Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS PASAL 28 UNDANG-UNDANG NO.

11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

TINDAK PIDANA KHUSUS

DISUSUN OLEH :

NICO HARYADI

110110150225

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

Sekarang ini dunia teknologi sedang berkembang pesat, mulai dari gadget yang
semakin canggih sampai berbagai informasi yang terus bertambah di dalam dunia Internet.
Pengguna teknologi pun dapat kita temukan pada berbagai kalangan, mulai dari anak yang
masih dibawah umur hingga orang dewasa. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa Internet
dapat diakses oleh siapapun. Dengan adanya berbagai macam informasi yang terdapat dalam
Internet baik positif maupun negatif, kita sebagai pengguna Internet harus dapat mengolah
informasi yang kita terima, termasuk kita sebagai pemberi informasi juga harus bijak dalam
membuat konten dalam Internet. Hal ini dikarenakan banyak pihak yang salah menggunakan
Internet, salah satu contohnya banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk
menyebarkan berita bohong atau fitnah yang ditujukan pada pihak tertentu.

Dengan banyaknya pihak yang menyalahgunakan Internet, maka dari itu diperlukan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal ini. Di Indonesia sendiri, Undang-
Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai pengganti dari
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008. Pada kesempatan ini akan dibahas khusus mengenai
pasal 28 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008. Hal ini dikarenakan banyaknya pihak yang
menyebarkan informasi- informasi bohong dan menyesatkan yang dapat menimbulkan rasa
kebencian dalam masyarakat. Akan dibahas juga mengenai kasus nyata yang terjadi dalam
masyarakat seperti kasus Buni Yani yang menyalahgunakan Teknologi dan Internet ini.
BAB 2

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Sehubungan dengan banyaknya penggunaan Internet oleh masyarakat di


Indonesia, maka dari itu dibuatlah peraturan yang berbentuk Undang-Undang oleh pemerintah
di Indonesia. Undang-Undang yang mengatur tentang penyalahgunaan Internet salah satunya
adalah UU no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dalam hal ini
akan dibahas terutama mengenai pasal 28 Undang-Undang No.11 Tahun 2008.

Pasal 28 UU No.11 Tahun 2008 tentang ITE berbunyi :

(1). Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE unsur dengan sengaja dan tanpa hak selalu
muncul dalam perumusan tindak pidana siber. ‘Tanpa hak’ maksudnya tidak memiliki alas
hukum yang sah untuk melakukan perbuatan yang dimaksud. Alas hak dapat lahir dari
peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau alas hukum yang lain. ‘Tanpa hak’ juga
mengandung makna menyalahgunakan atau melampaui wewenang yang diberikan.

Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE ialah dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA).
Tujuan dari Pasal 28 UU No. 11 Tahun 2008 ini adalah untuk mencegah terjadinya
permusuhan , perpecahan , atau kerusuhan yang didasarkan pada isu SARA yang di dalam
masyarakat Indonesia, isu ini merupakan isu yang cukup sensitif. Ancaman Pidana dari Pasal
28 UU No. 11 Tahun 2011 tentang ITE diatur dalam pasal 45 ayat (2) UU ITE yaitu pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah).
Contoh penerapannya adalah apabila seseorang menuliskan status dalam jejaring sosial
informasi yang berisi provokasi terhadap suku/agama tertentu dengan maksud menghasut
masyarakat untuk membenci atau melakukan anarki terhadap kelompok tertentu, maka Pasal
28 ayat (2) UU ITE ini secara langsung dapat dipergunakan oleh Aparat penegak Hukum
(“APH”) untuk menjerat pelaku yang menuliskan status tersebut.
Salah satu contoh lain yang terjerat pasal 28 UU ITE ini adalah Buni Yani, Buni Yani
merupakan tersangka terkait kasus dugaan penyebaran informasi yang menimbulkan rasa
kebencian berdasarkan SARA akibat pernyataan atau tulisan berupa postingan yang
disebarkan dalam akun Facebook milik Buni Yani. Buni Yani dilaporkan atas post yang
diunggahnya di akun Facebook miliknya. Buni Yani menulis caption yang menuliskan
“Penistaan terhadap agama?” dan juga diunggahnya video hasil editan Buni Yani yang berisi
video Gubernur DKI Jakarta pada masa itu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pidato nya
di Kepulauan Seribu. Mengacu pada unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 28 ayat (2) , jelas
Buni Yani tidak berhak karena tidak memiliki alas hukum yang sah atas tindakannya tersebut,
Buni Yani juga telah sengaja melakukan tindakannya tersebut karena akun Facebook itu
merupakan milik Buni Yani, Informasi yang ditujukan juga dapat memicu rasa kebencian dan
permusuhan individu berdasarkan SARA dikarenakan Buni Yani telah menuduh Ahok telah
melakukan penistaan agama.
Kasus lain terkait Pasal 28 UU ITE adalah Sandy Hartono. Berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Pontianak tanggal 20 September 2011 Nomor : 347/Pid.B/2011/PN.PTK ia
terbukti membuat akun facebook palsu dan memasukkan gambar-gambar maupun kalimat
yang berisikan penghinaan terhadap agama Islam. Ia di pidana penjara selama 6 (enam) tahun
dan pidana denda sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) karena dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras dan antar golongan (SARA)
BAB 3
KESIMPULAN
Dalam perkembangan teknologi termasuk Internet yang pesat ini, kita sebagai
masyarakat harus bijak dalam memanfaatkan hal ini. Dalam Pasal 28 UU ITE telah disebutkan
larangan-larangan khususnya terkait penggunaan isu SARA untuk menebarkan ujaran
kebencian dan perbuatan yang dapat menimbulkan permusuhan individu atau kelompok
tertentu. Dalam hal ini pemerintah memegang peran penting untuk mendidik masyarakat untuk
tetap memanfaatkan teknologi tetap pada jalurnya dan tidak menyalahgunakan teknologi ini.
Pemerintah juga perlu memantau dan menindak tegas segala perbuatan yang mengandung
unsur- unsur dalam Pasal 28 UU ITE ini. Isu SARA merupakan isu yang cukup sensitif di
Negara Indonesia, maka dari itu isu SARA ini dapat disalahgunakan pihak-pihak tertentu yang
tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan ujaran kebencian dan dapat memecah belah
persatuan bangsa Indonesia sendiri.
Demikian makalah ini saya susun dengan usaha yang maksimal, ksaya mengharapkan
yang terbaik dalam penyusunan makalah ini maupun bagi para pembaca semoga dapat
mengambil manfaat dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan baru setelah membaca
tulisan yang ada pada makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai