PENGERTIAN BATUK
Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam
membersihkan saluran nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus,
zat beracun dan infeksi dari laring, trakhea, serta bronkus. Batuk juga bisa
menjadi pertanda utama terhadap penyakit perafasan sehingga dapat
menjadi petunjuk bagi tenaga kesehatan yang berwenang untuk membantu
penegakan diagnosisnya (Chung, 2003).
Jenis-jenis batuk meliputi batuk kering dan batuk berdahak.Tanda-
tanda awal batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yang
memicu batuk. Batuk tanpa dahak ini biasanya terjadi pada tahap akhir
pilek atau ketika ada paparan iritasi. Pada kasus yang berdahak, batuk
justru sangat membantu karena berfungsi mengeluarkan dahak tersebut
bisa berasal dari tenggorokan, sinus, serta paru-paru.
Berdasarkan durasinya, batuk dibedakan menjadi batuk akut,
subakut, dan batuk kronis. Batuk akut yaitu batuk yang terjadi kurang dari
3 minggu. Batuk subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3-8 minggu,
sedangkan batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Dari
durasi batuk maka dapat diprediksi penyakitnya. Misalnya batuk akut yang
biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau bisa
juga karena pnemonia dan gagal jantung kongestif. Batuk subakut bisa
disebabkan oleh batuk pasca infeksi, bakteri sinusitis maupun batuk karena
asma. Sedangkan batuk kronis bila terjadi pada perokok biasanya
merupakan penyakit chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan
pada non perokok kemungkinan adalah post-nasal drip, asma dan
gastroesophageal reflux disease (GERD).
Bila berdasarkan tanda klinisnya, batuk dibedakan menjadi batuk
kering dan batuk berdahak. Batuk kering merupakan batuk yang tidak
dimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, biasanya karena
rangsangan dari luar. Sedangkan batuk berdahak merupakan batuk yang
timbul karena mekanisme pengeluaran mukus atau benda asing di saluran
nafas (Ikawati, 2009).
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea,
bronkus besar, atau serat aferen cabang faring dari nervus
glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila
reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan
saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi
otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan
cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk
ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada
membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara
ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu
akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
adductor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada
fase ini tekanan intratoraks meningkat hingga 300 cm H2O agar terjadi
batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik
setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis
karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar
dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-
benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan
dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.
Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara (Putri, 2012).
B. GEJALA DAN PENYEBAB BATUK
1. Farmakologi
a. Obat Sintesis
1. Bromheksin HCl (Bisolvon® Tablet)
Pabrik : Boehringer Ingelheim
Indikasi : Untuk batuk berdahak, batuk yang disebabkan flu,
batuk karena asma dan bronkhitis akut atau kronis
Efek samping : Adakalanya terjadi efek samping pada saluran
pencernaan. Sangat jarang : kemerahan pada kulit karena alergi.
Perhatian : Hindari penggunaan BROMHEXINE pada
tiga bulan pertama kehamilan dan pada masa menyusui. Hati-hati
penggunaan pada penderita tukak lambung
Kegunaan : Bekerja dengan mengencerkan sekret pada
saluran pernafasan dengan jalan menghilangkan serat-serat
mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada sputum /
dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Bentuk sediaan :
Tiap tablet mengandung Bromhexine HCI 8 mg x 10 x 4 biji.
5 ml eliksir mengandung Bromhexine HCI (mengandung etil
alkohol 3,72% v/v)
5 ml sirup mengandung Bromhexine HC
Aturan Pakai :
Tablet
Dewasa dan anak > 10 tahun 1x 3 tablet
Anak 5 – 10 tahun 3×1/2 tablet
Anak 2 – 5 tahun 2×1/2
Atau menurut petunjuk dokter.
Sirup
Dewasa dan anak >10 tahun: 3 x 10 ml per hari
Anak 5- 10 tahun: 3 x 5 ml per hari
Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml per hari
Atau menurut petunjuk dokter.
Interaksi : Pemberian bersamaan dengan antibiotika (amoksisilin,
sefuroksim, doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotika
pada jaringan paru.
Kontraindikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine
HCI.
Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
DAFTAR PUSTAKA