BAB I
PENDAHULUAN
pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai makan gejala (sindrom). Penyakit
pernafasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorok, bronkus, trakea, dan
morbiditas dan mortalitas pada anak. Anak dibawah lima tahun adalah kelompok
umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan membutuhkan
zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada bayi dan
balita.2
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Insiden menurut umur balita
diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode
per anak/ tahun di negara maju. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China
(21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-
masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13%
1
2
kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak balita, karena sistem pertahanan
tubuh anak masih rendah Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia
ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi Pneumoni sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
% -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bahwa anak mereka menunjukkan gejala ISPA yaitu batuk dan pilek maka
mereka akan memberikan obat tradisional sebagai penanganan pertama, ada juga
yang menganggap remeh gejala ISPA dan membiarkan anaknya tanpa melakukan
tergolong sangat rentan untuk terkena penyakit ISPA dan perlu dilakukan
bulan november sampai dengan bulan desember sekitar 50 kasus pada balita dari
330 balita yang terdaftar diposyandu kecamatan sungaimas, insiden ini terus
menangani secara dini kasus ISPA pada balita, penyebab lainnya juga
dikarenakan penanganan awal yang terlambat pada balita karena ibu menganggap
ini adalah penyakit biasa dan melihat anaknya yang masih sehat dan bisa
bermain.
penyakit ISPA.
penyakit ISPA.
Agar para petugas kesehatan baik dokter maupun perawat dapat melakukan
anak bagaimana cara melakukan penanganan awal yang baik pada balita.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau
pleura.8
2.1.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
6
7
merupakan penyulit ISPA oleh virus terutama bila ada epidemi/ pandemi
Cryptococcus neoformans.10
2.1.3 Epidemiologi
diperkirakan sebesar 3-6 kali pertahun, ini berarti seorang balita rata-rata
2.1.4 Klasifikasi
yaitu:14
a. Tinjauan Anatomis
danSinusitis.
b. Tinjauan etiologi penyebab terdiri dari lebih dari 300 jenis virus,bakteri
kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan umur 2bulan sampai
b) 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan sampai kurangdari
1 tahun.
memburuk.
10
2.1.5 Patofisiologi
oleh laring. Jika reflek tersebut gagal maka akan merusak lapisan epitel dan
macam tanda dan gejala, seperti batuk, bersin, serak sakit tenggorokan, sakit
telinga, keluar cairan dari telinga, sesak nafas, pernafasan yang cepat, nafas
yang berbunyi, penarikan dada ke dalam, bisa juga mual, muntah, tidak mau
Tanda dan gejala untuk ISPA ringan antara lain batuk, pilek, suara serak,
keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari dua minggu, tanpa rasa sakit
pada telinga.
Tanda dan gejala ISPA sedang meliputi tanda dan gejala pada ISPA
ringan ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernafasan yang
lebih cepat (lebih dari 50 kali per menit), wheezing (nafas menciut-ciut),
dan panas 39oC atau lebih. Tanda dan gejala lainnya antara lain sakit
telinga, keluarnya cairan dari telinga yang belum lebih dari dua minggu,
sakit campak.
Tanda dan gejala ISPA berat meliputi tanda dan gejala ISPA ringan atau
sedang ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti penarikan dada
ke dalam pada saat menarik nafas yang merupakan tanda utama ISPA
berat, stridor, dan tidak mampu atau tidak mau makan. Selain itu tanda
12
(selaput) difteri.7
hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahantubuh,
beruparasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terusmenerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan
2.1.7 Diagnosis
dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta
disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau “the forgotten killer of
children”.15
spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat
Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis
bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun di sisi lain dianggap prosedur
yang berbahaya dan bertentangan dengan etika (terutama jika semata untuk
virus.Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau
14
a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per
menitatau lebih.
b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali
c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 40 kali
kali per menitatau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada
gejala batuk ataukesukaran bernapas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan
batuk pilekbiasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-
pnemonia lainnya.15
15
2.1.9 Pengobatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
2.1.10 Komplikasi
(radang paru).16
Cara mengatasi ISPA pada balita. Beberapa hal yang perlu dikerjakan
seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA menurut sebagai
berikut:18
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh
3. Pemberian makanan
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika mintah.Pemberian ASI pada bayi
4. Pemberian minuman
18
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
yang lebih parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
2.3 Pengetahuan
2.3.1Pengertian pengetahuan
1. Pengalaman
seseorang.
2. Tingkat Pendidikan
pendidikannya rendah.
3. Keyakinan
negatif.
4. Fasilitas
buku.
20
5. Penghasilan
sumber informasi.
6. Sosial Budaya
sesuatu.
1. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan
2. Memahami (comprehension)
yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
22
mengelompokkan.
5. Sintesis (synthesis)
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
angket tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.19
23
1. Pengalaman
2. Tingkat Pendidikan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
5. Sosial Budayaa
6. Penghasilan
Pertolongan pertama:18
1. Mengatasi demam
2. Mengatasi batuk
3. Pemberian makanan
4. Lainya (pemakaian
selimut)
Umur
-
Pekerjaan
Pertolongan Pertama
- Pada ISPA
Pendidikan
-
Pengetahuan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini direncana dan dilakukan mulai dari januari sampai februari
2016.
25
26
1.4.1 Populasi
1.4.2 Sampel
penelitian ini didasarkan gunakan rumus slovin yang dilampirkan pada cara
pengambilan sampel.
a. KriteriaInklusi
b. Kriteria Eksklusi
N
n
1 N(d 2 )
330
n
1 330(0,12 )
n 76
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahanpengambilansampel masih dapat ditoleril atau diinginkan 10%.
Krung Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015”. Dengan melakukan
isinya termasuk
manusia dan
kehidupan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
luas tanah untuk bangunan 15.268 m2, dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :
30
31
Aceh Barat Tahun 2015. Adapun hasil penelitian dapat dilihat seperti pada tabel di
bawah ini :
kelamin, pendidikan dan pekerjaan ibu. Adapun hasil yang didapatkan pada
Tabel 4.1.
Distribusi Karakteristik Responden di UPTD Puskesmas Kajeung Kecamatan
Sungaimas Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
Jumlah
No Kelompok Umur
N %
1 20-30 26 34,2
2 31-40 32 42,1
3. >40 18 23,7
Jumlah 76 100
Jumlah
No Pendidikan
N %
Jumlah
No Pekerjaan
N %
1 IRT 26 34,2
2 Swasta 32 42,1
3. PNS 18 23,7
Jumlah 76 100
Pada Balita
Barat. hasil penelitian pengetahuan pada pasien dikelompokkan menjadi tiga kategori
No Pengetahuan F %
2 Baik 32 42,1
Total 76 100
BAB V
PEMBAHASAN
Ibu.
Hasil penelitian ini diketahui umur responden sebagian besar antara 31-40
tahun (42,1%). Dikutip22 rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran
pengasuhan dan perawatan. Apabila terlalu muda atau tua, maka mungkin tidak dapat
menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan
psikologis. Hal ini sesuai dengan Mubarak menyatakan bahwa salah satu yang
tinggi kemampuan ekonomi orang tua sangat terbatas. Menurut Edelman and Midle
(1994) dalam buku Perry dan Potter (2005) menyatakan tingkat pendidikan seseorang
dapat menerima berbagai informasi pengetahuan tentang masalah ISPA pada balita,
termasuk bagaimana tindakan yang harus dilakukan seorang ibu pada saat balita
mengalami ISPA melalui media pendidikan kesehatan seperti saat mengikuti kegiatan
posyandu, membaca buku kesehatan ataupun petugas kesehatan dari puskesmas saat
perawatan balita saat mengalami ISPA seperti membeli obat. Menurut Julia (2004)
pengetahuan ibu banyak dalam kategori sedang. Hasil penelitian Dewi (2010)
hubungan dan pengaruh terhadap perawatan ISPA pada balita di wilayah kerja
Pada Balita
pengetahuan baik, (42,1%) memiliki pengetahuan cukup dan terdapat (23,7%) yang
memiliki pengetahuan kurang. Penelitian ini tidak sama dengan yang dilakukan oleh
ISPA dari hasil penelitiannya yang dilakukan dari hasil wawancara terhadap 70
37
yaitu sebanyak 48,6%, baik sebesar 28,6%. Sedangkan yang memiliki tingkat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.20 Pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada ISPA pada balita yang didapatkan oleh responden berasal dari berbagai
sumber seperti buku, media massa, penyuluhan, pendidikan dan melalui kerabat.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal dari media massa memberikan landasan
pertamanya.23
38
BAB VI
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan ibu sebagian besar dalam kategori cukup sebanyak (42,1%),
(34,2%).
b. Tingkat umur ibu sebagian besar dalam kategori umur 31-40 tahun sebanyak
(42,1%), umur 20-30 tahun sebanyak (34,2%) dan umur > 40 tahun sebanyak
(23,7%).
d. Tingkat pekerjaan ibu sebagian besar swasta sebanyak (42,1%), IRT (34,2%),
6.2 Saran
a. Bagi responden
ISPA dan tindakan yang lebih baik dengan cara aktif mengikuti kegiatan posyandu
meningkatkan kesadaran dalam hal pentingnya kesehatan bagi anak agar anak tidak
pertama pada balita yang mengalami ISPA dengan baik dan benar.