Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PERANCANGAN

3.1 PEMILIHAN MATERIAL DAN SPESIFIKASI YANG DIGUNAKAN


Material utama yang digunakan dalam kompetisi “Bridge Construction
Competition Civil Engineering Festival 2019” adalah kayu balsa yang dijadikan
sebagai struktur rangka utama jembatan, namun spesifikasi kayu balsa setiap
kelompok memiliki judgment atau keputusan yang berbeda-beda untuk
menentukan spesifikasi kayu tersebut. Hal ini dikarena sifat kayu dengan luas
penampang yang kecil sulit diperkiran dan dapat berubah ubah setiap kondisinya
oleh karena itu pada sub bab ini akan dijabarkan spesifikasi material yang
digunakan dalam perancangan struktur jembatan kayu balsa. Adapun spesifikasi
material yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Material Kayu : Kayu Balsa
b. Dimensi Kayu : 10mm x 10mm x 1000mm
c. Kode Kayu : E7 – E8
d. Modulus Elastisitas Kayu : 3710 Mpa
e. Berat Jenis Kayu : 150 kg/m3
f. Kuat Tarik Kayu (Ft) : 4,8 Mpa
g. Kuat Tekan Kayu (Fc) : 4,8 Mpa
h. Jenis Sambungan : Lem Dextone dan Tali Kasur

3.2 DASAR PEMILIHAN BENTUK RANGKA JEMBATAN


Berdasarkan kompetisi Bridge Construction Competition yang mengusung
tema “creative and efficient bridge” dan site plan yang kami ambil dari jembatan
di Kampung Rawa Panjang RT 02/02, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan
Cibinong yang menghubungkan Kabupaten Bogor dengan Kota Depok, maka
dipilihlah struktur rangka atas jembatan tipe Warren. Penggunakan tipe rangka
Warren ini didasarkan pada bentang jembatan di site plan yang memiliki panjang
30 meter. Rangka jembatan tipe Warren merupakan tipe rangka yang paling umum

12
digunakan pada perencanaan jembatan rangka baik dikehidupan nyata maupun
dimodel prototype jembatan.

Gambar 3. 1 Bentuk Rangka Type Warren

Kami menambahkan nilai kreatifitas dirangka tipe Warren yang kami


rencanakan pada prototype yaitu pemodelan rangka yang melengkung. Bentuk
rangka Warren yang melengkung ini memiliki keunggulan yaitu nilai lendutan yang
kecil dan penggunaan material yang lebih effisien dibandingkan bentuk dasar
rangka Warren.

Gambar 3. 2 Bentuk Rangka Warren dengan Kombinasi Arch

Guna mendapatkan nilai lendutan yang lebih optimum kami memodifikasi


rangka Warren pada bagian tinggi lengkungan rangka dan jarak antar segment
jembatan sehingga didapatkan bentuk rangka warren yang dikombinasi dengan
bentuk lengkung yang paling optimal dan kita ambil adalah bentuk rangka seperti
pada gambar 3.4. Dalam kompetisi ini diinginkan jembatan yang difungsikan untuk

13
pejalan kaki maka bentuk warren dengan kombinasi arch yang kami pilih karena
memiliki kelebihan bentuk rangka yang paling stabil dan juga memiliki lendutan
yang kecil, lendutan dalam suatu struktur digunakan sebagai parameter dalam
kenyamanan khususnya jika digunakan untuk pejalan kaki.

Gambar 3. 3 Bentuk Rangka Warren yang Sudah Dioptimasi

3.3 MODELISASI STRUKTUR


Setelah didapatkan bentuk rangka yang optimum kami menamai jembatan
ini adalah jembatan Parikara Dharma. Nama jembatan ini diambil dari lambang
kota depok yang artinya paricara adalah abdi dan dharma adalah kebaikan. Jadi
jembatan ini memliki makna yaitu harapannya jembatan ini akan abdikan ke
masyarakat unuk menunjang kegiatan warga sekitar dalam mencapai kebaikan dan
menjadikan manfaat dalam dunia dan akhirat. Adapun modelisasi dari jembatan
Parikara Dharma adalah sebagai berikut:

Gambar 3. 4 Visualisasi Jembatan Paricara Dharma ke Dalam Site Plan

14
Gambar 3. 5 Tampak Perspektif

Gambar 3. 6 Tampak Depan

Gambar 3. 7 Tampak Samping

15
Gambar 3. 8 Tampak Atas

3.4 ANALISA STRUKTUR TERHADAP BEBAN TITIK RENCANA


Jembatan Paricara Dharma direncanakan dengan beban statis di tengah
bentang sebesar 100 kg sesuai dengan beban uji yang diinginkan pada peraturan
lomba. Analisa pada struktur rangka jembatan paricara dharma akan dijelaskan
dalam beberapa bagian berikut ini:
1. Standar peraturan yang digunakan dalam menghitung dan
merencanakan struktur rangka jembatan kayu adalah:
➢ SNI 7973-2013 Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi Kayu
➢ RSNI T-02-2005 Standar Pembebanan untuk Jembatan

2. Beban yang direncanakan pada Jembatan:


➢ Beban Mati (DL): Berdasarkan RSNI T-02-2005 pada definisi dan istilah
point 3.6, semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan atau
bagian jembatan yang ditinjau termasuk segala unsur tambahan yang
dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya. Artinya beban mati

16
yang ada pada pembebanan jembatan ini adalah berat material kayu balsa,
lantai jembatan dan juga sambungan (lem dan tali).
➢ Beban Hidup (LL): Berdasarkan RSNI T-02-2005 ayat 3.7, beban hidup
yang dimaksud adalah beban uji yang direncenakan sebesar 100 kg.
➢ Kombinasi pembebanan yang digunakan pada perencanaan ini adalah D+L
yang digunakan sebagai beban ultimate agar mendekati dengan rencana
serta diharapkan tidak overdesign sehingga desain yang dihasilkan akan
lebih efisien.

3. Hasil gaya dalam akibat beban statis terpusat 100 kg di tengah bentang
menggunakan program SAP2000

Gambar 3. 9 Gaya Aksial Batang Akibat Beban Titik 100 kg di Tengah Bentang

Tabel 3. 1 Hasil Perhitungan Gaya Aksial Menggunakan Program SAP2000

Panjang Batang Gaya Aksial Batang PERILAKU


Batang
(mm) (Kg) BATANG
B1=B6 100 28,7 TARIK
B2=B5 200 56.3 TARIK
B3=B4 200 87,6 TARIK (max)
D2=D11 111,8 31.6 TARIK
D4=D9 223,6 39,7 TARIK
D6=D7 269,3 54,7 TARIK
A1=A5 180,28 51,3 TEKAN

17
A2=A4 206,16 76,3 TEKAN
A3 200 107,9 TEKAN (max)
D1=D12 111,8 64,1 TEKAN
D3=D10 223,6 30,2 TEKAN
D5=D8 269,3 36,4 TEKAN

4. Faktor koreksi pada batang tekan


a. CM (Faktor Layan Bawah) = 1 (Table 4.2.2 – SNI 7973-2013)
b. CT (Faktor Temperatur) = 1 (Table 2.3.3 – SNI 7973-2013)
c. CF (Faktor Ukuran) = 1 (Ayat 4.3.6.1 – SNI 7973-2013)
d. CI (Faktor Tusukan) = 1 (Table 4.3.8 – SNI 7973-2013)
e. KF (Faktor Konversi Format) = 2.4 (Table N1 – SNI 7973-2013)
f. ØC (Faktor Ketahanan) = 0.9 (Table N2 – SNI 7973-2013)
g. λ (Faktor Waktu) = 1 (Table N3 – SNI 7973-2013)
h. Ke (Koefisien Panjang Tekuk) = 1 (Table G1 – SNI 7973-2013)

5. Faktor koreksi pada batang tarik


a. CM (Faktor Layan Bawah) = 1 (Table 4.2.2 – SNI 7973-2013)
b. CT (Faktor Temperatur) = 1 (Table 2.3.3 – SNI 7973-2013)
c. CF (Faktor Ukuran) = 1 (Ayat 4.3.6.1 – SNI 7973-2013)
d. CI (Faktor Tusukan) = 0.8 (Table 4.3.8 – SNI 7973-2013)
e. KF (Faktor Konversi Format) = 2.7 (Table N1 – SNI 7973-2013)
f. Øt (Faktor Ketahanan) = 0.8 (Table N2 – SNI 7973-2013)
g. λ (Faktor Waktu) = 1 (Table N3 – SNI 7973-2013)

6. Contoh Perhitungan Perencanaan Batang Tarik dan Batang Tekan


a. Perhitungan Dimensi Batang Tekan (Batang A3)
1. Menentukan panjang efektif batang tekan (Le)
Le1 = Ke × L1 = 1 × 200 mm = 200 mm
Le2 = Ke × L2 = 1 × 100 mm = 100 mm
2. Menentukan Rasion Kelangsingan (Le/d)

18
Untuk penampang persegi panjang, angka kelangsingan yang harus
diambil adalah nilai terbesar di antara Le1/d1 dan Le2/d2 ;
Le1/d1 = 200/30 = 6,7
Le2/d2 = 100/10 = 10
Lalu ambil nilai yang terbesar Le/d = 10 < 50 … OK!
3. Menghitung kuat tekan sejajar serat (Fc*)
Fc = 0,8 × Fc (table) Fc* = Fc × CM × CT × CF × CI
= 0,8 × 4,8 MPa = 3,84 × 1 × 1 × 1 × 1
= 3,84 MPa = 3,84 MPa
4. Menghitung factor stabilitas batang tekan (Cp)
0.822 × Emin 0.822 × 3710
FCE = 2
= = 30,5 MPa
(Le/d) (10)2

1+ (FCE / 𝐹𝑐∗) 1+ (FCE / Fc*) 2 FCE / Fc*


CP = − √[ ] −
2c 2c 𝑐
30,5
1+( ) 1+ (30,5/ 3,84) 2 30,5 / 3,84
3,84
= − √[ ] −
2 × 0.8 2 × 0.8 0.8

= 5,589 − √31,23 − 9,92


= 0,973
5. Menentukan kapasitas batang tekan terkoreksi (P’)
Fc’ = Fc × CM × CT × CF × CI × CP × KF × ØC × λ
= 3,84 × 1 × 1 × 1 × 1 × 0,973 × 1.67 × 0.9 × 1
= 5,619 MPa
Kapasitas batang tekan terkoreksi
P’ = Fc’ × Ag = 5,619 × 200 mm2 = 1123,8 N = 112,38 kg
P’ > Pu
112,38 > 107,9 kg … OK!

a. Perhitungan Dimensi Batang Tarik (Batang B3)


1. Menghitung kuat Tarik sejajar serat kayu (Ft)
Ft = 0.8 × Ft (table)
= 0.8 × 4,1 MPa
= 3,28 MPa

19
2. Luas penampang bersih netto (An)
Perlemahan yang disebabkan oleh alat sambung dengan perekat dan
adalah sebesar 0%, maka;
An = Ag
= 200 mm2
3. Perhitungan Kuat Tarik Terkoreksi (Ft’)
Ft’ = Ft × CM × CT × CF × CI × KF × Øt × λ
Ft’ = 3,28 × 1 × 1 × 1 × 0.8 × 2.7 × 0.8 × 1
Ft’ = 5,66 MPa
4. Perhitungan Kapasitas Tarik (T’)
T’ = Ft’ × An = 5,66 N/mm2 × 200 mm2 = 1132 N = 113,2 kg
T’ > Tu
113,2 > 87,6 kg … OK!

7. Kontrol Lendutan
Perhitungan lendutan yang terjadi pada jembatan rangka Paricara Dharma
akibat beban uji statis terpusat ditengah bentang sebesar 100kg menggunakan
bantuan program analisa struktur yaitu SAP2000. Adapun nilai lendutan yang
terjadi pada struktur jembatan rangka Paricara Dharma sebesar 0,00353m atau
0,353cm

Gambar 3. 10 Lendutan Prototype Jembatan Rangka Paricara


Dharma

20
Kontrol acuan lendutan menggunakan acuan peraturan yang terdapat pada
TOR lomba. Lendutan yang diijinkan sebesar 1cm. adapun pengecekan lendutan
adalah sebagai berikut:
Pengecekan Kontrol Lendutan
0,353cm < 1cm ……OK!
Lendutan yang terjadi pada prototype jembatan rangka paricara dharma
tidak melebihi batas lendutan yang diijinkan pada peraturan.

3.5 DESAIN KOMPONEN DAN SAMBUNGAN


Sambungan yang digunakan pada prototype jembatan paricara dharma yaitu
dengan Tali dan Lem. Adapun detail joint pada sambungan protoype jembatan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. 11 Sambungan Prototype Jembatan

21
S1 S2

S3 S4
Gambar 3. 12 Detail Komponen Sambungan S1-S4

S5 S6

S7
Gambar 3. 13 Detail Komponen Sambungan S5-S7

22
Untuk mendapatkan hasil potongan profil kayu balsa yang cepat dan akurat
kami menggunakan alat pemotong yang telah dimodifikasi, tidak hanya itu juga
sebagai penunjang agar hasil potongan kayu lebih efisien maka diperlukan material
schedule. Fungsi dari material schedule ini adalah untuk mengurangi material yang
terbuang percuma (wasting material) pada saat proses pemotongan, yang mana
target pemotongan untuk satu batang ditargetkan harus sampai habis atau
setidaknya memnimalisir sisa kayu yg terbuang. Adanya material schedule ini juga
digunakan agar pada saat proses pemotongan bisa dilakukan dengan cepat dan
akurat sesuai dengan kebutuhan. Adapun material schedule yang kita buat terlampir
pada proposal ini.

Gambar 3.13 Alat Pemotong Modifikasi

3.6 HASIL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN


Hasil perhitungan struktur jembatan ini berupa dimensi atau penampang
yang akan digunakan pada masing masing rangka batangnya. Adapun hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

23
Tabel 3. 2 Dimensi yang Digunakan untuk Batang Tekan

Luas
No. Batang Dimensi Batang
Penampang
1 A1=A5 200 mm2 20mm × 10mm
2 A2=A4 200 mm2 20mm × 10mm
3 A3 200 mm2 20mm × 10mm
4 D1=D12 100 mm2 10mm × 10mm
5 D3=D10 100 mm2 10mm × 10mm
6 D5=D8 100 mm2 10mm × 10mm

Tabel 3. 3 Dimensi yang Digunakan untuk Batang tarik

Luas
No. Batang Dimensi Batang
Penampang
1 B1=B6 200 mm2 20mm × 10mm
2 B2=B5 200 mm2 20mm × 10mm
3 B3=B4 200 mm2 20mm × 10mm
4 D1=D6 100 mm2 10mm × 10mm
5 D2=D5 100 mm2 10mm × 10mm

24

Anda mungkin juga menyukai