Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tuberkulosis (TBC)

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Kasturi
2. Iis rahma dianti
3. Gerry pinto
4. Edra pinando
5. Gusma winda
6. Fara azizah
7. Indah novia putri

Lokal II B

Dosen: Ns. Aini Yusra.Sp, Kep, M.B

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul tentang “Tuberkulosis (TBC)”. Selain itu bertujuan
untuk memberikan informasi dan menambah wawasan tentang penyakit SARS dan flu
burung.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan


dalam penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan
memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.

Solok, 03 OKTOBER 2018

Penulis
DAFTAR ISI

1. Halaman Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
5. Bab II Pembahasan
A. Pengertian TBC
B. Tanda dan gejalA TBC
C. Proses terjadinya atau patofisiologi TBC
D. Penyebab TBC
E. Askep TBC
6. Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
7. Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di
antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan
Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC)
merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000
penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan
setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5-15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya
friksi. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura (Amin, Hardhi. 212. 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TBC ?
2. Apa tanda dan gejala TBC ?
3. Bagaimana proses terjadinya TBC atau patofisiologi TBC ?
4. Apa penyebab TBC ?
5. Bagaimana askep TBC?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian TBC
2. mengetahui tanda dan gejala TBC
3. mengetahui proses terjadinya TBC
4. mengetahui penyebab TBC
5. mengetahui askep TBC
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Amin,
Hardhi. 209. 2015).

2. Tanda dan Gejala


 Demam 40-41ºc, serta ada batu/ batuk darah
 Sesak nafas dan nyeri dada
 Malaise, keringat malam
 Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
 Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
 Pada anak :
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
- Demam tanpa sebab yang jelas, terutama jika berlanjut sampai 2
minggu
- Batuk kronik > 3 minggu dengan atau tanpa wheeze
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
- Proses Terjadinya

3. Proses terjadinya atau patofisiologi

Microbacterium Tuberkulosa Droplet Infection Masuk lewat jalan


nafas

Menempel pada paru

Keluar dari Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru


tracheobionchial bersama
sekret Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa pengobatan


Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang
di sitoplasma makrofag
Mempengaruhi hipothalamus.
Sarang primer / efek primer
Mempengaruhi sel point (fokus ghon)

Hipertermi

Komplek Primer Limfangitis Lokal Limfadinitis regio

nal
Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
(paru lain, saluran pengobatan fibrosis
pencernaan, tulang)
melalui media
(bronchogen
percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Radang tahunan di bronkus Pertahanan primer tidak


Sekret keluar saat batuk adekuat Alveolus mengalami
konsolidasi dan eksudasi
Berkembang mengahancurkan Kerusakan membran
Batuk produktif
jaringan ikat(batuk
sekitarterus- Pembentukan tuberkel
alveolar
menerus) Gangguan pertukaran gas
Bagian tengah nekrosis
Pembentuka sputum Menurunnya permukaan
berlebihan efek paru
Membentuk jaringan keju
Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi Abdomen

Resiko infeksi Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
5. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikobakterium tuberkulosis.
7. MYCODOT
Deteksi anti body memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai
memakai warna sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah
- Bayangan berwayna (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapngan atas paru
- Adnaya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan millie.
5. Penyebab
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet.
Ada 2 macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe
Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus, basil tipe
Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasa dari penderita
TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun-tahun (Amin, Hardhi. 210. 2015).
6. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS (TBC)
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku / Bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Ruangan :
Diagnosa Medis :
No. MR :

b. Identitas Penanggung jawab


Nama Ayah :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Umur :
Nama Ibu :
Agama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
1. Aktivitas/ istirahat
- Kelelahan
- Nafas pendek karena kerja
- Kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
- Mimpi buruk
- Takhikardi, takipnea/ dispnea pada kerja
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak
2. Integritas ego
- Adanya faktor stres yang lama
- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan
- Menyangkal
- Ansietas, ketakutan
3. Makanan / cairan
- Kehilangan nafsu makan
- Tidak dapat mencerna
- Penurunan berat badan
- Turgor kulit buruk, kering
4. Kenyamanan
- Nyeri dada
- Gelisah
5. Pernafasan
- Nafas pendek
- Batuk
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Bunyi nafas menurun
6. Keamanan
- Adanya kondisi penekanan imun
- Demam atau sakit panas akut
7. Pemeriksaan fisik
a. Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, turgor kulit menurun
b. Sistem pernafasan
Inspeksi : adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, suara nafas melemah
Palpasi : fremitus suara meningkat
Perkusi : suara ketok redup
Auskultasi : suara nafas brokkial dengan atau tanpa ronchi basah. Kasar dan
nyaring.
c. Sistem kardiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis
d. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, berat badan turun
e. Sistem genitalia
Tidak adanya atau mengalami kelainan pada genitalia
2. Diagnosa
a. Risiko tinggi infeksi (penyebaran atau aktivasi ulang) b.d
- Pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia
- Kerusakan jaringan
- Penurunan ketahanan
- Malnutrisi
- Terpapar lingkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen

Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan pemahaman penyebab/ faktor resiko individu
- Mengidentifikasi untuk mencegah atau penurunan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
- Kelemahan
- Sering batuk atau produksi sputum
- Ketidakcukupan keuangan
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku /
pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan BB yang tepat
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
- Adanya sekret
- Kelemahan, upaya batuk buruk
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat

3. Perencanaan
1. Risiko tinggi infeksi (penyebaran atau aktivasi ulang)
- Kaji patologi dan potensial penyebaran infeksi
- Identifikasi orang lain yang berisiko
- Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan pada tissu
dan menghindari meludah
- Dorong memilih makan seimbang
- Kolaborasi pemberian antibiotik
-
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, BB,
kemampuan menelan, riwayat mual, dan muntah atau diare.
- Pastikan pola diet biasa pasien
- Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
- Dorong dan berikan periode istirahat sering
- Dorong makan sedikit dan sering dengan makan tinggi protein dan
karbohidrat
- Konsul dengan terapi pernfasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam
sebelum dan sesudah makan
- Awasi pemeriksaan laboratorium
3. Bersihan jalan nafas tak efektif
- Kaji fungsi pernafasan, kecepatan, irama dan kedalama serta
penggunaan oto
- Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa atau batuk efektif
- Beri posisi semi fowler atau fowler
- Bersihkan secret dari mulut dan trakea
- Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml perhari
- Kolaborasi pemberian oksigen dan obat-obatan sesuai dengan indikasi
4. Evaluasi
1. Risiko tinggi infeksi (penyebaran / aktivasi ulang)
S : pasien mengatakan sudah mengetahui untuk menghindari pemaparan
patogen
O : pasien terlihat kondisinya sudah mulai membaik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


S : pasien mengatakan nafsu makannya meningkat
O : berat badan pasien meningkat
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3. Bersihan jalan nafas tak efektif


S : pasien mengatakan sudah bisa mengeluarkan secret tanpa bantuan
O : pasien terlihat jalan nafasnya sudah terlihat efektif
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini
sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang
harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke
klinik/puskesmas.
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita penyakit
paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi yang terjadi tidak terlalu
lama menginfeksi pleura.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jilid 1. 2015. Media Action : Jogjakarta

Amin, Hardhi. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jilid 2. 2015. Media Action : Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai