PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
- Larutan : campuran dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi
molekular yang homogen yaitu sistem satu fase
- Dispersi Koloidal : sistem yang mempunyai ukuran partikel antara 10Ǻ - 5000Ǻ.
Ada dua sistem :
Satu fase : homogen, co : dispersi Na- CMC, dispersi gom arab
Dua fase : heterogen, co : dispersi perak proteinat
- Larutan biner : terdiri dari pelarut (solven) dan zat terlarut (solut). Komponen
yang terbesar dalam sistem tersebut menandakan sebagai solven.
- Sifat fisik larutan digolongkan atas :
Sifat Intensif : tidak bergantung pd jumlah zat dalam sistem, misal :
suhu, tekanan, kerapatan, tegangan permukaan, kekentalan.
Sifat Koligatif : sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel dalam
larutan. Beberapa sifat koligatif larutan : penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, perubahan tekanan osmosa.
Sifat Aditif : tergantung pada jumlah keseluruhan atom di dalam molekul
atau bergantung pada penjumlahan sifat-sifat konstituen dalam larutan.
Co : bobot molekul, massa komponen dalam larutan
Sifat Konstitusif : tergantung pada jumlah dan susunan dari jumlah dan
macam atom dalam molekul.
- Jenis larutan
Banyak sifat fisik yang sebagian aditif dan sebagian lagi konstitusif, co : refraksi
sinar, sifat listrik, karakteristik permukaan dan antarmuka, kelarutan obat.
- Terdapat 3 wujudbenda : gas, cairdanpadat. Makaterdapat 9
jeniscampuranhomogensolutdansolven.
Alat
1. Buret,
2. gelas ukur,
3. gelas kimia,
4. labu ukur,
5. pipet ukur,
6. kertas saring
Bahan
1. Asam salisilat,
2. asam benzoat,
3. Asam askorbat,
4. kafein,
5. etanol 90%,
6. air,
7. gliserin,
8. propilenglikol,
9. NaOH,
10. asam oksalat
11. dan fenoftalein (indikator PP)
Dik : V1 = 10 ml
V2 = 14,5
N1 = 0,1
Dit : N2 = ?
Maka Normalitas NaOH = V1 . N1 = V2 . N2
= 10 . 0.1 = 14,5 . N2
= 1 = 14,5 . N2
1
N2 = 14,5 = 0,069 N
3. Pembakuan Pelarut campur
70
Larutan 3 = 100 𝑥 20 𝑚𝑙 = 14 ml air etanol + 2 ml gliserin
70
Larutan 4 = 100 𝑥 20 𝑚𝑙 = 14 ml air etanol + 2 ml propilenglikol
4. Penentuan kelarutan
Pelarut campur V larutan sampel V NaOH 𝑔𝑟
Kelarutan( ⁄𝑚𝑙 )
1 10 ml 3,2 - 0 = 3,2 ml 0,0027
2 10 ml 23,9 - 3,2 = 20,7 ml 0,0174
3 10 ml 32 – 23,9 = 8,1 ml 0,0068
4 10 ml 40 – 32 = 8 ml 0,0067
V NaOH = 3,2 ml
V1 x N1 = V2 x N2
3,2 x 0,069 = 10 x N2
0,2208
N2 = 10
= 0,022 N
𝑔𝑟/𝑀𝑟⁄
Mol = 𝐿
𝑔𝑟/122⁄
0,022 = 𝐿
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 2,684 ⁄𝐿 = 0,0027 ⁄𝑚𝑙
V NaOH = 20,7 ml
V1 x N1 = V2 x N2
20,7 x 0,069 = 10 x N2
1,43
N2 = 10
= 0,143 N
𝑔𝑟/𝑀𝑟⁄
Mol = 𝐿
𝑔𝑟/122⁄
0,143 = 𝐿
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 17,44 ⁄𝐿 = 0,0174 ⁄𝑚𝑙
𝑔𝑟/𝑀𝑟⁄
Mol = 𝐿
𝑔𝑟/122⁄
0,558 = 𝐿
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 6,804 ⁄𝐿 = 0,0068 ⁄𝑚𝑙
V NaOH = 8 ml
V1 x N1 = V2 x N2
8 x 0,069 = 10 x N2
0,552
N2 = 10
= 0,55 N
𝑔𝑟/𝑀𝑟⁄
Mol = 𝐿
𝑔𝑟/122⁄
0,55 = 𝐿
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 6,71 ⁄𝐿 = 0,00671 ⁄𝑚𝑙
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Terjadi penurunan Konsentrasi dari NaOH yang digunakan
2. Perbedaan pelarut campur yang digunkan menyebabkan perbedaan pada kelarutan
pada masing-masing pelarut campur.
3. Asam Benzoat yang digunakan sebagai sempel dapat larut dan menghasilkan
konsentrasi tinggi dengan dilarutkan oleh campuran pelarut 75 % air dan 25 %
etanol.
4. Terjadi penurunan dan penaikan pada grafik konsentrasi dan pelarut campur,
disebabkan karena perbedaan campuran pelarut.