Anda di halaman 1dari 7

PETUNJUK:

1. Tuliskan nama anggota kelompok Anda pada kolom yang disediakan!


2. Perhatikan dan baca dengan seksama bagian prosedur kegiatan!
3. Sebelum mengisi bagian kolom yang tersedia baca wacana pada bagian
TOPIK PERMASALAHAN!
4. Pastikan bahwa Anda melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur kegiatan
yang dimaksud pada setiap bagian!

Kelompok:

Nama Anggota:

1. ……………………………………………………..
2. ……………………………………………………..
3. ……………………………………………………..
4. ……………………………………………………..
5. ……………………………………………………..
6.
A. KOMPETENSI DASAR
Mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan senyawa
psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui kegiatan pembelajaran peserta didik diharapkan dapat:
1. Menentukan manfaat dari bahan psikotropika
2. Mengidentifikasi gangguan yang ditimbulkan dari penyalagunaan senyawa
psikotropika pada sistem koordinasi manusia
3. Menjelaskan dampak penyalagunaan senyawa psikotropika bagi
lingkungan
4. Menjelaskan dampak penyalagunaan senyawa psikotropika bagi
masyarakat
5. Mengidentifikasi cara penaggulangan agar terhindar dari bahaya senyawa
psikotropika

C. MATERI
1. Pengaruh bahan psikotropika bagi kesehatan,lingkungan dan masyarakat
2. Cara penaggulangan agar terhindar dari bahaya bahan psikotropika

| LKPD
D. TOPIK PERMASALAHAN

Wacana 1.

Bahaya Konsumsi Obat Psikotropika Tanpa Pantauan Dokter

penyalahgunaan obat-obatan yang menimbulkan efek ketergantungan


seperti psikotropika dan narkotika masih marak terjadi. Padahal, bahaya
penyalahgunaan obat golongan tersebut bisa menyebabkan kecanduan,
overdosis, hingga kematian. Sebenarnya, apakah yang dirasakan tubuh saat
minum obat golongan psikotropika?

Tingkat pengetahuan dan pemahaman yang rendah sering kali membuat


seseorang berpikir bahwa obat-obatan seperti psikotropika merupakan jalan
keluar dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidup. “Banyak orang
yang berpikir bahwa dengan meminum obat psikotropika badan menjadi
tenang dan rileks, mungkin itu yang membuat penyalahgunaan obat masih
terjadi. Padahal, obat seperti itu hanya bisa digunakan dengan pantauan
dokter," Lebih lanjut, dia menjelaskan, obat psikotropika memiliki efek
sedativa dengan menenangkan saraf. Beberapa golongan psikotropika
digunakan untuk pasien yang memang membutuhkan, seperti pasien
insomnia. "Penggunaan obat psikotropika pada pasien insomnia pun harus
dengan resep dan pemantauan dokter. Biasanya saat gejala insomnia
berkurang, obat akan dikurangi dosisnya dan dihentikan saat sudah sembuh,"
lanjutnya.

Tanpa pantauan dokter, penyalahgunaan obat golongan psikotropika


dapat berujung fatal. Misalnya, memengaruhi saraf, mental, dan perilaku,
serta efek yang tidak diinginkan lainnya. Salah satu dampak dari
penyalahgunaan obat psikotropika tampak pada kasus yang menimpa anak-
anak di Sulawesi Tenggara. Puluhan anak mengamuk setelah meminum obat
dengan bungkusan bertuliskan PCC. Obat tersebut diduga mengandung
carisoprodol, yaitu obat relaksan otot yang memiliki efek samping dapat
memengaruhi pikiran dan perbuatan seseorang.

Wacana 2.

Para Dokter Sesalkan Maraknya Penyalahgunaan Obat Psikotropika

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis


Kedokteran jiwa Indonesia (PDSKJI) menyesalkan maraknya
penyalahgunaan obat-obatan psikotropika, mengingat obat-obatan tersebut
termasuk dalam obat-obatan yang wajib diperoleh menggunakan resep
dokter. Obat-obatan jenis psikotropika (juga narkotika) memiliki sifat adiktif.
Bila tidak dikendalikan bisa disalahgunakan. Obat yang dapat dibeli langsung
oleh masyarakat disebut sebagai obat bebas atau obat bebas terbatas yang
memiliki tanda khusus pada kemasannya, yaitu lingkaran hijau dengan tepi

| LKPD
hitam dan lingkaran biru dengan tepi hitam. Golongan obat bebas terbatas ini
tetap harus dibeli di apotek lewat apoteker.

Mengenai obat-obatan yang dapat diserahkan tanpa resep telah diatur


dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919 tahun 1993 tentang Kriteria
Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek disebutkan definisi resep yaitu permintaan tertulis dari dokter atau
dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik,
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku. Penekanannya adalah resep dibuat oleh dokter ditujukan kepada
apoteker.

Pemberian obat kepada pasien yang datang berobat pada seorang dokter
merupakan salah satu mata rantai proses pengobatan. Pasien
datang, mengeluhkan penyakitnya. Selanjutnya, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan (termasuk pemeriksaan penunjang), menegakkan diagnosis,
menyusun program terapi (salah satunya pemberian obat), dan monitoring
secara reguler untuk mengawal ke proses kesembuhan. Pemberian obat akan
berlanjut dengan kontrol ulang dalam waktu yang ditentukan. Gejala-gejala
penyakit harus dikawal, dan naik-turunnya dosis obat dikendalikan oleh
dokter. Sehingga, apabila pasien tidak mendapatkan obat dari dokter, siapa
yang mengendalikan gejala serta mengatur tinggi-rendahnya dosis obat?

Wacana 3.

Kapolri: Penyalahgunaan Psikotropika Masih Dianggap Biasa

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan polisi akan menindak


tegas penyalahguna psikotropika. Menurut dia, penindakan penyalahgunaan
psikotropika sudah dalam Undang-Undang Nomor 35 Tentang Narkotika.

"Penggunaan barang-barang psikotropika sudah diatur undang-undang,


khususnya psikotropika golongan 4," kata Tito di acara pemusnahan narkoba,
Garbage Plant Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa
(15/8/2017). Tito mengatakan seharusnya psikotropika tidak dijual bebas di
pasaran. Perlu resep dari dokter untuk orang yang akan mengonsumsi obat-
obatan tersebut.

Hanya, kata dia, psikotropika ini kerap disalahgunakan segelintir orang.


Namun, ketika ditindak malah timbul pro-kontra. "Di kita (Indonesia) masih
bebas. Begitu digebrak sedikit langsung ada pro-kontra, karena dianggap
biasa," ucap Tito Karnavian.

| LKPD
Wacana 4.

Jennifer Dunn Pakai Sabu, Ini Dampaknya bagi Kulit Wajah?

Jennifer Dunn, aktris sekaligus model, ditangkap polisi karena kasus


penyalahgunaan narkoba. Jennifer Dunn ditangkap karena kedapatan
memiliki dan memakai sabu seberat 0,6 gram. Menurut pengakuan Jennifer
Dunn, ia kembali memakai narkoba karena capek hati. Ya, ini adalah kali
ketiga Jennifer tersangkut kasus penyalaghunaan narkoba. Jennifer Dunn
memang lama menghilang dari industri hiburan yang membesarkan namanya.
Belakangan, ia kembali jadi sorotan setelah dilabrak Shafa Haris dan viral di
media sosial. Jennifer Dunn kini berwajah semakin turus dibanding
kemunculannya terakhir di layar kaca. Hal itu mengingatkan pada seleb
Hollywood Lindsay Lohan yang mengalami perubahan wajah drastis setelah
mengonsumsi narkoba. Selain Jennifer Dunn, tubuh artis Lindsay Lohan pun
mengalami perubahan setelah mengonsumsi narkoba. Lindsay Lohan terlihat
lebih kurus dan wajahnya terlihat lebih tua dan kusam. Lalu, apakah narkoba
memberikan pengaruh pada kesehatan dan kecantikan kulit?

Berdasarkan keterangan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari


Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, Ciputat, dr. Erni A. Bactiar, Sp.KK
konsumsi narkoba tidak memberikan dampak secara langsung bagi kesehatan
kulit."Namun akibat dari pemakaian narkoba yang terlalu sering dan lama
akan berdampak pada organ-organ tubuh lain, juga pada kulit. Kulit yang
tampak kusam, kering serta tidak segar ini akibat pengaruh perilaku pemakai
narkoba atau psikotropika terhadap perawatan dan kebersihan kulit mereka,"
jelas dr. Erni A. Bachtiar,Sp.KK .

Sabu sendiri merupakan stimulan yang membuat pikiran, perasaan, dan


perilaku jadi meningkat. Seseorang yang mengonsumsi sabu mampu berpikir
cepat, lebih aktif, dan juga energik. Jika pengguna berhenti menggunakan
sabu, biasanya menjadi malas, murung, tidak bersemangat, hingga depresi.
Penggunaan sabu tidak dibarengi dengan efek menurunnya kesadaran seperti
ganja atau heroin. Penggunaan sabu justru membuat pengguna tetap terjaga
dan konsentrasi.

Wacana 5.

Efek Obat PCC yang Sebabkan Pemuda Tewas karena Lari ke Laut

Obat PCC menyebabkan 50 orang menjadi korban di Kendari, Sulawesi


Tenggara. Akibat efek penyalahgunaan obat ini, korban bisa mengalami
gangguan kepribadian hingga disorientasi. PCC merupakan obat keras yang
tidak boleh dijual sembarangan atau harus seizin dokter. Namun obat ini
dipasarkan dengan harga murah kepada siswa di Kendari, Sulawesi Tenggara.

| LKPD
Pada Rabu (13/9), seorang siswa SD dengan inisial R tewas akibat overdosis
PCC, Somadril, dan Tramadol. Sehari kemudian, Riski (20) tewas tenggelam
akibat berhalusinasi setelah mengonsumsi PCC. Dia lari ke laut kemudian
tewas tenggelam.

Ayah Riski, Rauf menuturkan anaknya diketahui mengkonsumsi obat


mumbul bersama adiknya, Reza. Beruntung, adiknya masih bisa diselamatkan
dan dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa Kendari "Anak saya meminum obat
mumbul yang dicampur dengan pil PCC, awalnya melompat ke got depan
rumah. Adiknya berhasil diselamatkan, namun kakaknya bernama Riski
berlari ke arah laut dan menceburkan dirinya," terang Rauf. Korban kakak-
adik ini merasa kepanasan, efek dari obat yang dikonsumsinya. Sang kakak
berlari ke arah laut dan menceburkan diri. Sayangnya, ia tenggelam dan
ditemukan sudah tidak bernyawa.

Kepala BPOM Sulawesi Tenggara (Sultra) Adilah Pababbari


menegaskan obat terlarang yang beredar selama beberapa hari terakhir dan
cukup meresahkan masyarakat di Kota Kendari merupakan tablet PCC.
Dijelaskan Adilah, tablet PCC memiliki kandungan parasetamol, kafein, dan
carisoprodol. PCC merupakan obat ilegal yang tidak memiliki izin edar dan
dijual perorangan tanpa adanya kemasan. "Salah satu kandungan dari PCC
sendiri yakni carisoprodol, yang tergolong dalam obat keras berdasarkan surat
keputusan Menteri Kesehatan No 6171/A/SK/73 tanggal 27 Juni 1973 tentang
Tambahan Obat Keras Nomor Satu dan Nomor Dua," Dari keterangan
Menteri Kesehatan Nila Moeloek, obat PCC dapat menyebabkan beberapa
masalah kesehatan. Data Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara mengatakan
saat ini sudah teradapat 60 korban penyalahgunaan obat PCC yang dirawat di
tiga RS. Korban dirawat di RSJ Kendari (46 orang), RS Kota Kendari (9
orang), dan RS Provinsi Bahteramas (5 orang). "Pasien yang dirawat berusia
antara 15-22 tahun mengalami gangguan kepribadian dan gangguan
disorientasi, sebagian datang dalam kondisi delirium setelah menggunakan
obat berbentuk tablet berwarna putih bertulisan PCC dengan kandungan obat
belum diketahui,"

"Obat-obatan terlarang dan zat adiktif sangat membahayakan dan


merugikan remaja sebagai asset masa depan bangsa. Maka, jika ini terbukti
zat psikotropika, Kemenkes mengingatkan agar masyarakat berhati-hati
terhadap NAPZA yang mengganggu kesehatan. Kami juga berharap agar
BNN menginvestigasi secepatnya," tegas Nila. Flakka, yang juga sudah
beredar belakangan ini. Flakka berbeda dengan pil PCC, yang digunakan
anak sekolah di Kendari. Arman memastikan BNN akan melakukan uji
laboratorium untuk memastikan lagi kandungan pil PCC yang digunakan
anak sekolah itu.

| LKPD
E. PROSEDUR KEGIATAN
a) Perhatikan dan cermati wacana 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas, kemudian jawablah
pertanyaan berikut.
b) Dalam wacana tersebut tidak semua informasi tersedia untuk digunakan
dalam mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu Anda harus mencari
sumber-sumber bacaan lain.
1. Identifikasi istilah atau konsep yang Anda belum mengerti yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran di atas!

2. Temukan permasalahan yang terkandung dalam setiap wacana yang


berkaitan dengan tujuan pembelajaran!

3. Rumuskan permasalahan yang Anda temukan dalam bentuk pertanyaan-


pertanyaan yang lebih memudahkan Anda menemukan jawabannya!

| LKPD
4. Kemukakan solusi dalam bentuk hipotesis yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan setiap pertanyaan yang Anda rumuskan!

5. Berikan penjelasan istilah atau konsep yang telah Anda identifikasi!

6. Buat suatu kesimpulan mengenai masalah yang Anda kemukakan berdasarkan


tujuan pembelajaran!

| LKPD

Anda mungkin juga menyukai