Anda di halaman 1dari 14

JUDUL/COVER

KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Nasional Pendidikan yang telah di rumuskan oleh Menteri

Pendidikan Indonesia sejatinya sangat cocok dengan tujuan pendidikan nasional

yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 “... mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia...”. Tetapi sayangnya,

apa yang telah di rumuskan belum terlaksana dengan baik. Pendidikan Indonesia

tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyetaraan Standar Nasional

Pendidikan di desa dan di kota yang sejak dulu digencar-gencarkan akan

dilakukan sampai sekarangpun belum terlaksana dengan baik. Bagi kita yang

selalu menyaksikan siaran di televisi pasti tahu seberapa besar perbedaan yang

terlihat antara sekolah- sekolah yang berada di kota dan di desa. Di kota sarana

dan prasarana yang mendukung kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) sangat

baik ditunjang lagi dengan tenaga pendidik yang profesional serta semakin

berkembangnya sekolah-sekolah berstandar internasional dan sekolah

berbasis Information and Communication Technology (ICT). Namun, lain halnya

dengan potret pendidikan di desa. Di desa tedapat begitu banyak kekurangan

mulai dari sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung, tenaga pendidik

yang tidak profesional, PBM yang berjalan tidak sesuai harapan, dan lain-lain.

Sedangkan pada saat Ujian Nasional, siswa-siwa yang di desa dituntut agar bisa

melewati ujian nasional dengan baik. Padahal PBM yang mereka lewati tidak
setara dengan yang di dapat oleh teman-teman mereka yang ada di kota. Ini

merupakan salah satu masalah bagi mereka, karena apa yang mereka dapatkan

tidak sebanding dengan apa yang didapatkan oleh siswa-siswa yang ada di kota.

Semua masalah ini terjadi karena tidak terjadi pemerataan pendidikan di

Indonesia, yang di kota semakin berkembang dan yang di desapun semakin

tertinggal.

Seiring semakin pesatnya perkembangan teknologi, tentunya masalah itu

sudah bisa di atasi. Salah satunya dengan menggunakan bantuan multimedia

sebagai penyetara Standar Nasional Pendidikan. Multimedia ini akan membantu

sekolah-sekolah yang mempunyai masalah dalam pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan. Mulai dari multimedia sebagai pengganti laboratorium, multimedia

sebagai pembantu tenaga pendidik dalam menyampaikan pelajaran. Multimedia

juga menjadikan tenaga pendidik lebih kreatif dalam menciptakan suasana belajar

agar tidak monoton dan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Sehingga

tercapailah peran multimedia sebagai penyetara pendidikan antara di kota dan di

desa.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan Makalah

D. Manfaat penulisan Makalah

BAB II

PEMBAHASAN
A. Keadaan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah topik pembicaraan yang selalu dibicarakan di mana saja

dan kapan saja. Permasalahan tentang pendidikan selalu menjadi hal yang gencar

dibicarakan. Semua negara berlomba-lomba untuk memajukan pendidikan di

negaranya, tidak terkecuali Indonesia. Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia tetapi sayangnya peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia itu hanya terpusat di kota-kota besar saja. Hal itulah yang

menyebabkan tidak setaranya hasil yang didapat oleh siswa-siswi yang bersekolah

di kota dan di desa. Jika permasalahan itu tidak segera diselesaikan maka

perbedaan hasil dari proses pendidikan di kota dan di desa akan semakin jauh.

Sebaiknya pemerintah harus sesegera mungkin untuk mengatasi masalah tersebut

dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada di sekolah pedesaan. Namun,

hal itu tidak bisa dilakukan secepat mungkin. Maka pernanan teknologi di situasi

ini sangat berarti. Tekonologi yang dapat kita manfaatkan pada situasi ini adalah

teknologi multimedia.

B. Perkembangan Multimedia dalam Pendidikan

Pada tahun 1960-an komputer telah menghasilkan teks, suara, dan grafik walaupun

teks,suara, dan grafik yang dihasilkan masih sangat sederhana sehingga bisa digunakan

dalam media pendidikan. Uji coba pembelajaran berbasis komputer pertama kali di

dicoba dan digunakan di sekolah-sekolah umum sebagai media pembelajaran. Hadirnya

multimedia di dalam dunia pendidikan merupakan bagian dari perkembangan

pembelajaran berbasis komputer. Padan tahun 1990 multimedia interaktif mulai

berkembang, para pendidikpun mulai mempertimbangkan implikasi apa yang akan timbul

jika pembelajaran berbasis multimedia diterapkan di sekolah. Pada awalnya multemedia


interaktif diterapkan di bidang pendidikan dengan tujuan untuk meminimalisir biaya

dalam pendidikan. Penggunaan multimedia dalam pendidikan menawarkan biaya yang

lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional. Di era teknologi ini

munculnya multimedia telah mengubah cara pendidik mengajar dan cara belajar peserta

didik.

C. Aplikasi Multimedia dalam Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya adalah salah satu cara yang di gunakan manusia

untuk menggali potensi yang ada pada dirinya. Hal yang terpenting di dalam

pendidikan adalah proses, jika proses yang dijalani benar maka pada akhirnya

akan tercapailah tujuan dari pendidikan itu. Tujuan dari pendidikan adalah

memberantas sifat ketidaktahuan, ketidakmampuan dalam bersaing, kesalahan

dalam penerjemahan keadaan dan lain-lain. Terkait dengan hal di atas beberapa

tokoh mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan. Menurut Ki Hajar

Dewantara dalam mulyasana (2012:3) memandang ‘Pendidikan umumnya berarti

daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran

(intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya’. Hal

yang serupa juga diungkapkan oleh H. Horne dalam Mulyasana(2012:3) yang

mengartikan pendidikan sebagai

‘proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih bagi
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional, dan kemanusian dari manusia’.
Pegertian pendidikan juga diungkapkan oleh GBHN dalam Ahmadi dan Uhbiyati

(2003:70) ‘pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup’. Amir
Daien Indrakusum (1973:27) juga menuturkan pendapatnya tentang pendidikan.

Menurutnya pendidikan ialah “bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada

anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat

dewasa”. Dari ke-4 pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

suatu proses yang dijalani oleh manusia untuk memberantas ketidaktahuan dan

suatu tahapan yang dilewati untuk menuju kedewasaan yang berlangsung seumur

hidup.

Sejak tahun 1990 pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tradisional

secara perlahan-lahan telah digantikan dengan pembelajaran berbasis komputer.

Pembelajaran berbasis komputer berkembang dengan sangat pesat, ia semakin

mendapat perhatian. Perkembangan dalam teknologi multimedia pula menjanjikan

potensi yang besar dalam merubah cara seseorang belajar. Menurut Munir dan

Halimah dalam Munir (2012:2) mengatakan bahwa ‘multimedia adalah

keterpaduan diantara berbagai media teks, gambar, video, dan animasi dalam satu

media digital yang mempunyai kemampuan untuk interaktif, umpan balik, dan

informasi diperoleh dengan cara yang nonlinier’. Pendapat lain yang serupa juga

diungkapkan oleh Reddi dalam Munir (2012:3) yang mengartikan multimedia

sebagai

‘suatu integrasi elemen beberapa media (audio, video, grafik, teks, dan
animasi, dan sebagainya) menjadi sebuah kesatuan yang energis dan
simbiosis yang memberikan hasil lebih menguntungkan bagi pengguna
ketimbang elemen media scara individual’.
Hal yang tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Oblinger dalam Munir (2012,2)

Oblinger mendefenisikan multimedia sebagai ‘penyatuan dua atau lebih media

komunikasi seperti teks, grafik, animasi, video, dan sebagainya’. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa multimedia adalah gabungan dari beberapa media (audio,

video, grafik, teks, animasi, dan lain-lain) yang digunakan sebagai penyampai

informasi agar lebih menarik dan interaktif.

Selain itu menurut warsita (2008:153) “penggunaan media audio, TV,

video, slide suara dan buku yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai

kompetensi atau tujuan pembelajaran tertentu” juga dapat disebut sebagai

multimedia. Sehingga dapatlah dikatan bahwa multimedia yang digunakan dalam

PBM disebut sebagai multimedia pembelajaran. Sebuah multimedia

pembelajaran haruslah bersifat interaktif dan terprogram. Dengan kemajuan

teknologi saat ini khususnya teknologi komputer, tidaklah sulit bagi seseorang

untuk membuat sebuah multimedia pembelajaran ditambah lagi dewasa ini

seorang guru telah dituntut untuk menguasai teknologi. Multimedia pembelajaran

dewasa ini juga bisa kita dapatkan dari internet atau dari blog-blog seseorang.

Berikut ini merupakan beberapa contoh pengamplikasian multimedia di dalam

pendidikan dari www.jz –media.com dalam Munir (2012:41) yaitu ‘sebagai

kamus elektronik, sebagai eksperimen, simulasi proses kerja, bahan sejarah,

sumber rujukan elektronik, pendidikan permainan dan hiburan’.

D. Multimedia sebagai Penyetara Standar Nasional Pendidikan di Desa


dan di Kota

Pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua, mulai dari pemerintah

sampai ke masyarakat berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia demi tercapainya tujuan pendidikan Indonesia yang tercantum dalam

UUD 1945 “.... mencerdaskan kehidupan bangsa..”. Hasil yang di harapkan dari

penerapan Sistem Pendidikan Nasional adalah kecerdasan bangsa yang sesuai


dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan menurut

Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 dalam mulyasana (2012:3) adalah

‘kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara

Republik Indonesia’. Adapun Standar Nasional Pendidikan meliputi:

1. Standar isi
2. Standar kompetensi lulusan
3. Standar proses
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian
Dari delapan standar pendidikan di atas yang akan dibahas pada makalah ini

hanya dua standar saja, diantaranya standar pendidik dan tenaga kependidikan

serta standar sarana dan prasarana. Karena seperti yang kita ketahui permasalahan

besar yang sering muncul disekolah yang ada di desa adalah tidak terpenuhinya

kedua standar pendidikan tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun

2005 dalam Mulyasana (2012:5) ‘Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam rangka

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu’. Standar Nasional Pendidikan

bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa sesuai dengan apa yang tercantum dalam UUD 1945 dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang mertabat. Tidak ada yang salah

dengan makna, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional. Tetapi di dalam

pelaksanaannya selalu ada penghambat disebabkan oleh tidak adanya penyetaraan

pendidikan di kota dan di desa. Maka di sinilah peran multimedia sangat

dibutuhkan. Multimedia bisa membantu pemerintahan dalam memperbaiki standar

pendidikan yang ada di desa, multimedia bisa di integrasikan ke dalam PBM yang
ada di sekolah. Berikut penjelasan tentang fungsi multimedia sebagai penyetara

kedua Standar Nasional Pendidikan diatas adalah:

1. Penyetara Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 dalam Munir

(2012:63) tentang pendidik dan dosen

‘pendidik sebagai pekerjaan profesional harus memiliki prinsip-


prinsip profesional seperti yang tercantum pada pasal 7 ayat 1,
yaitu: profesi pendidik dan dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai
berikut: (a) memiliki minat, bakat, panggilan jiwa dan idealisme;
(b) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugasnya; (c) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (d) memenuhi kode etik
profesi; (e) memiliki hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas
...’.
Kenyataan yang terlihat di desa prinsip-prinsip profesional seorang

tenaga pendidik tidak teraplikasi dengan baik. Pemandangan tenaga

pendidik yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya adalah hal yang biasa. Bukan

menjadi pemandangan yang aneh jika banyak orang yang mengatakan

bahwa menjadi seorang guru adalah mudah. Jika seseorang mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang mata pelajaran yang akan diberikan,

maka orang itu akan dapat mengajarkan mata pelajaran tersebut. Dengan

demikian dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yang pandai maka dia

bisa menjadi seorang guru. Tetapi secara praktisnya tidak semua orang

yang pandai mengajar bisa menjadi guru, karena seorang guru haruslah

memiliki minat, bakat, panggilan jiwa dan idealisme. Masalah selanjutnya

terletak banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang


kemampuannya, misalnya seorang pendidik yang merupakan lulusan dari

fakultas perekonomian menjadi guru pada mata pelajaran seni tari.

Biasanya ini terjadi karena kurangnya tenaga pendidik. Inilah yang

menjadi awal dari permasalahannya. Materi yang disampaikan bisa jadi

tidak dapat dimengerti oleh siswa dan bisa jadi siswa tidak pernah

diajarkan teknik menari karena mungkin pendidik tersebut juga kurang

memahami materi yang akan disampaikannya. Tapi masalah ini bisa

teratasi dengan pemanfaatan multimedia dalam penyampaian materi dan

praktiknya. Pada saat PBM berlangsung video yang ditampilkan bisa

melengkapi materi yang telah disampaikan oleh guru.

2. Penyetara Standar Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tidak lengkap di sekolah akan mengganggu

jalannya PBM. Sekolah yang memenuhi standar sarana dan prasanara

adalah sekolah mempunyai ruang kelas yang baik, laboratorium IPA,

laboratorium bahasa dan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan

peralatan yang memadai. Biasanya pemandangan seperti itu terlihat di

sekolah-sekolah yang ada di kota. Sedangkan sekolah yang ada di desa

belum memenuhi standar sarana dan prasarana. Maka multimedia bisa

menjadi solusinya. Misalnya mengatasi kendala untuk sekolah yang tidak

memiliki laboratorium dan peralatan praktikum, maka untuk membuat

siswa memahami materi tersebut dapat dimanfaatkan multimedia yang

berisi simulasi-simulasi dari sebuah praktikum. Multimedianya dapat

berbentuk video animasi dan video tersebut diperlihatkan kepada siswa

pada saat pelajaran dikelas. Sehingga dengan melihat multimedia tersebut,


siswa dapat memahami walaupun tidak melakukan praktikum secara

langsung.

Menurut Tilaar (2006:135) standarisai pendidikan yang telah dibuat

memiliki tujuan utama yaitu “tidak membeda-bedakan antara peserta didik yang

berbeda tingkat sosial ekonominya, mempunyai kesempatan untuk mencapai

standar yang sama”. Dari pendapat tersebut dengan kata lain dapat disimpulkan

bahwa standarisasi pendidikan juga bertujuan untuk tidak membedakan antara

peserta didik yang ada di kota dengan peserta didik yang ada di desa. Tetapi

walaupun demikian kesenjangan pendidikan masih saja kita rasakan. Namun

dengan bantuan teknologi multimedia seperti yang terdapat pada uraian-uraian

diatas telah tercapailah tujuan multimedia sebagai penyetara Standar Nasional

Pendidikan khususnya penyetara standar pendidik dan tenaga kependidikan dan

penyetara standar sarana dan prasarana. Dengan demikian, siswa-siswa yang ada

di desa juga dapat memahami pelajaran yang sama dengan pelajaran yang

dipelajari oleh siswa-siswa yang ada dikota.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

a. Pemerintah sebaiknya memperhatikan proses persebaran pendidikan agar

tidak hanya terpusat di kota-kota saja.

b. Penggunaan multimedia dalam pendidikan seharusnya lebih dioptimalkan

karena multimedia bisa membuat proses belajar lebih menarik.


Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai