

Laporan Pendahuluan Thypoid 5


C. Klasifikasi

Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan

perbedaan gejala klinis:

1. Demam tifoid akut non komplikasi

Demam tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam berkepanjangan

abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak-

anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada

fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan

adanya rose spot pada dada, abdomen dan punggung.

2. Demam tifoid dengan komplikasi

Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi

komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,

hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,

usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.

3. Keadaan karier

Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier

tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi difeses (Fitrianggraini,

A., 2012).

D. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke

jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman

Laporan Pendahuluan Thypoid 6


masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo

endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan

akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam

peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya

kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan

kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254). Pada minggu pertama sakit,

terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.

Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks

player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat

menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai

perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.

Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran

pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006,

hal: 254).

E. Manifestasi Klinik

Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak

biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20

hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui

minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala

prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak

bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan

menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:

Laporan Pendahuluan Thypoid 7


1. Demam Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris

remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien

terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-

angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga

2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak

sedap, bibir kering, dan pecahpecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor

(coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada

abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan

limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi

konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal.

3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak

dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah

kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping

gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota

gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli

basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama yaitu

demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak

dewasa.

4. Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,

akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua

setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori

Laporan Pendahuluan Thypoid 8


relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat

dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu

penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan

jaringan fibrosis.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam

tifoid adalah:

1. Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,

trombositopenia.

2. Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum

tulang.

3. Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika

pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil

salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betulbetul

sembuh.

4. Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,

sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna

untuk menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan

imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

Laporan Pendahuluan Thypoid 9


G. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) pasien

yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan

diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan

pengobatan sebagai berikut :

1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang

lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain.

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali

(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri

kemudian berjalan di ruangan.

4. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.

Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan

tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien

menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan

nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

5. Pemberian antibiotik Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran

bakteri. Obat antibiotik yang sering digunakan adalah :

a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan dosis

75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis. Chloramphenicol dapat

menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula dan obat

tersebut dapat memberikan efek samping yang serius.

Laporan Pendahuluan Thypoid 10


b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6

dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah dibandingkan

dengan chloramphenicol.

c. Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis.

d. Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg

SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik yang

efisien Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung

400 mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini

hampir sama dengan chloramphenicol.

H. Komplikasi

Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat

digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.

1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :

a. Perdarahan Dapat terjadi pada 1 -10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama

dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan

peningkatan denyut nadi.

b. Perforasi usus Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului

oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum

ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.

2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :

a. Sepsis Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobic.

Laporan Pendahuluan Thypoid 11


b. Hepatitis dan kholesistitis Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada

pemeriksaan amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk

adanya komplikasi pancreatitis.

c. Pneumonia atau bronkhitis Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %,

umumnya disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella.

d. Miokarditis toksik Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan

perubahan segmen ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi

lemak dan nekrosis.

e. Trombosis dan flebitis Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang

menimbulkan gejala residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat,

trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu,

mielitis tranversal, dan psikosis.

f. Komplikasi lain Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis,

sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan

artritis.

Laporan Pendahuluan Thypoid 12


I. Pathway

Salmonella typhi

Saluran pencernaan

Usus halus

Jaringan limfoid

Lamina frofia

Kelenjar limfa mesontreia

Aliran darah

Organ res (hati & limfa)

Tidak difagosit imflamasi

Hati & limfa endotoksin

Hepatomegali infeksi

Merangsang ujung saraf penurunan napsu lemah proses

Nyeri perabaan makan lesu demam

Nyeri akut mual muntah intoleransi hipertermi


aktivitas
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Laporan Pendahuluan Thypoid 13


J. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:

a. Identitas klien.

b. Keluhan utama Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan

kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa

inkubasi).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa

meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity

scala dan time.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,

mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri

kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa

somnolen sampai koma.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah tidak

pernah, apakah menderita penyakit lainnya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau

sakit yang lainnya.

f. Riwayat Imunisasi

Laporan Pendahuluan Thypoid 14


Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi

Polio, BCG, DPT, dll.

g. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan

timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa

yang dideritanya.

h. Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan

lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

i. Suhu tubuh Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya menurun

pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu

kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga,

suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu

ketiga.

j. Kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam,

yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah

(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).

Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada

punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik

kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam

Laporan Pendahuluan Thypoid 15


minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan

epitaksis pada anak besar.

k. Pemeriksaan fisik.

1. Antopometri

Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

2. Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat,

mual, perut tidak enak, anorexia.

3. Kepala

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,

konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir

kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran

normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

4. Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen

ditemukan nyeri tekan.

5. Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak

terdapat cuping hidung.

6. Sistem kardiovaskuler

Laporan Pendahuluan Thypoid 16


Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah

yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien

mengalami peningkatan suhu tubuh.

7. Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral

hangat.

8. Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih

pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg

BB/jam

9. Sistem muskuloskolesal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada

gangguan.

10. Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan

tonsil.

11. Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam

penderita penyakit thypoid.

l. Pemeriksaan Penunjang

1. Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis, relatif pada permukaan sakit.

2. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

Laporan Pendahuluan Thypoid 17


3. Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah

pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan

dalam feces dan urine.

4. Darah tepi; terdapat gambaran leukopenia ringan atau normal,

limfositosis relatif (jarang), dan eosinofilia, mungkin terdapat anemia

ringan.

5. Pemeriksaan konfirmasi diagnosis :

- Biakan empedu dari bahan darah atau sumsum tulang

- Serologis widal bila perlu diulang pada saat penyembuhan.

6. Pemeriksaan penunjang komplikasi :

- Perdarahan usus ringan/tersembunyi : uji benzidin tinja.

- Perforasi usus/peritonitis : foto polos perut tiga posisi.

- Kolesistitis : USG hati dan kandung empe

- Meningitis/ensefalitis : punksi lumbal

- Bronkhopneumonia : thoraks foto.

- Hepatitis : uji faal hati dan SGOT/SGP.

j. Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang

diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai

1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

Laporan Pendahuluan Thypoid 18


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NICNOC

(2014) adalah sebagai berikut:

a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi

nutrient.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi Keperawatan

No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. suhu tubuh Pasien 1. Pantau suhu 1. suhu tubuh


kembali mempertahankan tubuh klien tiap 3 38ºC-40ºC
normal suhu tubuh jam sekali menunjukkan
normal yaitu 2. Beri kompres proses
36ºC-37ºC dan hangat penyakit
bebas dari 3. Anjurkan kepada infeksi akut.
demam. ibu klien agar 2. kompres
klien memakai dengan air
pakaian tipis dan hangat akan
menyerap menurunkan
keringat. demam.
4. Beri banyak 3. memberi rasa
minum 1.500- nyaman,
2.000 cc/hari. pakaian tipis
5. Kolaborasi dalam membantu

Laporan Pendahuluan Thypoid 19


pemberian obat mengurangi
antipiretik dan penguapan
antibiotik. tubuh.
4. membantu
memelihara
kebutuhan
cairan dan
menurunkan
resiko
dehidrasi.
5. antipiretik
untuk
mengurangi
demam,
antibiotik
untuk
membunuh
kuman
infeksi.
2. menunjukkan terlihat tenang 1. Kaji tingkat, 1. suatu hal
nyeri dan rileks dan frekuensi, yang amat
berkurang tidak ada keluhan intensitas, dan penting
atau hilang nyeri reaksi nyeri. untuk
2. Ajarkan teknik memilih
distraksi dan intervensi
relaksasi nafas yang cocok
dalam. dan untuk
3. Libatkan mengevaluas
keluarga dalam i keefektifan

Laporan Pendahuluan Thypoid 20


tata laksana nyeri dari terapi
dengan yang
memberikan diberikan.
kompres hangat. 2. menurunkan
4. Atur posisi pasien intensitas
senyaman nyeri,
mungkin sesuai meningkatka
keinginan pasien. n oksigenasi
5. Kolaborasi darah, dan
pemberian obat menurunkan
analgetik sesuai inflamasi.
indikasi. 3. menurunkan
atau
menghilangk
an rasa nyeri,
membuat
otot tubuh
lebih rileks,
dan
memperlanca
r aliran
darah.
4. posisi yang
nyaman
membuat
klien
melupakan
rasa
nyerinya.

Laporan Pendahuluan Thypoid 21


5. untuk
membantu
mengurangi
rasa nyeri
dan
mempercepat
proses
penyembuha
n.
3. tidak terjadi nafsu makan 1. Kaji status nutrisi 1. mengetahui
gangguan meningkat, anak. langkah
kebutuhan makan habis satu 2. Anjurkan kepada pemenuhan
nutrisi porsi, berat badan orang tua untuk nutrisi.
klien meningkat memberikan 2. meningkatka
makanan dengan n jumlah
teknik porsi kecil masukan dan
tapi sering. mengurangi
3. Timbang berat mual dan
badan klien setiap muntah.
3 hari. 3. mengetahui
4. Pertahankan peningkatan
kebersihan mulut dan
anak. penurunan
5. Beri makanan berat badan.
lunak. 4. menghilangk
6. Jelaskan pada an rasa tidak
keluarga enak pada
pentingnya intake mulut atau
nutrisi yang lidah dan

Laporan Pendahuluan Thypoid 22


adekuat. dapat
meningkatka
n nafsu
makan.
5. mencukupi
kebutuhan
nutrisi tanpa
memberi
beban yang
tinggi pada
usus.
6. memberikan
motivasi
pada
keluarga
untuk
memberikan
makanan
sesuai
kebutuhan.
4. dapat memperlihatkan 1. Kaji toleransi 1. menunjukkan
beraktivitas kemajuan khusus terhadap aktivitas respon
secara tingkat aktivitas 2. Kaji kesiapan fisiologis
mandiri yang lebih tinggi meningkatkan pasien
dari mobilitas aktivitas terhadap
yang mugkin 3. Berikan bantuan stres
sesuai kebutuhan aktivitas.
dan anjuran 2. stabilitas
menggunakan fisiologis

Laporan Pendahuluan Thypoid 23


kursi mandi, pada istirahat
menyikat gigi penting
atau rambut. untuk
4. Dorong pasien memajukan
untuk tingkay
berpartisipasi aktivitas
dalam memiliki individual.
periode aktivitas 3. teknik
penggunaan
energi
menurunkan
penggunaan
energi.
4. seperti
jadwal
meningkatka
n toleransi
terhadap
kemajuan
aktivitas dan
mencegah
kelemahan.

Laporan Pendahuluan Thypoid 24


4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana

perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan

hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan Potter dan Perry (1999)

pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja

aktivitas sehari-hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan,

membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan keputuana atau pendapat tentang Carpenito dan

Moyet (2007) sedangkan menurut Rubenfeld dan Scheffer (1999). Evaluasi

adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan

telah tercapai.

Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu

mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai

data normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi

diagnosis keperawatan dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari

status perencanaan keperawatan dan hasil yang di dapat.

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di

harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah :

tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi

terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-

Laporan Pendahuluan Thypoid 25


hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang

penyakitnya.

Laporan Pendahuluan Thypoid 26


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.


Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Fitrianggraini, A. 2012. Evaluasi Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RS Slamet Riyadi Surakarta
Tahun 2010-2011. Diakses dari eprints.ums.ac.id/20704/2/BAB_I.pdf. Pada
Tanggal 19 Februari 2016 Pukul 19.00 WIB
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta. Salemba Medika.
Internasional, NANDA, (2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan
Klasifikasi(2012- 2014). Jakarta : EGC.
Maharani, Sabrina, 2012, Hingga Pertengahan Februari 485 Warga Jepara Terkena
Demam Tifoid, Diakses pada Tanggal 23 Februari 2015,
http://rlisafmjepara.com/201 5/02.html.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC Nurarif. A.H. & Kusuma. H.
2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3. Yogyakarta. Media Action.
Nursalam, R. S. & Utami, S. 2008,Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak ( Untuk
Perawatan dan Anak), Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam, 2008, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan), Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry, 1999. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.
Rubenfeld. M. G., & Scheffer, B. K. (1999). Critical thinking in nursing: An
interactive approach (2nd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Widagdo. (2011). Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Soedarto. (2009). Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Suandi SpA, dr. I.K.G. Diit Pada Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.1998.
Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia.

Laporan Pendahuluan Thypoid 27


WHO, 2003, Diagnosis of Typhoid Fever. Dalam: Background Document: The
Diagnosis Treatment and Prevention of Typhoid Fe ver. Word Health
Organization.

Laporan Pendahuluan Thypoid 28

Anda mungkin juga menyukai