Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

A. Pengertian Mioma Uteri


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menopangnya (Unicef, 2013).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang
tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274).
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering muncul
tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh
dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam
rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas
usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah
tumor jinak yang tumbuh pada uterus.

B. Klasifikasi Mioma Uteri


Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik
maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan promotor. Faktor-
faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti.
Dari penelitian menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan yang uniselular. Transformasi neoplastik dari miometrium
menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal.
Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2. Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif & Hardi, 2013 :445).
C. Etiologi Mioma Uteri
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik
maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan promotor. Faktor-
faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti.
Dari penelitian menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan yang uniselular. Transformasi neoplastik dari miometrium
menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri :
1. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori
Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma
uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang)
dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Hormon estrogen dapat
diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB,
Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya
kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan
lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.
2. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17
- Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur, proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.
2. Paritas, lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor Ras dan Genetik, pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang
dilakukan terhadap wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa
wanita kulit hitam beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri.
4. Riwayat keluarga ada yang menderita mioma uteri.
5. Obesitas

D. Patofisiologi Mioma Uteri


Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina
lama dan banyak. Hal menyebabkan terjadinya resiko kekurangan volume cairan dan
gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan sehingga
timbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan dari mioma uteri adalah operasi, jika informasi tidak adekuat
maka akan terjadi kecemasan. Pada post operasi terjadi integritas jaringan kulit dan
robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Integritas kulit
mempengaruhi proses epitelisasi dan pembatas aktivitas , maka terjadi perubahan pola
aktivitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang
mempengaruhi resiko infeksi.Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi,
sehingga mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola
napas tidak efektif.
PATHWAY
E. Tanda dan Gejala Mioma Uteri

Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

1. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia disebabkan oleh :


a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
c. Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Nyeri
Dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan
retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas, 27-
40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

F. Komplikasi Mioma Uteri


Menurut (Marmi, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Pertumbuhan leimiosarkoma
2. Torsi (putaran tangkai)
3. Nekrosis dan infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi :
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh
nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik
menyerupai kehamilan atau terdpat bersama sama dengan kehamilan.
3. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
4. Pielogram intravena
Dapat membantu dalm evaluasi diagnostik.
a. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi.
b. Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk
mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif &
Kusuma, 2013).

H. Penatalaksanaan Mioma Uteri


Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi,
keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan
upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun
transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan
tindakan bedah gawat darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah
terkait dengan mioma uteri adalh miomektomi atau histerektomi
( Anwar, 2011).
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi
harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12
munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil
tindakan operasi.
2. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri
secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan
terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa
(Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon,
tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan
amantadine (Verala, 2003).
3. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
a. Miomektomi,
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina.
b. Histerektomi,
adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
c. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE),
adalah injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri
setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak
dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat.
4. Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa
kasus.
LANDASAN TEORI ASKEP

A. PENGKAJIAN
RUANG RAWAT :
TANGGAL RAWAT :
NO MEDREC :
TANGGAL PENGKAJIAN :
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status marital :
Diagnosa medis :
Alamat :
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama
b. Kronologis keluhan
2. Riwayat Penyakit Masa Lalu
3. Riwayat Psikososial dan Spiritual
4. Pola kebiasaan sehari-hari
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Kesadaran
Kesadaran umum
D. Data Penunjang
E. Terapi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan
2. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motoric
3. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
4. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan peradangan
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
b. Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks
c. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
Rasional : membantu meringankan rasa nyeri
b. Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien
c. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : melihat perkembangan KU klien dimana rangsang nyeri dapat
meningkatkan TTV
d. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional : Memudahkan tindakan keperawatan
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional : membantu dalam mengurangi rasa nyeri, dengan memblokade pusat
hantaran nyeri
2. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan : Pola eliminasi urine ibu kembali normal
Kriteria hasil : ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan
untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine
Intervensi :
a. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : Melihat perubahan pola eliminasi klien
b. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa
nyeri.
Rasional : Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah dan cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan rasa cemas berkurang
b. Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi
c. Klien mengerti tentang penyakitnya
d. Klien tampak rileks
e. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
b. Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta prosedur
secara jelas dan akurat
Rasional : dengan informasi yang baik dapat menurunkan kecemasan klien
c. Monitor tanda-tanda vital.
d. Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
4. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan haemoglobin
(anemia)
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam
Kriteria Hasil :
a. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor dan fungsiolesia.
b. Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
c. Pasien tidak demam/ menggigil
Intervensi :
a. Pantau adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : membantu menentukan intervensi selanjutnya
b. Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
c. Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan
Rasional : mencegah masuknya mikroorganisme
d. Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
Rasional : untuk mendeteksi terhadap adanya tanda – tanda infeksi
e. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta Batasi pengunjung
Rasional : untuk menghindari pemajanan bakteri.
f. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika
Rasional : mencegah terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA : 2000/01 PSIK.FK. Unair,


Surabaya.

Christia, Silvia. 2012. Mioma Uteri. Lampung : Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Wirantika, W. 2017. Tinjauan Pustaka MIoma Uteri. Tersedia di


http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/109/jtptunimus-gdl-zuharmaksu-5403-2-
babii.pdf. Tanggal Akses (09 Oktober 2019)
Ningsih, Elvira. 2012. Laporan Pendahuluan Mioma Uteri. Tersedia di
http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-mioma-
uteri.html. Tanggal Akses (09 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai

  • Lamaran Kerja
    Lamaran Kerja
    Dokumen2 halaman
    Lamaran Kerja
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • CV Baru 2
    CV Baru 2
    Dokumen1 halaman
    CV Baru 2
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Surat Desa
    Surat Desa
    Dokumen1 halaman
    Surat Desa
    Nenden Nurmala Sari II
    Belum ada peringkat
  • Laporan SOCA
    Laporan SOCA
    Dokumen13 halaman
    Laporan SOCA
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Laporan PKMD Fix
    Laporan PKMD Fix
    Dokumen50 halaman
    Laporan PKMD Fix
    Izmii NovVitha Dewhii
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mankep PKM Jatiwangi
    Laporan Mankep PKM Jatiwangi
    Dokumen44 halaman
    Laporan Mankep PKM Jatiwangi
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Riwayat Hidup
    Riwayat Hidup
    Dokumen1 halaman
    Riwayat Hidup
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Pengppojs JSKSSJSJPKD Jdfkndenj Oojjsnd: Curriculum Vitae
    Pengppojs JSKSSJSJPKD Jdfkndenj Oojjsnd: Curriculum Vitae
    Dokumen2 halaman
    Pengppojs JSKSSJSJPKD Jdfkndenj Oojjsnd: Curriculum Vitae
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen2 halaman
    Nama
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Lap Management Talaga Jadi
    Lap Management Talaga Jadi
    Dokumen80 halaman
    Lap Management Talaga Jadi
    Esti Tri Lestari
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran-1
    Surat Lamaran-1
    Dokumen3 halaman
    Surat Lamaran-1
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP TB Paru
    LP TB Paru
    Dokumen18 halaman
    LP TB Paru
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Kerja
    Lamaran Kerja
    Dokumen2 halaman
    Lamaran Kerja
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • RSU Aria Kemuning
    RSU Aria Kemuning
    Dokumen11 halaman
    RSU Aria Kemuning
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Sap Si
    Sap Si
    Dokumen5 halaman
    Sap Si
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Surat Dikonversi
    Surat Dikonversi
    Dokumen2 halaman
    Surat Dikonversi
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Laporan PKMD Fix
    Laporan PKMD Fix
    Dokumen50 halaman
    Laporan PKMD Fix
    Izmii NovVitha Dewhii
    Belum ada peringkat
  • Sap TB
    Sap TB
    Dokumen4 halaman
    Sap TB
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Surat 2
    Surat 2
    Dokumen2 halaman
    Surat 2
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Materi Post Le
    Materi Post Le
    Dokumen7 halaman
    Materi Post Le
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • SAP Vulva Hygiene
    SAP Vulva Hygiene
    Dokumen5 halaman
    SAP Vulva Hygiene
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Surat Perijinan Desa
    Surat Perijinan Desa
    Dokumen2 halaman
    Surat Perijinan Desa
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Dokumen17 halaman
    LP Anemia
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Peb
    LP Peb
    Dokumen15 halaman
    LP Peb
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Post LE
    LP Post LE
    Dokumen7 halaman
    LP Post LE
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Tumbang
    LP Tumbang
    Dokumen12 halaman
    LP Tumbang
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Post LE
    LP Post LE
    Dokumen7 halaman
    LP Post LE
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Dokumen17 halaman
    LP Anemia
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Febris
    LP Febris
    Dokumen16 halaman
    LP Febris
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat