Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang sudah memiliki


membran inti (eukariota). Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100
sampai 300 mikron. Bentuk sel Protozoa sangat bervariasi ada yang tetap dan ada
yang berubah-ubah. Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk (flagellum), bulu getar
(cilia), namun ada juga yang tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar Protozoa
hidup bebas di air tawar dan laut sebagai komponen biotik. Beberapa jenis
Protozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Protozoa hidup secara
heterotrop dengan memangsa bakteri, protista lain, dan sampah organisme.
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkungan anaerobik misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Klasifikasi protozoa berdasarkan
alat geraknya dibagi menjadi lima kelas yaitu flagellate, Rhizopoda, Ciliata,
Suctoria, dan sporozoa (Apicomplexa). Contoh spesies dalam kelas Rhizopoda
yang sering dikenal adalah Entamoeba histolitica yang dapat menyebabkan
penyakit amoebiasis seperti disentri, dll.
Berdasarkan hal diatas, maka kami tertarik untuk lebih mendalami dan
mengidentifikasi satu penyakit yang diakibatkan oleh protozoa terutama oleh
spesies Entamoeba Histolytica. Oleh karena itu dalam makalah ini kami
membahas tentang protozoa, penyakit akibat protozoa , deskripsi spesies E.
Histolitica, mekanisme kerja E. Histolitica, sampai pengobatan amoebiasis.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Deskripsi protozoa
2. Morfologi protozoa
3. Penyakit akibat protozoa
4. Mekanisme Entamoeba Histolytica penyebab Amoebiasis
5. Pengobatan Amoebiasis

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui deskripsi Protozoa
2. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan Protozoa
3. Untuk mengetahui lebih jelas tentang Entamoeba histolytica yang
menyebabkan amoebiasis, gejala penyakit, serta pengobatannya.

2
BAB II

PROTOZOA

2.1 DEFINISI

Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang sudah memiliki


membran inti (eukariota). Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100
sampai 300 mikron. Bentuk sel Protozoa sangat bervariasi ada yang tetap dan ada
yang berubah-ubah. Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk (flagellum), bulu getar
(cilia), namun ada juga yang tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar Protozoa
hidup bebas di air tawar dan laut sebagai komponen biotik. Beberapa jenis
Protozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Protozoa hidup secara
heterotrop dengan memangsa bakteri, protista lain, dan sampah organisme.

Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai kurang dari 10 mikron sampai ada
yang mencapai 6 mm, meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah penyusun
zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain, atau detritus
(materi organic dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni. Jika
keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri
membentuk kista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang
sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada
yang hidup bebas (soliter).

2.2 MORFOLOGI DAN LINGKARAN HIDUP PROTOZOA


Pada umumnya protozoa mempunyai 2 stadium yaitu bentuk vegetatif atau
stadium trofozoit (throphos = makan) atau bentuk poliperatif yang bergerak dan
bentuk kista (cystis = kandung) yang tidak aktif. Bentuk kista protozoa adalah
bentuk parasit yang terbungkus di dalam dinding tebal sehingga parasit tidak aktif
bergerak, tidak dapat tumbuh atau berkembang dan tidak dapat memperbanyak
diri. Kista dapat melindungi protozoa dari kondisi yang keras seperti suhu ekstrim
bahan kimia ataau tanpa makanan dan nutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Kista adalah fase yang berada diluar tubuh inang (hospes) yang merupakan tahap
berpindah dari satu hospes ke hospes lainnya. Ketika protozoa dalam bentuk

3
tropozoid maka dia akan aktive dalam hal makan ataupun patogenesis didalam
tubuh inang. Ada tahap dikenal dengan Encystation yaitu tahap transformasi
perubahan bentuk dari trofozoid ke kista dan Excystation adalah transformasi
bentuk kembali kepada trofozoid dari kista. Reproduksi dilakukan dengan cara
seksual (pembelahan biner) dan aseksual (konjugasi) .

2.3 PEMBAGIAN KELAS PROTOZOA

Protozoa yang merupakan parasit pada manusia dibagi dalam 4 kelas,


yaitu:

1. Rhizopoda (Sarcodina): bergerak dengan kaki semu dikenal dengan


pseudopoda
alat ini merupakan panjuluran dari protoplasma. salah satu jenis yang paling
umum dikenal oleh manusia adalah Amoeba.
2. Flagellata (Mastigophora): bergerak dengan mengunakan bulu cambuk atau
dikenal dengan flagel. selaun digunakan sebagai alat gerak juga dapat
digunakan dalam alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.
contoh spesiesnya adalah Euglena viridis
3. Ciliata (Ciliophora): bergerak dengan menggunakan rambut getar atau biasa
dekenal dengan cillia. dapat juga digunakan untuk mencari makan, cillia
berbeda ukuran dengan flagel, cillia lebih kecil dan jumlahnya banyak. contoh
spesiesnya adalah Paramecium caudatum
4. Sporozoa: tidak memiliki alat bantu gerak seperti beberapa kelas sebelumnya,
tetapi dia bisa berpindah dengan mengubah kedudukan atau meluncur.Contoh
spesies adalah : Plasmodium falciparum

2.4 PENYAKIT YANG DISEBABKAN PROTOZOA

1. Malaria penyebabnya dari genus Plasmodium.


2. Amoebiasis penyebabnya adalah Entamoeba histolytica.
3. Penyakit tidur penyebabnya adalah Trypanosoma brucei.
4. Toksoplasmosis penyebabnya adalah Toxoplasma gondii.
5. Trichomoniasis penyebabnya adalah Trichomonas vaginalis.

4
BAB III

ENTAMOEBA HISTOLYTICA

3.1 SEJARAH

Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Lösch (tahun 1875)


dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Lössch
menemukan E.histolytica bentuk trofozoit dalam ulkus usus besar, tetapi ia tidak
mengalami hubungan kausal antar parasit ini dengan kelainan ulkus tersebut.
Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan E.histolytica bentuk kista,
sedangkan Schaudin (1903) memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan
membedakannya dengan ameba yang juga hidup dalam usus besar yaitu
Entamoebacoli.
Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filiphina membuktikan dengan
eksperimen pada sukarelawan bahwa E.histolytica merupakan penyebab kolitis
amebik dan E.coli merupakan parasit komensal dalam usus besar.

3.2 TAKSONOMI
Bentuk toksonomi dari E.histolytica adalah sebagai berikut ;
Kingdom : Protozoa
Phylum : Sarcomastigophora
Subphylum : Sarcodina
Kelas : Lobosea
Ordo : Amoebida
Family : Endamoebidae
Genus : Entomoeba
Species : histolytica

5
3.3 MORFOLOGI
Bentuk morfologi dari E.histolytic adalah termasuk dalam kelas Rhizopoda dalam
Protozoa. Ada 2 bentuk dalam perkembangan hidupnya yaitu, bentuk tropozoit
dan bentuk kista. Bentuk tropozoit Entamoeba histolytica dibagi menjadi 2 yaitu,
bentuk histolitika, bentuk minuta.
Bentuk histolitika
– Ukuran 20-40 µm
– Ektoplasma bening homogen pada tepi sel dan terlihat nyata
– Endoplasma berbutir halus, tidak mengandung bakteri/sisa gandung sel eritrosit
dan inti enemobia.
– Berkembangbiak dengan pembelahan biner
– Patogen pada usus besar, hati, paru-paru, otak, kulit dan vagina
Bentuk minuta
– Ukuran 10-20 µm
– Ektoplasma tampak berbentuk pseupodium dan tidak terlihat nyata
– Endoplasma berbutir kasar, mengandung bakteri/sisa makanan, mengandung
inti entamoeba tetapi tidak mengandung eritrosit
Bentuk kista
– Ukuran 10-20 µm
– Bentuk kista dibentuk sebagai bentuk dorman pertahanan terhadap lingkungan
– Dinding kista dibentuk oleh hialin.
– Pada kista muda terdapat kromatid dan vakuola
– Kista immatur: kromosom sausage like
– Kista matang: 4 nukleus
Contoh gambar

6
3.4 SIKLUS HIDUP
Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal
bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung
masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan
sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah
ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae.

Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus
besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu,
proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat
habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic
yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut
diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang
menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat,
dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang
ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen
ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan
amoebiasis di organ-organ tersebut.
Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.
Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari
parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host
maka lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan
hidupnya mereka lalu mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula
berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian
dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista
tersebut tertelan oleh manusia.
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:

Trophozoit — Precyste — Cyste — Metacyste—– Metacyste Trophozoit.

Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang


tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum

7
dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti
anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30
um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar).
Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan
termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus
trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam
mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik.
Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru,
otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di
dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan
kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis
sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk
menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan
ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk
menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste
ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan
sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai
12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica,
cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi,
dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung
membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”.
Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri
asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam
masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase
trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste
pada fase metacystic.

8
Contoh gambar

3.5 AMUBIASIS
Amubiasis atau amebiasis adalah suatu Penyakit yang ditimbulkan oleh
parasit atau protozoa yang menginfeksi usus. Penyakit amebiasis atau amoebisis
ini bisa ditularkan makanan dan juga minuman yang sudah terkontaminasi parasit
Entamoeba histolytica atau ( E. histolytica ) parasit amuba ini pada umumnya
tinggal di usus besar manusia yang biasa pada awalnya tanpa menimbulkan gejala.
Namun terkadang juga parasit ini bisa menyerang lapisan usus yang menimbulkan
terjadinya diare, tinja yang di sertai darah, demam, mual, serta kram pada perut.
Parasit amubiasis ini berkembang pada kondisi atau daerah yang padat dan
disertai dengan sanitasi yang kurang baik dan juga buruk.
A. GEJALA
 Diare (10 hingga 12 kali per hari)
 Diare disertai darah
 Kram pada perut
 Buang air besar yang kental
 Gas dalam perut
 Demam, sakit punggung dan lelah

9
B. DIAGNOSIS
 Pemeriksaan laboratorium (sampel tinja)
 Tes darah
 Kolonoskopi
 Tes jarum (jika ada penumpukan nanah pada hati)
C. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
 Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
 Memasak makanan atau minuman sampai matang sebelum
dikonsumsi.
 Menutup dengan baik makanan agar terhindar dari kontaminasi lalat
dan lipas.
 Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk.
 Sistem pembuangan tinja hendaknya dilakukan dengan baik jangan
sampai tercemar sumber air minum atau sumur.
 Pengobatan ada 2 macam yaitu dengan Obat Antiamebisida kontak:
metronidazole atau tinidazole biasanya diberikan bersama diloxanide
furoate.
Mekanisme kerja :
 Metronidazole akan diabsorbsi oleh bakteri anaerob dan protozoa.
Setelah terabsorbsi, metronidazole direduksi secara non enzimatik
untuk menghasilkan senyawa beracun yaitu senyawa radikal bebas
dengan gugus nitroso. Senyawa tersebut akan masuk kedalam
DNA bakteri, terikat secara kovalen dengan sel bakteri dan
merusak struktur heliks DNA sehingga membunuh sel bakteri.
Obat amebisid kontak juga berdaya mematikan dengan jalan
kontak langsung bentuk minuta dalam rongga usus, tapi tidak
dalam hati.
 Diloksanide furoate khusus digunakan untuk mematikan kista pada
pembawa ameba.

10
 Obat amebisida jaringan : zat-zat nitro imidazol, dehidro emetin dan
klorokuin.
Mekanisme kerja :
 Emetin : membunuh E. Histolytica secara langsung tetapi lebih
efektif terhadap bentuk motil daripada bentuk kista.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang sudah memiliki membran
inti (eukariota). Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk (flagellum), bulu getar
(cilia), namun ada juga yang tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar
Protozoa hidup bebas di air tawar dan laut sebagai komponen biotik. Beberapa
jenis. Protozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkungan anaerobik misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Klasifikasi protozoa berdasarkan
alat geraknya dibagi menjadi lima kelas yaitu flagellate, Rhizopoda, Ciliata,
Suctoria, dan sporozoa (Apicomplexa). Contoh spesies dalam kelas
Rhizopoda yang sering dikenal adalah Entamoeba histolitica yang dapat
menyebabkan penyakit amoebiasis seperti disentri, dll.
Siklus hidupnya dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi oleh parasit tersebut. Gejalanya diare bisa disertai dengan
darah, kram pada perut, buang air besar yang kental.
Pengobatan ada 2 macam yaitu dengan Obat Antiamebisida kontak seperti
metronidazole atau tinidazole dan Obat amebisida jaringan zat-zat nitro
imidazol, dehidro emetin dan klorokuin.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://msu.edu/course/zol/316/ehistax.html tanggal akses 7 Januari 2018


2. http://yavanava.blogspot.com/2011/01/entamoeba-histolytica30.html tanggal
akses 6 Januari 2018
3. http://nurulfahmikesling.blogspot.co.id/2015/03/parasitologi-
entamoeba.html tanggal akses 7 Januari 2018
4. http://www.acityawara.com/Detail-2718-definisi--klasifikasi--epidemiologi-
mekanisme-penularan-pencegahan-amoebiasis.html tanggal akses 7 Januari
2018
5. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi-protozoa/552-antiamuba tanggal
akses 7 Januari 2018

13

Anda mungkin juga menyukai