Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian pembebasan Lahan

pembebasan lahan adalah kegiatan membeli tanah kepada penduduk dalam jumlah besar
oleh Perseroan Terbatas (PT) yang sudah memiliki Ijin Lokasi (IL). Biasanya pembelian
dengan pola seperti ini dilakukan dengan cara pembayaran tunai kepada masing-masing
penduduk pemilik tanah.

Oleh karena itu harga tanah yang diakuisisi dengan pembebasan lahan ini masih sangat
murah karena memang kondisinya masih apa adanya. Fisiknya mungkin saja masih berupa
hutan belantara, sawah, empang atau rawa-rawa yang memerlukan pekerjaan persiapan yang
membutuhkan biaya. Tidak hanya itu, kebanyakan tanah seperti ini, alas haknyapun masih
belum bersertifikat atau masih berupa Girik, Surat Keterangan Tanah dari instansi
tertentu, Petok D, Eigendom Verponding atau jenis alas hak lainnya yang belum sertifikat.

Developer yang membeli tanah seperti ini tentu mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan
untuk membuat sertifikatnya dan mempertimbangkan juga biaya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan persiapan fisik lahan agar menjadi lahan siap bangun. Membeli tanah murah
seperti ini banyak dilakukan oleh developer properti yang ingin mengembangkan proyek di
suatu lokasi pada waktu yang akan datang.

Mereka menjadikan tanah yang mereka beli saat ini sebagai cadangan tanah atau yang lebih
dikenal dengan istilah bank tanah (land bank). Nantinya, mereka akan mengembangkan
lokasi tersebut ketika mereka anggap waktunya sudah tepat.

2. Undang-undang yang mengatur pembebasan lahan

Undang-Undang No. 12/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk


Kepentingan Umum pada dasarnya didahului oleh beberapa peraturan kebijakan seperti
Permendagri No. 15/1975 Tentang Ketentuan-ketentuan Tata Cara Pembebasan Tanah yang
disusul Permendagri No. 2/1976 dan Permendagri No. 2/1985, Keppres No. 55/1993
Tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Demi Pembangunan, UU No.
20/2001 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang Ada Diatasnya,
Perppres No. 36/2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum yang diperbaruih melalui Perpres No. 65 Tahun 2005 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

3. Permasalahan tentang pembebasan lahan atau peruntukan kawasan


Konsekuensi jika melanggar tata guna lahan adalah

Sanksi Jika Melanggar Rencana Tata Guna Lahan

Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan tata


guna lahan. Pengenaan sanksi dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas
pemanfaatan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata guna lahan.
Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat lahan yang tidak sesuai
dengan ketentuan perizinan pemanfaatan lahan, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan rencana tata guna lahan.

Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata guna lahan, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif,
sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

Setiap orang yang melanggar kewajiban dalam pemanfaatan lahan, dikenai sanksi
administratif.

Sanksi administratif dapat berupa:


a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi lahan; dan/atau
i. denda administrati

Sanksi pidana bagi orang yang tidak menaati rencana tata guna lahan yang telah
ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi lahan adalah pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta.

Anda mungkin juga menyukai