Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin defekasi
yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2010). Diare adalah gejala
kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2011). Diare mengacu pada
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak
terbentuk (Nethina, 2011). Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja
(Behrman, 2014). Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari
empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas
defekasi.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.

B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2014).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan Salmonella
serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan terapi
antibiotik.

b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling


sering.

c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti,
iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:

a. Sindrom malabsorpsi

b. Defek anatomis

c. Reaksi alergik

d. Intoleransi laktosa

e. Respons inflamasi

f. Imunodefisiensi

g. Gangguan motilitas

h. Gangguan endokrin

i. Parasit

j. Diare nonspesifik kronis

3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2014)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan
atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2014).
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Diare akut

- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.

- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.

- Demam.

2. Diare kronik

- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.

- Penurunan BB dan nafsu makan.

- Demam indikasi terjadi infeksi.

- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dengan
adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.

- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile


ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.

- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

2. Diare kronis

Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas


diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah,
tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi
tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.

- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.

- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit,
kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang
terstandardisasi.

- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
dan/atau CT pankreas.

- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit seliaka


dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan ketika
mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya
kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).

- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan


bakteri pada usus halus (laktulosa).

- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn atau
bahkan struktur usus halus.

- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan terakhir
daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat
untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
E. Gambar
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus dilakukan
pengukuran kadar hormon puasa.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2011).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.

2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid


(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-infeksius.

3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare


memburuk.

4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan
kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang
sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl
isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan.
H. Asuhan Keperawatan

No. Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


Keperawatan Keperawatan
1. Batasan karakteristik : Kekurangan Output berlebih Kekurangan
- Perubahan status volume cairan volume cairan
mental berhubungan
- Penurunan tekanan dengan output
darah berlebih
- Penurunan tekanan
nadi
- Penurunan turgor
kulit
- Peurunan haluaran
urine
- Membran mukosa
kering
- Kulit kering
- Peningkatan
hematokrit
- Peningkatan suhu
tubuh
- Peningkatan
frekuensi nadi
- Peningkatan
konsentrasi urine
- Penurunan berat
badan
- Haus
- Kelemahan
2. Batasan karakteristik : Gangguan nutrisi Intake makanan Gangguan
- Kram abdomen kurang dari yang tidak adekuat nutrisi kurang
- Nyeri abdomen kebutuhan tubuh dari kebutuhan
- Menghindari tubuh
makanan berhubungan
- Berat badan 20% dengan intake
atau lebih di bawah makanan yang
berat badan ideal tidak adekuat
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut
berlebihan
- Bising usus
hiperaktif
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Penurunan berat
badan dengan asupan
makanan adekuat
- Membran mukosa
pucat
- Ketidakmampuan
memakan makanan
- Tonus otot menurun
- Mengeluh gangguan
sensasi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kekurangan Setelah dilakukan Fluide management
volume cairan tindakan 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
berhubungan keperawatan 2. Pertahankan catatan intake dan output
dengan output selama 3 x 24 jam, yang akurat
berlebih diharapkan 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
(00027). kebutuhan cairan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dan elektrolit ortostatik), jika diperlukan
dalam tubuh 4. Monitor vital sign
pasien dapat 5. Kolaborasikan cairan IV
teratasi dengan 6. Monitor status nutrisi
kriteria hasil: 7. Dorong masukan oral
- Input dan output 8. Kolaborasi dengan dokter.
cairan elektrolit
seimbang. Hypovolemia Management
- Menunjukkan 1. Monitor status cairan termasuk intake dan
membran mukosa output cairan
lembab dan turgor 2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
jaringan normal. 3. Monitor respon pasien terhadap
2 Gangguan Setelah Nutrition management
nutrisi kurang dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tindakan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
tubuh keperawatan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
berhubungan selama 3 x 24 3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan intake IV
dengan intake jam, 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
makanan yang diharapkan vitamin C
tidak adekuat kebutuhan 5. Berikan substansi gula
nutrisi pasien 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
dapat teratasi 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
dengan kriteria
hasil: Nutrition Monitoring
- Berat badan 1. BB pasien dalam batas normal
ideal sesuai 2. Monitor adanya penurunan berat badan
dengan tinggi
badan
- Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
- Menunjukan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari menelan
- Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti
Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson,
Volume 2. Edisi 15. Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.
Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ebp Hcu
    Ebp Hcu
    Dokumen12 halaman
    Ebp Hcu
    Ryandriyana
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan
    Ryandriyana
    Belum ada peringkat
  • Penkes Peb
    Penkes Peb
    Dokumen8 halaman
    Penkes Peb
    Ryandriyana
    Belum ada peringkat
  • LP BP
    LP BP
    Dokumen25 halaman
    LP BP
    Ryandriyana
    Belum ada peringkat