BAB I
PENDAHULUAN
10000000
8000000
2238377.137
1214048.358
6000000
719883.438
649480.705
587156.373
537193.498
489771.854
480270.657
464176.194
361261.839
320411.459
316212.744
303275.568
529808.16
345981.45
4000000
2000000
0
sebesar 25% pada tahun 2025 (EBTKE, 2010). RIKEN menyusun draft konservasi
energi untuk melakukan penghematan dalam tiap sektoral. Dijelaskan dalam Table
1. Potensi penghematan energi sektoral dari Industri 17%, Transportasi 20%,
Rumah tangga 15%, Komersial 15% dan lainnya seperti sektor pertanian,
konstruksi, dan pertambangan mampu terwujud target 25% konservasi energi pada
tahun 2025. Potensi ini terlihat jelas dalam sektor transportasi yang memiliki
peluang terbesar untuk menghemat penggunaan energi nasionaldimana potensi
penghematan energinya mencapai 10-35%. Hal ini akan menjadi persentase yang
memukau dalam penghematan energi dan akan menjadi solusi pemerintah untuk
menjaga ketahanan energi dimasa depan.
Tabel 1.1. Potensi Penghematan Energi
bakar alternatif lain yang mana saat ini sektor transportasi masih didominasi oleh
minyak bumi (Chang, Hwang, & Wu, 2017) Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan ketahanan energi dan menghemat bahan bakar fosil tersebut yaitu
dengan beralih ke bahan bakar nabati (biofuel).
Biofuel merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui dan diproduksi dari
bahan organik. Bahan bakar ini berpotensi besar untuk menyelesaikan masalah
energi karena memiliki banyak keunggulan selain bisa diperbarui, ramah
lingkungan, sangat mudah terurai. Penggunaan biofuel memiliki stok bahan baku
yang berlimpah dan berpotensi tinggi untuk menurunkan efek gas rumah kaca. Ada
beragam potensi biofuel yang tersedia seperti biodiesel, bioetanol, biogas, bioether,
biogasoline dan lainnya, tetapi biofuel yang menjadi pertimbangan utama secara
global adalah biodiesel dan bioetanol. Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan
yang diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan dalam
kendaraan bermesin diesel. Proses produksi trans-esterifikasi biodiesel secara
kimia, terdiri atas campuran ester mono-alkil dari lemak rantai panjang asam, dan
secara teknis telah didefinisikan sebagai ester mono-alkil. Sedangkan bioetanol
adalah alkohol yang biasanya diproduksi dari bahan biomassa. Secara
konvensional, ini dihasilkan dari fermentasi glukosa yang berasal dari tanaman pati
seperti jagung dan gandum atau dari tanaman gula seperti tebu dan bit. (Chang et
al., 2017)
Biofuel adalah alternatif yang menarik untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Biofuel padat khususnya kayu yang digunakan di negara-negara berkembang
terutama Asia dan Afrika, menyumbang sekitar 69% dari pasokan energi terbarukan
dunia, sedangkan biofuel cair menyumbang 4% dari pasokan transportasi dan 0,5%
dari Total Pasokan Energi Primer global. Pangsa biogas sekitar 1,5% dari pasokan
energi terbarukan dunia dan memiliki tingkat pertumbuhan tahunan tertinggi 15%
sejak 1990 dibandingkan dengan biofuel lainnya. Biofuel cair memiliki tingkat
pertumbuhan tahunan yang signifikan sebesar 11%, sedangkan biofuel padat
memiliki tingkat pertumbuhan tahunan 1%. (Hänninen, Riitta. 2014).
Di Indonesia penggantian BBM fosil menuju biofuel juga sudah digencarkan
oleh pemerintah sejak lama, namun ini belum dapat diterapkan secara luas. Adanya
5
perubahan ketiga pada peraturan menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang
Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
bahan bakar lain, menetapkan bahwa penggunaan biodiesel dan bioetanol dalam
sektor transportasi akan terus menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah
mewajibkan penggunaan 30% biodiesel dan 20% bioetanol sebagai campuran
bahan bakar minyak pada tahun 2025 (KEMENTERIAN ESDM, 2015).
Penggunaan biofuel semakin dipertegas oleh pemerintah dengan
mengeluarkan kebijakan Program Mandatori Biodiesel 20% (disingkat B20) yang
masih belum banyak diketahui masyarakat. Program Mandatori B20 merupakan
upaya tindak lanjut dari Permen ESDM No. 12 tahun 2015 yang mulai diberlakukan
sejak Januari 2016. Program B20 adalah program pemerintah untuk mewajibkan
pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar. Program
ini wajib diterapkan pada usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian,
transportasi dan pelayanan umum (baik yang PSO (Public Service Obligation)
maupun non PSO), industri dan komersial. Dan sesuai dengan arahan Presiden RI,
terhitung mulai tanggal 1 September 2018 program mandatori B20 akan dijalankan
secara masif untuk semua sektor. Kebijakan dari program mandatori B20 ini
digunakan sebagai upaya konservasi energi dengan beralih ke biofuel dan
mengurangi penggunaan bahan bakar fossil.
Upaya pemerintah untuk melakukan konservasi energi dengan beralih ke
biofuel harus melibatkan masyarakat sebagai subjek dan objek gerakan perubahan.
Partisipasi masyarakat menjadi penting karena setiap permasalahan dan solusi yang
ada akan mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat saat ini dan masa depan.
Banyak negara yang melakukan penelitian dengan melibatkan partisipasi
masyarakat untuk mendapatkan solusi terhadap kebijakan yang ada dalam
negaranya. Sebagai contoh misalnya di Finlandia, melakukan penelitian mengenai
penerimaan publik terhadap biofuel dalam sektor transportasi, di Amerika
melakukan penelitian mengenai sikap publik terhadap politik dan teknologi biofuel,
kemudian di Polandia melakukan penelitian mengenai sikap publik penggunaan
biofuel dalam sektor penerbangan. Partisipasi masyarakat ini bertujuan untuk
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang muncul diantara yaitu : (Masalah yang dimaksud di sini adalah
kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
1. Tinginya produksi karbon dioksida di indonesia sebagai penyumbang
emisi gas rumah kaca di dunia.
2. Konsumsi bahan bakar fosil yang tinggi dan persediaan bahan bakar fosil
yang rendah sehingga membuat permasalahan ketahanan energi nasional.
3. Konsumsi bahan bakar fosil di sektor transportasi terbesar.
4. Penggunaan biofuel sebagai pengganti BBM fosil yang ramah lingkungan
masih rendah.
5. Penggunaan biofuel dalam mandatori B20 masih belum banyak diketahui
masyarakat.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, sebagai salah satu
upaya untuk memfokuskan penulisan dalam penelitian ini agar tidak melebar dari
hasil yang diharapkan, sehingga perlu dilakukannya pembatasan masalah.
Penelitian ini berfokus pada permasalahan pengetahuan, sikap dan persepsi
masyarakat terhadap pengguna biofuel di sektor transportasi umum bus dan kereta
di Solo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah diatas,
maka untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah
ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kehadiran biofuel
disektor transportasi umum di Solo?
2. Bagaimana sikap masyarakat dalam menanggapi penggunaan biofuel
disektor transportasi umum di solo?
3. Bagaimana persepsi masyarakat dalam menerima biofuel sebagai bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan di sektor transportasi umum
disolo?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kehadiran
biofuel disektor transportasi umum di Solo.
2. Diketahui sikap masyarakat dalam menanggapi penggunaan biofuel
disektor transportasi umum di solo?
8
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan karena akan menghasilkan informasi rinci
dan akurat, yang diharapkan akan memberikan jawaban dari permasalahan
penelitian, secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat yang didapatkan dari
penelitian ini diantaranya yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan
dan wawasan ilmiah kepada peneliti maupun pembaca berkaitan dengan
pengetahuan dan sikap terhadap persepsi penerimaan masyarakat dalam
penggunaan biofuel pada sektor transportasi umum di kota Solo
b. Memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukan informasi terutama
sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan informasi dan bahan masukan mengenai pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam penerimaan menggunakan biofuel disektor transportasi
umum bus dan kereta di Solo untuk mengkaji dalam pembuatan peraturan
yang terkait.
b. Mendapatkan gambaran mengenai potensi keberlanjutan dalam penggunaan
biofuel disektor transportasi di Solo.
c. Membantu dalam mengukur kebijakan energi terkait dengan berdasar pada
penerimaan masyarakat terhadap penggunaan biofuel disektor transportasi.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Biofuel
Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari bahan organik dengan
kandungan minimum 80%, yang dapat dipanen dalam 10 tahun sebelum
pembuatannya melalui proses ditanam, dikumpulkan, dikeringkan, difermentasi,
dan dibakar (J.D. Pagliuso.2010). Biofuel merupakan bahan bakar alternatif untuk
kendaraan yang berpotensi mengurangi emisi mesin dan menjaga kualitas udara
lebih baik (Mofijur, Rasul, Hyde, & Bhuyia, 2015). Bahan bakar ini berpotensi
besar untuk menyelesaikan masalah energi karena memiliki banyak keunggulan
selain bisa diperbarui, ramah lingkungan, sangat mudah terurai.
Kehadiran biofuel menjadi solusi dari berbagai aspek seperti perubahan iklim,
ketahanan bahan bakar dan potensi ekonomi lokal. Persaingan biofuel dengan
produksi makanan tidak menjadi masalah asalkan memiliki sebagian kecil dari
lahan subur yang dapat digunakan. Negara-negara berkembang dapat mengambil
manfaat dari memproduksi biofuel dan memiliki potensi untuk menjaga harga
bahan bakar fosil tetap rendah. . (J.D. Pagliuso.2010).
Dalam beberapa tahun terakhir, produksi dan penggunaan biofuel di seluruh
dunia meningkat secara drastis. Beberapa negara di dunia telah menempatkan target
dan mandat untuk menggunakan biofuel karena diketahui bahwa biofuel secara
signifikan mengurangi emisi mesin dan berpotensi mengurangi lebih dari 80%
emisi gas rumah kaca (Mofijur et al., 2015). Peningkatan ini diketahui dari target-
target yang dibuat oleh negara di dunia dalam penggunaan biofuel. Dilihat dari tabel
2.1. bahwa negara didunia telah mulai beralih menuju ke biofuel. Hal ini akan
mendorong perkembangan biofuel menjadi lebih baik sehingga menjadi prioritas
utama dalam penggunaan bahan bakar untuk setiap sektor.
10
Tabel 2.1. Target Resmi Penggunaan Biofuel di Dunia. (Hassan & Kalam, 2013).
yang dimodifikasi secara genetik untuk meningkatkan hasil hidrokarbon dan tingkat
produksi yang lebih tinggi. (Lan EI, Liao JC. 2011).
opsi kebijakan, publik paling tidak mendukung mengenai kebijakan subsidi tetap
dan kebijakan cap-and-trade karena hal ini menyangkut dalam hal keadilan
(Delshad, Raymond, Sawicki, & Wegener, 2010).
Selanjutnya penelitian lain juga di lakukan di Polandia dengan menguji
opini publik tentang penerapan teknologi biofuel dalam sektor penerbangan. Peran
opini publik sangat relevan dalam penerbangan karena untuk mempertimbangkan
keselamatan penumpang dalam menerapkan teknologi biofuel pada penerbangan.
Ditemukan bahwa pemahaman publik tentang perspektif teknologi biofuel
penerbangan, termasuk keamanannya masih terbatas dan perlu diperkuat dengan
merancang pendidikan khusus dan kampanye peningkatan kesadaran (Filimonau,
Mika, & Pawlusiński, 2018).
Penelitian melibatkan pendapat publik sangat perlu dilakukan karena
sebagai salah satu indikator utama dan sangat memengaruhi sukses atau tidaknya
kebijakan yang dibuat. Pendapat publik atau masyarakat ini akan berkaitan dengan
pengetahuan, sikap dan persepsi dalam bentuk penerimaan atau penolakan. Adapun
penjelasan dari pengetahuan, sikap dan persepsi masyarakat sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses dari hasil tahu, dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang dapat di ukur baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengukuran pengetahuan secara langsung dapat dilakukan melalui
teknik wawancara, sedangkan pengukuran pengetahuan secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tertulis menggunakan angket.
Pengukuran pengetahuan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hal-hal
yang telah diketahui (Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dari beberapa
indikator yang membentuk sebuah nilai dalam pengetahuan. Menurut Delshad
et al., (2010); Filimonau et al., (2018) dalam mengukur tingkat pengetahuan
dapat melalui indera pendengaran dan penglihatan.
13
b. Sikap
Sikap adalah sesuatu yang kompleks, yang bisa didefinisikan sebagai
pernyataan-pernyataan evaluatif, baik yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan, penilaian-penilaian mengenai obyek, orang, atau peristiwa.
(Meiyanto. Sito). Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap berupa tindakan
positif maupun negatif. Sikap positif ini berupa dukungan dan sikap negatif
berupa pertentangan.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara menanyakan secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan
wawancara menggunakan pernyataan-pernyataan yang telah disiapkan
(kuesioner) untuk mengetahui pendapat atau penilaian terhadap suatu objek.
Pengukuran tidak langsung dalam penelitian dengan memberikan angket yang
berisi pernyataan-pernyataan untuk menggali pendapat atau penilaian terhadap
suatu objek dalam jawaban tertulis (Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan melihat tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat. Menurut Delshad et al., (2010) dalam mengukur
sikap seseorang dapat melalui indikator berupa sikap dukungan dan
pertentangan. Sedangkan menurut Filimonau et al., (2018) dalam mengukur
sikap seseorang dapat melalui kepercayaan, perasaan aman dan suka.
c. Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan
menafsirkan kesan indera individu dalam rangka memberikan makna kepada
lingkungan. (Meiyanto. Sito). Persepsi adalah suatu proses penyampaian
informasi yang relevan yang tertangkap oleh panca indra dari lingkungan yang
kemudian mengorganisasikanya dalam pikiran, menafsirkan, mengalami, dan
mengolah segala sesuatu yang terjadi dilingkungan tersebut. Persepsi dapat
dikatakan sebagai kejadian pertama dalam rangkaian proses menuju perubahan
stimulus menjadi tindakan atau sebagai sensasi yang berarti atau bermakna.
Pengukuran persepsi menurut Filimonau et al., (2018) dapat dilakukan
dengan indikator berupa penerimaan, pemahaman atau keyakinan, dan evaluasi
14
terhadap manfaat atau ketidakbermanfaatan sesuatu hal. Hal ini dapat diketahui
motivasi apa yang mampu mendorong sesorang dalam menentukan pilihan.
B. Kerangka Berpikir
Biofuel di Indonesia menjadi pertimbangan utama pemerintah pengganti
bahan bakar fosil. Sektor transportasi menjadi salah satu potensi dalam penggunaan
biofuel yaitu melalui mandatori B20. Penggunaan biofuel selain sebagai solusi dari
ketahanan energi nasional yang bergantung pada bahan bakar fosil juga dapat
memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena memiliki kadar karbon
dioksida yang rendah. Hal ini perlu adanya partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan kebijakan ini. Melalui aspek pengetahuan, sikap dan persepsi akan
memperbesar potensi dalam mewujudkan penggunaan biofuel di masyarakat.
Apabila aspek pengetahuan masyarakat dalam penggunaan biofuel baik maka
motivasi untuk beralih ke biofuel akan cepat diterima, dan apabila sikap masyarakat
dalam penggunaan biofuel baik maka akan memberikan effort yang baik bagi
negara. Hal ini akan memengaruhi persepsi penerimaan masyarakat terhadap
perkembangan biofuel sehingga akan cepat terealisasikan dan diaplikasikan secara
massal di Indonesia.
Pada penelitian ini akan mendata pengaruh pengetahuan, sikap dan persepsi
masyarakat dalam penggunaan biofuel di sektor transportasi umum berupa bus dan
kereta yang ada di Solo. Parameter yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah
penerimaan masyarakat dalam menggunakan biofuel. Hasil data pengetahuan, sikap
dan persepsi masyarakat ini akan dianalisis dan dihitung untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan masyarakat dalam beralih menggunakan biofuel.
Dari uraian tersebut, maka diduga bahwa pengetahuan, sikap, dan persepsi
akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam penggunaan Biofuel di sektor
transportasi. Dengan demikian semakin tinggi pengetahuan, sikap, dan persepsi
akan memberikan dampak yang baik pula dalam partisipasi masyarakat dalam
penggunaan biofuel di sektor transportasi untuk mengatasi upaya ketahanan energi
nasional. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut akan diringkas dalam
gambar 2.1 sebagai berikut.
15
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
Biofuel melalui mandatori
B20 sebagai pengganti
BBM di Sektor
Transportasi
Aspek Pengetahuan
(X1) Formatted: Subscript
PERSEPSI
Pendengaran (Y1) Formatted: Subscript
UPAYA KETAHANAN Penglihatan Penerimaan Formatted: Centered
ENERGI NASIONAL Pemahaman
Evaluasi
Mengurangi emisi CO2 di
sektor transportasi Dalam penggunaan
Aspek Sikap
(X2) Biofuel di sektor
Formatted: Subscript
Dukungan trasnportasi
Formatted: Centered
Pertentangan
Bahan bakar fosil Kepercayaan Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
yang terbatas dan Rasa aman
tidak dapat
diperbarui.
Sektor transportasi memiliki potensi penghematan Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
energi yang besar dan pengkonsumsi bahan bakar
fosil sekitar 50% dari konsumsi minyak global dan
menghasilkan sekitar 25% dari emisi CO2 global
C. Hipotesis
Berdasarkan pada kajian pustaka dan kerangka berfikir yang telah
dipaparkan diatas, maka dapat diambil hipotesis untuk menjawab sementara
terhadap rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan masyarakat cukup tinggi mengenai biofuel.
2. Terdapat sikap penerimaan masyarakat yang baik dalam menanggapi
penggunaan biofuel disektor transportasi umum di Solo.
3. Terdapat pengaruh signifikan antara persepsi masyarakat dalam penerimaan
biofuel sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di sektor
transportasi umum di Solo.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian merupakan usaha berupa pengumpulan data dan
analisis data peneliti untuk menetapkan sudut pandang atau cara mendekati
persoalan yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan (Indrawan & Yaniawati, 2014, p. 28). Penelitian ini menekankan pada
masalah tanggapan untuk memperoleh penjelasan yang luas melalui
pengetahuan sikap, dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan biofuel di
sektor transportasi umum di solo sebagai objek penelitian, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Selain itu penelitian
kuantitatif berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian
dan data penelitian berdasarkan angka-angka dan analisis menggunakan statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011,
p. 16).
2. Jenis penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut yaitu melalui penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik
dari populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan observasi dan
memiliki karakteristik hipotesis, desain terstruktur dan tidak fleksibel. Penelitian
deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel lainnya. Penelitian
ini dilakukan untuk menggambarkan secara apa adanya tentang pengaruh
pengetahuan, sikap, dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan biofuel
dalam sektor transportasi umum berupa bus dan kereta di Solo.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa desain
Ex post Facto dimana tidak terjadi manipulasi pada variabel bebas dan
19
130 109 95 88 950 291 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271
∾ 664 349 272
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan teknik yang digunakan untuk
memfokuskan permasalahan yang akan diteliti supaya pemilihan sampel lebih
mengarah pada tujuan. Penelitian ini menggunakan simple random sampling
dengan alasan karena pengambilan sampel dari populasi tanpa memperhatikan
strata dalam populasi dan setiap individu memiliki peluang atau kesempatan yang
sama untuk dijadikan subjek penelitian (Sugiyono, 2011, p. 82).
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji kelayakan instrumen yang berkaitan dengan item
instrumen apakah layak untuk digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkolerasikan antara item pertanyaan
instrumen dengan skor total item. Uji validitas juga dilakukan terhadap item
pertanyaan yang menyusun suatu variabel berdasarkan hasil dari penyebaran
quisioner. Uji validitas ini disebut dengan pengujian validitas konstruk.
Uji validitas dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan angka korelasi
numberik Pearson’s Product Moment Correlation, dengan bantuan program
SPSS. Koefisien korelasi merupakan bilangan yang menyatakan kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih dan menentukan arah dari kedua
variabel (Siregar, 2013, p. 251). Nilai korelasi (r) yaitu -1 ≤ r ≤ 1 untuk
menunjukan kekuatan hubungan variabel, sedangkan untuk arah hubungan
23
variabel ditunujukan dalam bentuk positif dan negatif. Tingkat korelasi dan
kekuatan hubungan variabel ditunjukan dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup / Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Suatu item pertanyaan pada instrumen dikatakan valid secara empirik jika
mempunyai nilai korelasi yang tinggi dan signifikan terhadap skor total yang
menyatakan nilai dari variabel yang sedang diukur. Menurut Trihendradi
(2011:218) apabila rhitung > rtabel maka pertanyaan pada instrumen dapat dikatakan
valid, sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka instrumen tidak valid. Pada
penelitian ini tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 0,05.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah item pertanyaan pada
instrumen memiliki kehandalan atau bisa digunakan berkali-kali menghasilkan
pengukuran yang tetap konsisten. Reliabilitas menunjukan pada pengertian
bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut baik. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
teknik Alpa Cronbach dengan bantuan program SPSS. Suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel apabila nilai koefisien reliabilitas (r11) Alpa Cronbach > 0,600
(Siregar, 2013, p. 57).
modus, median, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal, yang mana data ini
kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram. Data yang telah
terkumpul dianalisis dengan menyeleksi tingkat reliabilitas dan validitasnya. Data
yang kurang lengkap dan memiliki reliabilitas dan validitas rendah akan
digugurkan. Proses analisis dilaksanakan secara interaktif serta dilakukan secara
terus menerus selama proses penelitian dari tahap pengumpulan data hingga akhir
penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria
penilaian komponen dengan membandingkan tingkat kecenderungan variabel
penelitian berdasarkan pengkatagorian dengan menggunakan kriteria perbandingan
rerata ideal. Menurut Arikunto, 2013 pengkatagorian kriteria penilaian komponen
dapat dilihat pada tabel 3.5. dengan kreteria berupa tiga tingkatan yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
Tabel 3.5. Kreteria Penilaian Komponen
Rentang Skor Kriteria
X > Mi + 1,5 SDi Tinggi
(Mi - 1,5 SDi ) < X ≤ Mi + 1,5 SDi Sedang
X ≤ Mi - 1,5 SDi Rendah
Keterangan
Mi = ½ (skor maksimum + skor minimal)
SDi = 1/6 (skor maksimum - skor minimal)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diperlukan untuk mempermudah penulisan laporan yang
merupakan tahap-tahap dari awal hingga akhir yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian. Kegiatan penelitian ini direncanakan sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan ini sebagai langkah awal dalam menjalankan penelitian.
Adapun kegiatan persiapan penelitian ini sebagai berikut :
a. Menyusun jadwal penelitian.
25
b. Mencari sumber referensi dari buku, jurnal, dan penelitian lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
c. Penyusun alat alat bantu dalam pengumpulan data seperti draft instrumen
dan strategi penelitian yang akan dilaksanakan.
d. Menyiapkan proposal penelitian untuk diseminarkan.
e. Mengurus perijinan kepada Dekan FKIP UNS dan Dishub Surakarta.
2. Pengumpulan Data
a. Melakukan uji coba instrumen.
b. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen
dapat layak untuk digunakan untuk mendapatkan data.
c. Melakukan pengumpulan data melalui instrumen final yang telah dibuat.
d. Mengelompokkan data berdasarkan kelompok data masing-masing.
3. Analisis Pengolahan Data
a. Menghitung skor angket instrumen berdasarkan tiap indikator.
b. Mengisi skor angket yang telah dijawab oleh responden ke dalam
dokumen untuk diolah data.
c. Menghitung presentase frekuensi sebaran alternatif dari jawaban angket
pada tiap indikator.
d. Menjelaskan secara diskriptif hasil dari tiap variabel.
4. Penyajian Kesimpulan
a. Merumuskan simpulan akhir serta solusi akhir sebagai temuan dalam
penelitian.
b. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan
dalam laporan akhir penelitian.
26
Mulai
Draft Instrumen
Instrumen Final
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktik. Rineka.
Atalla, T., Blazquez, J., Hunt, L. C., & Manzano, B. (2017). Prices versus policy:
An analysis of the drivers of the primary fossil fuel mix. Energy Policy, 106,
536–546. https://doi.org/10.1016/j.enpol.2017.03.060
Chang, W. R., Hwang, J. J., & Wu, W. (2017). Environmental impact and
sustainability study on biofuels for transportation applications. Renewable
and Sustainable Energy Reviews, 67, 277–288.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2016.09.020
Delshad, A. B., Raymond, L., Sawicki, V., & Wegener, D. T. (2010). Public
attitudes toward political and technological options for biofuels. Energy
Policy, 38(7), 3414–3425. https://doi.org/10.1016/j.enpol.2010.02.015
EBTKE, D. (2010). KONSEP RENCANA INDUK KONSERVASI ENERGI
NASIONAL (RIKEN). Retrieved from
https://www.casindo.info/fileadmin/casindo/TWGIII/RIKEN_Presentasi_ke_
Dirjen_KE_dan_EBT_ver5.pdf
Filimonau, V., Mika, M., & Pawlusiński, R. (2018). Public attitudes to biofuel use
in aviation: Evidence from an emerging tourist market. Journal of Cleaner
Production, 172, 3102–3110. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.11.101
Hassan, M. H., & Kalam, M. A. (2013). An overview of biofuel as a renewable
energy source: Development and challenges. Procedia Engineering, 56, 39–
53. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2013.03.087
Indrawan, R., & Yaniawati, R. P. (2014). Metodologi Penelitian. (N. F. Atif, Ed.)
(1st ed.). Bandung.
Jansson, J., & Rezvani, Z. (2019). Public responses to an environmental transport
policy in Sweden: Differentiating between acceptance and support for
conventional and alternative fuel vehicles. Energy Research and Social
Science, 48(May 2017), 13–21. https://doi.org/10.1016/j.erss.2018.09.009
KEMENTERIAN ESDM. (2015). PERMEN ESDM No. 12 Tahun 2015.
Retrieved from https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen ESDM 12 Thn
2015.pdf
29
DAFTAR PUSTAKA
Atalla, tarek. Dkk. 2017. Prices versus policy: An analysis of the drivers of the
primary fossil fuel mix. Energy Policy 106. 536-546
Smith, John E. (2009). Biotechnology, 5th edn. Cambridge University Press:
Cambrige.
Jansson, johan. Dkk. 2018. Public responses to an environmental transport policy
in Sweden: Differentiating between acceptance and support for conventional
and alternative fuel vehicles. Energy Research & Social Science 48 13-21.
Kementerian ESDM, 2012. Potensi Penghematan Energi. Draft Rencana Induk
Konservasi Energi Nasional (RIKEN) 2011.
https://slideplayer.info/slide/2314078/8/images/8/POTENSI+PENGHEMA
TAN+ENERGI.jpg (Diakses pada 17 Desember 2018).
Kementerian ESDM. 2017. Bauran Energi Primer Pembangkit 2017.
http://www.geoenergi.co.id/wpcontent/uploads/2018/01/DTKx3xsVMAAR
6BO.jpg. (Diakses pada 2 Januari 2019).
Kementerian ESDM. 2015. Permen ESDM No. 12 tahun 2015.
https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%2012%20Thn%20201
5.pdf (diakses pada 24 November 2018).
World Bank. 2014. Carbon Dioxide Emissions Are Those Stemming From The
Burning Of Fossil Fuels And The Manufacture Of Cement.
http://api.worldbank.org/v2/en/indicator/EN.ATM.CO2E.KT?downloadfor
mat=excel (diunduh pada 10 Januari 2019).
DIRJEN EBTKE. 2010. Konsep Rencana Induk Konservasi Energi Nasional
(RIKEN). Jakarta.
https://www.casindo.info/fileadmin/casindo/TWGIII/RIKEN_Presentasi_ke
_Dirjen_KE_dan_EBT_ver5.pdf (diunduh pada 13 Januari 2019).
Hänninen R, Hetemäki L, Hurmekoski E. 2014. European forest industry and forest
bioenergy outlook up to 2050: a synthesis. ETELÄRANTA 1000130
HELSINKI. Finlanda.
31
http://www.metla.fi/ohjelma/mtu/pdf/European_forest_industry_and_forest
_bioenergy_outlook_up_to_2050_A_synthesis.pdf (diunduh pada 14 Januari
2019).
Masjuki Hj. Hassan*, Md. Abul Kalam. 2013. An Overview Of Biofuel As A
Renewable Energy Source: Development And Challenges. Procedia
Enginering 56 page 39 – 53.
Delshad, A., Raymond, L., Sawicki, V., Wegener, S., 2010. Public attitudes toward
political and technological options for biofuels. Energy Policy 38, 3414–
3425.
Luque R, Herrero-Davila L, Campelo JM, Clark JH, Hidalgo JM, Luna D, et al.
Biofuels: a technological perspective. Energy Environ Sci 2008;1:542–64.
Matas Guell B, Sandquist J, Sørum L. Gasi € fication of biomass to second
generation biofuels: a review. J Energy Resour-ASME 2013;135.
Vineet Singh Sikarwar. Dkk. 2017. Progress in biofuel production from
gasification : Progress in Energy and Combustion Science 61. Pg 189-248.
Raheem A, Wan Azlina WAKG, Taufiq Yap YH, Danquah MK, Harun R.
Thermochemical conversion of microalgal biomass for biofuel production.
Renew Sust Energy Rev 2015;49:990–9.
Lan EI, Liao JC. Metabolic engineering of cyanobacteria for 1-butanol production
from carbon dioxide. Metab Eng 2011;13:353–63.
Mofijur. M, M.G.Rasul, J. Hyde, M.M.K.Bhuyia. 2015. Role of Biofuels on IC
Engines Emission Reduction. Energy Procedia Volume 75, Pages 886-892.
Pagliuso. J.D. 2010. Biofuels For Spark-Ignition Engines. Advanced Direct
Injection Combustion Engine Technologies and Development: Gasoline and
Gas Engines.
Meiyanto, Sito. Modul 3.0 Persepsi, Nilai, Dan Sikap. Minat Utama Manajemen
Rumah Sakit. UGM.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Ofset, hlm.
33.