Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia terdiri dari berbagai bangsa dan suku daerah yang sangat
begitu beragam. Di lihat dari segi bahasa, budaya, ras dan tata cara adat yang
berbeda Sehingga, sangat di mungkinkan terdapatnya perbedaan tata cara
pelaksanaan perkawinan adat setiap daerah.Yang merupakan kekayaan
kebudayan tiap masing-masing daerah.
Kebudayaan merupakan suatu system gagasan, rasa dan tanggapan serta
karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan sebagai pemiliknya yang didapat melalui belajar. Masyarakat dan
kebudayaan memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat dimana budaya
lahir dari tingkah laku manusia yang lama kelamaan budaya tersebut menjadi
tradisi yang di junjung tinggi oleh masyarakat. Kebudayaan yang terdapat
dalam masyarakat di suatu daerah berbeda dengan kebudayaan daerah lain.
Hal ini disebabkan karena latarbelakang sejarah masyarakat yang berbeda
sehingga akan mempengaruhi dalam cara bertingkah laku masyarakat dan
system tata nilai yang di anutnya.
Dalam kebudayaan Indonesia secara keseluruhan, hal ini di anggap
menjadi faktor terpenting yang menyebabkan lahirnya beragam corak
kebudayaan daerah yang di anut oleh masyarakat berdasarkan hiestoris dan
geografis daerahnya masing-masing. Kebudayaan daerah yang beraneka
ragam menjadi suatu daya tarik dan menjadi kebudayaan tersendiri karna
setiap daerah memiliki berbagai keunikan dalam adat dan kebiasaannya.
Masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat yang menjadi objek dalam
makalah ini, secara umum memiliki beragam adat istiadat yang masing-
masingnya memiliki ciri khas tersendiri. Dalam uapacara adat perkawinan
misalnya terdapat beberapa keunikan di banding dengan daerah lain dalam hal
penyelenggaranya. Salah satu dari sekian banyaknya keunikan yang terdapat
di daerah ini antara lain dapat di lihat dari adatnya suatu tradisi di masyarakat
yang melarikan calon pengantin wanita oleh calon pengantin pria untuk
dibawa kerumah kerabatnya.
Proses adat yang di bentuk dan berkembang di masyarakat sampai saat ini
masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat.
Pada prinsipnya setiap tahap dalam pelaksanaan upaya adat perkawinan
tersebut memiliki makna dan maksud tersendiri dan terdapatnya percampuran
dengan kepercayaan atau system religi yang di anut oleh masyarakat.
Melihat fenomena yang terjadi dalam upacara adat perkawinan tersebut
rasanya sangat menarik untuk di bahas lebih lanjut untuk di jadikan sebagai
wawasan berfikir tentang kebudayaan daerah yang patut di pelihara
keberadaanya di tengah kehidupan masyarakat yang sudah modern dan
berkembang seprti saat ini.

B. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang di atas saya mencoba untuk membatasi masalah
yang terdapat dalam pembahasan ini yaitu di antaranya:
1. Pengertian perkawinan adat
2. Adat sebelum perkawinan
3. Upacara-upacara sebelum perkawinan
4. Upacara pelaksanaan perkawinan
5. Upacara-upacara setelah perkawinan
6. Adat setelah perkawinan

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah di atas permasalahan yang sedang saya gali
sekarang adalah tata cara pelaksanaan pernikahan suku sasak Nusa Tenggara
Barat yang di dengar unik serta aneh tetapi itulah kebiasaan yang terdapat
dalam suku sasak Lombok tersebut. Saya mengkaji masalah ini karna dalam
memenuhi tugas akhir mata kuliah “Pendidikan Multikultural”.

D. TUJUAN MASALAH
Setelah saya melakukan pembuatan batasan dan rumusan masalah maka saya
dapat merumuskan tujuan dari pembuatan makalah ini tentang perkawinan
adat suku sasak Lombok Nusa Tenggara Barat yaitu:
1. Menambah wawasan kita tentang berbagai karagaman budaya yang
terdapat di setiap daerah yang ada di seluruh nusantara
2. Agar kita mengetahui tata pelaksanaan pernikahan adat Lombok
3. Membandingakan budaya sendiri dengan budaya lain tetapi tidak di ikuti
budaya lain ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKAWINAN ADAT


Perkawinan adat adalah suatu bentuk hidup bersama yang lenggeng lestari
antara seorang pria dan wanita yang diakui oleh persekutuan adat dan yang
diarahkan pada pembantu adat dan keluarga. Perkawinan merupakan ikatan di
antara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan baik dari segi fisik,
asuhan keluarga maupun mental.
Dalam pandangan islam perkawinan adalah ikatan yang sangat suci
dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan restu
agama, kerabat dan masyarakat. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah
yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun
istri. Perkawinan menurut UU No. 1/1974: ”ikatan lahir batin antar seorang
pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membenuk keluarga yang
bahagia/tentram (sakinah, mawadah dan warahmah)”.
Perkawinan dalam arti “Perikatan Adat” ialah perkawinan yang
mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Setelah terjadinya ikatan perkawinan maka
timbul hak-hak dan kewajiban orang tua termaksud anggota keluarga, kerabat
menurut hukum adat setempat yaitu dengan pelaksanaan upacara adat dan
selanjutnya dalam peran serta membina dan memelihara kerukunan, keutuhan
dan kelenggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terlibat dalam
perkawinan.

B. ADAT SEBELUM PERKAWINAN


1. Pembatasan jodo
Maksud dari pembatasan jodoh adalah mencarikan jodoh. Di sini orang
tualah yang berperan penting untuk menentukan jodoh yang terbaik buat
anaknya, Di dalam pembatasan jodoh ini adalah adat sasak lebih
mendominasi melakukan perkawinan dalam kerabat sendiri lebih baik jika
di bandingkan dengan perkawinan dengan orang kerabat luar. Mereka
menginginkan kawin dengan minasa sekali baik dari pihak ayah maupun
dari pihak ibu. Apabila seorang wanita kawin dengan anak
menasanya baik menasa sekali maupun menasa dua perkawinana
dinamakan dengan bero toaq nina atau basa mengina.
2. Cara menilih jodoh
Ada 2 cara memilih jodoh yang lazim dikalangan suku bangsa sasak antara
lain;
a. Kemele mesaq artinya atas dasar kemauan sendiri dari kedua belah
pihak yang kawin yang dilakukan dengan cara melarikan tetapi
sebelum acara melarikan terlebih dahulu antar gadis dan pemuda telah
terjalin suatu hubungan cinta yang disebut dengan meleang atau
kemelean yang pada puncaknya kedua belah pihak menyetujui suatu
perkawinan. Para penuda dan gadis bertemu pada beberapa
kesempatan yang dijadikan kesempatan berkenalan pada waktu potong
padi. Perkenalan pertama akan berlanjut pada kunjungan kerumah
gadis pada waktu malam yang bertujuan mendapatkan kesempatan
berbicara sambil merencanakan perkawinan di sebut midang. Di sini
akan di buat rencana-rencana tanpa di ikuti pembicaraan orang tua
kemudian pihak laki-laki memberitahukan pada orang tuanya tentang
pernikahannya dengan si gadis, pemberitahuan ini bukan bermaksud
meminta persetujuan dari orang tua melainkan menyangkut
penyediaan biaya perkawinan kelak.
b. suka lokaq atau kemauan orang tua.
Dengan cara ini di maksudkan bahwa orang tua dari kedua belah pihak
atau dari salah satu pihak aja yang aktif sedangkan baik pemuda
maupun gadis hanya bersikap pasif saja. Pekawinan suka lokaq
seringkali tidak di awali dengan masa meleang atau kemelean bahkan
antara pemuda dan gadis kemungkinan belum saling kenal mengenal
satu dengan yang lain. Kebanyakan dengan cara ini seringkali berakhir
dengan perceraian karena lemahnya dasar ikatan yang di miliki suatu
perkawinan.
Cara memilih jodoh di atas, semakin tidak mendapat tempat. Generasi
sasak melukiskan suka lokaq tersebut seba’ai kawin paksa. Pemuda-
pemuda sasak menginginkan perkawinan yang di dasarkan kepada
kebebasan menentukan sendiri pilihan masing-masing tanpa dikotori
oleh intervensi siapa pun termasuk orang tua dan keluarga.
3. Bentuk-bentuk perkawinan
Suku bangsa sasak mengenal beberapa bentuk perkawinan, yang terbagi
menjadi 4 yakni:
a. Lari bersama atau memaling atau merarik
Adat sasak khususnya di kandang koaq pada dasarnya adalah setia
mengikuti terselenggaranya lembaga perkawinan dengan melarikan,
ikatan perkawinan tersebut dinamakan merarik. Perkawinan ini di
lakukan tanpa persetujuan dari orang tua yang pemuda melarikan si
gadis. Melarikan dimaksudkan sebagai permulaan dari tindakan
pelaksanaan perkawinan. Setelah si gadis di bawa lari dan disuruh
tinggal di bale penyeboqan yang tujuannya melanjutkan proses ikatan
perkawinan agar si gadis benar-benar menjadi istri dari pemuda yang
membawa tersebut.
b. Memagah
Memagah atau memagel adalah bentuk perkawinan dengan cara
melarikan tetapi dengan cara paksa serta dilakukan pada siang hari.
Seorang pemuda dengan di bantu oleh beberapa temannya secara
paksa membawa lari gadis ketika gadis tersebut terlepas dari
pengawasan orang tuanya. Dalam hal ini kemungkinan yang terjadi
meneruskan perkawinan dengan lelaki yang memagahnya dan kedua
menolaknya.
c. Nyerah hukum
Yang merupakan memempon artinya terjun dari atas. Bahwa
pelaksanaan adat dan upacara perkawinan yang di serahkan pada
keluarga pihak gadis yang semua pelaksanaan pernikahan biayanya
dari pihak laki-laki yang barasal dari suku lain atau suku bangsa
sasak yang agak berlainan aji atau adatnya.
d. Kawin gantung atau kawin tadong
Maksud di sini adalah perkawinan yang di tunda atau di gantung untuk
beberapa lama sampai salah seorang atau kedua anak yang kawin
menjadi dewasa. Perkawinan gantung ini di lakukan seperti biasa yakni
upacara perkawinan dan ketentuan hukum islam seperti wali atau
maskawin semuanya di laksanakan. Hanya yang di tunda adalah hidup
bersama suami istri hingga mereka dewasa.
C. UPACARA-UPACARA SEBELUM PERKAWINAN
Di bawah ini akan di uraikan adat pemuda dan pemudi sebelum sampai
keputusan untuk melangsungkan perkawinan yaitu:
1. Meleang atau bekemelean
Acara ini di lakukan oleh para pemuda datang kerumah si gadis selepas
pukul 17.30-23.00 malam. Para pemuda yang mengunjungi rumah gadis
duduk bersila di berugaq, si gadis duduk dalam jarak beberapa meter dari
pemuda yang midang.
Midang akan berakhir dengan lahirnya kesepakatan di antara kedua belah
pihak untuk melangsungkan perkawinan. Pada waktu meleang di berikan
suatu pemberian dari laki-laki kepada sigadis seperti pakaian, sabun, uang
atau bahkan selembar sapu tangan saja. Pemberian tersebut dilakukan
dibawah tangan bahkan melalui seorang subandar dilombok pemberian
tersebut akan di kembalikan kepada pihak yang memberikannya apabila
sigadis kawin dengan laki-laki lain dan suaminyalah yang membayarnya
karena di anggap bertanggung jawab atas gagalnya perkawinana dengan
orang yang mula-mula memberikan pelamar tersebut.
2. Merarik atau memaling
Apabila seorang gadis sudah terangan untuk kawin dengan pemuda yang
mencintainya, langkah berikut adalah penentuan waktu bagi mereka untuk
lari bersama.Waktu itu biasanya tidak lebih dari setahun setelah terug dan
ada kalanya begitu terug hanya beberapa hari kemudian si gadis sudah
bersedia untuk lari bersama. Membawa lari gadis yang sudah menyetujui
suatu perkawianan di sebut memaren atau memaling yang di laksanakan
pada waktu malam 6.30-7.30) faktor penyebab terjadinya perkawinan
Merarik pada masyarakat Suku sasak di lombok antara lain: Merupakan
suatu kebiasaan yang sudah ditetapkan dan diatur dalam hukum adat Suku
Sasak;
a. mengurangi terjadinya konflik diantara para pihak dapat menghindari
perpecahan dalam keluarga akibat pilihan tidak sesuai dengan
keinginan orang tua; bebas memilih pasangan yang diinginkan,
b. pelaksanaan kawin Merarik
pada masyarakat Suku Sasak di Lombok yaitu lari bersama antara laki-
laki dan perempuan yang saling mencintai atas keinginan bersama
yang merupakan awal dari prosesi adat,
c. akibat dari perkawinan Merarik menurut
hukum adat Suku Sasak, apabila terjadi penyimpangan maka akan
diambil tindakan hukum oleh Tetua adat yang berupa pembayaran
denda,
d. Caracara
penyelesaian secara adat yang ditempuh masyarakat adat Suku Sasak
apabila salah satu pihak membatalkan perkawinan Merarik yang telah
disepakati; terlebih dahulu akan diselesaikan melalui “Gundern”
(musyawarah adat) yang diikuti dengan pembayaran denda dan sanksi
adat.
3. Nyebaq
orang tua membiarkan anak gadisnya tidak kembali kerumah karena orang
tua sudah tau bahwa anakny pasti di bawa oleh pemuda untuk
dikawininya. Gadis tersebut di sembunyikan dirumah keluarga pemuda
dan tidak di perbolehkan untuk keluar rumah dan jika sigadis keluar rumah
maka pihak keluarga menganggap bahwa sipemuda menghinanya karna
baik pemberitahuan maupun pelaksanaan adat yang dituntut bagi laki-laki
tersebut belum dilakukan dengan ketentuan adat.
4. Sejati atau mesejati
Merupakan kegiatan pertama yang di lakukan oleh pihak gadis di bawa
lari. Selambat-lambatnya 3 hari setelah memaren di kirim pemberitahuan
kepada orang tua sigadis melalui kepala kampung(keliang) di mana sigadis
dan orang tuanya berdomisilii. pengertian lain sejati adalah pemberitahuan
oleh orang tua sigadis kepada kelian bahwa anaknya telah hilang di ambil
orang untuk dikawininya sacara sah.
5. Pemuput selabar
Merupakan hari yang telah di tentukan untuk melaksanakan pemuput
selabar biasanya 3 hari setelah sejati. Upacara dimaksudkan untuk
membicarakan jumlah ajigama dan ajikrama sebagai upaya untuk dapat
melangsungkan akad nikah atau berbagai upacara lainnya menjelang akad
nikah. Istilah pemput selabar dipergunakan di kandang kaoq dan desa-desa
sekitarnya. Ajikrama adalah sejumlah pembayaran yang telah ditetapkan
oleh adat.
6. Sorong serah
Merupakan upacara khusus untuk membayar ajikrama yang sudah di
sepakati pada waktu melakukan pemuput pelabar yang biasanya di
lakukan setelah 5 hari pemuput pelabar dan waktu tersebut digunakan oleh
pihak keluarga si pemuda di persiapkan segala Sesuatu yang di perlukan
sebagai ajikrama dan kirangan. Upacara sorong serah adalah upacara yang
penting sebelum akad nikah. Sebelum upacara sorong serah di mulai oleh
kyai dusun dilakukan upacara merosoh gigi kepada kedua calon pengantin.
Upacara merosoh gigi artinya meratakan gigi dengan alat kikir sebagai
tanda bahwa kedua calon mempelai sudah dewasa jika upacara merosoh
gigi telah dilaksanakan barulah di persiapkan sebuah rombongan yang
akan pergi kerumah calon pengantin wanita berupa jumlah uang dan
barang dan setelah tiba disana akan dijelaskan maksud kedatangan calon
pengantin dengan menggunakan kalimat-kalimat yang resmi.
7. Naekang lekoq
Merupakan upacara yang dilakukan oleh dua orang dari anggota keluarga
terdekat dari pihak laki-laki dan wanita. Utusan tersebut membawa bakul
kecil yang didalamnya diisi sirih, pinang, lampu yang terbuat dari buah
jarak kering. Maksud dari kedatangannya menyerahkan bakul kecil dengan
isinya sabagai symbol bahwa kedua belah pihak telah bersatu dan karena
itu meminta pengesahan dan berkah. Upacara naekang lekoq
dihadapan tuan lokaq kampung .tuan lokaq jabatan dalam masyarakat yang
mewakili seluruh penduduk kampung dalam tanggung jawab pelaksanaan
adat.
8. Nyongkol
Merupakan upacara mengunjungi rumah orang tua calon pengantin wanita
oleh kedua calon pengantin dengan diiringi oleh keluarga dan kenalan
dalam suasana penuh kemeriahan. Tujuannya adalah untuk menampakkan
dirinya secara resmi dihadapan orang tuanya dan keluarga-keluarga
bahkan juga kepada seluruh masyarakat sambil meminta maaf serta
memberi hormat pada kedua orang tua calon pengantin wanita tetapi
sebelum dilakukan nyongkol terlebih dahulu kedua calon mempelai
dipiyas(di hias) dengan menggunakan pakaian adat. Calon pengantin
mengenakan kain batik dan diatas kain batik di lilitkan sabuk atau stagen
yang langsung berfungsi sebagai baju. Calon pengantin laki-laki
mengenakan kain batik dodot seta geratin dikepalanya di gunakan petitis.
Kedua calon pengantin yang sudah siap dengan pakaian adatnya langsung
menuju rumah calon pengantin wanita, kedua calon pengantin langsung
menterbu pintu rumah orang tua pengantin wanita kemudian menyalami
kedua orang tuanya. Pertemuan ini adalah perpisahan bagi pengantin
wanita yang sering diwarnai dengan tetesan air mata. Demikian upacara
nyongkol tersebut dapat di anggap selesai dimana rombongan yang
mengiringi tadi diberikan suguhan minuman ringan seperti teh, kopi atau
kelapa muda.
9. Bedak keramas
Adalah upacara kecil yang dilakukan oleh kedua mempelai sekembali nya
dari nyongkol. Upacara ini di lakukan dirumah calon pengantin laki-laki
dan di pimpin oleh inaq keliang(isteri kepala kampong) jalan upacara
adalah sebagai berikut:
Inaq keliang mengeramasi kepala kedua calon pengantin dengan bedak
langeh yakni adonan kelapa parut, kunyit serta beras sekadarnya. Bedak
langeh digunakan dalam upacara bedak keramas itu yang telah
sebelumnya telah di berikan berkah berupa do’a kyai oleh kampung.
Setelah keduanya dibedak keramasi keduanya dipersilahkan
membersihkan diri pada tempat yang berlainan. Dan setelah itu keduanya
memakai pakaian yang bersih, dimana keduanya siap untuk memasuki
akad nikah, dengan mana mereka di antarkan memasuki hidup bersama
yang sah menurut ajaran agama islam yang di anutnya.
D. UPACARA PELAKSANAAN PERKAWINAN
Adat perkawinan sasak, upacar pelaksanaan perkawinan yang di kandang kaoq
disebut ngawinang dan di tempat lain disebut nikahang. Upacara ngawinang di
kandang kaoq di lakukan di mesjid kampung. Upacara upacara pernikahan
dikandang akoq di pimpin oleh kepala kantor urusan agama kecamatan tanjun
dengan menaati tata cara islam yang umum yakni pembicaraan khotbah nikah
dan ijab Kabul yang di lakukan langsung oleh orang tua si calon pengantin
wanita di hadapkan calon pengantin laki-laki. Khotbah nikah di bacakan
dengan bahasa arab sedangkan ijab Kabul di bacakan dengan menggunakan
bahas setempat.
Bunyi ijab Kabul: “ku kawinkan engkau dengan anakku (….) binti(….)
dengan mas kawin uang sebesar 10 juta rupiah dan seperangkat alat sholat di
bayar tunai”.
Pemuda menjawab: “ saya terima nikah dan kawinnya (….) binti(….)dengan
mas kawin tersebut di bayar tunai”
E. UPACARA-UPACARA SETELAH PERKAWINAN
Setelah perkawinan masih ada lagi upacara sederhana yang di
sebut ngerapahang pengantin. Upacara ini di laksanakan di kandang kaoq pada
waktu sore hari sehari setelah akad nikah. Kunjungan yang dilakukan oleh
kedua pengantin dengan disertai oleh beberapa orang keluarga pengantin laki-
laki. Mereka membawa bokor (pebuan) yang berisi lekoq ( sirih), tembakau,
kapur, dan pinang. Dirumah orang tua pengantin wanita seoang laki-laki wakil
dari keluarga pengantin laki-laki secara resmi menyerahkan pebuan tersebut
dengan mengucapkan kata-kata yang berbunyi:
“tabeq epe inaq amaq eleq si anna, aku serah pebuan kerapahanku dait pihak si
nana, ager taoang isiq inaq amaq si araq eleq pihak si nina banjur kuserah
pebuan kerapahanku, ager bau bedame”
artinya: (saya menyerahkan pebuan kerapahanku atau pebuan perdamaianku
pada pihak keluarga pengantin wanita. Sudah kuserahkan pebuanku
kerapahnku agar kita hidup dalam perdamaian)
Maka pihak wanita langsung menjawab ku terima pebuan kerapahan dari laki-
laki dan aku serah pebuan kerapahankku lagi pada pihak laki-laki agar
disaksikan aku menyerahkan pebuan kerapanku tanda perdamaian. Setelah
saling saut menyaut barulah mereka bersalaman. Pebuan laki laki di ambil
oleh pihak wanita sedangkan pebuan pengantin wanita di ambil oleh pihak
laki-laki

Upacara yang kedua setelah perkawinan adalah ngelewaq yaitu kunjungan


biasan yang di lakukan oleh kedua pengantin kerumah orang tua pengantin
wanita. Ada kalanya pengantin laki-laki tidur semalam dirumah orang tua
pengantin. Ini untuk mendekatkan keluarga baru itu dengan orang tua keluarga
pengantin wanita.
Upacara yang ketiga adalah yang dinamakan menyapu. Selain upacara
ngerapahang pengantin dan ngelewaq di kandang kaoq masih ada upacara
yang disebut menyapu, yang dilakukan beberapa hari setelah akad
nikah.Upacara ini di lakukan oleh kedua pengantin dengan disertai oleh kyai
dan beberapa anggota keluarga pihak laki-laki.
Upacara menyapu artinya membersihka kuburan keluarga atau kuburan
leluhur oleh kedua pengantin dengan disertai do’a kyai yang menyrtainya.
Tujuannya adalah agar perkawinannya diberkahi oleh leluhurnya. Jika
perkawinan tidak diberkahi leluhur, maka dapat menyebabkan sakit, kematian
anak, gila dan sebagainya. Karena itu pula perkawinan perlu di restui oleh
leluhurnya dengan cara menyapu tersebut.

F. ADAT SETELAH PERKAWINAN


Adat menetap sesudah kawin Apabila keluarga baru terbentuk maka keluarga
tersebut tidak langsung menempati rumah sendiri. Ada 3 kemungkinan yang
umum dalam hal menetap sesudah kawin antara lain:
1. Bale mesaq (rumah sendiri)
Bale mesaq merupakan rumah yang dibangun oleh suami sejak sebelum
perkawinan. Rumah tersebut biasanya dibangun disamping rumah orang
tua. Menempati rumah mesaq dipandang sebagai yang paling terhormat
didalam adat menetap sesudah perkawinan dalam adat sasak.
2. Nyodok (numpang)
Nyodok merupakan numpang tinggal di rumah pihak wanita. Ini seringkali
terjadi apabila perkawinan tidak didahului dengan persiapan perumahan.
Dalam masa numpang ini baik sipengantin dan orang tuanya sudah mulai
mengumpulkan bahan-bahan bangunan dan apabila telah cukup barulah di
bangun rumah untuk kedua pengantin.
3. Nurun nina (tinggal di rumah keluarga istri)
Nurun nina artinya ikut istri. Si suami baik atas kemauannya sendiri atau
kemauan istrinya tinggal dirumah ayah istrinya.
G. ADAT DAN UPACARA PERKAWINAN DAERAH NUSA TENGGARA
BARAT DI TINJAU DARI KERANGKA KEBUDAYAAN MENURUT
CHOOLKON
1. Hakekat hidup manusia
Merupakan hakekat yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri dengan
adanya hasrat untuk membentuk suatu keluarga karena didasarkan oleh
beberapa faktor yaitu manusia tidak bisa hidup sendiri dan adanya hasrat
berdasarkan naluri sehingga mendorong manusia untuk melakukan
perkawinan untuk mendapatkan keturunan dan pewaris nilai-nilai yang ada
dalam keluarganya.
Dalam pembentukan suatu keluarga dianjurkan untuk dilakukan
pengesahan menurut agama namun dalam adat perkawinan di daerah
Nusa Tenggara Barat ini upacara pengesahan menurut agama dapat
dilakukan kapan saja menurut kemampuannya bahkan ada yang setelah
memiliki beberapa orang anak.
2. Hakekat karya manusia
Ini terlihat dari adanya suatu keunikan budaya masyarakat Nusa Tenggara
Barat yang dalam melakukan upacara perkawinan terdapat suatu terhadap
dimana calon pengantin pria membawa lari calon pengantin wanita
kemudian disembunyikan di rumah teman atau kerabat laki-laki. Ini
merupakan suatu tradisi yang sangat menarik bagi masyarakat karna di
daerah lain tidak di jumpai prosesi adat seperti ini. Selain itu adanya suatu
bentuk serah serahan dari pihak laki-laki terhadap pihak perempuan.
3. Hakekat hubungan manusia dengan manusia
Sisi lain yang di anggap menarik dalam adat perkawinan daerah ini adalah
dengan adanya itikad baik dari pihak calon mempelai laki-laki untuk
memberitahukan keluarga sang gadis bahwa anak gadisnya yang yang
hilang bukan hilang tak tentu kemana tetapi dibawa lari oleh pria yang
menjadi pilihannya untuk di kawini. Ini bertujuan agar tidak terdapatnya
anggapan yang bukan-bukan dari pihak keluarga sang gadis untuk
mnghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merusak
hubungan yang akan dijalin oleh kedua belah pihak. Selain itu dengan
adanya suatu perkawinan di anggap menyatukan hubungan dua keluarga
dan membentuk suatu jalinan keluarga yang baru.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Miris ketika menatap modernitas, perkembangan zaman membuat tradisi kian
pudar. Seperti yang terjadi pada upacara pernikahan, padahal prosesi ini
mengandung nilai luhur dari adat yang digunakan. Era yang serba praktis,
mengakibatkan keberadaan pernikahan dengan adat menjadi semakin kritis.
Upacara pernikahan dengan adopsi budaya adat adalah suatu hal yang unik.
Bukan hanya mencitrakan kesukuan dan identitas, upacara dengan adat juga
menunjukkan suasana sakral dan mengukuhkan kelestarian budaya.
Indonesia sebagai negara pemangku keanekaragaman budaya, menaungi
daerah-daerah yang memiliki upacara adat pernikahan yang menarik, salah
satunya adalah Tradisi Selarian Merarik yang dilakukan oleh Suku Sasak,
Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Anda mungkin juga menyukai