Anda di halaman 1dari 25

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN

PENGGUNAAN OBAT
(PKPO)
Akreditasi…oke!
Paripurna…Pertahankan!
SNARS…Bisa…Bisa…Pasti Bisa !!!
Bagaimana kebijakan RS tentang persyaratan resep yang
lengkap?
Resep yang lengkap harus memenuhi syarat yaitu:
 Resep ditulis memakai Blanko resep RS.Jiwa Prof HB Saanin Padang.
 Identitas pasien (Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika pasien tidak dapat mengingat tanggal lahir), no
rekam medik dan berat badan pasien(untuk pasien anak)).
 Identitas dokter penulis resep ( nama dokter, tanggal penulisan resep dzn ruang pelayanan).
 Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual.
 Menuliskan tanda R/ pada setiap sediaan. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. Untuk nama obat
kombinasi dituliskan sesuai dengan nama formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh: Injeksi,
tablet, kapsul, salep) serta kekuatannya (500mg, 5mg/mL).
 Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/ bahan padat : microgram, miligram, gram) dan untuk cairan :
tetes, mililiter, liter.
 Pencampuran beberapa obat dalam satu sediantidak di anjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut
telah terbukti aman dan efektif.
 Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). untuk aturan pakai jika perlu atau prn (Pro Renata) harus dituliskan
dosis maksimal dalam sehari.
 Resep dilengkapi dengan paraf dokter penulis resep.
Bagaimana kebijakan RS tentang alur pelayan
resep?
 Resep yang masuk di counter penerimaan resep diberi nomor antrian oleh petugas
penerima resep, petugas melakukan screaning resep meliputi kelengkapan Administrasi dan
telaah obat, apabila ada resep yang tidak jelas atau tidak lengkap petugas farmasi akan
menghubungi dokter penulis resep, perubahan atas resep akan ditulis di kolom perubahan
resep yang paraf oleh petugas dan dokter.

 Resep di entrikan ke SIMRS dan cetak stuk dan etiket masing masing obat Jika resep
sudah lengkap kemudian resep di siapkan oleh bagian peracikan. Sebelum penyerahan
obat lakukan cek ulang untuk memastikan resep dan obat yang diambilkan sudah sesuai
jumlah dan jenisnya.

 Saat penyerahan obat kepada pasien lakukan Pemberian informasi obat (PIO).
Bagaimana syarat pemberiaan obat yang berlaku di
RS.Jiwa Prof HB Saanin Padang?

Syarat pemberian obat menggunakan prinsip 5T 1 W


1.Tepat Pasien
2.Tepat Obat
3.Tepat Dosis
4.Tepat Indikasi
5.Tepat Cara Pemberian
6.Waktu pemberian
Bagaimana alur pelaporan insiden jika terjadi
Medication Error?

Semua petugas (Dokter, Farmasi, Perawat) yang


menemukan terjadinya medication error wajib melaporkan
kejadian tersebut.

sesuai SPO Pengelolaan Insiden Keselamatan Pasien.


Apa saja daftar obat-obatan yang masuk
dalam NORUM? Bagaimana penyimpanannya
 Daftar obat NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/LASA (Look A like
Sound A like) dapat ditemukan di SPO obat-obatan NORUM/LASA, Serta di
lemari penyimpanan. Penyimpanan ditandai stiker LASA.

 Contoh obat look a like adalah obat-obatan dengan tampilan mirip namun
sebenarnya berbeda contohnya (Merlopam 2 dengan Sandepril 50 mg dan
Cepezet 100 mg), Risperidone 3 mg dengan Clozapin 100 mg),

 contoh obat Sound a like adalah (Haloperidol 0,5 mg, haloperidol 1,5 mg
dan Haloperidol 5 mg), Asam Mefenamat dan Asam Tranexamat).
Bagaimana kebijakan penyimpanan obat High
Alert di RS?
Obat - obat high alert ditandai dengan pemberian stiker
bertuliskan “ High Alert” pada obat.

Contoh Obat High Alert di RS.Jiwa Prof HB Saanin


Padang adalah : Epinefrin inj, Lidocain Inj, Dextrose
40%, Propanolol 10 mg, Metformin tab dan Glimepiride
tab.
Bagaimana prosedur pengelolaan obat
Emergensi di RS?
 Obat Emergensi disimpan dalam troli/ lemari emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu tersedia daan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya
tidak sesuai lagi dengan daftar yang ditempel/ digantung ditroli/ kit lemari
emergensi . perbekalan farmasi dan penguncian troli tersebut dikontrol oleh
farmasi.

 Troli akan di cek satu bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian
perbekalan farmasi dengan daftar, ketepatan penyimpanan dan tanggal
kadaluarsa.

 Bila obat emergensi terpakai perawat akan segera melaporkan pengunaan obat
disertai resep pengeluaran obat, petugas farmasi segera mengganti obat
tersebut dan mengunci kembali tas atau troli emergensi tersebut.
Apa yang dilakukan jika ada kejadian yang
dicurigai kejadian efek samping obat?
 Tangani pasien yang mengalami kejadian yang dicurigai
efek samping obat.

 Isi form laporan efek samping obat dan laporkan ke


Instalasi farmasi.

 Form akan dijemput oleh Apoteker Klinis dan ditindak


lanjuti.

 Dokter, Apoteker, Perawat monitoring terhadap pasien dan


perkembangan di tulis di CPPT.
Penyimpanan OBMHP (Obat Bahan Medis Habis
Pakai) secara umum?

Label isi, tanggal kadalurasa, peringatan (High Alert, LASA).


Kestabilan : - Kesesuaian suhu.
- Ada Monitoring suhu.

Pengaturan : - Jarak 15-20 cm dari lantai, 5 cm dari dinding dan 60 cm


dari plafon/ atap.
- Penyimpan FEFO dan FIFO.
- Alfabetis

Pencatatan : - Ada daftar barang pada tempat penyimpanan


-Kartu stok terisi
- Ada laporan stok
Penyimpanan Obat Kadaluarsa :
OBMHP mendekati expired (3 bulan sebelum) sudah
dilaporkan untuk ditindak lanjuti dan disimpan terpisah
dengan penandaan

OBMHP kadaluarsa disimpan terpisah dengan lainnya.


Penyimpanan Obat Emergensi ?
 Dalam troli / tas
 Kunci disposible bernomor
 Jika terpakai segera diganti dengan menyertakan resep obat yang di
gunakan, dipastikan bahwa jumlah dan jenis selalu tersedia sesuai
daftar
 Isi masing-masing troli/tas boleh berbeda pada masing- masing ruangan
tergantung kebutuhan ruangan masing-masing
 Hanya boleh digunakan untuk kebutuhan emergensi
 Farmasi mengisi form pengecekan troli/tas emergensi setiap satu bulan
sekali
 Apoteker melakukan supervisi troli emergensi sesuai ketentuan jadwal
Penyimpanan obat khusus
Penyimpanan obat yang dibawa pasien dari rumah
 Obat disimpan di ruang farmasi rawat inap disertai tanda
terima dari keluarga/ pasien.
 Obat disimpan dalam kotak khusus yang ditandai “obat
pasien dari rumah”
 Obat dikembalikan kepada pasien saat pulang dengan
mengembalikan bukti tanda terima obat saat masuk.
Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
(B3)
Terpisah dari barang lain, jauh dari sumber api

Diberi simbol B3 yang sesuai

Tersedia APD

Tersedia sistem tanggap darurat, APAR


Penyimpanan Psikotropika
1. Lemari khusus, kunci ganda, tidak mudah
dipindahkan
2. Ada PJ kunci
3. Ada laporan psikotropika
4. Psikotropika yang expired dipisahkan
penyimpanan pelaporannya dengan barang lain
Pengelolaan Obat High Allert
 Tersedia daftar obat high allert di ruangan
 Dilakukan double check baik di farmasi maupun saat akan
diberikan ke pasien (oleh 2 orang petugas yang berbeda)
 Obat LASA disimpan menyatu dengan obat lainnya, ditempel label
LASA dan High Allert pada masing masing kemasan terkecil obat.
 Obat LASA disusun minimal 2 kotak dengan obat LASA lainnya.
 Obat LASA yang diucapkan mirip, huruf yang berbeda ditulis
dengan huruf capital pada tempat penyimpanan.
Resep yang lengkap dan benar
Kejelasan tulisan : tulisan jelas dan terbaca
Identitas pasien : lengkap dan benar
Identitas dokter : lengkap
Tepat : tepat obat, dosis, aturan pakai,
frekuensi
Ketentuan lain : pakai nama generik, untuk
aturan pakai bila perlu , dibuat dosis
maksimal
Verifikasi sebelum pemberian obat (5
Benar)

Benar Pasien
Benar Obat
Benar Dosis
Benar Waktu/Frekuensi
Benar Rute/cara
Pengkajian resep dan verifikasi obat
Sebelum resep disiapkan:
Apoteker / TTK melakukan pengkajian resep
a.Administrasi : identitas pasien, nama dokter, no SIP, Paraf
dokter, tanggal resep.
b.Farmasetik : nama obat, bentuk sediaan, dosis dan
jumlah obat aturan/cara pakai
c.Klinis : indikasi, dosis, waktu, duplikasi, alergi, kontra
indikasi dan interaksi
Setelah disiapkan :
Sebelum diserahkan dilakukan verifikasi obat 5 BENAR
1.Benar pasien
2.Benar obat
3.Benar dosis
4.Benar frekuensi/ Waktu
5.Benar rute/cara
Rekonsiliasi
1.Dilakukan oleh Apoteker saat Admisi, Transfer dan akan Pulang

2.Pengisian menggunakan Form Rekonsiliasi

3.Peran Dokter pada saat Admisi menanyakan obat yang dikonsumsi


pasien pada 3 bulan terakhir, dan Apoteker mencatat pada
kolom admisi dilanjutkan atau tidak.
Pengisian Catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT) oleh Apoteker

1.Apoteker melakukan asuhan kefarmasian


terhadap pasien dan mendokumentasikan dalam
rekam medik pasien pada lembar CPPT dengan
metode S-O-A-P

2.Pengisian CPPT adalah terkait DRP (Drug Related


Problem)
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1.Apoteker juga melakukan asuhan kefarmasian mandiri
yaitu Pemantauan Terapi Obat dan mendokumentasikan
dalam lembarkerja PTO

2.PTO diprioritaskan pada pasien rawatan intensif PICU,


Pasien dengan Polifarmasi, pasien yang mendapatkan obat-
obat indek terapi sempit, pasien Geriatri

3.Berkas PTO terdokumentasi dengan baik di Farmasi rawat


inap
Pemberian Informasi Obat (PIO)/ Edukasi Obat

1.Apoteker memberikanPIO/ Edukasi terhadap Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
2.PIO/ Edukasi Pasien Rawat jalan diberikan pada saat penyerahan obat kepada
pasien, bila perlu lakukan konseling pada pasien dengan kriteria : pasien yang
mendapatkan Polifarmasi, pasien yang mendapatkan obat-obat indek terapi sempit,
pasien Geriatri.
3.PIO/ Edukasi pasien rawat inap dilakukan pada saat penyerahan obat pasien akan
pulang, PIO/ edukasi diberikan pada Pasien / keluarga.
4.Bukti lembar Edukasi pasien Rawat inap terdokumentasi pada Lembar Edukasi
Pasien dalam Rekam medik.
5.Informasi berisikan tentang : Nama Obat, indikasi, Aturan Pakai, Penyimpanan
Obat,Efek samping Obat, Interaksi Obat dengan Makanan
INDIKATOR MUTU INSTALASI FARMASI
1.Angka kesalahan penyerahan Obat
2.Ketepatan pelabelan obat LASA
3.Angka ketersediaan obat E-Katalog
4.Angka ketersediaan Injeksi Haloperidol 5 mg
5.Angka ketersediaan obat Emergensi
6.Waktu tunggu pelayanan Resep Obat

Anda mungkin juga menyukai