PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Page | 1
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan
jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di
dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Sendi
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan.
Dimana hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).
Beberapa komponen penunjang sendi:
Page | 3
Ada 5 macam sendi berdasarkan karakteristik masing-masing:
1. Sindesmosis : adalah sendi dimana dua tulang ditutupi oleh jaringan
fibrosa. Misalnya sutura pada tulang tengkorak.
2. Sinkondrosis : adalah sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang
rawan. Misalnya lempeng epifisis yang merupakan suatu sinkondrosis yang
bersifat sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan
memberikan kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.
3. Sinostosis : adalah bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi
penyambungan antara keduanya. Beberapa sindesmosis dan semua
sinkondrosis bergabung, menjadi sinostosis.
4. Simfisis : adalah suatu jenis persendian dimana kedua permukaannya
ditutupi oleh tulang rawan hialin dan dihubungkan oleh fibrokartilago dan
jaringan fibrosa yang kuat. Misalnya pada simfisis pubis dan sendi
intervertebra.
5. Sendi sinovial : adalah sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang
rawan hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan
fibrosa dan di dalamnya mengandung cairan sinovial.
B. Sendi Siku
Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri, proximal ulna dan
proximal radius.
1. Os Humerus
Merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak atas. Ujung atas os
humerus terdiri dari sebuah caput humeri yang membuat persendian dengan
rongga glenoidalis scapula dan merupakan bagian dari persendian bahu. Di
bagian bawah caput terdapat bagian yang ramping di sebut collum
anatomicum dan di sebelah luar terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam
terdapat tuberositas minor. Di antara kedua tuberositas terdapat celah, yaitu
sulcus intertubercularis.
Pada Batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat
melekatnya insersio otot deltoideus. Disebelah dorsal dari tuberositas deltoid
terdapat sulcus yang membelit disebut sulcus nerve radialis. Ujung bawah os
humerus terdapat permukaan sendi yang berhubungan dengan tulang lengan
Page | 4
bawah. Trochlear yang terletak di sebelah sisi dalam tempat persendian os ulna
dan sisi luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os radius. Pada
kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdapat dua epicondylus, yaitu
epicondilus lateral dan medial.
2. Os Radius
Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah. Merupakan tulang
yang lebih pendek di bandingkan dengan os ulna. Mempunyai sebuah batang
dan dua ujung atas, yaitu caput yang berbentuk kancing. Dibawah terdapat
sebuah tuberositas radii.
3. Os Ulna
Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang terdiri atas sebuah
batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk dalam persendian siku yang
disebut processus olecranon. Processus ini menonjol keatas di sebelah
posterior dan masuk ke dalam fosa olecrani os humerus. Processus
coronoideus os ulna menonjol di depannya dan tempat masuk di dalam fosa
coronoid os humerus, bila siku di bengkokkan. Batang os ulna semakin ke
bawah semakin mengecil dan memberi kaitan pada otot yang mengendalikan
gerak sendi pergelangan tangan dan jari-jari. Ujung bawah os ulna terdiri dari
caput ulna yang bersendian dengan os radius dan processus styloideus yang
menonjol ke bawah.
Page | 5
C. Ligamentum Sendi Siku
Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan radius, maka
diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang terletak pada sendi siku. Ligamen-
ligamen itu terdiri dari :
Ligamen collateral ulnare yaitu ligamen yang bersal dari epicondylus medial
humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris di sisi medial.
Ligamen collateral radial yaitu ligamen yang terbentang dari epicondylus
lateral humeri ke ligamen anular radii menuju os ulna. Memperkuat sendi
humeroradial di sisi lateral.
Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen collateral
radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.
Otot-otot Flexor
o Otot Biceps Brachialis.
Page | 6
o Otot Brachialis
o Otot Brachioradialis
Otot-otot Ekstensor
o Otot triceps brachialis
Page | 7
o Otot Anconeus
Page | 8
Nervus Musculocutaneus (C5 – C6).
Muncul dari fasikulus lateralis pleksus brakhialis, nervus ini terletak disebelah
lateral arteri axillaries menembus otot coracobrakhialis dan turun secara oblique
disebelah lateral otot biceps dan brakhiali.
Nervus Radialis (C5-Th1).
Merupakan saraf paling sering cidera, terletak dibelakang tulang humerus dan
sulcus muskulospiralis lateralis dan mencapai sisi antero lateral bagian bawah
lengan atas. Nervus ini merupakan cabang terbesar pleksus brakhialis.
Nervus Ulnaris
Terletak di depan nervus radialis dan otot latisimus dorsi ke distal masuk ke
sulcus bicipitalis yang berjalan di antara caput humeral dan ulna.
Nervus Medianus (C6 – Th1).
Dibentuk oleh kumpulan radiks dari fasikulus laterlis dan medialis, terletak di
ventral dari arteri axillaris ke distal masuk sulcus bicipitalis terus ke cubiti di
antara caput humeral dan caput ulna.
Page | 9
Sistem Vaskularisasi Ekstremitas Superior
Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah pemasok arteri utama untuk lengan atas. Arteri
brachialis adalah lanjutan dari arteri axillaris, dimana arah perjalanan sesuai
dengan satu garis pemukaan ulnaris. Bagian proximal arteri brachialis di sebelah
medial dan otot-otot coracobrachialis serta cabang-cabangnya member nutrisi
pada otot-otot di sekitarnya.
Vena Cephalica
Vena melintasi ke proksimal pada fescia superficialis, mengikuti tepi lateral
pergelangan tangan dan pada permukaan antero lateral lengan bawah dan lengan
atas. Disebelah proksimal vena cephalica melintasi antara musculus deltoideus
dan musculus pectoralis dan memasuki trigonum delto pectrole, lalu bergabung
dengan vena axilaris.
Vena Basilica.
Vena yang melintasi pada fascia superficialis disisi medialis lengan bawah dan
bagian distal lengan atas. Vena basilica lalu menembus fascia superficialis dan
melintasi ke dalam dan ke proksimal sampai lekuk ketiak untuk bergabung
dengan vena brachialis, membentuk vena axilaris.
Vena Media cubiti
Vena ini merupakan pembuluh penghubung antara vena basilica dan vena
cephalica sebelah depan daerah fossacubiti.
Page | 10
b) Artikulasio Humeroulnaris
Humeroulnar joint merupakan sendi berbentuk hinge ( engsel ) dengan
trochlea humeri yang ovular bersendi dengan fossa trochlearis ulna. Permukaan
trochlea humeri menghadap kearah anterior dan bawah membentuk sudut dari
shaft humeri. Fossa trochlearis ulna menghadap ke atas dan anterior membentuk
sudut 45° dari ulna. Pada umunya, bagian posterior sulcus trochlearis Nampak
berjalan vertical tetapi pada bagian posterior Nampak berjalan oblique sehingga
pada saat extensi penuh akan terbentuk ke arah distal lateral carrying angle pada
lengan ( normal = 15°). Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa
yang konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini paling
stabil pada close pack position ekstensi elbow.Untuk mencapai ROM penuh,
maka gerak fleksi selalu disertai varus angulasi (lateral slide) & gerak ekstensi
selalu disertai valgus angulasi (medial slide).
Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah gerak slide
mengikuti gerak angular tulang. Gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi
sendi siku. Terjadi pada bidang gerak sagital dengan axisnya frontal, serta
mempunyai lingkup gerak sendi 0-145°.
c) Radioulnaris
Persendian ini dibentuk oleh head of radius dengan ulna. Sendi ini bergerak
secara simultan dengan proksimal radioulnar joint. Saat gerak pronasi-supinasi,
fossa ulnaris radii yang konkaf bergerak slide dalam arah yang sama dengan
gerak tulang.
Page | 11
A. DEFINISI DISLOKASI SENDI
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046).
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2355).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi
6, Halaman 1118).
Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
Page | 12
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :
1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Page | 13
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
Page | 14
D. Etiologi
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen
vital penghubung tulang.
E. Manifestasi klinik
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Gangguan gerakan
Kekakuan
Pembengkakan
Deformitas pada persendian
Page | 15
F. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi.
Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan
exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera
olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi
normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam
melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan
sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi
akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.
Page | 16
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar-X (Rontgen)
2) CT Scan
H. Penatalaksanaan
MEDIS
Page | 17
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu
250mg tiap 6 jam.
2) Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi
Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah
ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.
NON MEDIS
Page | 18
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
I. Komplikasi
1) Komplikasi Dini
Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tesebut.
Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
Fraktur Dislokasi
2) Komplikasi Lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
J. Pencegahan
a) Cedera Akibat Olahraga
Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
Latihan atau exercise
Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
Kurangi kecepatan
Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
Patuhi peraturan lalu lintas
Page | 19
K. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk
mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien
dislokasi difokuskan pada :
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya
nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri
meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu
kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan
dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
Page | 20
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi
tumor dengan gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan
menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio
sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
3) INTERVENSI KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan
nyeri berkurang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
- Pasien tidak gelisah
- Tanda-tanda vital normal
Page | 21
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
5. Penanama
n HE
bfungsi utk
mngurangi
kecemasan
pasien
terhadap
kondisinya
6. Analgetik
dapat
mengurang
i rasa nyeri
pada dslksi
Page | 23
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
6) Mengembalika
n posisi tubuh
Page | 24
autonom dan
volunter selama
pengobatan dan
pemulihan dari
posisi sakit atau
cedera
ekstremitas
ditandai dengan Menjadi tempat
- Bantu pasien bertanya pasien
perubahan mengungkapkan untuk
postur tubuh. masalahnya mengungkapkan
masalah nya
Mengetahui
Bantu pasien masalah pasien dan
mengatasi dapat
masalahnya. memecahkannya
Page | 25
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Berikan informasi
Agar pasien mengerti
yang benar tentang tentang penyakitnya
prosedur yang dan tidak cemas lagi
akan dijalani
pasien.
Page | 26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
Page | 27
DAFTAR PUSTAKA
Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC
Page | 28