Disusun oleh:
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks
pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan
surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan
bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white
lung (Masjoer, dkk, 2000).
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur
otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein,
2002).
b. Laboratorium
1) Darah Rutin
2) Hematokrit (HCT)
Bayi usia 1 hari 48-69%
Bayi usia 2 hari 48-75%
Bayi usia 3 hari 44-72%.
3) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
4) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
5) Hb F
Bayi usia 1 hari 63-92%
Bayi usia 5 hari 65-88%
Bayi usia 3 minggu 55-85%
Usia 6-9 minggu 31-75%.
6) Jumlah leukosit
Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L
Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
7) Bilirubin
8) Total (serum)
Tali pusat < 2,0 mg/dl
0-1 hari 8,0 mg/dl
1-2 hari 12,0 mg/dl
2-5 hari 16,0 mg/dl
Kemudian 2,0 mg/dl.
9) Direk (terkonjugasi)
0,0-0,2 mg/dl
10) Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi
glukosa plasma < 50 mg/dl.
11) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
12) Tekanan parsial O2 (PO2)
Lahir 8-24 mmHg
5-10 menit 33-75 mmHg
30 menit 31-85 mmHg
> 1 jam 55-80 mmHg
1 hari 54-95 mmHg
Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
13) Saturasi oksigen (SaO2)
Bayi baru lahir 85-90%
Kemudian 95-99%.
14) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
15) Elektrolit darah (k/p)
16) Natrium
c. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian
dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap
berdiri.
Interpretasi hasil:
1) (+): Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin
artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan
artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil
menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
8. Komplikasi
a. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
b. Hipoglikemi simtomatik.
c. Asfiksis neonatorum
d. Penyakit membran hialin.
e. Hiperbilirubinemia.
f. Sepsis neonatorum.
9. Penatalaksanaan
Setelah bayi lahir dilakukan:
a. Tindakan Umum
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
3) Perawatan tali pusat dan mata.
b. Tindakan Khusus
1) Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5
o
C pada pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000
gram dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan
lampu.
2) Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindroma aspirasi mekonium.
3) Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila 60x/mnt lakukan foto
thoraks.
4) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
5) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan
darah).
6) Awasi keseimbangan cairan.
7) Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan
keadaan umum baik
c. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi
dirawat.
4) Pemberian antibiotik
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
d. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
e. Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo
Mother Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus
maupun mengalami masalah pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik
dari pemberi perawatan termasuk orang tua bayi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji mandiri frekuensi Membantu dalam membedakan peroide
pernapasan dan pola perputaran pernapasan normal dari serangan
pernapasan,perhatikan adanya apneik sejati,yang terutama sering terjadi
apnea dan perubahan sebelum gestasi minggu ke 30.
frekwensi jantung,tonus otot
dan warna kulit
2. Hisap jaken napas sesuai Menghilangkan mucusyang menyumbat jalan
kebutuhan napas
3. Posisikan bayi pada posisi Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan
abdomen atau posisi telentang menurunkan episode apneik,khususnya pada
dengan gulungan popok di adanya hipoksia,asidosis metugolik,iperkania
bawah bahu untuk
menghasilkan sedikit
hiperekskersi
4. Kolaborasi berikan O2 sesuai Perbaikan kadar O2 dan karbondioksida dapat
indiasi dan instruksi dari meningkatkan fungsi pernapasan
dokter
c. Resiko tinggi terjadi Hipotermia b/d Perkembangan SSP himatur (Pusat
regulasi Suhu)
Tujuan:tidak terjadi hipotermia,Hasil yang diharapkan ;suhu 36,5-37,5c
akral hangat
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji suhu dengan sering periksa Hipotermia membuat bayi cenderung pada
suhu rectal stress dingin,penggunaan simpanan lemak
tidak dapat di perbaharui bila ada dan
penurunan sensitivitas untuk meningkatkan
kadar karbondioksida (hiperkapnie) atau
penurunan kadar O2 (hipoksia)
2. Tempatkan bayi pada Mempertahankan lingkungan
penghangat (inkubator) terminetral,membantu mencegah stress
dingin
3. Ganti pakaian atau linen tempat Menurunkan kehilangan panas melalui
tidur bila basah,pertahankan evaporasi
kepala bayi tetap tertutup
4. Pantau system pengatur Hipotermia dengan akibat dari laju
suhu,penyebar hangat atau metabolism kebutuhan oksigen dan
incubator glukoosa dan kehilangan air tidak kast mata
dapat terjadi bila suhu lingkungan yang
dapat di kontrolterlalu tinggi
d. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d sistim pertahana tubuh belum matang.
Tujuan :selama perawata tidak terjadi komplikasi/infeksi Hasil yang
diharapkan :tidak ada tanda tanda infeksi
INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan cara mencuci Mencuci tangan adalah praktik yang paling
tangan penting untuk mencegah kontaminasi silang
serta mengontrol infeksi dalam ruangan
perawatan
2. Kaji bayi terhadap tanda-tanda Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi
infeksi seperti ketidakstabilan
suhu (Hipotermia dan
Hipertermia),Letargi atau
perubahan perilaku distress
pernapasan
3. Lakukan perawatan tali pusat
sesuai dengan protocol Rumah Penggunaan bethadine dan berbagai anti
Sakit mikroba yang membantu mencegah klonisasi
4. Pantau system pengatur
suhu,penyebar hangat atau Hipertermiadengan akibat peningkatan pada
incubator laju metabolisme,kebutuhan oksigen dan
glukosa dan kehilangan air secara tidak kasat
mata dapat terjadi bila suhu lingkungan tidak
dapat di control dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Medika. Jakarta
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification.
Philadelphia
Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC.
Jakart