Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK 3 FARMASI VA

ARDIYA RISUANA (1748201007)

DEBORA DWI HARDIYANTI (1748201014)

DIAN OKTAVIA (1748201022)

FERY LIDIYA ASSYIFA (1748201030)

INDAH LUSYANA (1748201036)

LIA PURNAMASARI (1748201044)

MERA FEBRINA (1748201050)

NEFRINDA MEAGESI (1748201060)

NOVEBRIYANTI (1748201066)

RYAN AFANDI (1648201089)

NYERI

 DEFENISI

Nyeri adalah pengalaman sensorik dab emosional yang tidak menyenangkan yang

berhubungan dengan adanya atau potensi kerusakan jaringan atau keadaan yang

menggambarkan kerusakan tersebut. ( ISO Farmakoterapi )

 PATOFISIOLOGI

Nyeri Nosiseptif (akut)

 Meliputi nyeri somatik (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot,

atau jaringan penghubung) atau viseral (berasal dari organ dalam, seperti

usus besar atau pankreas)

 Perangsangan pada ujung saraf bebas yang dikenal dengan istilah nosiseptor

merupakan tahap pertama yang mengawali timbulnya rasa nyeri.reseptor ini


dapat ditemukan baik di struktural viseral ataupun somatik serta teraktifasi

oleh rangsangan mekanis, termal (panas) dan kimiawi.

 Potensial aksi berlanjut dari sumsum tulang belakang ke cabang bagian

belakang dan kemudian naik ke arah pusat yang lebih tinggi. Talamus

beraksi sebagai stasiun pemancar dan meneruskan rangsangan ke struktur

pusat yang akan memproses rasa nyeri lebih lanjut.

 Tubuh rasa nyeri melalui beberapa proses. Contohnya adalah sistem opist

endogen yang terdiri dari neurotransmiter dan reseptor yang ditemukan

diseluruh sistem saraf pusat. Opiod endogen terikat pada reseptor opioid dan

menghambat penghantaran rangsangan nyeri.

 SSP juga mengandung suatu sistem desending untuk mengontrol

penghantaran rasa nyeri.

Nyeri Neuropatik

 Nyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat pemprosesan input sensorik yang

abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer.

 Kerusakan saraf atau rangsangan terus menerus dapat menyebabkan sirkuit

atau lintasan nyeri yang menimbulkan rangsangan saraf secara spontan,

rangsangan nyeri saraf autonom dan dapat meningkatkan pelepasan bahan-

bahan dari saraf dorsal horm secara progresif.

 ETIOLOGI

Nyeri tidak hanya dihasilkan oleh satu stimulus. Nyeri biasanya dihubungkan

dengan beberapa proses patologis spesifik. Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri

mencakup infeksi, inflamasi, trauma, kelainan degenerasi, keadaan toksik metabolik

atau neoplasma. Nyeri dapat juga muncul karena distorsi mekanis ujung-ujung saraf

misalnya karena meningkatnya tekanan di dinding organ. Nyeri dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, lingkungan, kelelahan, riwayat nyeri

sebelumnya, dll. Sebagian rasa nyeri hebat disebabkan oleh karena trauma, iskemia,

atau inflamasi disertai kerusakan jaringan yang menyebabkan terlepasnya zat kimia

tertentu yang berperan dalam merangsang ujung-ujung saraf perifer. (Nanda., 2006)

 GEJALA KLINIK

 Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa tajam menusuk, pusing, panas, seperti

terbakar, rasa nyeri yang hilang timbul dan dapat dirasakan pada tempat yang

berbeda-beda

 Setelah beberapa lama, rangsangan nyeri yang sama dapat memunculkan

gejala yang sama sekali berbeda (contohnya: dari nyeri menusuk menjadi

pusing, dari nyeri yang terasa nyata menjadi samar-samar).

 Gejala yang tidak spesifik meliputi kecemasan, depresi, kelelahan, insomnia

dan ketakutan.

 PENATALAKSANA/OBAT

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik),

nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau koanalgesik.

Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan

nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada

awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping

ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi

pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan

pernapasan (Berman, et al. 2009).

Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan ibuprofen.

Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan
menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et

al. 2009).

Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang

nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja

primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi

spasme otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur

nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan

yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman, et

al. 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Nanda.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.Jakarta:Prima Medika

Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P. & Kusnandar, 2008,

ISO Farmakoterapi, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta.

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis

Kozier Erb. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth. 8th Ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai