Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIPOTERMIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Hj. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 8
Dita Noor Aripin P27901117048
Diyah Ayu Putri Sundari P27901117050
Nunuk Nutriyani P27901117070

Tingkat : 3B / Semester V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPOTERMI” dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Siti Wasliyah S.Kep, Ners, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 29 Juli 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Hipotermia ..............................................................................3


2.2 Jenis – Jenis Hipotermia ...........................................................................3
2.3 Etiologi ......................................................................................................4
2.4 Patofisiologi ..............................................................................................5
2.5 Faktor Resiko Hipotermia .........................................................................5
2.6 Manifestasi Klinis Hipotermia ..................................................................6
2.7 Penatalaksanaan Medis Hipotermia ..........................................................7

BAB III GAMBARAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipotermia ..........................................12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suhu tubuh relatif konstan. Hal ini di perlukan untuk sel-sel tubuh agar
dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36°C -37°C.
Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di
produksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh
yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal
dengan mekanisme tertentu. Panas di produksi tubuh melalui proses
metabolisme, aktivitas otot, dan sekresi kelenjar.
Produksi panas meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab,
misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim,
baik panas atau dingin yang ekstrim, dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, perawat perlu membantu klien apabila mekanisme homeostasis
tubuh, untuk mengontrol suhu tubuhnya, tidak mampu menanggulanginya
perubahan suhu tubuh tersebut secara efektif. Secara fisiologi suhu tubuh
merupakan perbedaan antara jumlah panas yang di hasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang di hasilkan panas
yang hilang = suhu tubuh. Nilai suhu tubuh di tentukan oleh lokasi
pengukuran (oral, rektal, aksila, membran timpani). Anda akan mempelajari
kisaran suhu pada klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu
tubuh tunggal yang normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh
bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang
mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya di bandingkan
lokasi yang mewakili suhu permukaan.
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan
semakin meningkat. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar
di masyrakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta
berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang
memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk menerima

1
pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan kualitas layanan keperawatan. Salah satu layanan
keperawatan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah
pelayanan asuhan terhadap pasien dengan hipotermia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hipotermia ?
2. Apa saja jenis – jenis Hipotermia ?
3. Apa saja etiologi Hipotermia ?
4. Bagaimana patofisiologi Hpotermia ?
5. Apa saktor resiko Hipotermia ?
6. Bagaimana manifestasi klinis Hipotermia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis Hipotermia ?
8. Bagaimana gambaran kasus pada pasien dengan Hipotermia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan serta
untuk memperoleh pengalaman dan teori yang selama ini diperoleh
dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1) Memberi pengetahuan pada pembaca.
2) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hipotermia.
3) Menjelaskan jenis-jenis dari hipotermia.
4) Menjelaskan etiologi hipotermia.
5) Menjelaskan manifestasi klinis dari hipotermia.
6) Menjelaskan penatalaksanaan medis hipotermia.
7) Menjelaskan apa saja asuhan keperawatan pada hipotermia.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Hipotermia


Hipotermia adalah kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah
35°C karena terpapar suhu dingin. Sebagai respon terhadap penurunan suhu
inti, tubuh ajan berusaha menghasilkan atau menyimpan lebih banyak panas
melalui tiga mekanisme : dengan menggigil, yang menghasilkan panas
melalui aktivitas otot ; dengan fase kontriksi perifer, yang menurunkan
kehilangan panas; dan dengan menaikan laju metabolisme basa. Pengobtaan
untuk kondisi yang mengancam kehidupan ini membutuhkan resusitasi
segera, pemantauan cermat dan menghangatkan tubuh secara bertahap
menimbulkan disritmia jantung.
Menurut Indarso F (2001), disamping sebagai suatu gejala, hipotermia
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu
tubuh inti turun sampai dibawah 35o C.

2.2 Jenis-Jenis Hipotermia


Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia
dapat dibedakan menjadi:
a. Hipotermia akut atau imersi. Kondisi ini terjadi apabila seseorang
kehilangan panas tubuh secara mendadak dan sangat cepat, contohnya
saat seseorang jatuh ke kolam yang dingin.
b. Hipotermia akibat kelelahan. Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh
tidak akan mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan
jatuh pada kondisi hipotermia.
c. Hipotermia kronis. Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara
perlahan. Kondisi ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan
dengan kehangatan yang kurang, atau pada tunawisma yang tidur di luar
ruangan.

3
2.3 Etiologi
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan
medis darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di
bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh,
yaitu di bawah 35°C.
Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem
persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila
tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem
pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan
kematian.
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
1. Faktor lingkungan
2. Syok
3. Infeksi
4. Gangguan endokrin metabolik
5. Kurang gizi
6. Obat-obatan
7. Aneka cuaca

Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah


situasi yang berpotensi menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:

a. Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung


b. Berada terlalu lama di tempat dingin
c. Jatuh ke kolam
d. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama
e. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula dan
bayi)

Cara tubuh kehilangan panasnya adalah kontak langsung dengan sesuatu


yang sangat dingin seperti air atau tanah yang dingin, karena air merupakan
penghantar panas yang baik bagi tubuh sehingga panas tubuh akan hilang

4
lebih cepat pada air dingin dibanding udara dingin. Cara lainnya adalah
melalui angin, gerakan angin akan menghilangkan lapisan tipis udara yang
hangat pada permukaan kulit.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokonttriksi kulit diseluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadinya karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior. Rangsangan simpatis menyebabkan otot
erektorpili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak
penting pada manusia, tetap pada binatang tingkat rendah, berdirinya
bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan
c. Peningktan pembentukan panas
Pembentukan panas ole h system metabolism meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin

2.5 Faktor Resiko Hipotermia


Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, namun ada sejumlah faktor
yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Usia Bayi Dan Manula
Kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh yang belum
berkembang dengan sempurna pada bayi dan yang menurun pada
manula. Anak-anak juga terkadang mengabaikan udara dingin karena
terlalu asyik bermain.
b. Minuman Keras Dan Obat-Obatan Terlarang
Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat melebarkan pembuluh
darah sehingga mempercepat dan meningkatkan pelepasan panas tubuh
dari permukaan kulit. Kondisi mabuk atau teler dapat membuat seseorang
tidak menyadari situasi dan cuaca dingin di sekitarnya.

5
c. Penyakit Yang Memengaruhi Memori
Misalnya penyakit Alzheimer. Pengidap penyakit ini biasanya tidak
sadar bahwa mereka sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus
dilakukan.
d. Pengaruh Penyakit Tertentu
Ada beberapa penyakit yang dapat memengaruhi mekanisme
pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia nervosa, stroke, dan
hipotiroidisme.
e. Obat-Obatan Tertentu
Misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat. Obat-obatan ini
dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengendalikan temperatur.
f. Orang Yang Menghabiskan Waktu Lama Di Tempat Yang Dingin
Misalnya pendaki gunung atau tunawisma.

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala
yang muncul tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.
Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan
terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam,
terlihat lemas, dan tidak mau menyusu atau makan.
Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan
sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami
hipotermia ringan akan menunjukkan gejala yang meliputi menggigil yang
disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat,
dan napas yang cepat.
Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap
hipotermia biasanya tidak bisa memicu respons menggigil lagi. Ini
mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap
menengah hingga parah.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28°C -
32°C) akan mengalami gejala-gejala berupa:

6
a. Mengantuk atau lemas
b. Bicara tidak jelas atau bergumam
c. Linglung dan bingung
d. Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang
kedinginan
e. Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun
f. Napas yang pelan dan pendek
g. Tingkat kesadaran yang terus menurun.

Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan
berpotensi memicu hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah.
Kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala berikut:

a. Pingsan
b. Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada
denyut nadi
c. Pupil mata yang melebar
d. Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pengkajian
1) Takipnea awal disertai dengan pernapasan lambat dan dangkal ;
kemungkinan 2 atau 3 kali napas permenit pada hipotermia yang
parah.
2) Napas dapat berbau buah-buahan atau aseton, mengindikasikan
metabolisme lemah karena penurunan kadar insulin.
3) Jika suhu tubuh turun sampai dibawah 30°C (Hipotermia parah ),
bunyi jantung mungkin tidak dapat didengar jantung masih
berdeyut. Jaringan menghantarkan suara dengan buruk pada suhu
yang rendah.

7
4) Pembacaan tekanan darah dapat secara ekstrim sulit untuk
didengar karena jaringan dingin yang menghantarkan gelombang
bunyi buruk.
5) Reflek pupil dapat terhambat dengan penurunan aliran darah
cerebral, sehingga pupil tampak diam dan dilatasi.
6) Berbagai macam disritmia jantung dapat terlihat. Jantung yang
hipotermik rentang terhadap fibrilasi ventrikel. Jantung yang
sangat dingin tidak dapat berespon terhadap obat atau defibrilasi.
7) Kemunduran neurologi progresif ditandai dengan apatis,
penilaian yang buruk, disatria, mengantuk, dan akhirnya koma.
8) Bicara lambat dan tidak jelas.
9) Mengigil dapat ditekan dibawah suhu 32,2 °C.
2.7.2 Evaluasi diagnostik
1) EKG dan pemantauan jantung yang berkelanjutan untuk
menentukan frekuensi dan irama.
2) Arteri gas darah untuk mendeteksi asidosis.
3) Serum elektrolit dan tes fungsi ginjal untuk memantau kondisi.
 Intervensi Terapeutik
a) Bantu pernapasan dan oksigenasi dengan suplemen O2
100%, atau alat kantong – katup – masker.
b) Jika nadi dan pernapasan tidak ada, berikan RJP sampai
pasien hangat kembali secara adekuta dan dapat dilakukan
evaluasi lebih lanjut melalui EKG dan pemantauan
hemodinamik.
c) Lakukan terapi IV dengan normal saline. Ringer laktat tidak
dianjurkan karena liver yang dingin mungkin tidak dapat
memetabolisme laktat.
d) Lakukan penghangatan kembali. Jenis penghangatan
bergantung pada derajat hipotermia penghangatan harus
dilanjutkan suhu inti tubuh 34°C. Jika pasien mengalami
henti jantung, penghangatan harus dilanjutkan mencapai

8
suhu 32°C. Kematian hipotermia didefinisikan sebagai
kegagalan untuk segar kembali setelah penghangatan.
2.7.3 Intervensi keperawatan
1) Pemantauan
a) Lanjutkan pemantauan suhu inti dengan pembacaan
termometer rektal rendah.
b) Lanjutkan pemantauan EKG. Karena nadi mungkin tidak
didapat karena hipotermia, perhatikan monitor jantung untuk
menentukan kebutuhan RJP.
c) Pantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital, tekanan vena
central, haluaran urine, arteri gas darah, dan metode-metode
hemodinamik lainnya.
 Pertahankan jalur arteri untuk mencatat tekanan darah dan
mempermudah pengambilan sempel darah. Hal ini
memungkinkan deteksi dini gangguan asam basa dan
pengkajian atas keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
 haluaran urine dapat menunjukan peningkatan respon
terhadap vasokontriksi perifer, dieuresis dingin.
2) Perawatan penunjang
a) Tangani pasien dengan hati-hati dan lembut untuk
menghindari timbulnya fibrilasi ventrikel.
b) Berikan penghangatann eksternal pasif untuk pasien-pasien
dengan suhu diatas 28°C.
 Lepas semua baju yang basah atau dingin dan ganti dengan
baju hangat.
 Berikan kehangatan dengan menutupi pasien dengan
beberapa selimut.
 Berikan air hangat untuk minum.
c) Berikan penghangatan eksternal aktif untuk pasien-pasien
dengan suhu diatas 28°C sesuai ketentuan.

9
 Kompres hangat eksternal sebagai contoh, botol air hangat
di ketiak, leher, pangkal paha (jangan mengompreskan
botol air panas langsung pada kulit), atau pencelupan air
hangat.
 Dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, mengembalikan
darah yang dingin ke suhu inti, menyebabkan penurunan
awala dari suhu inti.
 Dapat menyebabkan asidosis karena “mencuci tutup asam
laktak dari jaringan perifer”.
 Dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan metabolisme
sebelum jantung dihangatkan untuk memenuhi kebutuhan
ini.
d) Penghangatan inti aktif untuk pasien dengan suhu kurang dari
28 °C sesuai petunjuk.
 Inhalasi oksigen yang dihangatkan dan dilembabkan
menggunakan masker atau ventilator
 Cairan intravena yang dihangatkan .
 Lavase lambung yang dihangatkan.
 Dialisis peritoneal dengan larutan dialisa standar.
 Irigasi media spinal melalui lubang torakotomi telah
berhasil digunakan tetapi memiliki komplikasi yang serius.
 Bypass jantung paru.
3) Pendidikan Keluarga dan pemeliharaan kesehatan
a) Pastikan tindak lanjut yang adekuat yang memastikan
pemuihan yang lengkap.
b) Tinjau kembali tindakan keamanan untuk mencegah
hipotermia seperti memakai pakaian yang cukup hangat dan
kering ketika terpapar kondisi cuaca dingin, basah, dan
berangin.

10
c) Hentikan konsumsi alkohol ketika melakukan olahraga dan
rekreasi diluar rumah saat cuaca dingin, karena alkohol
meningkatkan resiko hipotermia.

11
BAB III
GAMBARAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipotermia

A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
No. Reg : 050794
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenanga No.3
Suku bangsa : Indonesia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenanga No.3
Hubungan dengan Klien : Saudara Kandung
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Sekarang : Klien mengatakan pada tanggal 10
Februari 2018 sekitar pukul 10.00 WIB klien
merasa kedinginan dan gelisah. Sebelum
merasakan gejala tersebut klien masih
sempat mengantarkan sayuran ke pasar pada
pukul 04.30 WIB dengan menggunakan
motor. Kemudian klien memakai jaket
karena merasa sangat dingin tetapi tidak ada
perubahan. Lalu klien dan keluarga pergi ke

12
dokter praktek dan klien dianjurkan untuk
opname.
b. Riwayat Dahulu : Menurut Klien bahwa dia pernah operasi
Apendik pada umur 20 tahun dan pernah
dirawat karena menderita ulkus peptikum.
c. Riwayat Keluarga : Klien tinggal bersama keluarga dan
istrinya. klien memiliki kebiasaan merokok.
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang mempunyai penyakit serupa
dengannya..
d. Riwayat Psikososial :
 Pola Koping : Klien dapat menerima keadaan
penyakitnya sebagai suatu
yang wajar terjadi di usia tua.

 Harapan tentang Penyakitnya : Klien berharap penyakitnya


sembuh dan tidak dapat
kambuh lagi dan jangan sampai
dirawat lagi di RS.

 Faktor stressor : Merasa bosan dan diam terus


dirumah

 Konsep diri : Klien tidak merasa rendah diri


karena penyakitnya dianggap
wajar terjadi pada usia tua.

 Hubungan dengan masyarakat : Klien di lingkungan bergabung


dengan masyarakat lainnya.

 Aktivitas sosial : Klien mau mengikuti kegiatan


di sosial di masyarakat sesuai
dengan kemampuannya.

13
 Kegiatan keagamaan : Klien rajin beribadah

 Keyakinan tentang kesehatan : Klien menyadari bahwa


kesehatan itu merupakan hal
yang paling penting.

C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
 Tingkat kesadaran : Komposmentis
 Penampilan secara umum : Pucat
 Tanda – tanda Vital
- Nilai GCS : E1V5M6
- TD : 150/90 mmHg
- Frekuensi Nafas : 24 x/ menit
- Nadi : 100 x/menit
- Suhu : 35̊ C
b. Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, mengigil,
gelisah dan lemah.
c. Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba
dingin, nadi cepat.
d. Auskultasi : tekanan darah meningkat.

D. Pengelompokan Data
a. Data Objektif :
 Suhu tubuh 35̊ C
 Kulit teraba mengigil.
 Gelisah
 Mengantuk
 Tampak pucat dari menggigil
 Pemenuhan ADL dilakukan oleh perawat dan keluarga
 Tampak cemas dan ketakutan

14
 Klien dan keluarga sering menawarkan kondisinya.

b. Data Subjektif
 Pasien merasa mengigil
 Merasa lemas, lemah.
 Pasien merasa mengantuk
 Pasien sering menanyakan kondisinya
 Klien merasa tidak berdaya akan kondisinya.

E. Analisa Data
Nama : Tn.L
No.RM : 050794
No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Usia (65 tahun) Penurunan suhu


- Klien merasakan
menyebabkan tubuh
dingin dan
disfungsi
merasa mengigil
DO : otonomi khususnya
- Umur klien 65 pada hipotalamus
tahun pada region post
- Suhu tubuh 35̊C
- Kulit teraba
dingin terjadi
- Tampak mengigil penurunan fungsi
termoregulasi tubuh
dan kehilangan
massa otot dan
cadangan
lemak

15
terpajan udara
dingin

penurunan suhu
tubuh

2. DS : Penurunan suhu Intoleransi aktivitas


- Klien merasa tubuh
lemah. menyebabkan
DO : penurunan
metabolisme tubuh
- Tampak lemah
- Pasien tampak
mengantuk terjadi penurunan
- Pemenuhan ADL energi yang
dilaukan oleh menyebabkan
perawat dan kelemahan.
keluarga
3. DS : Kurangnya Kecemasan
- Klien merasa pengetahuan
tidak berdaya dan informasi
akan kondisinya. sehingga
DO : keadaannya
- Klien sering merupakan
menanyakan ancaman kehidupan
kondisinya
- Gelisah

16
- Nampak cemas
dan ketakutan

F. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi suhu tidak efektif
akibat faktor usia.
2) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suhu tubuh.
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keadaan
kondisi (ancaman).

G. Rencana Keperawatan
Nama : Tn. L
No.RM : 050794
Perencanaan Keperawatan
No. DX Tujuan
Intervensi Rasional

1. Penurunan Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Pada area aksila


suhu tubuh tindakan kompres dan lipatan paha
b.d regulasi keperawatan hangat pada terdapat banyak
area aksila, pembuluh darah
suhu tak selama 1 x 24 jam
lipatan paha. yang
efektif klien dapat berhubungan
akibat usia. mempertahankan dengan
suhu tubuhnya hipotalamus
dalam batas sebagai pengatur
normal dengan suhu.
kriteria hasil : 2. Pantau suhu 2. Perubahan suhu
klien setiap 2 tubuh yang
1. Suhu 36̊C - 37̊C
jam. disignifikan
2. Tidak mengigil membantu
3. Tidak pucat pemberian
intervensi.
3. Berikan 3. Pemberian
selimut selimut
tambahan. tambahan dapat
mengurangi
evaporasi dan

17
radiasi sehingga
suhu tubuh dapat
dipertahankan.
4. Pantau suhu 4. Memberikan
lingkungan rangsangan
panas dari luar
untuk membantu
mempertahankan
suhu tubuh dan
suhu ruangan.
5. Batasi 5. Aktivitas yang
aktivitas tinggi
meningkatkan
metabolisme
tubuh sehingga
meningkatkan
pengeluaran
panas dari tubuh.
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji toleransi 1. Parameter
tindakan pasien menunjukkan
Aktivitas
keperawatan terhadap respons fisiologi
berhubungan aktivitas pasien terhadap
selama 3 x 24 jam
dengan stress aktivitas.
dengan klien dapat parameter
penurunan terpenuhi frekuensi nadi
aktivitasnya 20x/menit
suhu tubuh.
dengan kriteria diatas
hasil : frekuensi
1. TTV dalam istirahat
2. Kaji kesiapan 2. Stabilitas
batas normal (S fisiologi pada
klien untuk
: 36̊ C - 37̊ C, meningkatkan istirahat paling
Nadi : aktivitas untuk
80x/menit, TD : karena memajukan
120/80 mmHg, kelemahan
tingkat aktivitas
RR : 24 individual.
x/menit) 3. Teknik
3. Berikan
2. Pemenuhan penghematan
bantuan sesuai
ADL oleh klien kebutuhan. energi,
menurunkan
penggunaan
energi sehingga

18
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
4. Dorong pasien 4. Pengaturan
untuk jadwal
berpartisipasi meningkatkan
dalam memilih toleransi
periode terhadap
aktivitas.
kemajuan
aktivitas dan
mencegah
kelemahan.
5. Berikan 5. Membantu
bantuan dalam meningkatkan
aktivitas / harga diri klien
ambulasi bila
bila melakukan
perlu .
sendiri.
3. Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji rasa 1. Perasaan adalah
cemas untuk
berhubungan tindakan nyata dan
keperawatan selam validasi membantu klien
dengan observasi klien
1 x 24 jam tingkat untuk terbuka
misalnya :
kurangnya cemas klien sehingga dapat
apakah merasa
pengetahuan teratasi dengan takut. mendiskusikan
kriteria hasil : dan
keadaan
1. Tidak cemas menghadapinya.
kondisi 2. Muka tampak 2. Catat petunjuk 2. Indikator derajat
cerah perilaku stress, dimana
(ancaman).
misalnya :
3. Keluarga klien dapat terjadi
gelisah.
kooperatif sebagai akibat
terhadap gejala fisik
asuhan kondisinya.
keperawatan 3. Tentukan 3. Membuat
persepsi klien hubungan
tentang proses terapeutik dan
penyakitnya. membantu klien
untuk
mengidentifikasi
maslaah yang

19
menyebabkan
kecemasan.
4. Dorong klien 4. Keterlibatan
menyatakan klien dalam
perasaannya. perencanaan
perawatan
memberikan rasa
kontrol dan
membantu
menurunkan
kecemasan.
5. Berikan 5. Penyempitan
informasi yang fokus umumnya
akurat dan merefleksikan
nyata tetang
rasa tak
apa yang
dilakukan. kepanikan.
6. Berikan 6. Memindahkan
lingkungan klien dan stress
tenang dan luar,
istirahat. meningkatkan
relaksasi dan
membantu
menurunkan
ansietas
7. Mekanisme
koping mampu
mengatasi
masalah.

20
H. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. L
No.RM : 050794

No. Tanggal DX Tindakan Keperawatan

10 Febuari 20014 1 - Memantau suhu klien 2 jam


(10.00 WIB) Hasil :
Suhu pasien 35 C
(10.05 WIB) 1 - Memberikan kompres hangat pada bagian
aksila dan lipatan paha.
- Mengukur suhu pasien.
Hasil :
Suhu pasien 36,0 C
(10.35 WIB) 1 - Memberikan selimut tambahan.
Hasil :
Klien merasa hangat.
(10.36 WIB ) 2 - Membatasi aktivitas klien dengan memenuhi
segala kebutuhan klien di tempat tidur.
Hasil :
Klien dapat mengikuti perintah/anjuran dari
perawat.
(11.00 WIB ) 3 - Mengkaji rasa cemas klien
- Memberikan klien kesempatan untuk
mengutarakan kecemasannya.
Hasil :
Klien mengatakan gelisah dan khawatir akan
keadaannya
(11.15 WIB) 3 - Memberikan pengertian tentang keadaan
yang dialami klien saat ini.
Hasil:

21
Klien mengatakan paham mengenai apa
yang dialami nya.
(12.00 WIB) 1 - Mengukur suhu tubuh klien
Hasil:
Suhu tubuh klien 36,1°C
(12.05 WIB) 2 - Menciptakan keadaan lingkungan yang
nyaman
Hasil:
Klien mengatakan nyaman dan bisa tidur
nyenyak
(13.00 WIB) 2 - Menanyakan kesiapan klien untuk berlatih
- Melatih klien sesuai dengan kemampuan
- Mengukur tanda-tanda vital
Hasil:
- Klien mengatakan siap dan mau berlatih
- Klien sudah bisa duduk
- TD:140/90mmHg, N : 99 x/menit, R :
25 x/menit.
(14.00 WIB) 3 - Mengukur suhu klien
Hasil:
Suhu klien 35,7 0C
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 36,9 0 C
(14.05 WIB) 1 - Memberikan selimut hangat
- Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 37, 0 C.

22
(15.00 WIB) 1 - Menganjurkan dan memberikan pasien
menggunakan pakaian hangat dan menyerap
keringat
- Memberikan kompres hangat pada area
aksila dan lipatan paha
Hasil:
Suhu klien 37,5 C
(17.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu kline 37,0 C
(19.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu klien 37,3 C
(20.00 WIB) 1 - Mengukur suhu pasien setiap 2 jam sekali
Hasil :
Suhu klien 37,3 C

I. Evaluasi
Nama : Tn.L
No.RM : 050794
No. Hari, Tanggal DX Evaluasi

1. 1 S : Pasien mengatakan masih merasa


kedinginan namun jarang.
O : Suhu pasien 37 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan suhu tubuh
I :
- Kompres hangat
- Observasi suhu tubuh
E : Lanjutkan intervensi

23
2 2 S : Pasien mengatakan dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari walaupun dengan
bantuan.
O :
- Pasien dapat melakukan/ memenuhi
kebutuhan dengan bantuan.
- TTV normal (TD :130/80 mmHg , S :
36 , N : 75 x/menit , RR : 24 x/menit )
A : Masalah teratasi sebagian

P : Melakukan latihan dalam pemenuhan


ADLs.

I : Bantu latihan dalam pemenuhan ADLs.

E : Lanjutkan intervensi

3 3 S : Pasien mengatakan sudah memahami


apa yang dialami sekarang pasien
merasa tenang karena telah mendapat
penanganan.

O : Pasien tampak tenang, Tidak cemas, Muka


tampak cerah, keluarga klien kooperatif
terhadap asuhan keperawatan.

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

24
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Wikipedia, hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme
tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu
tubuh inti turun sampai dibawah 35o C.
Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia
dapat dibedakan menjadi:
b. Hipotermia akut atau imersi
c. Hipotermia akibat kelelahan
d. Hipotermia kronis
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
b. Faktor lingkungan
c. Syok
d. Infeksi
e. Gangguan endokrin metabolik
f. Kurang gizi
g. Obat-obatan
h. Aneka cuaca

Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah


situasi yang berpotensi menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:

b. Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung


c. Berada terlalu lama di tempat dingin
d. Jatuh ke kolam
e. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama

25
f. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula dan
bayi)

Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan


sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami
hipotermia ringan akan menunjukkan gejala yang meliputi menggigil yang
disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat,
dan napas yang cepat.

Beberapa jenis perawatan intensif yang biasanya dilakukan meliputi:

a. Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali


mengalirkannya ke dalam tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan
mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.
b. Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang
sudah dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
c. Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
d. Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan
beberapa organ tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, M. Sandra.2002.Pedoman Praktik Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

http://doktersehat.com/hipotermia-penyebab-gejala-dan pencegahannya/ Diunduh


melalui website pada Selasa , 24 Juli 2018 :

www.wikipedia.com/pengertian-hipotermia/

iii

Anda mungkin juga menyukai