Anda di halaman 1dari 2

Materi COC tgl 30 okt 2019

ADA UDANG DI BALIK BAKWAN, ADA RISIKO DI BALIK


SASARAN
7.5K 61
Posted by WASITO ADI - EVP MANJ RISK | 11 menit dari sekarang
Oleh : Wasito Adi – EVP DIV MRO (Divisi Manajemen Risiko)

Pada kesempatan yang lalu kita telah membahas sedikit tentang apa itu risiko dari sebuah sasaran
dalam mencari pasangan hidup, kenapa risiko tersebut harus di-manage, dan bagaimana
menurunkan tingkat kemungkinan serta dampak dari risiko itu sendiri.

Kali ini kita akan membahas lebih detail tentang bagaimana proses manajemen risiko atas sebuah
sasaran. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian sasaran, tidak pernah terlepas dari
ketidakpastian. Ketidakpastian bisa terjadi karena tidak ada atau kurangnya informasi tentang hal
yang akan terjadi di masa mendatang, baik itu hal yang menguntungkan atau merugikan. Hal inilah
yang disebut sebagai konsep dasar risiko.

Langkah-langkah penerapan manajemen risiko akan selalu dimulai dari penetapan sasaran beserta
proses atau aspek untuk mencapainya. Di setiap proses tersebut tentunya banyak ketidakpastian
yang muncul dan dapat diidentifikasi sebagai risiko yang harus dikendalikan. Setelahnya, baru kita
dapat melanjutkan proses manajemen risiko dengan melakukan pengukuran level risiko,
evaluasi/pemetaan risiko, penentuan mitigasi risiko, serta penentuan metode untuk pemantauannya.
Dan manajemen risiko dikatakan efektif berjalan ketika seluruh siklus tersebut dilaksanakan secara
penuh dan berkesinambungan.

Sebagai contoh, apabila sasaran orang yang ingin mempunyai rumah yang nyaman, maka hal-hal
yang dapat mengganggu sasaran kita identifikasikan risikonya dan diukur tingkat risiko dengan
ilustrasi sebagai berikut:

1. Risiko ketersediaan dana terbatas, disebabkan oleh penghasilan tidak memadai dan biaya
hidup tinggi sehingga keinginan mempunyai rumah yang nyaman menjadi tertahan. Jika
ketersediaan dana terbatas tingkat kemungkinan terjadinya besar, sedangkan pengaruh
terhadap sasarannya signifikan maka level risikonya tinggi.
2. Risiko lingkungan sekitar tidak bersih, penyebabnya antara lain karena saluran air mampat,
tidak ada sarana kebersihan tempat pembuangan sampah, tidak ada pengolahan limbah
sampah, sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Jika lingkungan tidak bersih
tingkat kemungkinan terjadinya sedang, sedangkan pengaruhnya terhadap sasaran sedang
maka level risiko tinggi.
3. Risiko polusi udara, ditimbulkan dari asap kendaraan dari jalan raya atau pabrik. Dampak
polusi udara dapat menyebabkan infeksi saluran penafasan paru-paru. Jika polusi udara
tingkat kemungkinan terjadinya kecil, sedangkan pengaruhnya terhadap sasaran sedang
maka level risikonya rendah.
4. Risiko bising, disebabkan karena suara yang berasal dari kendaraan lalu lalang maupun suara
mesin pabrik yang ada didekat rumah. Dampak polusi suara tersebut adalah stres, sudah
tidur. Jika bising tingkat kemungkinan terjadinya kecil, sedangkan pengaruhnya terhadap
sasaran kecil maka level risikonya rendah.
5. Risiko lokasi rumah tidak strategis, disebabkan oleh sulitnya akses transportasi dan jauh dari
fasilitas umum sehingga mempersulit aktivitas penghuni rumah. Jika lokasi tidak strategis
tingkat kemungkinan terjadinya sedang, sedangkan pengaruhnya terhadap sasaran sedang
maka level risikonya moderat.

Langkah selanjutnya adalah proses evaluasi risiko, yaitu membuat peta risiko berdasarkan tingkat
risiko dan memprioritaskan penanganan risiko. Menurut selera orang tersebut, risiko yang dapat
diterima adalah risiko di tingkat rendah, sehingga risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan
penanganan adalah risiko tinggi dan moderat, yaitu risiko nomor 1, 2, dan 5, dengan rencana
penanganan sebagai berikut:

1. Risiko Ketersediaan dana terbatas, mitigasi risikonya adalah dengan menunda sampai
anggaran tercukupi atau mencari tambahan penghasilan selain dari penghasilan utama.
2. Risiko lingkungan sekitar tidak bersih, mitigasi risikonya adalah dengan melakukan program
kebersihan lingkungan sekitar secara rutin, menyediakan tempat pembuangan sampah dan
mendorong peningkatan kesadaran menjaga kebersihan di lingkungan sekitar.
3. Risiko lokasi rumah tidak strategis, mitigasi risikonya adalah mengoptimalkan pemanfaatan
layanan transportasi dan belanja online, mengambil peluang dengan membuka usaha
penyediaan kebutuhan primer warga.

Yang tidak kalah penting dari keseluruhan proses di atas adalah proses pemantauan itu sendiri,
sehingga risiko beserta pelaksanaan mitigasinya dapat dimonitoring perkembangannya untuk
memastikan sasaran tercapai sesuai yang diharapkan.

Dalam perusahaan, proses manajemen risiko seperti cerita di atas biasanya dilakukan melalui
pendekatan proses bisnis dalam rangka mencapai sasaran key performance indicator (KPI) yang
telah ditetapkan.

Lalu siapakah yang bertanggung jawab mengelola risiko?

Dalam mata rantai pengoperasian suatu perusahaan, untuk mencapai sasaran perusahaan, maka
yang terlibat di dalamnya adalah seluruh individu pegawai di dalam perusahaan tersebut. Setiap posisi
jabatan di dalam perusahaan memiliki peranan dan tanggung jawab masing-masing pada setiap
bidang pekerjaannya mampu mendukung pencapaian sasaran perusahaan. Bila risiko yang muncul
dapat berakibat terhadap pencapaian sasaran perusahaan, maka yang akan merasakan pun adalah
seluruh pegawai perusahaan, baik dari tingkat atas sampai tingkat yang paling bawah. Oleh karena
itu proses identifikasi risiko harus dilakukan oleh para pelaksana di seluruh bagian sampai unit terkecil
dan saling bersinergi dalam rangka mencari cara menangani risiko tersebut (mitigasi) agar
pencapaian sasaran perusahaan menjadi maksimal.

Kekuatan yang paling mendasar dalam implementasi manajemen risiko di perusahaan adalah
terciptanya “budaya risiko” (risk culture) dimana organisasi sudah secara otomatis dan menyeluruh
menerapkan pengambilan keputusan yang berbasis risiko dalam setiap proses bisnis organisasi.
Pemegang kunci dalam menentukan terciptanya budaya risiko dalam perusahaan adalah komitmen
bersama dari para pimpinan (eksekutif). Komitmen pimpinan inilah yang menjadi pendorong utama
untuk memulai implementasi budaya risiko di seluruh lapisan dalam perusahaan yang dipimpinnya.

Anda mungkin juga menyukai