Pertanian menjadi salah satu sektor mata pencaharian utama masyarakat Indonesia.
Pertanian juga memiliki peran penting untuk menunjang kehidupan masyarakat baik untuk
memenuhi kebutuhan pangan maupun industri. Pertanian harus dijaga karena penting dalam
keberlangsungan hidup. Pertanian sendiri terdiri dari beberapa sektor yaitu perkebunan, perikanan,
peternakan, tanaman pangan, dan hortikultura. Umumnya petani di Indonesia adalah petani rakyat
atau petani kecil yang hanya memiliki modal terbatas dalam usahatani. Salah satu sektor pertanian
yang memungkinkan untuk dikelola oleh petani dengan keterbatasan modal adalah subsektor
hortikultura. Tanaman yang termasuk ke dalam hortikultura yaitu tanaman obat atau biofarmaka,
Tanaman hortikultura yang merupakan komoditi unggulan dalam agribisnis adalah sayuran
(BPS, 2014). Sayuran secara ekonomis memiliki nilai tambah dan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila mampu dikelola dengan
baik. Sayuran mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan banyak
Tanaman sayuran dikelompokan menjadi dua yaitu sayuran semusim dan sayuran tahunan.
Sayuran semusim seperti selada, bayam, kangkung, buncis, kentang, dan kubis. Sedangkan
sayuran tahunan seperti jengkol, melinjo, dan petai. Tingkat konsumsi sayuran masih cukup
Jika dibandingkan dengan negara tetangga konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih
rendah. Konsusmsi sayuran masyarakat Indonesia rata-rata 41.9 kilogram per kapita per tahun.
Konsusmsi sayuran di Singapura rata-rata 125 kilogram per kapita per tahun. Konsusmsi sayuran
di Malaysia rata-rata 90 kilogram per kapita per tahun. Berdasarkan rekomendasi dari Food and
Agriculture Organization (FAO) rata-rata konsumsi sayuran sebaiknya 73 kilogram per kapita per
tahun.
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang memiliki potensi dalam bidang
hortikultura. Salah satu komoditi hortikultura yang tumbuh dengan baik di Provinsi Jawa Barat
adalah kangkung. Produksi kangkung tertinggi di Indonesia tersebar di lima provinsi dengan
jumlah produksi yang cukup berfluktuasi. Kangkung memiliki dua jenis yaitu kangkung darat dan
kangkung air. Kangkung yang biasa untuk dikonsumsi adalah kangkung darat (Ipomoea reptans).
Menurut Muchtadi (2000) kangkung adalah sayuran yang tergolong sebagai sumber serat
makanan yang tinggi. Selain itu kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan tidak
memerlukan perawatan khusus serta kangkung banyak diperdagangkan karena harganya relatif
murah. Umur panen kangkung relatif singkat yaitu 25 hingga 30 hari untuk sekali musim tanam.
Kangkung cukup populer di kalangan masyarakat karena mudah didapat dan merupakan sebagai
sumber vitamin, mineral, dan serat. Tanaman kangkung termasuk sayuran yang tahan terhadap
penyakit atau penyakitnya mudah dikendalikan. Tabel 3 menunjukkan jumlah produksi kangkung
tertinggi adalah Jawa Barat yang merupakan sentra produksi kangkung di Indonesia.
Provinsi Jawa Barat memiliki delapan belas kabupaten yang berkontribusi sebagai
penghasil sayuran kangkung. Kabupaten Bogor menduduki posisi pertama sebagai penghasil
kangkung terbesar. Produksi kangkung cukup fluktuatif dan cenderung turun tiap tahunnya.
Produksi kangkung akan terus menurun apabila tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Berikut
produksi kangkung menurut Kabupaten di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
tanaman kangkung. Menurut data Jawa Barat dalam Angka dan Direktorat Jendral Hortikultura
Bogor sebesar 17 416 ton. Curah hujan yang cukup di Kabupaten Bogor menjadikan Bogor
penghasil kangkung terbesar. Selain itu kangkung mudah ditanam sehingga perputaran modal
Salah satu sentra daerah produksi kangkung di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan
Kemang tepatnya Desa Bojong. Sebagian besar penduduk di Desa Bojong berprofesi sebagai
petani kangkung dan mengandalkan kangkung sebagai komoditas yang menghasilkan sumber
pengembangan produksi sayuran kangkung di daerah ini. Beberapa isu utama diantaranya adalah
luas lahan yang beragam, kepemilikan usaha, dan serangan hama dan penyakit. Masalah-masalah
tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan para petani dalam meningkatkan pendapatannya.
Berdasarkan hasil penelitian Zakaria terdapat data sensus pertanian 1993 bahwa rumah tangga
petani yang menguasai lahan sempit (< 0.25 hektar), sebagian besar (56%) masih menjadikan
Kecamatan Kemang merupakan daerah sentra tanaman kangkung yang ada di Kabupaten
Bogor. Kecamatan Kemang memiliki potensi untuk mengembangkan usahatani kangkung. Luas
panen, produksi, dan produktivitas pada tiga kecamatan sentra produksi kangkung. Produksi
kangkung di Kecamatan Kemang berada di posisi pertama dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas panen, jumlah produksi, dan produktivitas tanaman kangkung berdasarkan tingkat
Kecamatan Kemang terdiri dari beberapa desa yang merupakan penghasil kangkung. Desa
Bojong yang menjadi daerah sentra produksi kangkung dapat menjadi salah satu indikator
keberhasilan usahatani bagi petani di Kecamatan Kemang akan tetapi belum mampu
menggambarkan pendapatan keluarga petani secara keseluruhan. Indikator lain yang diperlukan
untuk menilai keberhasilan usahatani adalah tingkat pendapatan petani. Pendapatan tersebut dapat
diperoleh oleh para petani melalui keragaman usahatani maupun pendapatan lain di luar usahatani.
Desa Bojong adalah salah satu desa yang mengembangkan usahatani kangkung. Desa
Bojong merupakan sentra produksi kangkung di Kecamatan Kemang. Salah satu alasan Desa
Bojong menjadi sentra produksi kangkung karena didukung dengan adanya pembentukan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Sebagian besar petani di Desa Bojong menanam
komoditas kangkung karena sudah menjadi kegiatan rutin dan didukung dengan iklim yang sesuai
selain itu dilihat dari adanya peluang pasar yang ada. Petani di Desa Bojong selain menanam
komoditas kangkung juga menanam tanaman lain berdasarkan luas tanam dapat dilihat pada Tabel
5.
Jenis sayuran
Desa
Kacang panjang Terung Mentimun Kangkung Bayam
Bojong 10 14 11 379 388
Kemang 5 5 6 265 272
Semplak barat 4 10 6 228 233
Parakan jaya - 1 - 61 62
Pabuaran 4 2 2 11 12
Atang senjaya - - - 8 8
Pondok udik 1 1 1 - -
Tegal 1 - - - -
Data pada tahun 2011 menunjukkan produksi kangkung di Desa Bojong paling tinggi yaitu sebesar
1 140 kg, produksi kangkung terbesar kedua di Desa Semplak Barat dan Desa Kemang sebesar
780 kg, serta produksi terbesar ketiga adalah Desa Parakan Jaya sebesar 240 kg. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik dalam buku Kecamatan Kemang dalam Angka Tahun 2017 luas panen
tanaman kangkung tertinggi adalah Desa Bojong yaitu seluas 379 Ha. Penelitian Dewi (2014)
mayoritas petani mengusahakan sayuran di lahan sempit (berukuran kecil), yaitu lahan kurang dari
0.25 hektar dan tidak cukup banyak petani yang mengusahakan kangkung pada lahan luas. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diterima petani. Selain
itu dari segi biaya, biaya input yang dikeluarkan oleh petani lahan luas lebih murah dibandingkan
Merujuk pada penelitian sebelumnya Cempaka (2013) petani dengan lahan yang lebih luas
seringkali membeli input pertanian seperti benih, pupuk, pestisida, herbisida, dalam jumlah banyak
(borongan) sehingga petani dengan lahan luas menerima harga yang lebih murah. Hal ini berbeda
dengan petani yang memiliki lahan sempit, petani membeli input pertanian dalam jumlah sedikit
atau eceran sehingga harga input yang dibayarkan petani lahan sempit menjadi lebih mahal. Hal
ini sesuai dengan teori economy of scale dimana semakin besar skalanya biaya yang dikeluarkan
menjadi lebih efisien. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pendapatan
dan efisiensi petani kangkung yang memiliki lahan sempit dan petani yang memiliki lahan luas.
Desa Bojong sebagai produksi kangkung terbesar dianggap memiliki pendapatan yang
besar pula. Produksi yang besar dalam usahatani menjadi tidak berarti jika total biaya produksi
besar pula, sehingga dibutuhkan pengelolaan usahatani yang tertata dengan baik. Hal yang harus
dilakukan oleh para petani adalah memperoleh rasio yang cukup besar antara pendapatan usahatani
dibandingkan total biaya produksi yang dikeluarkan petani. Semakin besar rasio yang didapatkan
petani maka semakin tepatlah pemilihan dalam menggunakan sumberdaya pada usahatani yang
yang lebih tinggi daripada biaya imbangannya maka pilihan petani untuk melakukan usahatani
Produksi yang tinggi tidak menjamin pendapatan petani tinggi pula, dan berdasarkan uraian
tersebut maka perlu dilakukan analisis pendapatan usahatani kangkung dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah usahatani sayuran kangkung menguntungkan bagi petani lahan luas dan petani
lahan sempit?
2. Bagaimana imbalan tenaga kerja (return to family labour) dan imbalan modal (return to
total capital) petani kangkung lahan luas dan petani kangkung lahan sempit?
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi usahatani sayuran kangkung petani lahan
2. Menganalisis imbalan tenaga kerja (return to family labour) dan imbalan modal (return to
total capital) petani kangkung lahan luas dan petani kangkung lahan sempit