Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS

TINJAUAN TEORI

Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Etiologi
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim
menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :
1. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan
bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah
menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini
semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat
menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak
berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.
Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH
tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok dan AKDR

Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh


I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe
atau pembuluh darah.
I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat
yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Tanda dan Gejala


1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia

Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan
spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah,
kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba
membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi
pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan
pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.

Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi
dalam 2 tahun.

Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil
negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0

Ia

I b dan II a

II b , III dan IV
IV a dan IV b Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN


Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau
membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah

Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan
dengan terbatasnya informasi.

Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual


dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet
yang ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
 Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai
dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
(Hb dan Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia


dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi


genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
 Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
 Berikan dorongan spiritual.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker


terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
 Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota yang sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan


dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta
Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis
Company.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.
http:// www.medicastore .com/med
http://creasoft.wordpress.com
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/kanker-serviks.html
. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.
Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang
hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)


Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.

C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks


Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insitu


Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi
karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan
sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium karsinoma mikroinvasif.


Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat
juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5
mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.

4. Stadium karsinoma invasif


Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan
meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium
dan korpus uteri.

5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks


Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah
nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke
forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah
bentuk menjadi ulkus.

Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

I. D. GEJALA KLINIS
1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada
stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga
cairan yang keluar berbau.

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP,
1997)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini
mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita
yang pernah atau sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum
pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita
yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
2. ETIOLOGI
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang ganas tidak
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara
lain :
1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita
pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah
vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka
tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner
dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4) Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5) Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6) Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.

3. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
a. Usia.
b. Jumlah perkawinan
c. Hygiene dan sirkumsisi
d. Status sosial ekonomi
e. Pola seksual
f. Terpajan virus terutama virus HIV
g. Merokok dan AKDR

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
b. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
c. Cepat lelah
d. Kehilangan berat badan
e. Anemia

Tingkat keganasan klinik dibagi menurut Federation of Gynecology and Obstetric:


TINGKAT KRETERIA
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tak > 3 mm, dan
sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel
tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi
tidak sampai dinding panggul
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
III Penyebaran telah sampai 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai panggul.
IIIa Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan
dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria
atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IVa Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,
metastasi jauh belum terjadi
IVb Telah terjadi metastasi jauh.

5. PENATALAKSANAAN
a. Biopsi.
b. Histerektomi transvaginal
c. Radioterapi
d. Radiasi paliatif
e. Kemoterapi

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN.
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu
ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal
yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu
ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular
lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan
keluarga tentang penyakit kanker serviks.

2. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
b. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sitologi
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Servikografi
e. Gineskopi
f. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia . pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
• Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
• Berikan cairan secara cepat.
• Pantau dan atur kecepatan infus.
• Kolaborasi dalam pemberian infus

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
• Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
• Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
• Pantau masukan makanan oleh klien.
• Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
• Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi .


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
• Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
• Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
• Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
• Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
• Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
• Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit)
• Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
• Observasi tanda-tanda perdarahan.
• Observasi tanda-tanda vital.
• Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
• Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
• Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi
aktifitas.
• Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
• Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
• Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang
tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
• Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
• Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
• Dorong harapan yang realistis.
• Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
• Berikan dorongan spiritual.

g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien
dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan
kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
• Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan
penyakitnya.
• Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.

h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.


Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
• Baringkan pasien diatas tempat tidur.
• Kaji kepatenan kateter abdomen.
• Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
• Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.


2. http:// www.medicastore .com/med/index.bhp?IUD=
3. http:creasoft.wordpress.com
4. Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
5. Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gram
Pendahuluan
Konsep Skrining untuk kanker tahap dini tentunya telah memberikan keuntungan pada
kanker cerviks. Insiden invasifnya penyakit telah turun drastic hamper 50% sejak tahun
1945 di Amerika Serikat.
Selama periode waktu yang sama, insiden dari tahap dini yaitu Karsinoma In Situ (CIS)
telah meningkat secara mengejutkan kira- kira 45.000 kasus baru setiap tahunnya. Insiden
penyakit invasif adalah 13.500 kasus, dengan sekitar 4400 diperkirakan meninggal dunia.
Puncak kejadian dari kanker cerviks invasif adalah antara usia 45-55 tahun, sedangkan
puncak CIS terjadi 10 tahun lebih awal. Kenker cerviks secara terus- menerus tetap
menjadi masalah kesehatan pada wanita di negara- Negara kurang berkembang. Wanita-
wanita Amerika asal Afrika dan Amerika asal Hispanik mempunyai angka kejadian
kanker cerviks yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok masyarakat keturunan
kulit putih (Caucasian) di Amerika Serikat.

B. Pengertian
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)

C. Etiologi
Penyebab terjadinya kanker cerviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker cerviks. Adapun faktor- faktor
resiko dari kanker cerviks adalah :
1. Wanita
a. Menjalankan aktivitas seksual di usia muda
b. Sering berganti- ganti pasangan
c. Prostitusi (mempunyai resiko 4x lipat tehadap berkembangnya kanker cerviks)
d. Perokok
e. Usia
f. Status sosial ekonomi
g. Terpajan pada virus HIV
2. Pria (Penyebab Potensial)
a. Kandungan sperma
b. Kondisi higienis
c. Jumlah pasangan seksual
d. Perokok
e. Kanker penis

D. Jenis Kanker
1. Menurut Danielle .G. dan Jane Charette. Dalam buku Keperawatan Onkologi
Ada 2 tipe utama kanker cerviks secara histologi yaitu :
a. Karsinoma Skuamosa, terdiri dari 80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada wanita
usia lanjut.
b. Adenokarsinoma. Sisa dari kasus yang ada terjadi lebih sering pada wanita usia muda
dan cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat cepat)
2. Ada beberapa klasifikasi, tapi paling banyak penganutnya ialah yang dibuat oleh
IFGO, yaitu sebagai berikut :
a. Stage 0 : Carsinoma In Situ = Ca Intraepitelial = Ca Preinvasif
b. Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks
c. Stage 1a : Disertai invasi dari stroma (preclinical Ca) yang hanya diketahui secara
histologis
d. Stage 1b : semua kasus- kasus lainnya dari stage 1
e. Stage II : sudah menjalar keluar cerviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal
f. Stage III : sudah sampai dinding panggul dari 1/3 bagian bawah vagina
g. Stage IV : sudah mengenai organ- organ lain

E. Tanda dan Gejala


1. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker
serviks ini.
a. Perdarahan vagina abnormal
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu
ada.
b. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
c. Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
d. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat,
mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
2. Gejala kanker serviks stadium lanjut
a. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau feses
d. Patah tulang

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebalum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan
menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun
sekali sampai umur 65 tahun.
2. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini
memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin
dapat dibiopsi.
3. Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
4. Biopsy kerucut
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
5. MRI/CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor
dan atau terkenanya nodus limfa regional.
6. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat
warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi
putih atau kuning.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi
laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan atau
keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan
nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta
mengecilkan tumor

4. Radioterapi batang eksternal


a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu tegas
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap
berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk
mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)
5. Eksenterasi pelvic
a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang
diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
6. Kolostomi dan illeustomi
Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.

H. Komplikasi
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi
b. Enteritis
3. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Supresi sumsum tulang
b. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
c. Kerusakan membrane mukosa GI
d. Mielosupresi

I. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1. Mencegah terjadi infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun
4. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit
5. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6. Berhenti merokok

J. Diagnosa Dan Intervensi


1. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Intervensi:
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
b. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaannya
c. Pertahankan kontak sesering mungkin dengan pasien. Bicara dengan menyentuh
pasien.
d. Berikan informasi akurat dan konsisiten mengenai proknosis
e. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuan, dan potensial efek samping
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, dan tindakan penghilang nyeri yang
digunakan
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar, missal reposisi, gosokan punggung dan aktivitas
hiburan (musik,TV)
c. Dorong penggunaan keterampilan menegement nyeri, missal
relaksasi,visualisasi,bimbingan imajinasi,tertawa musik dan sentuhan terapeutik
d. Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder dan
imunosupresi
Intervensi
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangansebelu dan sesudah melakukan tindakan
b. Pantau TTV
c. Tekankan personal hygiene
d. Kaji semau system ( kulit, pernafasan, genetourinaria ) terhadap tanda dan gejala
infeksi secara continue
e. Batasi prosedur invasive
f. Beriakan antibiotic sesuai indikasi
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi
a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
c. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
d. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali seizing dokter
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
intervensi
a. Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pemahaman diagnosa khusus,
alternative pengobatan dan sifat harapan
b. Berikan informasi yang jelas dan akuratdalam cara yang nyata tetapi sensitive
c. Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatan kanker
6. Resiko tinggi perubahan pola
Intervensi
a. Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini
berubah atau terancam
b. Ajarkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diketahui
mempengaruhi seksualitas

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman. 1973. Ginekologi. Bandung: Eleman-Elstar Offset
Doengoes, marillyn. 1997. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC
http:/susternada.blogspot.com/2007/07/kankerserviks.html

Anda mungkin juga menyukai