Penyusun:
dr. Widia Pinasthika
Pembimbing Kasus:
dr. Ari Sisworo, Sp.PD
Pembimbing Internsip:
dr. Ganty Oktapariani
dr. Ibrahim Muhammad
PORTOFOLIO
Kasus 1
Topik : CHF et causa HHD
Tanggal (kasus) : 11 Juni 2018 Presenter : dr. Widia Pinasthika
dr. Ari Sisworo, Sp.PD
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Ganty Oktapariani
dr. Ibrahim Muhammad
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Seorang laki laki datang dengan keluhan sesak nafas
□ Tujuan : Menegakkan diagnosis
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara □ Presentasi dan □ Pos
□ Diskusi □ E-mail
Membahas : Diskusi
Data Pasien : Nama : Tn S , Laki-laki, 64 thn No. Registrasi : 18.009861
Nama RS: RS Ar Bunda Lubuk Linggau Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
- Gambaran Klinis: Sejak 3 hari SMRS pasien sering mengeluhkan sesak napas, sesak
dirasakan hilang timbul, muncul saat beraktifitas dan hilang jika pasien beristirahat.
Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dingin, debu, atau makanan dan sesak tidak diawali
dengan demam. Keluhan sesak juga menyebabkan pasien sering terbangun malam hari
dan merasa nyaman bila tidur dengan bantal yang ditinggikan. Pasien juga mengeluhkan
kedua kakinya bengkak sejak 3 hari SMRS. Pasien diketahui memiliki riwayat
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien tidak rutin mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah. Nyeri dada (-), batuk pada malam hari (-), batuk bercampur darah (-),
demam (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien tidak pernah mengalami keluhan
yang sama sebelumnya. Pasien kemudian berobat ke IGD RS Ar Bunda.
2
1. Riwayat Pengobatan: -
2. Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu
3. Riwayat Keluarga : Riwayat dalam keluarga yang mengalami penyakit yang sama
disangkal
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi CHF
2. Penyebab CHF
3. Klasifikasi CHF
4. Patofisiologi CHF
5. Diagnosis CHF
1. Subjektif :
Os datang dengan sesak nafas yang dirasakan hilang timbul, muncul saat beraktifitas dan
hilang jika pasien beristirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dingin, debu, atau
makanan dan sesak tidak diawali dengan demam. Keluhan sesak juga menyebabkan
pasien sering terbangun malam hari dan merasa nyaman bila tidur dengan bantal yang
ditinggikan.
2. Objektif :
a. Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Bentuk : Normosefali
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-) faring hiperemis
Cor : Bunyi Jantung I dan II (+) reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, perkusi timpani
Hepar : Tidak Teraba
Lien : Tidak Teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, clubbing finger (-),
edema pretibial (+/+)
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 12,4
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 6.500 4500-10.700 ul
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 5,5
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 40-54 %
Hematokrit 38%
Wn: 38-47 %
Trombosit 222.000 159-400 u\l
3. Assesment :
dihasilkan tekanan yang lebih besar dari tekanan di perifer sehingga perfusi sistemik tetap terjaga
yang kemudian, apabila mekanisme kompensasi tidak dapat dicapai lagi, dapat menyebabkan
terjadinya disfungsi sistolik atau gagal jantung kiri dan seterusnya terjadi backward failure yang
lama kelamaan menyebabkan bendungan di sistem pulmoner sehingga turut berperan dalam
menyebabkan gagal jantung kanan (gagal jantung kongestif).
4. Plan :
Pengobatan:
- IVFD RL gtt x/menit (mikro)
- Inj. Furosemid 2x1 amp
- Letonal 1x25 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Ramipril 1x5 mg
- Laxadin syr 2xC
- Kateter Urin
Pendidikan :
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarganya
Memberitahu bahwa gagal jantung adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
namun dengan pengelolaan yang baik dapat dikendalikan.
Perlu diketahui bahwa gagal jantung dapat berkembang meskipun gejala gejala sudah
membaik.
Untuk dapat menjaga stabilitas penyakit ini pasien harus mengendalikan faktor resiko
dan melakukan management perawatan diri dirumah antara lain menimbang berat
badan setiap hari, mengurangi asupan garam, membatasi asupan cairan, berhenti
merokok/alkohol, memperbanyak aktifitas dan olahraga seperti jalan kaki selama 30
menit per hari dimulai dengan 5 menit dan berhenti bila terdapat keluhan,
menghindari aktifitas yang berlebihan dan minum obat secara rutin sesuai anjuran
dokter dan kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis.
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
CHF adalah kelainan struktur dan fungsi jantung sehingga jantung gagal
kelebihan volume cairan dalam tubuh (udema perifer dan ronki pulmonal).7
2.1.2 Etiologi
70% (gagal jantung sistolik) dan penyakit arteri koroner merupakan prediktor
simptomatis. Hipertensi dan penyakit katup jantung juga merupakan faktor resiko
yang cukup signifikan dalam menyebakan gagal jantung yaitu dengan angka
kejadian sebesar 1.4 – 1.6%. Diabetes melitus, DM, meningkatkan resiko gagal
jantung yang disebabkan oleh kardiomiopati menjadi dua kali lipat dan pada
wanita, DM menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit arteri koroner yang
juga bisa berakibat menjadi gagal jantung. Merokok, pola hidup inactive, dan
obesitas juga termasuk faktor resiko yang harus diperhatikan, karena banyak
2) Aterosklerosis koroner
2.1.3 Klasifikasi
3
Terjadi limitasi 4
2
1 aktivitas fisik. Setiap aktivitas
Sedikit limitasi
Saat istirahat, fisik yang
Tanpa limitasi aktivitas fisik,
tidak ada dilakukan
aktivitas fisik. hilang saat
keluhan. menimbulkan
Aktivitas fisik istirahat.
Aktivitas fisik gejala CHF,
yang biasa tidak Aktifitas fisik
yang lebih ringan bahkan saat
menimbulkan yang biasa
dari aktifitas fisik istirahat juga
gejala CHF menimbulkan
biasa menimbulkan
gejala CHF
menimbulkan keluhan
gejala CHF
9
Stadium ACCF/AHA
A : Beresiko terjadinya CHF tanpa kelainan struktur jantung atau gejala dari CHF
B : Kelainan struktural jantung ada, gejala dari CHF tidak ada
C : Kelainan struktural jantung ada, gejala dari CHF ada
D : Gejala yang berat dari CHF dan perlu intervensi spesialisasi
ejection fraction (LVEF), apakah tergolong preserved (>50%) atau reduced LVEF
meningkat, dan pada gagal jantung diastolik justru sebagian besar (40 – 50%)
2.1.4 Patofisiologi
masalah, yaitu :
ventrikel (suatu bentuk gagal sistolik) atau adanya gangguan relaksasi ventrikel
a. Disfungsi sistolik
(dapat disebabkan oleh rusaknya miosit, abnormalitas fungsi miosit atau fibrosis,
serta akibat pressure overload yang menyebabkan resistensi atau tahanan aliran),
sehingga isi sekuncup ventrikel berkurang, adanya penurunan curah jantung dan
volume akhir sistolik meningkat Akibat dari peningkatan volume akhir sistolik,
saat darah dari vena pulmonalis kembali ke jantung yang sedang terganggu,
volume diastoliknya meningkat lebih besar, sehingga tekanan dan volume akhir
b. Disfungsi diastolik
Terdapat gangguan pada relaksasi diastolik dini (suatu proses yang aktif
pasif) atau kedua-duanya yang paling sering disebabkan oleh penyakit jantung
tekanan yang lebih besar. Tekanan diastolik meningkat akan diteruskan ke atrium
kiri kemudian ke vena dan kapiler paru. Kenaikan tekanan hidrostatik di kapiler
Gagal jantung kongestif terjadi pada kondisi gagal jantung kiri jangka panjang
yang diikuti dengan gagal jantung kanan atau sebaliknya, namun kebanyakan
regurgitasi katup atau ada pirau) maka panjang serat jantung juga
Gambar 2.3 Gambaran jantung normal dan kelainan – kelainan pada jantung
14
2.1.5 Diagnosis
berikut : 1,7
a. Anamnesis
hari (sampai terbangun), cepat lelah, tidak tahan dengan latihan berat,
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan laboratorium
>50%).
iii. EKG
miocard akut atau kronis, dan atrial fibrilation dapat diidentifikasi dan
16
kepada kardiolog.
dipakai sebagai panduan, yaitu kriteria Framingham dan Boston, sebagai berikut :
Framingham7 Boston12
5 hari pengobatan
Nilai 8-12 : pasti CHF
2.1.6 Penatalaksanaan
tatalaksana CHF terbaru yaitu berdasarkan AHA 2013 serta berdasarkan alur
terapi oleh American Family Physician (AAFP) 2010 seperti yang ditampilkan di bawah ini:
16
Beban awal jantung dapat dikurangi dengan membatasi asupan garam dalam
makanan, bila perlu beri diuretik untuk mengantisipasi retensi natrium dan air (jika
gejala menetap). Vasodilatasi vena dapat menurunkan beban awal dari jantung
aliran darah mengalir ke perifer dan mengurangi aliran balik vena ke jantung.
umumnya dipakai vasodilator yang bekerja dengan cara dilatasi langsung otot
output dapat lebih besar pada volume dan tekanan diastolik tertentu.
17
(NYHA fc II – IV)
Hipertensi adalah kenaikan tekanan sitolik besar atau sama dengan 140 mmHg dan
tekanan diastolik besar atau sama dengan 90 mmHg. Patofisiologi dari hipertensi
menyebakan gagal jantung dapat dilihat pada gambar di bawah:
18
Pencegahan gagal jantung pada kasus hipertensi dapat dilakukan sesuai dengan hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh Mostered dkk (1999) menunjukkan bahwa pengobatan
hipertensi yang efektif dapat menurunkan angka kejadian hipertrofi ventrikel kiri dan angka
kematian kardiovaskular, sehingga menurunkan insidensi gagal jantung sebesar 35 sampai
50%. Secara klinis derajat hipertensi dapat diklasifikasikan sesuai dengan rekomendasi dari
“The Seventh Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment
of High Blood Pressure “ (JNC – VII, 2003) sebagai berikut :
Klasifikasi Tekanan
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
normal (IMT = 18,5 – 24,9 kg/m2), perencanaan makan DASH, mengurangi asupan
Menu makanan yang dianjurkan oleh JNHC 7 tahun 2004 dan AHA tahun 2006 yaitu
mengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya seperti kacang-
kacangan. Konsumsi garam natrium dan minuman beralkohol sebaikny juga dibatasi.
20
3. Pengobatan
Untuk obat- obatan preventif terjadinya gagal jantung pada hipertensi yang
terbukti menurunkan angka mortalitas :
Diuretik
Beta bloker (bisoprolol fumarate, metoprolol succinate, and carvedilol)
ACE Inhibitor (seperti enalapril)
ARB (candesartan)
Antagonis aldosteron (spironolakton)
21
DAFTAR PUSTAKA