Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Motor Bensin
Motor bensin atau motor otto merupakan salah satu jenis dari motor torak
pembakaran dalam. Motor bensin berbeda dengan motor diesel, dimana letak
perbedaan yang mendasari adalah jenis bahan bakar yang digunakan. Motor
bensin menggunakan bahan bakar jenis bensin atau gasoline, sedangkan motor
diesel menggunakan bahan bakar jenis solar. Perbedaan kedua jenis bahan bakar
ini memiliki hubungan dengan teknik pembakaran pada dalam mesin. Untuk
pembakaran dalam motor bensin menggunakan busi sebagai penyalaan
pembakaraan. Sedangkan motor diesel penyalaan bahan bakar memanfaatkan
suhu panas dari hasil kompresi yang tinggi.
Terdapat dua tipe motor bensin menurut Bugis H (2014: 9) berdasarkan
langkah yang diperlukan dalam siklus kerjanya yaitu motor 4 langkah dan motor 2
langkah. Motor 4 langkah memerlukan empat gerakan torak/piston atau dua kali
putaran poros engkol dalam melakukan satu siklus kerja. Sedangkan motor 2
langkah memerlukan dua gerakan torak/piston atau satu putaran poros engkol
untuk melakukan satu siklus kerja. Untuk kedua tipe motor bensin tetap
memerlukan langkah hisap, kompresi, usaha dan buang untuk melakukan siklus
kerja.
Untuk motor bensin memiliki dua jenis sistem bahan bakar yaitu secara
konvensional dan elektronik. Sistem bahan bakar konvensional menggunakan
karburator untuk mencampur bahan bakar dengan udara. Pada karburator, bahan
bakar akan terhisap secara alami dan dikabutkan bersama udara yang masuk
akibat kevakuman dari dalam mesin (Bugis H, 2009 : 2). Berbeda dengan sistem
bahan bakar elektronik yang menggunakan piranti elektronik seperti sensor,
actuator dan ECU dalam mengatur jumlah bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang bakar. Sensor akan memberikan data kondisi mesin yang nantinya akan
dikirim ke ECU, dan ECU mengatur jumlah volume bahan bakar yang akan
dikabutkan oleh injektor. Semprotan bahan bakar injektor ini memiliki tekanan
sehingga akan otomatis menjadi kabut dan bercampur dengan udara yang masuk.

2. Karburator
Karburator menurut Bugis H (2014: 121) merupakan salah satu komponen
pada motor bakar bensin tipe konvensional yang berfungsi untuk mencampur
bahan bakar dengan udara sesuai dengan kinerja mesin. Prinsip kerja dari
karburator berdasarkan hukum Boyle yang berhubungan dengan tekanan dan
volume. Cara kerja dari karburator adalah meningkatkan kecepatan udara saat
melewati saluran yang menyempit (venturi) sehingga tekanan udara akan
mengalami penurunan (Philip Kristanto, 2015 : 126).
Jadi saat udara terhisap masuk karena kevakuman dari langkah hisap,
udara akan masuk melewati karburator terlebih dahulu. Di dalam karburator,
udara melewati venturi sehingga kecepatan udara meningkat dan tekanannya
berkurang. Dibagian venturi ini terdapat pipa saluran bahan bakar yang terhubung
ke penampungan bahan bakar di karburator, sehingga saat tekanan di pipa
menurun bahan bakar akan terhisap keluar dan bercampur dengan udara kecepatan
tinggi menciptakan kabut bahan bakar bercampur dengan udara. Campuran bahan
bakar dengan udara inilah yang nantinya akan masuk ke dalam mesin. Volume
bahan bakar yang terhisap akan meningkat sebanding dengan kecepatan udara
yang melewati venturi.

3. Vapor Carburetor
Vapor carburetor ataupun Ogle Carburetor merupakan sebuah penemuan
dari Tom Ogle yang diciptakan pada tahun 1970-an dan dipatenkan pada tahun
1979. Serupa dengan namanya, vapor carburetor merupakan karburator untuk
mencampur bahan bakar dan udara dengan bentuk dari bahan bakar berupa vapor
atau uap. Berbeda dengan karburator pada umumnya yang mengatomisasi bahan
bakar berbentuk cair untuk bercampur dengan udara, vapor carburetor
menguapkan bahan bakar terlebih dahulu dan uap yang dihasilkan akan dicampur
dengan udara kembali. Menurut Jones Gregory (1977) pada majalah Argosy, Tom
Ogle mulai memperkenalkan penemuannya ini ke publik dengan mengundang
sejumlah wartawan surat kabar dan majalah otomotif. Saat itu Tom Ogle
memasang vapor carburetor pada mobil Ford Galaxie bermesin V8 7000cc dan
melakukan uji jalan sejauh 200 mil berbekal 2 gallons bahan bakar sedangkan
kecepatan rata-rata saat pengujian 60 mil per jam. Penemuan ini kemudian dikenal
dengan “Oglemobile”. Vapor carburetor memiliki banyak perkembangan, hal ini
bisa ditelusuri berdasarkan beberapa hak paten yang ada. Namun sangat sedikit
publikasi ilmiah tentang vapor carburetor sebagai bukti nyata kemampuan
teknologi ini.
Abu-Qudais Moh’d, Asfar K.R., dan Al-Azzam Ramzi (2001) melakukan
penelitian performa dari penggunaan vapor carburetor dengan desain berdasarkan
Asfar K.R dengan nomer paten US3999526. Pengujian dilakukan dengan mesin
tipe internal combustion satu silinder. Hasilnya adalah dengan menggunakan
vapor carburetor bahwa campuran bahan bakar dan udara akan lebih ramping
yang berimbas dengan berkurangnya konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang.
Sedangkan rasio campuran bahan bakar dengan udara berbeda-beda sesuai dengan
kondisi operasi mesin.
Pada penelitian ini vapor carburetor menggunakan ruang penguapan
berbahan plastik dengan ukuran 57 mm x 57 mm x 180 mm dengan saluran masuk
berdiameter 25,4 mm berbahan pipa PVC dengan dua katup penyetel. Pada
bagian bawah terdapat water separator untuk memisahkan air yang berada di
bahan bakar dengan sirkulasi menggunakan pompa elektrik. Di bagian samping
ruang penguapan terdapat ruang pelampung untuk mempertahankan level bahan
bakar yang berada di ruang bakar dan sekaligus sebagai saluran masuk bahan
bakar dari tangki bahan bakar.

4. Penguapan Bahan Bakar


Bahan bakar khususnya bahan bakar cair merupakan salah satu bahan bakar
yang paling banyak digunakan. Setiap bahan bakar memiliki karakteristik
tersendiri yang berhubungan dengan kegunaan dari bahan bakar itu sendiri. Untuk
bahan bakar cair seperti gasoline atau bensin memiliki karakteristik khusus yang
tidak dimiliki beberapa bahan bakar lainnya seperti sifatnya yang mudah
menguap. Sifat mudah menguap ini bertujuan supaya bahan bakar dapat
bercampur secara homogen dengan udara di dalam mesin, sehingga menciptakan
pembakaran yang sempurna. Namun apabila bahan bakar sulit menguap akan
menyebabkan campuran bahan bakar dengan udara tidak merata sehingga mesin
akan sulit hidup, selain itu akan menimbulkan sisa pembakaran seperti karbon
pada ruang pembakaran.
Salah satu spesifikasi untuk tingkat penguapan dari bahan bakar bensin
adalah Reid Vapor Pressure atau RVP. RVP merupakan tekanan uap liquid pada
keadaan 100° F dengan tekanan absolut. Spesifikasi dari RVP berbeda-beda
berdasarkan jenis bensin itu sendiri. Menurut Dharmayanti, Octaviana & Mulyani
(2016) semakin besar nilai dari RVP maka bensin akan semakin mudah untuk
menguap. Namun, sebuah bahan bakar mudah menguap tidak hanya berdasarkan
nilai RVP. Temperatur, tekanan lingkungan dan turbulensi pada cairan akan
mempengaruhi tingkat penguapan pada bahan bakar.
Menurut USA's Environmental Protection Agency (2008) sumber utama
emisi penguapan pada bahan bakar terjadi pada saat pemuatan. Ini dikarenakan
pada saat pemuatan dilaksanakan terjadi turbulensi pada cairan bahan bakar
sehingga meningkatkan penguapan dengan menyampingkan faktor temperatur dan
tekanan lingkungan. Dalam hal pemuatan bahan bakar saat pemindahan tempat
penyimpanan memiliki beberapa teknik, dan penguapan bahan bakar merupakan
salah satu hal yang paling dihindari. Karena penguapan akan mengurangi
kuantitas dari bahan bakar itu sendiri dan akan membuat kerugian bagi
perusahaan. Dengan hal itu teknik pemuatan dibuat sedemikian rupa untuk
meminimalisir turbulensi pada cairan saat pemuatan.

5. Metode Penguapan Bahan Bakar


a. Metode Bubbling
Metode bubbling pada vapor carburetor digunakan untuk membuat
turbulensi pada bahan bakar di ruang penguapan. Dengan adanya turbulensi pada
cairan bahan bakar maka akan meningkatkan penguapan dan memperbanyak uap
yang masuk ke dalam mesin.
Berdasarkan desain vapor carburetor Ashfar KR (1976) bahwa metode
bubbling dilakukan untuk menguapkan bahan bakar dengan cara membuat
gelembung-gelembung kecil pada bagian ruang penguapan. Gelembung-
gelembung tercipta karena udara yang dipaksa masuk ke dalam cairan bahan
bakar saat terjadi kevakuman di ruang penguapan. Dengan cara ini maka akan
meningkatkan turbulensi pada bahan bakar dan membuat bahan bakar menguap
dengan mudah.
Menurut Sonparate Ashish D, Gadpayle Sneha P, & Bajpai Poonam P
(2015) berdasarkan penelitiannya bahwa gelembung yang dihasilkan oleh vapor
carburetor akan bervariasi sesuai dengan kevakuman pada mesin. Hal ini akan
membuat penguapan bahan bakar berbanding lurus dengan kebutuhan mesin saat
putaran mesin berubah, sehingga performa mesin tidak terganggu karena
kekurangan campuran bahan bakar dengan udara.

Gambar 2.1 Skema Metode Bubbling


Sumber: Abu-Qudais Moh’d, Asfar K.R., Al-Azzam Ramzi (2001)
Pada penelitian Balaprakash & V. Ganesan (2016) melakukan penelitian
tentang penggunaan metode bubbling pada vapor carburetor dengan basis desain
serupa dengan Ashfar KR di tahun 1976. Bubbling diciptakan pada saat mesin
bekerja pada langkah hisap dan kevakuman akan terjadi pada ruang penguapan
sehingga memaksa udara atmosfer masuk ke dalam ruang penguapan dan
membuat gelembung pada bahan bakar. Hasilnya, emisi yang dihasilkan lebih
rendah dan konsumsi bahan bakar lebih sedikit dibandingkan dengan mesin
konvensional menggunakan karburator.
Pada penelitian ini, untuk membuat bubbling pada bahan bakar
menggunakan pipa PVC dengan diameter 25,4 mm dengan modifikasi lubang-
lubang pada sisi pipa dengan bertujuan untuk membuat gelembung yang teratur
dan halus.
b. Metode Splash
Metode splash merupakan salah satu metode pemuatan bahan bakar ke
dalam tangki penyimpanan. Metode splash yang paling sering dijumpai adalah
pengisian bahan bakar pada kendaraan, dimana nozzle dispenser akan
menggantung dan bahan bakar keluar dengan tekanan menciptakan percikan atau
pancuran ke dalam tangki bahan bakar. Di dalam tangki, bahan bakar akan saling
kontak dengan antar cairan maupun dengan dinding tangki sehingga menciptakan
turbulensi yang signifikan.
Berdasarkan USA's Environmental Protection Agency (2008) bahwasanya
semakin besar turbulensi yang tercipta pada bahan bakar baik berupa percikan
bahan bakar ataupun kontak lainnya selama pemuatan maka akan meningkatkan
penguapan pada bahan bakar. Selain itu teknik splash merupakan teknik pemuatan
yang memiliki tingkat penguapan paling besar daripada teknik pemuatan lain
seperti submerge loading dan bottom loading.

Gambar 2.2 Metode Splash


Sumber: USA's Environmental Protection Agency (2008)
Pada penelitian ini, pembuatan metode splash dengan cara mensirkulasikan
bahan bakar yang ada di ruang penguapan menggunakan pompa yang sebelumnya
melewati water separator dan filter lalu kembali dimasukkan ke dalam ruang
penguapan dengan cara dijatuhkan atau dipancurkan dari atas ruang penguapan
sehingga menciptakan percikan bahan bakar pada bagian dasar.

6. Konsumsi Bahan Bakar


Konsumsi bahan bakar merupakan banyaknya volume bahan bakar yang
digunakan oleh mesin untuk melakukan usaha. Namun menurut BPM Arends & H
Berenschot (1980: 26) untuk mengemukakan konsumsi bahan bakar suatu mesin
bisa menggunakan dua teknik. Teknik pertama umumnya menghitung jarak yang
bisa ditempuh dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 1 liter. Teknik yang kedua,
menghitung banyaknya konsumsi bahan bakar yang habis untuk menempuh jarak
100 kilometer.
Untuk pengujian mesin dalam keadaaan tidak berjalan maka konsumsi
bahan bakar dibandingkan dengan daya mesin yang dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu ataupun hal ini dikenal dengan konsumsi bahan bakar spesifik (Husin
Bugis, 2014: 27). Selain itu, berdasarkan VL. Maleev (1991) untuk menghitung
konsumsi bahan bakar dalam keadaan mesin tidak berjalan bisa dilakukan dengan
menghitung konsumsi bahan bakar setiap proses siklus pembakaran. Konsumsi
bahan bakar dihitung dengan banyaknya volume bahan bakar yang digunakan
dalam kurun waktu menit dengan putaran mesin tertentu. Perhitungan konsumsi
bahan bakar berdasarkan tiap siklus pembakaran untuk motor bakar 4 langkah.

𝑉
𝑡 𝑉
𝑉𝐾𝑆 = 𝑛 atau 𝑉𝐾𝑆 = 𝑡.𝑛 . 2
2

Keterangan:
VKS = Konsumsi bahan bakar pada setiap siklus pembakaran (cc/siklus)
V = Volume bahan bakar yang telah ditentukan (cc)
𝑉
= Volume bahan bakar tiap menit (cc/menit)
𝑡

n = Putaran mesin (rpm)


t = Waktu konsumsi bahan bakar (menit)
𝑛
= Banyaknya siklus kerja (rpm)
2
7. Hubungan Vapor Carburetor dengan Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar berkaitan dengan air fuel ratio. Penggunaan vapor
carburetor berdasarkan penelitian Abu-Qudais Moh’d, Asfar K.R., & Al-Azzam
Ramzi (2001) bahwa konsumsi bahan bakar akan lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan karburator standar. Ini dikarenakan campuran antara bahan
bakar dengan udara yang masuk ke dalam mesin lebih ramping namun tidak
mengurangi performa dari mesin. Bahan bakar yang masuk ke dalam mesin
berbentuk gas, karena sudah diuapkan di ruang penguapan.
Vapor carburetor yang digunakan pada motor bensin dengan tipe 2 langkah
mampu mengurangi konsumsi bahan bakar dengan rasio campuran bahan bakar
dengan udara bervariasi sesuai dengan kebutuhan mesin dan performa mesin tidak
mengalami penurunan (Sonparate Ashish D, Gadpayle Sneha P, & Bajpai Poonam
P: 2015). Campuran bahan bakar dengan udara akan meningkat sesuai dengan
kebutuhan mesin. Hal ini dikarenakan proses penguapan pada ruang penguapan
dilakukan oleh udara masuk yang berbanding lurus dengan kevakuman pada
mesin sehingga menciptakan turbulensi pada lapisan bahan bakar.
Pengaruh vaporasi bahan bakar menurut Fajariansyah Andre, Fahruddin
A’rasy, & Bukhori Ahmad (2016) dengan bantuan panas dari exhaust manifold
sangat efektif untuk menghemat konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor.
Selain itu berdasarkan Balaprakash & V. Ganesan (2016) bahwa vapor carburetor
dengan menggunakan metode bubbling akan mengurangi konsumsi bahan bakar
dan akan berpengaruh pada emisi gas buang yang rendah.

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka dari beberapa referensi dan penelitian yang
relevan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pengaruh Penggunaan Vapor Carburetor terhadap Konsumsi Bahan Bakar
Sepeda Motor Supra Fit.
Penggunaan vapor carburetor pada motor bakar bensin berpengaruh pada
konsumsi bahan bakar yang lebih irit dibandingkan dengan penggunaan
karburator konvensional. Karena dengan vapor carburetor, bahan bakar
diubah menjadi bentuk uap terlebih dahulu. Sedangkan karburator
konvensional mengkabutkan bahan bakar dengan cara mencampurnya dengan
bantuan udara berkecepatan tinggi. Dengan hal itu, vapor carburetor
memiliki rasio campuran bahan bakar yang lebih kurus dan berpengaruh pada
konsumsi bahan bakar.
2. Pengaruh Metode Penguapan dengan Metode Bubbling dan Splash pada
Vapor Carburetor terhadap Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor Supra Fit.
Penguapan bahan bakar disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah
turbulensi pada cairan bahan bakar. Semakin besar turbulensi pada bahan
bakar maka akan semakin besar pula penguapan yang terjadi. Dengan
perbedaan metode bubbling dan splash maka tingkat penguapan pada bahan
bakar juga memiliki perbedaan. Dengan tingkat penguapan yang berbeda
maka rasio campuran bahan bakar dengan udara akan berbeda pula dan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi bahan bakar mesin.
Dari uraian di atas maka dapat disampaikan paradigma penelitian sebagai
berikut:

Gambar 2.3 Skema Paradigma Penelitian


Keterangan:
X1 : Vapor Carburetor metode bubbling
X2 : Vapor Carburetor metode splash
X3 : Vapor Carburetor metode bubbling dan splash
Y : Konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra Fit.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan dan analisis kerangka
berpikir, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan vapor carburetor terhadap konsumsi bahan
bakar pada sepeda motor Supra Fit.
2. Terdapat pengaruh penggunaan metode penguapan pada vapor carburetor
terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra Fit.

Anda mungkin juga menyukai