Anda di halaman 1dari 2

Pilihan Nilai Wajar

Selama lebih dari 400 tahun, akuntansi keuangan sangat bergantung pada model
biaya historis. Dengan model biaya historis ini, aset dan kewajiban dinilai berdasarkan
harga yang diperoleh pada saat transaksi aktual di masa lalu. Contohnya, nilai tanah
yang dilaporkan dalam neraca didasarkan atas harga ketika tanah tersebut pada awalnya
dibeli; nilai persediaan barang jadi yang dilaporkan hanya ditentukan oleh biaya produksi
berdasarkan harga input yang dibayarkan. Laba terutama ditentukan dengan mengakui
pendapatan yang diperoleh dan direalisasi selama periode dan mengaitkan biaya dengan
pendapatan yang diakui. Beberapa deviasi dari harga perolehan dapat dilakukan apabila
dengan dasar konservatif. Contohnya, persediaan dapat dinilai dengan aturan harga
perolehan atau harga pasar, dari harga mana yang lebih rendah (lower-of-cost-or-market-
value LORCOM).
Alternatif model biaya historis ini adalah akuntansi penilaian wajar (fair value
accounting). Dengan model akuntansi penilaian wajar, nilai aset dan kewajiban
ditentukan oleh nilai wajar (biasanya harga pasar) pada saat tanggal pengukuran (kira-
kira tanggal laporan keuangan). Sebagai contoh dengan model ini, nilai tananh yang
dilaporkan dalam neraca akan mempresentasikan harga pasar pada tanggal neraca; dan
nilai persediaan barang jadi yang dilaporkan akan merefleksikan perkiraan harga pasar
pada saat tanggal neraca dikurangi oleh biaya langsung penjualan. Laba dengan model
ini cukup merefleksikan perubahan bersih dalam nilai wajar aset dan kewajiban selama
periode.
Akuntansi secara perlahan, tetapi pasti akan bergerak menuju model akuntansi
penilaian wajar. Meskipun model akuntansi penilaian wajar ini hanya diaplikasikan
secara terbatas sejak 20 tahun terakhir, terdapat kemajuan yang signifikan menuju adopsi
yang lebih luas. SFAS 157 menyediakan pedoman dasar dalam mengadopsi model
akuntansi penilaian wajar dan SFAS 159 merekomendasikan adopsi sukarela bagi kelas
aset dan kewajiban yang lebih luas. Meskipun penggunaan akuntansi penilaian wajar
masih terbatas pada aset dan kewjiban keuangan - seperti surat berharga atau instrumen
utang - terdapat indikasi bahwa adopsi yang komprehensif dari akuntansi penilaian wajar
untuk semua aset dan kewajiban - termasuk aset dan kewajiban operasi - mungkin
dilakukan di masa depan.
Standar terbaru (SFAS 159) mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara
selektif sekuritas-yang-dimiliki-hingga-jatuh-tempo dan sekuritas-tersedia-untuk-dijual
pada nilai wajar. Jika sebuah perusahaan memilihi pilihan lain, akuntansi untuk
sekuritas-tersedia-untuk-dijual dan sekuritas-yang-dimiliki-hingga-jatuh-tempo akan
sama dengan dicatat dalam sekuritas yang diperdagangkan dibawah peraturan SFAS 115.
Terutama, untuk semua saham investasi (diperdagangkan, tersedia-untuk-dijual, dimiliki-
hingga-jatuh-tempo), (1) nilai tercatat pada neraca merupakan nilai wajar, dan (2) semua
keuntungan dan kerugian yang tidak diakui akan dimasukkan dalam laba bersih. Pilihan
nilai wajar dapat diaplikasikan secara selektif dan sukarela pada kelompok sekuritas
manapun yang dipilih perusahaan, tapi sekali nilai wajar telah dipilih untuk suatu
kelompok tertentu, perusahaan tidak dapat mengubah pilihan tersebut.
Pilihan nilai wajar tidak tersedia untuk investasi ekuitas yang perlu dikonsolidasi.
Selain itu, juga tidak diperbolehkan sekuritas tersebut untuk mengaplikasikan akuntansi
metode ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai