Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan


melindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah
tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang
membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung
tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan
nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ
vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan
makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas
berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari
air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan
asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan
sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan
kerusakan besar dalam jangka panjang.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis
membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.
Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi


bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah

Page | 1
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan
jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di
dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Sendi
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan.
Dimana hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).
Beberapa komponen penunjang sendi:

 Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian


dalamnya terdapat rongga.
 Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar
ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga
berfungsi mencegah dislokasi.
 Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan
yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
 Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

Gambar 1. Persendian normal

Page | 3
Ada 5 macam sendi berdasarkan karakteristik masing-masing:
1. Sindesmosis : adalah sendi dimana dua tulang ditutupi oleh jaringan
fibrosa. Misalnya sutura pada tulang tengkorak.
2. Sinkondrosis : adalah sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang
rawan. Misalnya lempeng epifisis yang merupakan suatu sinkondrosis yang
bersifat sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan
memberikan kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.
3. Sinostosis : adalah bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi
penyambungan antara keduanya. Beberapa sindesmosis dan semua
sinkondrosis bergabung, menjadi sinostosis.
4. Simfisis : adalah suatu jenis persendian dimana kedua permukaannya
ditutupi oleh tulang rawan hialin dan dihubungkan oleh fibrokartilago dan
jaringan fibrosa yang kuat. Misalnya pada simfisis pubis dan sendi
intervertebra.
5. Sendi sinovial : adalah sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang
rawan hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan
fibrosa dan di dalamnya mengandung cairan sinovial.

B. Sendi Siku
Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri, proximal ulna dan
proximal radius.
1. Os Humerus
Merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak atas. Ujung atas os
humerus terdiri dari sebuah caput humeri yang membuat persendian dengan
rongga glenoidalis scapula dan merupakan bagian dari persendian bahu. Di
bagian bawah caput terdapat bagian yang ramping di sebut collum
anatomicum dan di sebelah luar terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam
terdapat tuberositas minor. Di antara kedua tuberositas terdapat celah, yaitu
sulcus intertubercularis.
Pada Batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat
melekatnya insersio otot deltoideus. Disebelah dorsal dari tuberositas deltoid
terdapat sulcus yang membelit disebut sulcus nerve radialis. Ujung bawah os
humerus terdapat permukaan sendi yang berhubungan dengan tulang lengan

Page | 4
bawah. Trochlear yang terletak di sebelah sisi dalam tempat persendian os ulna
dan sisi luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os radius. Pada
kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdapat dua epicondylus, yaitu
epicondilus lateral dan medial.
2. Os Radius
Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah. Merupakan tulang
yang lebih pendek di bandingkan dengan os ulna. Mempunyai sebuah batang
dan dua ujung atas, yaitu caput yang berbentuk kancing. Dibawah terdapat
sebuah tuberositas radii.
3. Os Ulna
Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang terdiri atas sebuah
batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk dalam persendian siku yang
disebut processus olecranon. Processus ini menonjol keatas di sebelah
posterior dan masuk ke dalam fosa olecrani os humerus. Processus
coronoideus os ulna menonjol di depannya dan tempat masuk di dalam fosa
coronoid os humerus, bila siku di bengkokkan. Batang os ulna semakin ke
bawah semakin mengecil dan memberi kaitan pada otot yang mengendalikan
gerak sendi pergelangan tangan dan jari-jari. Ujung bawah os ulna terdiri dari
caput ulna yang bersendian dengan os radius dan processus styloideus yang
menonjol ke bawah.

Gambar 2 Tulang Pada Sendi Siku

Page | 5
C. Ligamentum Sendi Siku
Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan radius, maka
diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang terletak pada sendi siku. Ligamen-
ligamen itu terdiri dari :
 Ligamen collateral ulnare yaitu ligamen yang bersal dari epicondylus medial
humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris di sisi medial.
 Ligamen collateral radial yaitu ligamen yang terbentang dari epicondylus
lateral humeri ke ligamen anular radii menuju os ulna. Memperkuat sendi
humeroradial di sisi lateral.
 Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen collateral
radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.

Gambar 3 Ligamentum Sendi Siku

Jaringan Otot Sendi


Otot-otot yang berfungsi dalam gerakan sendi siku terdiri dari otot flexor-
ekstensor, pronator dan supinator.

 Otot-otot Flexor
o Otot Biceps Brachialis.

Origo : Caput brevis ujung procesus Coracoideus scapulae.


Insersio : Tuberositas radii.
Persarafan : N.Musculocutaneus (C5,C6).
Fungsi Utama : Supinasi lengan bawah dan flexi siku.

Page | 6
o Otot Brachialis

Origo : Proximal supracondylaris lateralis.


Insersio : Tuberositas ulna.
Persarafan : N.Musculocutaneus (C5,C6).
Fungsi Utama : Flexi siku.

o Otot Brachioradialis

Origo : Tuberculum infiaglenoidale scapula


Insersio : Tuberositas radii.
Persarafan : N. Radialis (C6,C7)
Fungsi Utama : Flexi siku.

Gambar 4 Otot Flexor Pada Sendi

 Otot-otot Ekstensor
o Otot triceps brachialis

Origo : Caput longum pada tuberositas glenoidalis


Caput medial pada septum intermuscular.Caput lateral melekat pada
dorsal sulcus nervus radialis.
Insersio : Proximal olecranon.
Persarafan : N. Radialis (C6,C7)
Fungsi Utama : Extensi siku

Page | 7
o Otot Anconeus

Origo : Epicondylus lateral humeri.


Insersio : Permukaan posterior ulna.
Persarafan : N. Radialis (C6,C7)
Fungsi Utama : Extensi siku

Gambar 5 Otot Extensor Sendi Siku

 Otot-otot Pronator dan Supinator


o Otot Pronator Teres

Origo : Epicondylus medialis humeri.


Insersio : Permukaan lateral radius
Persarafan : N. Medianus (C6,C7)
Fungsi Utama : Pronasi siku

o Otot Pronator Quadratus

Origo : ¼ distal permukaan anterior ulna


Insersio : ¼ distal permukaan anterior radius
Persarafan : N. Medianus (C6,C7)
Fungsi Utama : Pronasi siku

Sistem Saraf Ekstremitas superior


Fungsi saraf yaitu Irritability adalah menerima rangsangan dan Conductivity
adalah penghantar rangsangan. Berikut ini adalah sistem persarafan daerah lengan
atas sampai jari-jari berasal dari plexus brakhialis segmen C5-Th1 :

Page | 8
 Nervus Musculocutaneus (C5 – C6).
Muncul dari fasikulus lateralis pleksus brakhialis, nervus ini terletak disebelah
lateral arteri axillaries menembus otot coracobrakhialis dan turun secara oblique
disebelah lateral otot biceps dan brakhiali.
 Nervus Radialis (C5-Th1).
Merupakan saraf paling sering cidera, terletak dibelakang tulang humerus dan
sulcus muskulospiralis lateralis dan mencapai sisi antero lateral bagian bawah
lengan atas. Nervus ini merupakan cabang terbesar pleksus brakhialis.
 Nervus Ulnaris
Terletak di depan nervus radialis dan otot latisimus dorsi ke distal masuk ke
sulcus bicipitalis yang berjalan di antara caput humeral dan ulna.
 Nervus Medianus (C6 – Th1).
Dibentuk oleh kumpulan radiks dari fasikulus laterlis dan medialis, terletak di
ventral dari arteri axillaris ke distal masuk sulcus bicipitalis terus ke cubiti di
antara caput humeral dan caput ulna.

Gambar 6 Persarafan Ekstremitas Atas

Page | 9
Sistem Vaskularisasi Ekstremitas Superior

 Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah pemasok arteri utama untuk lengan atas. Arteri
brachialis adalah lanjutan dari arteri axillaris, dimana arah perjalanan sesuai
dengan satu garis pemukaan ulnaris. Bagian proximal arteri brachialis di sebelah
medial dan otot-otot coracobrachialis serta cabang-cabangnya member nutrisi
pada otot-otot di sekitarnya.
 Vena Cephalica
Vena melintasi ke proksimal pada fescia superficialis, mengikuti tepi lateral
pergelangan tangan dan pada permukaan antero lateral lengan bawah dan lengan
atas. Disebelah proksimal vena cephalica melintasi antara musculus deltoideus
dan musculus pectoralis dan memasuki trigonum delto pectrole, lalu bergabung
dengan vena axilaris.
 Vena Basilica.
Vena yang melintasi pada fascia superficialis disisi medialis lengan bawah dan
bagian distal lengan atas. Vena basilica lalu menembus fascia superficialis dan
melintasi ke dalam dan ke proksimal sampai lekuk ketiak untuk bergabung
dengan vena brachialis, membentuk vena axilaris.
 Vena Media cubiti
Vena ini merupakan pembuluh penghubung antara vena basilica dan vena
cephalica sebelah depan daerah fossacubiti.

Biomekanik Sendi Siku


Elbow joint terdiri atas 3 sendi yaitu : humeroulnar joint, humeroradial joint, dan
proximal radioulnar joint. Ketiga sendi tersebut dibungkus oleh kapsul sendi yang
sama. Tulang yang membentuk elbow dan forearm adalah os humerus bagian distal,
os radius dan os ulna. Elbow joint diperkuat oleh ligamen collateral radial/lateral
dan ligamen collateral ulnar/medial serta ligamen annulare.
a) Artikulasio Humeroradialis
Persendian ini di bentuk oleh capitulum humeri dan fovea capitulum radii.
Gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi sendi siku, terjadi pada bidang
gerak sagital dengan axisnya frontal, serta mempunyai lingkup gerak sendi 0-
145°.

Page | 10
b) Artikulasio Humeroulnaris
Humeroulnar joint merupakan sendi berbentuk hinge ( engsel ) dengan
trochlea humeri yang ovular bersendi dengan fossa trochlearis ulna. Permukaan
trochlea humeri menghadap kearah anterior dan bawah membentuk sudut dari
shaft humeri. Fossa trochlearis ulna menghadap ke atas dan anterior membentuk
sudut 45° dari ulna. Pada umunya, bagian posterior sulcus trochlearis Nampak
berjalan vertical tetapi pada bagian posterior Nampak berjalan oblique sehingga
pada saat extensi penuh akan terbentuk ke arah distal lateral carrying angle pada
lengan ( normal = 15°). Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa
yang konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini paling
stabil pada close pack position ekstensi elbow.Untuk mencapai ROM penuh,
maka gerak fleksi selalu disertai varus angulasi (lateral slide) & gerak ekstensi
selalu disertai valgus angulasi (medial slide).
Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah gerak slide
mengikuti gerak angular tulang. Gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi
sendi siku. Terjadi pada bidang gerak sagital dengan axisnya frontal, serta
mempunyai lingkup gerak sendi 0-145°.
c) Radioulnaris
Persendian ini dibentuk oleh head of radius dengan ulna. Sendi ini bergerak
secara simultan dengan proksimal radioulnar joint. Saat gerak pronasi-supinasi,
fossa ulnaris radii yang konkaf bergerak slide dalam arah yang sama dengan
gerak tulang.

Gambar 7 Anatomi Sendi Siku

Page | 11
A. DEFINISI DISLOKASI SENDI

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2355).

Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi
6, Halaman 1118).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI

Page | 12
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :

1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
 Menguap atau terlalu lebar.

Page | 13
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
 Paling sering terjadi ke arah lateral.
 Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
 Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

Page | 14
D. Etiologi
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :

1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.

3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen
vital penghubung tulang.

E. Manifestasi klinik
 Nyeri akut
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstremitas
 Kehilangan mobilitas normal
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 Gangguan gerakan
 Kekakuan
 Pembengkakan
 Deformitas pada persendian

Page | 15
F. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi.
Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan
exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera
olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi
normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam
melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan
sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi
akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

Page | 16
G. Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk


membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.

2) CT Scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan


komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi
dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi.

H. Penatalaksanaan

MEDIS

1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,

Page | 17
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu
250mg tiap 6 jam.
2) Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi
Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah
ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.
 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan


anastesi jika dislokasi berat.

Page | 18
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

I. Komplikasi
1) Komplikasi Dini
 Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tesebut.
 Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur Dislokasi

2) Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
 Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot

J. Pencegahan
a) Cedera Akibat Olahraga
 Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
 Latihan atau exercise
 Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
 Kurangi kecepatan
 Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
 Patuhi peraturan lalu lintas

Page | 19
K. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk
mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien
dislokasi difokuskan pada :
 Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya
nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri
meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
 Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
 Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu
kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan
dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
Page | 20
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi
tumor dengan gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan
menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio
sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

3) INTERVENSI KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan
nyeri berkurang atau teratasi.
 Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
- Pasien tidak gelisah
- Tanda-tanda vital normal

Page | 21
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil

1 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahu


berhubungan asuhan keadaan i keadaan
dengan agen keperawatan umum umum
penyebab cedera selama 1x24 jam, pasien(tingkat pasien dan
Fisik(trauma diharapkan dengan nyeri dan tingkat
kecelakaan dan kriteria hasil : TTV) nyeri
cedera olahraga) pasien.
1. Memperlihatk 2. Beri posisi
an nyaman(semi 2. Posisi semi
DS :
pengendalian fowler). fowler
klien nyeri. dapat
3. Berikan
melaporkan meminimal
2. Melaporkan kompres
adanya nyeri. kan nyeri
tidak adanya hangat pada
pada
DO : nyeri lokasi
dislokasi
dislokasi
klien tampak 3. Tidak
3. Kompres
berperilaku menunjukan 4. Ajarkan
hangat
distraksi adanya nyeri teknik
berperan
(mondar mandir, meningkat.(tid distraksi dan
dalam
aktivitas ak ada relaksasi.
vasodilatas
berulang, ekspresi nyeri
5. Beri HE i pembuluh
memegang pada
tentang darah.
daerah nyeri), wajah,tidak
penyebab
perilaku gelisah atau 4. Teknik
nyeri, dan
ekspresif ketegangan distraksi
antisipasi
(gelisah, otot,tidak dan
ketidaknyama
meringis, merintih atau relaksasi
nan.
menangis , menangis.) berfungsi
menghela napas 6. Kolaborasi dalam
panjang) dalam mengalihk
pemberian an fokus
Page | 22
analgetik nyeri
pasien

5. Penanama
n HE
bfungsi utk
mngurangi
kecemasan
pasien
terhadap
kondisinya

6. Analgetik
dapat
mengurang
i rasa nyeri
pada dslksi

Page | 23
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.

No. Diagnosa Tujuan dan Tindakan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

1. Hambatan Setelah diberikan 1) Observasi 1) Menunjukka


mobilitas fisik asuhan keadaan n tingkat
berhubungan keperawatan umum(tingkat mobilisasi pasien
dengan selama …x24 jam, mobilitas dan dan menentukan
gangguan diharapkan klien kekuatan otot) intervensi
muskuloskletal- dapat melakukan selanjutnya
2) Ajarkan
DS: mobilisasi dengan
ROM 2) Mempertahan
pasien mengeluh teratur dengan
kan atau
sulit dalam kriteria hasil : 3) Pengaturan
meningkatkan
bergerak- posisi
1. Klien kekuatan dan
DO: tidak
mengatakan 4) Berikan ketahanan otot
dapat
dapat bantuan perawatan
melakukan 3) Meningkat
melakukan diri: berpindah
aktivitas secara kan kesejahteraan
pergerakan
mandiri, 5) Berikan HE fisiologis dan
dengan bebas
gerakan tidak tentang latihan psikologis
teratur atau 2. Gerakan fisik
4) Membantu
tidak pasien 6) Kolaborasi
individu
terkoordinasi terkoordinir dengan ahli
mengubah posisi
fisioterapi dalam
3. Pasien dapat tubuhnya
memberikan terapi
melakukan
yang tepat 5) Mengubah
aktivitas
persepsi pasien
secara
terhadap latihan
mandiri
fisik.

6) Mengembalika
n posisi tubuh

Page | 24
autonom dan
volunter selama
pengobatan dan
pemulihan dari
posisi sakit atau
cedera

c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas


ditandai dengan perubahan postur tubuh.

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

1. Gangguan citra Pasien bisaKaji konsep diri Dapat mengetahui


mengatasi body pasien pasien
tubuh
berhubungan image pasien

dengan - Kembangkan Menjalin saling


perubahan percaya pada
BHSP dengan
pasien
panjang pasien

ekstremitas
ditandai dengan Menjadi tempat
- Bantu pasien bertanya pasien
perubahan mengungkapkan untuk
postur tubuh. masalahnya mengungkapkan
masalah nya

Mengetahui
Bantu pasien masalah pasien dan
mengatasi dapat
masalahnya. memecahkannya

Page | 25
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Ansietas Kecemasan pasien Kaji tingakat Mengetahui tingakat


kecemasan pasien dan
berhubungan teratasi dengan ansietas klien
menentukan intervensi
dengan KH :
selanjutnya.
kurangnya
- klien tampak
pengetahuan
rileks
tentang penyakit Menggali pengetahuan
Bantu
- klien tidak dari pasien dan
pasien mengungka mengurangi kecemasan
tampak bertanya –
pkan rasa cemas pasien.
tanya
atau takutnya.

Kaji pengetahuan Agar perawat tau

Pasien tentang seberapa tingkat


pengetahuan pasien
prosedur yang
dengan penyakitnya.
akan dijalaninya.

Berikan informasi
Agar pasien mengerti
yang benar tentang tentang penyakitnya
prosedur yang dan tidak cemas lagi
akan dijalani
pasien.

Page | 26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

Page | 27
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012.


Jakarta : EGC

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai