HIPOTERMIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Hj. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 8
Dita Noor Aripin P27901117048
Diyah Ayu Putri Sundari P27901117050
Nunuk Nutriyani P27901117070
Tingkat : 3B / Semester V
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPOTERMI” dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Siti Wasliyah S.Kep, Ners, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan kualitas layanan keperawatan. Salah satu layanan
keperawatan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah
pelayanan asuhan terhadap pasien dengan hipotermia.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
2.3 Etiologi
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan
medis darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di
bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh,
yaitu di bawah 35°C.
Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem
persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila
tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem
pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan
kematian.
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
1. Faktor lingkungan
2. Syok
3. Infeksi
4. Gangguan endokrin metabolik
5. Kurang gizi
6. Obat-obatan
7. Aneka cuaca
4
lebih cepat pada air dingin dibanding udara dingin. Cara lainnya adalah
melalui angin, gerakan angin akan menghilangkan lapisan tipis udara yang
hangat pada permukaan kulit.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokonttriksi kulit diseluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadinya karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior. Rangsangan simpatis menyebabkan otot
erektorpili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak
penting pada manusia, tetap pada binatang tingkat rendah, berdirinya
bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan
c. Peningktan pembentukan panas
Pembentukan panas ole h system metabolism meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin
5
c. Penyakit Yang Memengaruhi Memori
Misalnya penyakit Alzheimer. Pengidap penyakit ini biasanya tidak
sadar bahwa mereka sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus
dilakukan.
d. Pengaruh Penyakit Tertentu
Ada beberapa penyakit yang dapat memengaruhi mekanisme
pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia nervosa, stroke, dan
hipotiroidisme.
e. Obat-Obatan Tertentu
Misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat. Obat-obatan ini
dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengendalikan temperatur.
f. Orang Yang Menghabiskan Waktu Lama Di Tempat Yang Dingin
Misalnya pendaki gunung atau tunawisma.
6
a. Mengantuk atau lemas
b. Bicara tidak jelas atau bergumam
c. Linglung dan bingung
d. Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang
kedinginan
e. Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun
f. Napas yang pelan dan pendek
g. Tingkat kesadaran yang terus menurun.
Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan
berpotensi memicu hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah.
Kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala berikut:
a. Pingsan
b. Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada
denyut nadi
c. Pupil mata yang melebar
d. Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pengkajian
1) Takipnea awal disertai dengan pernapasan lambat dan dangkal ;
kemungkinan 2 atau 3 kali napas permenit pada hipotermia yang
parah.
2) Napas dapat berbau buah-buahan atau aseton, mengindikasikan
metabolisme lemah karena penurunan kadar insulin.
3) Jika suhu tubuh turun sampai dibawah 30°C (Hipotermia parah ),
bunyi jantung mungkin tidak dapat didengar jantung masih
berdeyut. Jaringan menghantarkan suara dengan buruk pada suhu
yang rendah.
7
4) Pembacaan tekanan darah dapat secara ekstrim sulit untuk
didengar karena jaringan dingin yang menghantarkan gelombang
bunyi buruk.
5) Reflek pupil dapat terhambat dengan penurunan aliran darah
cerebral, sehingga pupil tampak diam dan dilatasi.
6) Berbagai macam disritmia jantung dapat terlihat. Jantung yang
hipotermik rentang terhadap fibrilasi ventrikel. Jantung yang
sangat dingin tidak dapat berespon terhadap obat atau defibrilasi.
7) Kemunduran neurologi progresif ditandai dengan apatis,
penilaian yang buruk, disatria, mengantuk, dan akhirnya koma.
8) Bicara lambat dan tidak jelas.
9) Mengigil dapat ditekan dibawah suhu 32,2 °C.
2.7.2 Evaluasi diagnostik
1) EKG dan pemantauan jantung yang berkelanjutan untuk
menentukan frekuensi dan irama.
2) Arteri gas darah untuk mendeteksi asidosis.
3) Serum elektrolit dan tes fungsi ginjal untuk memantau kondisi.
Intervensi Terapeutik
a) Bantu pernapasan dan oksigenasi dengan suplemen O2
100%, atau alat kantong – katup – masker.
b) Jika nadi dan pernapasan tidak ada, berikan RJP sampai
pasien hangat kembali secara adekuta dan dapat dilakukan
evaluasi lebih lanjut melalui EKG dan pemantauan
hemodinamik.
c) Lakukan terapi IV dengan normal saline. Ringer laktat tidak
dianjurkan karena liver yang dingin mungkin tidak dapat
memetabolisme laktat.
d) Lakukan penghangatan kembali. Jenis penghangatan
bergantung pada derajat hipotermia penghangatan harus
dilanjutkan suhu inti tubuh 34°C. Jika pasien mengalami
henti jantung, penghangatan harus dilanjutkan mencapai
8
suhu 32°C. Kematian hipotermia didefinisikan sebagai
kegagalan untuk segar kembali setelah penghangatan.
2.7.3 Intervensi keperawatan
1) Pemantauan
a) Lanjutkan pemantauan suhu inti dengan pembacaan
termometer rektal rendah.
b) Lanjutkan pemantauan EKG. Karena nadi mungkin tidak
didapat karena hipotermia, perhatikan monitor jantung untuk
menentukan kebutuhan RJP.
c) Pantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital, tekanan vena
central, haluaran urine, arteri gas darah, dan metode-metode
hemodinamik lainnya.
Pertahankan jalur arteri untuk mencatat tekanan darah dan
mempermudah pengambilan sempel darah. Hal ini
memungkinkan deteksi dini gangguan asam basa dan
pengkajian atas keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
haluaran urine dapat menunjukan peningkatan respon
terhadap vasokontriksi perifer, dieuresis dingin.
2) Perawatan penunjang
a) Tangani pasien dengan hati-hati dan lembut untuk
menghindari timbulnya fibrilasi ventrikel.
b) Berikan penghangatann eksternal pasif untuk pasien-pasien
dengan suhu diatas 28°C.
Lepas semua baju yang basah atau dingin dan ganti dengan
baju hangat.
Berikan kehangatan dengan menutupi pasien dengan
beberapa selimut.
Berikan air hangat untuk minum.
c) Berikan penghangatan eksternal aktif untuk pasien-pasien
dengan suhu diatas 28°C sesuai ketentuan.
9
Kompres hangat eksternal sebagai contoh, botol air hangat
di ketiak, leher, pangkal paha (jangan mengompreskan
botol air panas langsung pada kulit), atau pencelupan air
hangat.
Dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, mengembalikan
darah yang dingin ke suhu inti, menyebabkan penurunan
awala dari suhu inti.
Dapat menyebabkan asidosis karena “mencuci tutup asam
laktak dari jaringan perifer”.
Dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan metabolisme
sebelum jantung dihangatkan untuk memenuhi kebutuhan
ini.
d) Penghangatan inti aktif untuk pasien dengan suhu kurang dari
28 °C sesuai petunjuk.
Inhalasi oksigen yang dihangatkan dan dilembabkan
menggunakan masker atau ventilator
Cairan intravena yang dihangatkan .
Lavase lambung yang dihangatkan.
Dialisis peritoneal dengan larutan dialisa standar.
Irigasi media spinal melalui lubang torakotomi telah
berhasil digunakan tetapi memiliki komplikasi yang serius.
Bypass jantung paru.
3) Pendidikan Keluarga dan pemeliharaan kesehatan
a) Pastikan tindak lanjut yang adekuat yang memastikan
pemuihan yang lengkap.
b) Tinjau kembali tindakan keamanan untuk mencegah
hipotermia seperti memakai pakaian yang cukup hangat dan
kering ketika terpapar kondisi cuaca dingin, basah, dan
berangin.
10
c) Hentikan konsumsi alkohol ketika melakukan olahraga dan
rekreasi diluar rumah saat cuaca dingin, karena alkohol
meningkatkan resiko hipotermia.
11
BAB III
GAMBARAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipotermia
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
No. Reg : 050794
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenanga No.3
Suku bangsa : Indonesia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenanga No.3
Hubungan dengan Klien : Saudara Kandung
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Sekarang : Klien mengatakan pada tanggal 10
Februari 2018 sekitar pukul 10.00 WIB klien
merasa kedinginan dan gelisah. Sebelum
merasakan gejala tersebut klien masih
sempat mengantarkan sayuran ke pasar pada
pukul 04.30 WIB dengan menggunakan
motor. Kemudian klien memakai jaket
karena merasa sangat dingin tetapi tidak ada
perubahan. Lalu klien dan keluarga pergi ke
12
dokter praktek dan klien dianjurkan untuk
opname.
b. Riwayat Dahulu : Menurut Klien bahwa dia pernah operasi
Apendik pada umur 20 tahun dan pernah
dirawat karena menderita ulkus peptikum.
c. Riwayat Keluarga : Klien tinggal bersama keluarga dan
istrinya. klien memiliki kebiasaan merokok.
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang mempunyai penyakit serupa
dengannya..
d. Riwayat Psikososial :
Pola Koping : Klien dapat menerima keadaan
penyakitnya sebagai suatu
yang wajar terjadi di usia tua.
13
Kegiatan keagamaan : Klien rajin beribadah
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran : Komposmentis
Penampilan secara umum : Pucat
Tanda – tanda Vital
- Nilai GCS : E1V5M6
- TD : 150/90 mmHg
- Frekuensi Nafas : 24 x/ menit
- Nadi : 100 x/menit
- Suhu : 35̊ C
b. Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, mengigil,
gelisah dan lemah.
c. Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba
dingin, nadi cepat.
d. Auskultasi : tekanan darah meningkat.
D. Pengelompokan Data
a. Data Objektif :
Suhu tubuh 35̊ C
Kulit teraba mengigil.
Gelisah
Mengantuk
Tampak pucat dari menggigil
Pemenuhan ADL dilakukan oleh perawat dan keluarga
Tampak cemas dan ketakutan
14
Klien dan keluarga sering menawarkan kondisinya.
b. Data Subjektif
Pasien merasa mengigil
Merasa lemas, lemah.
Pasien merasa mengantuk
Pasien sering menanyakan kondisinya
Klien merasa tidak berdaya akan kondisinya.
E. Analisa Data
Nama : Tn.L
No.RM : 050794
No. Data Etiologi Masalah
15
terpajan udara
dingin
penurunan suhu
tubuh
16
- Nampak cemas
dan ketakutan
F. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi suhu tidak efektif
akibat faktor usia.
2) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suhu tubuh.
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keadaan
kondisi (ancaman).
G. Rencana Keperawatan
Nama : Tn. L
No.RM : 050794
Perencanaan Keperawatan
No. DX Tujuan
Intervensi Rasional
17
radiasi sehingga
suhu tubuh dapat
dipertahankan.
4. Pantau suhu 4. Memberikan
lingkungan rangsangan
panas dari luar
untuk membantu
mempertahankan
suhu tubuh dan
suhu ruangan.
5. Batasi 5. Aktivitas yang
aktivitas tinggi
meningkatkan
metabolisme
tubuh sehingga
meningkatkan
pengeluaran
panas dari tubuh.
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji toleransi 1. Parameter
tindakan pasien menunjukkan
Aktivitas
keperawatan terhadap respons fisiologi
berhubungan aktivitas pasien terhadap
selama 3 x 24 jam
dengan stress aktivitas.
dengan klien dapat parameter
penurunan terpenuhi frekuensi nadi
aktivitasnya 20x/menit
suhu tubuh.
dengan kriteria diatas
hasil : frekuensi
1. TTV dalam istirahat
2. Kaji kesiapan 2. Stabilitas
batas normal (S fisiologi pada
klien untuk
: 36̊ C - 37̊ C, meningkatkan istirahat paling
Nadi : aktivitas untuk
80x/menit, TD : karena memajukan
120/80 mmHg, kelemahan
tingkat aktivitas
RR : 24 individual.
x/menit) 3. Teknik
3. Berikan
2. Pemenuhan penghematan
bantuan sesuai
ADL oleh klien kebutuhan. energi,
menurunkan
penggunaan
energi sehingga
18
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
4. Dorong pasien 4. Pengaturan
untuk jadwal
berpartisipasi meningkatkan
dalam memilih toleransi
periode terhadap
aktivitas.
kemajuan
aktivitas dan
mencegah
kelemahan.
5. Berikan 5. Membantu
bantuan dalam meningkatkan
aktivitas / harga diri klien
ambulasi bila
bila melakukan
perlu .
sendiri.
3. Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji rasa 1. Perasaan adalah
cemas untuk
berhubungan tindakan nyata dan
keperawatan selam validasi membantu klien
dengan observasi klien
1 x 24 jam tingkat untuk terbuka
misalnya :
kurangnya cemas klien sehingga dapat
apakah merasa
pengetahuan teratasi dengan takut. mendiskusikan
kriteria hasil : dan
keadaan
1. Tidak cemas menghadapinya.
kondisi 2. Muka tampak 2. Catat petunjuk 2. Indikator derajat
cerah perilaku stress, dimana
(ancaman).
misalnya :
3. Keluarga klien dapat terjadi
gelisah.
kooperatif sebagai akibat
terhadap gejala fisik
asuhan kondisinya.
keperawatan 3. Tentukan 3. Membuat
persepsi klien hubungan
tentang proses terapeutik dan
penyakitnya. membantu klien
untuk
mengidentifikasi
maslaah yang
19
menyebabkan
kecemasan.
4. Dorong klien 4. Keterlibatan
menyatakan klien dalam
perasaannya. perencanaan
perawatan
memberikan rasa
kontrol dan
membantu
menurunkan
kecemasan.
5. Berikan 5. Penyempitan
informasi yang fokus umumnya
akurat dan merefleksikan
nyata tetang
rasa tak
apa yang
dilakukan. kepanikan.
6. Berikan 6. Memindahkan
lingkungan klien dan stress
tenang dan luar,
istirahat. meningkatkan
relaksasi dan
membantu
menurunkan
ansietas
7. Mekanisme
koping mampu
mengatasi
masalah.
20
H. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. L
No.RM : 050794
21
Klien mengatakan paham mengenai apa
yang dialami nya.
(12.00 WIB) 1 - Mengukur suhu tubuh klien
Hasil:
Suhu tubuh klien 36,1°C
(12.05 WIB) 2 - Menciptakan keadaan lingkungan yang
nyaman
Hasil:
Klien mengatakan nyaman dan bisa tidur
nyenyak
(13.00 WIB) 2 - Menanyakan kesiapan klien untuk berlatih
- Melatih klien sesuai dengan kemampuan
- Mengukur tanda-tanda vital
Hasil:
- Klien mengatakan siap dan mau berlatih
- Klien sudah bisa duduk
- TD:140/90mmHg, N : 99 x/menit, R :
25 x/menit.
(14.00 WIB) 3 - Mengukur suhu klien
Hasil:
Suhu klien 35,7 0C
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 36,9 0 C
(14.05 WIB) 1 - Memberikan selimut hangat
- Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 37, 0 C.
22
(15.00 WIB) 1 - Menganjurkan dan memberikan pasien
menggunakan pakaian hangat dan menyerap
keringat
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 37,5 C
(17.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu kline 37,0 C
(19.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu klien 37,3 C
(20.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu klien 37,3 C
I. Evaluasi
Nama : Tn.L
No.RM : 050794
No. Hari, Tanggal DX Evaluasi
23
2 2 S : Pasien mengatakan dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari walaupun dengan
bantuan.
O :
- Pasien dapat melakukan/ memenuhi
kebutuhan dengan bantuan.
- TTV normal (TD :130/80 mmHg , S :
36 , N : 75 x/menit , RR : 24 x/menit )
A : Masalah teratasi sebagian
E : Lanjutkan intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Wikipedia, hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme
tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu
tubuh inti turun sampai dibawah 35o C.
Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia
dapat dibedakan menjadi:
b. Hipotermia akut atau imersi
c. Hipotermia akibat kelelahan
d. Hipotermia kronis
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
b. Faktor lingkungan
c. Syok
d. Infeksi
e. Gangguan endokrin metabolik
f. Kurang gizi
g. Obat-obatan
h. Aneka cuaca
25
f. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula dan
bayi)
26
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com/pengertian-hipotermia/
iii