Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, modernisasi menjadi stressor yang berdampak pada kehidupan manusia,
stress dapat merupakan faktor pencetus, penyebab dan akibat dari suatu penyakit
sehingga taraf kesehatan fisik dan jiwa individu yang bersangkutan menurun
karenanya sehingga pada akhirnya orang tersebut gangguan jiwa.
Konsep diri (self- concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial
yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap
sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. Konsep diri dipelajari
melalui kontak soaial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi orang lain tentang dirinya.

B. Tujuan penulisan
- Tujuan umum
untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan pada konsep diri.

- Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
2. Untuk mengetahui komponen konsep diri.
3. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri.

C. Manfaat penulisan
Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan dalan gangguan konsep diri.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan
objek, tujuan serta keinginannya. Bech, William dan Rawlin lebih menjelasksan
bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisik,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman pribadi individu
berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar dirinya, konsep diri
berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia. Konsep diri belum ada saat bayi
lahirkan, tetapi mulai berkembang secara bertahap saat bayi mulai mampu mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain dan mempunyai pengalaman dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh
kemampuan bicara individu, pengalaman dalam keluarga merupakan dasar
pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan
tidak mampu. Perasaam diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu
mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku orang lain. Dan mempunyai
penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.( Dalami, Ermawati,
2009).

B. Komponen Konsep Diri


Citra Tubuh

Ideal diri Harga diri

KONSEP DIRI

Peran Identitas diri

2
Konsep diri terdiri atas komponen citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan, peran
dan identitas personal, Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang respon individu konsep diri yaitu dari adaptif sampai mal adaftif. (
Dalami, Ermawati, 2009).

C. Rentang Respon Konsep Diri

Adaptif Mal- adaptif

Aktualisasi konsep diri harga diri kekacauan depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

Keterangan :
1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikan secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri: Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi masa lalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif: Menunjukan individu akan sukses dalam menghadapi
masalah.
2. Respon mal- adaptif dalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkann masalah tersebut. Respon mal-adaptif
gangguan kosep diri adalah:
a. Gangguan harga diri : transisi antara respon konsep diri positif dan mal-
adaptif.
b. Kekacauan identitas: identidas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri): yaitu mempunyai kepribadian yang
kuang sehat, tida mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak
ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain.

3
Pada klien yang mengalami gangguan fisik, dirawat di rumah salit umum, mengalami
perubahan peran dan lingkungan, mempunyai resiko terjadinya gangguan konsep diri,
untuk itu akan dijelaskan tiap komponen tentang perubahan yang dapat terjadi. (
Dalami, Ermawati, 2009).
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus baik
masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagau kumpulan sikap
individu termasuk persepsi masa lalu atau sekarang, ukuran, fungsi, penampilan
dan potensi yang dimiliki. ( Dalami, Ermawati, 2009).
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan objek pada klien yang dirawat dirawat di rimah sakt umum, perunahan citra
tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah:
 Perubahan ukuran tubuh: berat baan yang turun akibat penyakit.
 Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif seperti operasi, suntikan dan
pemasangan infus.
 Perunahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai degan
pemasangan alat di dalam tubuh.
 Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
 Keterbatasan gerak: makan, kegiatan.
 Makna dan objek yang sering kontak: penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus, reseptor, suntik,
pemeiksaan tanda vital.

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:


1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4. Persepsi negatif pada tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusan.

4
7. Mengungkapkan ketakutan.

b. Ideal Diri
Idel diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berperilaku
berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukng respek terhadap diri dan tidak
terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar, ideal diri akan melahirkan harapan
indivisu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat dengan norma tertentu,
ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat
bingung, ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
Gangguan idela diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada
klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka deal dirinya dapat terganggu
atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar
tercapai. ( Dalami, Ermawati, 2009).

 Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya saya tidak bisa ikut
ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi
dimuka saya.
2. Mengngkapkan keinginan yang terlalu tinggi. Misalnya saya pasti bisa sembuh
padahal prognosa penyakitnya buruk, setelah sehat saya akan sekolah lagi
padahal pebyakitnya mengakibatka tidak mungkin sekolah lagi.

c. Harga Diri (self esteem)


Harga diri adalah penilaian ndividu tentang pencapaian diri dngan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal dir. Pencapaian ideal diri atau cita-cita/
harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Individu aan merasa harga dirinya tinggi bila sering
mengalami keberhasilan, sebaliknya indiidu akan merasa harga dirinya rendah bila
sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungan.
5
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri
akan meningkat sesuai meningkat usia dan terancam pada masa pubertas.
Coopersmithdalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal yang dapat
meningkatkan harga diri anak yaitu:
1. Memberi kesempatan untuk berhasil.
2. Menanamkan idealisme.
3. Mendukung aspirasi atau ide.
4. Membantu membentuk koping.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
 Privasi yang urang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran rambut pubis,
pemasanan kateter, pemeriksaan perinal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena
dirawat/sakit.
 Perlakuan petugas kesehata yang tidak menghargai. Misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelaan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama
yaitu: sebelum sakit. Klien ini mempunyai cara berpikir negatif, kejadian sakit,
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. ( Dalami, Ermawati,
2009).

 Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah endapatkan
terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya, ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahka, mengejek dan mengkritik diri sendiri.

6
3. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang, kien sukar dalam mengambil keputusan. Misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri akibat harga diri yang rendah di sertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri hidupnya.

d. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian
dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri
sendiri berbeda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol
diri, mempunyai pesepsi tentang peran serta citra diri. Dalam identitas ada
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, resspek terhadap diri, mampu menguasai
diri, mengatur diri dan menerima diri.
Gangguan identitas diri adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang diri
sendiri, penuh dengan keraguan. Sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan. ( Dalami, Ermawati, 2009).

 Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


1. Tidak ada percaya diri.
2. Sukar mengambil keputusan.
3. Ketergantungan.
4. Masalah dalam hubungan interpersonal.
5. Ragu terhadap keinginan.
6. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain.

e. Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial, tiap individu
mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
Hal-hal yang mepengaruhi penyesuaian individu terhadap peran:

7
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya dari pengetahuan tentang
peran yang diharapkan.
2. Respon atau tanggap yang konsisten dari orang yang berarti terhadap
perannya.
3. Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan peran.
4. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan pemanpilan peran yang tidak
sesuai.
Gangguan penampilan peran adalah berubahnya atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah dan putus hubungan
kerja. ( Dalami, Ermawati, 2009).
Peran klien yang berubah adalah:
1. Peran dalam keluarga.
2. Peran dalam pekerjaan sekolah.
3. Peran dalam berbagai kelompok.

 Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.
2. Ketidakpuasan peran.
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Kurang tanggung jawab.
5. Apatis, bosan dan putus asa.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Askep Gangguan Konsep Diri
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Citra tubuh
1. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi).
2. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit.
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4. Proses pengobatan seperti radialis dan kemoerapi.

Harga diri
1. Penolakan.
2. Kurang penghargaan.
3. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dturuti,
terlalu di tuntut.
4. Persaingan antar saudara.
5. Kesalahan dankegagalan berulang.
6. Tidak mampu mencapai standar.

Peran
1. Sterotipik peran seks.
2. Tuntutan peranan kerja.
3. Harapan peran kultural.

Identitas
1. Ketidakpercayaan orang tua.
2. Tekanan dari “ peer group”.
3. Perubahan struktur sosial.

b. Stressor presipitasi
Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
9
seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah rasa frustasi atau individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasasesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat
terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik
peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertenangan dan
tidak dapat dipenuhi.
Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
 Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
 Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
 Transisi peran sehat-sakit
 Pengeseran kondisi klien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk, penampilan dan fingsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan.

c. Perilaku
Citra tubuh
 Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
 Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
 Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
 Menyangkal cacat tubuh.

Harga diri rendah

 Pesimis menghadapi hidup.


 Keluhan fisik.
 Penolakan kemampuan diri.
 Pandangan hidup bertentangan.
 Merasa tidak mampu.

10
Depersonalisasi

a. Afektif
 Kehilangan identitas.
 Perasaan terpisah dari diri.
 Perasaan tidak realistirasa terisolasi yang kuat.
 Kurang rasa berkesinambungan.
 Tindakan mampu mencari kesenangan.

b. Perseptual
 Halusinasi dengar dan lihat.
 Bingung tentang seksualitas diri.
 Sulit membedakan diri dari orang lain.
 Gangguan citra tubuh.
 Dunia seperti dalam mimpi.

c. Kognitif
 Bingung.
 Disorientasi waktu.
 Gangguan daya ingat.
 Gangguan penilaian.
 Kepribadian ganda.

d. Perilaku
 Komunikasi tidak sesuai.
 Kurang spontanitas.
 Tidak mampu memutuskan .
 Menarik diri secara sosial.

2. Diagnosa yang mungkin muncul:


1. Gangguan citra tubuh.
2. Resiko gangguan identitas priadi.
3. Ketidakefektifan performa peran.

11
3. Intrvensi:
NO. Diagnosa NIC NOC
1. Gangguan citra 1. Kaji secara verbal dan Setelah diberikan asuhan
tubuh nonverbal respon klien keperawatan diharapkan
terhadap tubuhnya. gangguan citra tubuh dapat
2. Monitor frekuensi teratasi dengan kriteria hasil:
mengkritik dirinya. 1. Body image positif
mampu mengidentifikasi
kekuatan personal.
2. Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh.
3. Mempertahankan interaksi
sosial.
2. Resiko 1. Dorong pasien untuk Kriteria hasil:
gangguan mengungkapkan 1. Mnegungkapkan
identitas pribadi secara verbal secara verbal tentang
konsekuensi dari identitas personal.
perubahan fisik dan 2. Mengungkapkan
emosi. secara verbal tentang
2. Bina hubungan identitas personal.
dengan pasien sejak 3. Memperlihatkan
masuk rumah sakit. kesesuaian perilaku
3. Pantau frekuensi verbal dan non verbal.
ungkapan verbal
yang negatif
terhadap diri sendiri.
3. Ketidakefektifan 1. Bantu pasien untuk Setelah diberikan intervensi
perfoma peran mengidentifikasi keperawata klien diharapkan
berbagai peran bisa menunjukan perfoma
dalam hidup. peran gengan kriteria hasil:
2. Bantu pasien untuk 1. Kemampuan
mengidentifikasi memenuhi harapan

12
peran yang biasanya peran.
dalam keluarga. 2. Penampilan perilaku
3. Bantu pasien untuk peran dalam keluarga,
mengidentifikasi komunitas, tempat
kekurangan dalam kerja, dan lain-lain.
peran. 3. Pengetahuan tentang
periode transisi peran.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman
pribadi individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar
dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia. Komponen
konsep diri meliputi: citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas diri, dan peran.

B. Saran
Diharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menyerap
manfaat yang sebesar- besarnya, sehingga tujuan makalah ini dapat tercapai secara
optimal.

14
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: KDT.
Nurarif. A. H. Dan Kusuma.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

15

Anda mungkin juga menyukai