2. Gisca Indra Susanti 3. Ledy Ramadhinia 4. Rio Diah Kumalasari UU NO. 35 TAHUN 2009 • Tentang narkotika • Pasal 74 (1) Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya. (2) Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana Prekursor Narkotika pada tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan kembali, dan eksekusi pidana mati, serta proses pemberian grasi, pelaksanaannya harus dipercepat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. • Pasal 113 (2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). STUDY KASUS KE 1 PELANGGARAN NARKOTIKA GOL. I • Narkotika gol. I hanya digunakan kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan potensi ketergantungannya sangat tinggi. • Polresta Bogor menangkap 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa terkait kasus narkoba. Beberapa paket ganja dan 0,70 gram sabu disita. • Dugaan bahwa salah satu pelajar yang diamankan merupakan pengedar. • Pengguna dan pengedar narkoba akan dijerat dengan UU nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman paling singkat 6 tahun dan maksimal 20 tahun penjara. STUDY KASUS KE 2 TERJADI DI APOTEK KN Kondisi Pasien Apotek KN Memprihatinkan • Diketahui Apotek KN beberapa bulan yang lalu kedapatan menjual obat-obatan psikotropika secara bebas sehingga dilakukan penutupan paksa oleh dinas-dinas / lembaga yang berwenang.Kasat Narkoba Polresta Kompol Dodo Hendro Kusumo mengatakan pasien di Apotek KN,Yogyakarta yang diserahkan ke Satnarkoba Polresta Yogyakarta kondisinya memprihatinkan.Itu dapat dilihat salama pemeriksaan terlihat jelas para pasien masih ketergantungan psikotropika. • Berdasarkan pemilahannya,mereka adalah korban psikotropika yang harus disembuhkan. Disarankan: • Berobat dokter melalui resep untuk mengonsumsi dua jenis psikotropika itu,misal karena insomnia dan depresi,dan juga karena efek kecelakaan sehingga terkena sarafnya dan harus tergantung obat tersebut. • Dengan resep dokter,mereka datang ke apotek untuk menebusnya.Calmlet kerap diberikan dokter sebagai obat penenang,sedangkan riklona untuk menambah stamina fisik agar lebih giat.Mengingat adanya resep itu,maka tidak termasuk penyalahgunaan.Dia mengacu pada UU No 5 tahun 1997 tentang psikotropika,bahwa ketentuan pidana adalah penyalahgunaan.Sementara,para pasien itu hanya sebagai orang yang mau menebus obat berdasarkan resep dokter FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA 1. Faktor Pribadi Contoh : mental lemah,stres /depresi,rasa ingin tau 2. Faktor Keluarga Contoh : perceraian,kurang perhatian dari ortu 3. Faktor lingkungan atau sosial Contoh : salah pergaulan Kesimpulan Obat-obat narkotika dan psikotropika tidak boleh diserahkan atau diberikan tanpa adanya resep dari dokter, apapun keadaannya. Sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang slah satunya adalah penyerahan obat, yaitu penyerahan obat bisa dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. beserta sumpah dan kode etik yang mencakup bahwa kita tidak boleh merugikan, memperburuk keadaan serta hal yang dapat menganggu kesehatan pasien dan masyarakat. LANJUTAN …. Sebagai TTK, tentu saja kita pasti sudah tau bahwa obat psikotropik dan narkotika tidak bisa kita serahkan tanpa adanya resep dari dokter, dan jika terjadi kesalahan dalam apotik tersebut yaitu memberikan obat psikotropik dengan cara bebas, otomatis kita sebagai TTK sudah tahu kesalahan kita sendiri, maka yang perlu kita lakukan adalah bertanggung jawab dengan cara melaporkan kepada Apoteker penanggung jawab apotik atas kejadian tsb. Kemudian apotekerlah yang menindaklanjuti permasalahan itu dan melaporkan ke dinas kesehatan.