Anda di halaman 1dari 30

Aku lapar a

Aku ingin makalah

Bhay

Aku

Aku

Aku

Keluarga Berencana merupakan suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Kontrasepsi Pil dan kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi yang banyak diminati oleh masyarakat,
sedangkan kontrasepsi implan hanya diminati oleh sebagian kecil masyarakat. Penyebabnya karena masih
merasa takut memakai alat kontrasepsi implan dan juga kurangnya pengetahuan. Program Keluarga
Berencana yang diwujudkan untuk menciptakan keluarga berkualitas. Program keluarga berencana
cenderung menurun, di karenakan oleh beberapa faktor seperti cara penyampaian atau penyuluhan yang
masih kurang baik sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat tentang KB dan ada juga dikarenakan
adanya anggapan bahwa KB masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Kebijakan untuk meningkatkan
program keluarga berencana masih perlu mendapat perhatian, terutama pada peningkatan kualitas
keterampilan komunikasi untuk keluarga berencana konselor dalam melakukan konseling KB.
Kata kunci: keluarga berencana, alat kontrasepsi

Abstract
Family Planning is a program launched by the government in an effort to increase the awareness and
participation of the community through the maturation of marriage age, birth arrangement, fostering family
resilience, improving the welfare of small family, happy and prosperous. Contraceptives Pills and
injectable contraceptives are the most popular means of contraception, while implant contraception is only
in demand by a small proportion of the population. The reason is because they still feel afraid to use
contraceptive implants and also the lack of knowledge. Family Planning Program which is realized to
create quality family. The family planning program tends to decrease, in due to some factors such as poor
delivery or extension, resulting in a lack of community knowledge about family planning and there is also
the assumption that family planning is still a taboo for the surrounding community. Policies to improve
family planning programs still need attention, especially on improving the quality of communication skills
for family planning counselors in conducting family planning counseling.
Key words: family planning, contraceptives

Pendahuluan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan
monitoring dan evaluasi. SKN dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat dan dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional.
Diperlukan optimalisasi komponen SKN untuk peningkatan kualitas dan akses pelayanan KB.1
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk maka di
adakannya program Keluarga Berencana (KB). Dalam Keluarga Berencana diidealkan sebuah
keluarga hanya terdiri dari orang tua dan dua anak. Dengan hanya memiliki dua anak saja,
diharapkan beban keluarga berkurang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tujuan utama dari Keluarga Berencana adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak.1,2
Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat
kontrasepsi untuk wanita,juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi
masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi, keuntungan, kerugian,
serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat kontrasepsi yang sangat
mudah di dapatkan seperti di minimarket. Keluarga Berencana sebagai salah satu usaha untuk
mengatasi masalah kependudukan.3

Keluarga berencana dan kesehatan ibu-anak sangat mempengaruhi pada jumlah


kependuduk di Indonesia. Karena program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sudah menjadi salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan
di Indonesia, sehingga tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk
melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program Keluarga Berencana
(KB) sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu, banyaknya anak-
anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.3

Demografi

Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang fertilitas, mortalitas,
dan natalitas. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi
penduduk, dan karakter demografis lainnya, serta bagaimana faktor-faktor ini berubah dari waktu
ke waktu. Ada juga yang berpendapat bahwa demografi adalah studi tentang interaksi tingkat
perkembangan dari 3 komponen (kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang dampak dari
perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk.4

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya
bayi yang lahir hidup. Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti
bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas
merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-
tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak
dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.5

Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka
fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari
sisi pembangunan ekonomi. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih
rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan. Logika
seperti itu secara makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi
mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.5

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat adalah salah satu cara sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan PUSKESMAS ialah suatu unit
pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada
suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. 6

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah. Keadaan geografikdan keadaan infrastruktur lainnya merupakan
bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan
perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan
oleh bupati KDH, dengan saran teknis dari kepala kantor Departemen Kesehatan
Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan
Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk
setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan kesehatan
yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan.4,5

 Kuratif (pengobatan)
 Preventif (upaya pencegahan)
 Promotif (peningkatan kesehatan)
 Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Fungsi Puskesmas6-8
A. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
 Menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
 Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
 Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
B. Pusat pemberdayaan masyarakat.
 Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta
ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
 Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
C. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Unsur pokok puskesmas terdiri dari:9

 Masukan (management tools)


 Proses
Adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, dan dihindari pelaksanaan
kegiatan yang tidak diperlukan.
 Keluaran
Adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.
 Umpan balik
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah kumpulan dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.
 Dampak
Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
 Lingkungan
Adalah dunia luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar
terhadap sistem.

Masukan Puskfresmas disebut sebagai 4M (man, money, material, method)


 Man (sumber daya manusia) terdiri dari Organisasi dan tata kerja
a. Organisasi, Susunan organisasi puskesmas terdiri dari :
 Unsur pimpinan : Kepala puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkordinasi kegiatan puskesmas
yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan jabatan fungsional.
 Unsur pembantu pimpinan : Urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan surat-menyurat serta
pencatatan dan palaporan.
 Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsioanal
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing
3. Unit-unit terdiri dari
UNIT 1
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana
dan perbaikan gizi
UNIT II
Bertugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
khususnya imunisasi, kesehatan lingkuangan dan lab sederhana.
UNIT III
Bertugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja
dan manula.
UNIT IV
Bertugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus
lainnya.
UNIT V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan
masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
UNIT VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.
UNIT VII
Melaksanakan kefarmasian.
Money (pembiayaan), untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang dengan
tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas,
yakni: 9
A. Pemerintah
a. Terutama dari pemerintah kabupaten/kota.
b. Menerima dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
c. Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
1. Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat.
2. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan
peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
d. Disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan
Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersana DPRD
kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk
kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e. Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan
gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola langsung olen Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.
f. Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima puskesmas adalah kepala
puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan
puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atas usulan kepala puskesmas.
g. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Pendapatan puskesmas
a. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh
pemerintah daerah masing-masing (retribusi).
b. Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang
diperoleh dari penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
i. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi
yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
ii. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari
dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang
lazimnya berkisar antara 25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima.
Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional
puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan
oleh puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
iii. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan
seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Dahulu
puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini disebut
puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar puskesmas yang
juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan
perkataan lain puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana.
Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya
kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab pemerintah.
C. Sumber lain
i. PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan
kepada para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
ii. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga
dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii. JPSBK/PKPSBBM
Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah mengeluarkan dana secara
langsung ke puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang telah
ditetapkan.

Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada masa
yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah dalam
bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila puskesmas tetap diberikan
kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka puskesmas akan menerima
pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk
itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak
dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap
memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi apabila puskesmas hanya bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas hanya akan menerima dan
mengelola dana yang berasal dari pemerintah.8-9

 Material, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan puskesmas.


 Method

Manajemen Puskesmas

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen
puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan
sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga
fungsi manajemen pusksesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian,
serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan
secara terkait dan berkesinambungan. 7

A. PERENCANAAN

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja pusksesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan. 8

1. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib


 Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni
i. Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan
ii. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
iii. Perbaikan Gizi Masyarakat
iv. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan.
 Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai
berikut:
i. Menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan
yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai
hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini
disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta
perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana ini disusun
melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan
sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut
sertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.
Tabel 1: Contoh Gantt Chart

ii. Mengajukan usulan kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota


untuk persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana, dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.
iii. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam
bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah
(mapping).
2. Jenis upaya kesehatan pengembangan
a. Dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya
inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya
laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus dilakukan
untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas.
b. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:
i. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan

Berdasarkan ada/tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan
pengembangan tersebut. Jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih dari
satu, tergantung dari kemampuan yang dimiliki yaitu:

Survey mawas diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Dilakukan
apabila puskesmas memiliki kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat
melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan. Tahapan pelaksanaan:

 Pengumpulan data cepat berupa data primer (dikumpulkan langsung dari sumber
data) atau data sekunder (berasal dari catatan yang ada)
 Pengolahan data
 Penyajian data berupa data masalah dan potensi

Delbecq Technique

Perumusan masalah dan identifikasi potensi melalui kesepakatan sekelompok orang yang
memahami masalah tersebut. Teknik ini dilakukan apabila kemampuan pengumpulan data
bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok oleh petugas puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun
Puskesmas. Tahapan pelaksanaan:

 Pembentukan tim.
 Menyusun daftar masalah: Menetapkan kriteria penilaian masalah dan Menetapkan
urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria
 penilaian dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki

Di samping itu identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang
bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada,
melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta
kemampuan puskesmas.

ii. Menyusun usulan kegiatan


 menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran,
besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya
untuk setiap kegiatan.
 Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt
Chart).
 Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan
melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat
 Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan
secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib
iii. Mengajukan usulan kegiatan
 Mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan
Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain.
 Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi
dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.
iv. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
 Menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of
Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya
kesehatan wajib.

B. PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN

Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian


terhadap penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan
wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah
sebagai berikut:8

1. Pengorganisasian

Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian.


Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap
satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja
dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan
penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:8

 Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait, misalnya
antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja.
 Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada
waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait
Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan

2. Penyelenggaraan

Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan


rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah
ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu
dilakukan kegiatan sebagai berikut:

 Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama yang


menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan
rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.
 Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas harus terbagi habis
dan merata kepada seluruh petugas.
 Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada
waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
i. Azas penyelenggaraan puskesmas
A. Azas pertanggungjawaban wilayah
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya
B. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
C. Azas keterpaduan
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
i. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
ii. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
iii. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
iv. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas


(wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor antara lain: Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, Upaya kesehatan ibu dan anak:
keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB, Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB, Upaya
pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, Upaya kesehatan kerja:
keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha. 8

D. Azas rujukan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas rujukan.


Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana
kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah berbagai
‘kantor’ kesehatan. Terbagi kepada rujukan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.8
Gambar 1: Azas rujukan

ii. Kendali mutu


 Pengertian : Upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia
serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindaklanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan.
 Prinsip:
I. Mengikuti siklus pemecahan masalah (problem solving cycle).
II. Dilaksanakan melalui kerjasama tim (team based)
III. Sesuai sumber daya yang tersedia (resource based)
iii. Kendali biaya
 Pengertian: Upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
obyektif dan terpadu dalam menetapkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan
upaya kesehatan termasuk pembiayaannya, serta memantau pelaksanaannya
sehingga terjangkau oleh masyarakat.
 Tahapan pelaksanaan: 8
I. Menetapkan upaya kesehatan yang diselenggarakan lengkap dengan rincian
pembiayaannya.
II. Menjabarkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan (standar, pedoman, dan
nilai etika) yang mendukung
III. Melaksanakan upaya kesehatan yang sesuai dengan kebijakan dan tatacara
penyelenggaraan
IV. Menampung dan menyelesaikan keluhan masyarakat yang terkait dengan
masalah biaya
V. Menyempurnakan penyelenggaraan upaya kesehatan dengan memperhatikan
keluhan biaya dari masyarakat
3. Pemantauan

Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan


secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut:6-8

1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara
internal maupun eksternal.

 Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan


hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar
pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari SIMPUS. Kesimpulan
dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan
masalah/ hambatan. Telaahan bulanan ini dilakukan dalam forum Lokakarya
Mini Bulanan Puskesmas.

 Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil yang dicapai oleh
sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah
kerja Puskesmas. Telaahan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini
Tribulan Puskesmas.

2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian


kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan
bulanan dan triwulan.
4. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja
Puskesmas yang diukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas. Kegiatan tersebut mencakup
:

1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,


dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penilaian yaitu sumber data primer dari SIMPUS dan sumber data
sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan tribulanan, serta data lain yang dikumpulkan
secara khusus.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta
masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada akhir tahun
berjalan.

C. PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas


kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundangan-undangan serta kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan
pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut: 6-8

1. Pengawasan
a) Terbagi kepada
i. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung
ii. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota
serta berbagai institusi pemerintah terkait.
b) Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila
pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik terhadap rencana, standar,
peraturan perundangan-undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu
dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui
Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi penggantian kepala puskesmas, maka kepala
puskesmas yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.

Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat
juga bersifat permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat
dipercayai untuk mencegah kehamilan.10

Alat dan Obat Kontrasepsi (ALOKON)

Pada saat ini Pemerintah menyediakan secara gratis tiga jenis alokon di seluruh wilayah
Indonesia, yaitu kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan susuk KB. Terdapat 7
provinsi yang menyediakan alokon lainnya juga secara gratis, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Di provinsi lain, selain
kondom, AKDR, dan susuk KB, jenis alokon lainnya hanya tersedia secra gratis bagi masyarakat
miskin (Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1). Dengan demikian, memang ada
sebagian masyarakat yang harus membayar sendiri penggunaan alokon yang dibutuhkannya.10-11

Metode KB

Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara tradisional. Metode KB
cara modern adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB, kondom, intravagina/diafragma,
kontrasepsi darurat dan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Sedangkan cara tradisional misalnya
pantang berkala dan senggama terputus.11

Sterilisasi

Prosedur ini diindikasikan untuk mereka yang meminta sterilisasi dan yang mengerti secara
jelas sifat permanen dan kesulitannya serta pengembalian ke keadaan semula yang sering tidak
berhasil.12
Sterilisasi wanita merupakan metode kontrasepsi yang dipilih oleh 28% pasangan di
Amerika Serikat (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2003). Biasanya
dilakukan dengan oklusi atau pembelahan tuba uterina. Ini dapat dilakukan kapan saja, namun
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah keseluruhan sterilisasi dilakukan bersamaan dengan
pelahiran caesar atau per vagina yang disebut puerperalis. Sterilisasi tuba operatif nonpuerperalis
biasanya dilakukan melalui laparoskopi pada klinik bedah rawat jalan. Teknik histeroskopi atau
minilaparotomi untuk oklusi juga tersedia.12

Ketersediaan kontrasepsi pria secara tradisional terbatas pada kondom dan vasektomi. pada
saat ini, hingga setengah juta pria di Amerika Serikat menjalani vasektomi setiap tahun. Tidak
terdapat keraguan bahwa vasektomi lebih aman daripada sterilisasi tuba karena vasektomi kurang
invasif dan dikerjakan dengan analgesia lokal. Yang tidak menguntungkan, sterilisasi tidak segera
terjadi setelah vasektomi. Pengeluaran seluruh sperma yang tersimpan di saluran reproduksi
dibawah lokasi interupsi vas deferens memakan waktu sekitar 3 bulan atau 20 kali ejakulasi.12

Kontrasepsi Oral Kombinasi/Pil

Kontrasepsi oral kombinasi (KOK) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang paling
sering digunakan, serta banyaknya jenis yang dipasarkan sehingga hampir membingungkan. Cara
kerja kontraseptif KOK bersifat multiple, tetapi efek yang paling penting adalah mencegah ovulasi
dengan menekankan hypothalamic gonadotropin-releasing factor. Ini selanjutnya mencegah
sekresi hipofisis yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteneizing hormone (LH).
Progestin mencegah ovulasi dengan menekan LH dan juga mengentalkan mucus serviks sehingga
memperlambat masuknya sperma. Sebagai tambahan, progestin mengubah endometrium sehingga
tidak memungkinkan untuk implantasi. Estrogen mencegah ovulasi dengan menekan pengeluaran
FSH. Estrogen juga menstabilkan endometrium, yang mencegah terjadinya perdarahan
intermenstrual—juga dikenal sebagai breakthrough bleeding.12

Efek bersihnya adalah penekanan ovulasi yang sangat efektif, pencegahan migrasi sperma
melalui mukus serviks, dan menciptakan lingkungan endometrium yang tidak menguntungkan
untuk implantasi. Dengan demikian, kontrasepsi ini benar-benar memberikan proteksi absolut
terhadap kontrasepsi jika digunakan sesuai aturan.12
Idealnya, seorang wanita memulai penggunaan KOK pada hari pertama siklus menstruasi,
dan tidak diperlukan metode kontraseptif pengaman.sedangkan yang lebih tradisional “Mulai
Minggu”, wanita memulai penggunaan pil pada hari Minggu pertama setelah awitan menstruasi,
dan metode pengaman diperlukan selama 1 minggu untuk mencegah konsepsi.12

Kontrasepsi oral kombinasi mengganggu kerja beberapa obat. Sebaliknya, beberapa obat
menurunkan efektifitas KOK. Jika digunakan secara tepat, KOK merupakan metode pencegahan
kehamilan yang efektif dan dapat kembali dengan cepat.12

Hormon dalam jumlah yang sangat sedikit diekskresikan dalam ASI, namun tidak ada efek
samping pada bayi yang telah dilaporkan (World Health Organization, 1988). Ditekankan bahwa
agen-agen tersebut menurunkan volume ASI, walaupun datanya terbatas. Alternatifnya,
kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin mempunyai efek yang kecil terhadap laktasi,
berfungsi sebagai kontrasepsi yang baik sekali, dan dengan demikian dapat dipilih oleh wanita
yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.12

Sejumlah risiko kardiovaskular yang jarang, namun signifikan berhubungan dengan


penggunaan KOK. Ini mencakup penyakit tromboemboli, infark miokardial, dan stroke. Bagi
wanita dengan riwayat kejadian tersebut, KOK jangan dipertimbangkan. Faktor klinis lainnya yang
meningkatkan risiko thrombosis vena dan emboli dengan penggunaan KOK adalah hipertensi,
obesitas, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang sedikit aktifitas. Wanita yang menderita
hipertensi, merokok, atau sakit kepala migraine dengan aura visual dan menggunakan kontrasepsi
oral mempunyai risiko stroke yang meningkat.12

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Intra Uterine Device (AKDR/IUD)

Alat yang inert secara kimiawi terdiri dari material yang tidak dapat diserap. Paling sering
polyethylene, dan diisi dengan barium sulfat untuk radiopasitas.alat yang mempunyai elusi
tembaga atau sebuah progestin yang terus menerus. Sebagian besar AKDR dibuat berbingkai, yang
terdiri dari struktur rigid. Alat tersebut mengandung gelang-gelang tembagayang berpillin
membentuk sebuah benang dan dilekatkan ke fundus miometrium.12

Dua AKDR yang aktif secara kimiawi yang saat ini di setujui penggunaannya di Amerika
Serikat mencakup alat pelepas progestin. Alat tersebut melepaskan levonosgestrel ke dalam uterus
dengan angka yang relatif konstan yaitu 20 µg/hari, yang menurunkan efek sistemik. Alat tersebut
mempunyai bingkai radiopak berbentuk T, yang batangnya di bungkus dengan reservoir silinder,
terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Terdapat dua buah benang coklat yang
menjuntai dan dilekatkan ke batang.12

Alat kedua adalah AKDR T 380A. Alat ini adalah sebuah polyethylene dan barium sulfat,
bingkai berbentuk T dengan tembag. Secara spesifik, kawat tembaga halus sebesar 314 mm2 yang
membungkus batang, dan masing-masing lengan mempunyai gelang-gelang tembaga sebesar 33
mm2, jadi totalnya 380 mm2 tembaga. Dua benang terulur dari dasar batang. Benang tersebut
semula berwarna biru, sekarang berwarna putih.12

Kedua tipe AKDR tersebut merupakan kontrasepsi yang efektif, dan kemampuannya untuk
mencegah kehamilan secara keseluruhan serupa dengan sterilisasi tuba. Ditekankan, angka
kehamilan menurun secara progresif setelah tahun pertama penggunaan.12

Di dalam uterus, tercetus respons inflamasi endometrial lokal yang hebat, terutama oleh
alat yang mengandung tembaga. Komponen seluler dan humoral inflamasi ini terlihat pada
jaringan endometrium dan cairan yang terdapat pada rongga uterus dan tuba uterine. Ini
menyebabkan menurunnya viabilitas sperma dan sel telur. Jika fertilisasi terjadi pada keadaan yang
tidak mungkin tersebut, maka terjadi proses inflamasi yang sama yang ditujukan terhadap
blastokista, dan endometrium diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk terjadinya
implantasi. Dengan AKDR tembaga, kadar tembaga meningkatkan mucus akseptornya dan
menurunkan motilitas serta viabilitas sperma.12

Efek samping AKDR mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenorea, ekspulsi, atau
perforasi uterus. Akan tetapi dengan penggunaan yang lama serta usia akseptor yang meningkat,
maka frekuensi kehamilan, ekspulsi, dan komplikasi perdarahan menurun. Kista ovarium
fungsional lebih sering terjadi pada bulan-bulan awal penggunaan LNG.IUS namun biasanya
sembuh secara spontan.12

Suntik

Suntikan hormonal adalah hormon steroid yang dipakai untuk keperluan kontrasepsi dalam
bentukan suntikan. Untuk mengatasi kerepotan dari pelaksanaan dari Pil Mini, maka preparat
injeksi diperkenalkan.7 Yang digunakan adalah long-acting progestin, yaitu Norestiteron enantat
(NETEN) dengan nama dagang depomedroksi progesterone acetat (DPMA). Suntikan diberikan
pada hari ke 3 – 5 pasca persalinan, segera setelah keguguran.11

Kerugian yang ditimbulkan adalah gangguan haid berupa siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan
bercak yang biasanya dirasakan pada bulan pertama penyuntikan serta amenore yang timbul pada
kebanyakan wanita setelah satu atau dua tahun setelah penyuntikan. Keadaan anovulasi yang
berlangsung lama sesudah pemakaiannya dihentikan. Berat badan bertambah, sakit kepala. Pada
sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin
dan penurunan HDL-kolesterol.11

Susuk KB

Disebut juga implanon, adalah jenis kontrasepsi susuk tidak terdegradasi yang terdiri dari
simpai kopolimer etilen-viniasetat (EVA) sebagai pembawa substansi aktif senyawa progestin 3-
keto-dogestrel (3-keto-DSG). Bentuknya batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter
2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk semprit sekali pakai dalam
kemasan steril kantong aluminium.13

Implanon memiliki keuntungan dengan menggunakan satu tangkai berisi 67 mg desogestrel.


Impalnon hanya menggunakan implant progesteron. Dan mengeluarkan 30 µg per hari dan implant
tetap efektif sampai 3 tahun. Sebagai kontrasepsi jangka panjang untuk menjarangkan / dan / atau
mengakhiri kesuburan selama laktasi, serta bila penggunaan estrogen merupakan kontraindikasi.13

Kondom Pria

Produk yang tersedia sejak lama ini merupakan kontrasepsi yang efektif, dan angka
kegagalannya pada pasangan yang termotivasi dengan kuat cukup rendah yaitu 3 atau 4 per 100
pasangan-tahun penggunaannya. Efektivitas kontraseptif kondom pria ditingkatkan cukup besar
dengan ujung reservoir dan mungkin dengan penambahan pelumas spermisidal. Efektivitas
kontraseptif ditingkatkan lebih jauh dengan penggunaan zat spermisidal intravagina. Zat tersebut,
seperti yang digunakan untuk pelumas, harus berbahan dasar air. Produk berbahan dasar minyak
menghancurkan kondom dan diafragma lateks.12
Speroff dan Darney (2001) menekankan langkah-langkah kunci berikut untuk menjamin
efektivitas kondom yang maksimal:12

1. Sebuah kondom harus digunakan pada setiap koitus


2. Kondom harus dipasang sebelum penis berkontak dengan vagina
3. Penarikan penis dilakukan ketika penis masih ereksi
4. Dasar kondom harus ditahan ketika penarikan penis
5. Harus digunakan spermisida intravaginal maupun kondom yang dilumasi dengan
spermisida.
Intravagina/diafragma

Diafragma terdiri dari kubah lateks sirkular dengan berbagai diameter yang diperkuat oleh
pegas logam sirkumferensial yang dibungkus oleh lateks. Metode ini efektif jika digunakan dalam
kombinasi dengan gel atau krim spermisida. Spermisida dioleskan ke dalam mangkok kubah dan
sepanjang pinggirnya.12

Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode KB tradisional yang mengandalkan pemberian air susu ibu bekerja dengan
penundaan atau penekanan ovulasi. MAL dilakukan sebagai kontrasepsi apabila menyusui secara
penuh, belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Metode kontrasepsi MAL hanya efektif
sampai 6 bulan dan selanjutnya dilakukan dengan metode pemakaian kontrasepsi lainnya.
Kelebihan metode ini adalah efektifitas tinggi, tidak menganggu senggama, tidak ada efek samping
dan tanpa biaya. Kekurangannya adalah sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, tidak melindungi
terhadap IMS, memerlukan persiapan sejak perawatan kehamilan.12

Pantang Berkala

Disebut juga metode kalender, dilakukan dengan cara menentukan waktu ovulasi dari daur
haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Masa berpantang dapat dapat dilakukan pada waktu
yang sama dengan masa subur bisa ditentukan dengan perhitungan kalender. Keuntungan dari
metode kalender adalah dapat digunakan untuk menghindari dan merencanakan kehamilan, tidak
ada efek samping, dan tanpa biaya. Sedangkan kekurangannya adalah angka kegagalan tinggi,
tidak mencegah IMS dan memerlukan motivasi yang tinggi.11
Senggama terputus

Metode pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari
liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga sperma dikeluarkan diluar liang senggama.
Kelebihannya adalah tanpa biaya, mudah diterima dan dapat dilakukan setiap waktu.
Kekurangannya adalah diperlukan penguasaan diri yang kuat, metode kontrasepsi ini tidak selalu
berhasil, tidak dapat melindungi dari IMS.11

Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)

Proses persiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi adalah merupakan upaya perencanaan di


bidang epidemiologi untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu secara genetic penting dipahami
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) yang pengetrapannya disesuaikan disetiap
tingkat pelayanan kesehatan. Langkah-langkah siklus pemecahan masalah kesehatan tersebut pada
umumnya adalah sebagai berikut:14 (Lihat Gambar 2)

a. Analisis situasi untuk mengenal masalah (identifikasi)

Menginventarisasi atau melakukan pengumpulan semua masalah mutu pelayanan


kesehatan yang ada dalam puskesmas dan wilayah kerjayanya yang mencakup puskesmas
pembantu, bidan desa dan posyandu.

Masalah mutu layanan kesehatan dikenali dengan:


Pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan yang sedang melakukan layanan
kesehatan
Wawancara terhadap pasien dan keluarganya, masyarakat dan petugas kesehatan
Mendengar keluhan pasien dengan keluarganya, masyarakat serta petugas kesehatan
Membaca dan memeriksa catatan dan laporan puskesmas serta rekam medik
b. Menentukan prioritas masalah

Program prioritas adalah program yang dipilih dan dikembangkan dari program pokok
Puskesmas secara intensif untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan masyarakat
yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Dengan merumuskan prioritas program,
Puskesmas dapat lebih terfokus bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Program
Puskesmas dapat saja berbeda dengan program Puskesmas lain meskipun lokasinya berada di
dalam satu kabupaten.

c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai


d. Melakukan analisa tentang strategi dan intervensi terbaik untuk mencapai tujuan tersebut
e. Menyusun rencana operasional (plan of action)
f. Merencanakan sumber daya untuk pelaksanaan operasional tersebut (organisasi) SDM,
anggaran dan sarana
g. Melakukan penggerakkan (actuating), dengan menerapkan prinsip dan teknik menejemen
seperti: koordinasi, motivasi, supervise, pengawasan, pengendalian
h. Melakukan evaluasi yang hasilnya menjadi masukan untuk analisa situasi lebih lanjut.

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah.14

Keluarga Berencana

Menurut UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan


Keluarga pada pasal 1, keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.1

Tujuan Program Keluarga Berencana


A. Penjarangan kehamilan, meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi serta mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.
B. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. 3,13

Sasaran Program Keluarga Berencana

 Menurunnya rata- rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 % per tahun.
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan
 Menurun PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/ cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%
 Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%
 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien
 Meningkatnya rata-rata usia perkahwinan pertama perempuan menjadi 21 tahun
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan Program KB
Nasional.

Strategi Program Keluarga Berencana


Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:3,13
1. Strategi Dasar
2. Strategi Operasional
Strategi Dasar
Lima grand strategi yang merupakan program utama dalam mensukseskan KB Nasional guna
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
a) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB
b) Menata kembali pengelolaan KB
c) Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB
d) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB
e) Meningkatkan pembiayaan program KB
Program KB yang terintergrasi dengan outcome yang jelas, sistem informasi yang terkini,
fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra
kerja serta adanya dukungan pemda dengan membuat perda ini semua merupakan bentuk menata
kembali pengelolaan KB.
Memperkuat SDM operasional KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta
petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompensasi yang baik dan petugas lapangan
KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kelurahan.
Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk seluruh keluarga
dengan balita, aktif jadi anggota badab KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan
peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan bina
keluarga remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan keluarga untuk kabupaten/ kota.
Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB dengan memprioritas anggaran dari
pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/ obat kontrasepsi
dengan harga terjangkau di setiap kecamatan.
Strategi Operasional
 Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
 Peningkatan kualitas dan prioritas program
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi dan akuntabilitas pelayanan3,13

Penyuluhan Keluarga Berencana

Pertimbangan perlunya peyuluhan kesehatan dalam keluarga berencana juga dilaksanakan


oleh tenaga-tenaga klinik, ialah bahwa tugas penyuluhan kesehatan (termasuk kegiatan-kegiatan
penerangan) merupakan tugas yang tidak dapat dipisahkan dari tugas utama. 2 Kepercayaan ini
terdapat terutama di kalangan kaum ibu yaitu golongan masyarakat yang justru menjadi salah satu
sasaran program keluarga berencana. Hingga sekarang alasan-alasan kesehatan dalam Program
KB merupakan hal yang paling mudah dimengerti oleh sebagian masyarakat. Oleh karena itu, ide
keluarga berencana akan dapat lebih cepat diterima jika menggunakan soal-soal kesehatan sebagai
alasan-alasan atau sebagai dasar.15
Terdapat dua tujuan dalam kegiatan penyuluhan dalam Program Keluarga Berencana, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penyuluhan kesehatan dalam keluarga
berencana ialah agar masyarakat dapat menjadikan keluarga berencana sebagai pola kehidupan,
artinya: masyarakat mengetahui, memahami serta menyadari pentingnya keluarga berencana, serta
mau melaksanakannya untuk kesehatan, kesejahteraan keluarganya, masyarakat dan negara pada
umumunya. Diharapkan agar kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan dalam keluarga berencana,
dapat meningkatkan jumlah peserta KB sebanyak mungkin, dan memelihara kesertaan itu hingga
melembaga sebagai pola kehidupan sehari-hari masyarakat kita. 15
Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan penyuluhan dalam Program Keluarga Berencana
adalah sasaran menggunakan salah satu metode kontrasepsi atas dasar kebutuhan karena adanya
pengertian, pengetahuan dan kesadaran atas kegunaannya. Selain itu sasaran memakai metode
keluarga berencana dalam waktu yang cukup lama sehingga mempunyai pengaruh terhadap
kelahiran, taraf kesejahteraan ibu dan keluarga, serta tingkat kesejahteraan keluarga. 15
Terdapat beberapa cara menjalankan penerangan dan motivasi yang sering dilakukan di
klinik, yaitu wawancara, ceramah-diskusi, demonstrasi, dan pameran. Wawancara adalah salah
satu cara penyuluhan kesehatan dengan jalan mengadakan tanya jawab dan pengarahan ke arah
tujuan. Ceramah adalah salah satu cara dalam penyuluhan kesehatan dimana petugas kesehatan
menerangkan atau menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan tanya-jwab (diskusi) kepada
sekelompok pendengar, serta dibantu oleh beberapa alat-alat peraga yang dianggap perlu.
Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu prosedur. Pameran adalah koleksi atau
kumpulan bahan-bahan/material mengenai keluarga berencana yang disusun secara teratur dan
menarik untuk diperlihatkan, dengan maksud untuk membantu orang belajar.15

Anda mungkin juga menyukai