Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA (AQIDAH & AKHLAK)

“MANUSIA DALAM ISLAM”

Disusun Oleh :

Nama Ketua : Kurnia Diah Kinanti 20180420070

Septiana Kusuma Wardani 20180420047

Alifah Sefani 20180420048

Sungsang Bhanu Irawan 20180420077

Nurul Afifah Az- Zahra 20180420080

Kelas :B

Dosen : Juanda.,S.Ag.,MA

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur selalu kita haturkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, kami bisa
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Pendidikan Agama (Aqidah & Akhlak)
dengan judul “Manusia”.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak


Juanda.,S.Ag.,MA selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama (Aqidah &
Akhlak) yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, orang
tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami, serta pada teman-teman
yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran, dan kritik sangat kami harapkan.
Kami berharap dengan makalah ini bis memberikan suatu manfaat bagi kami dan
para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah diwaktu
yang akan datang.

Yogyakarta, 21 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik.
Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-
hal mengenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan menarik karena
manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya
terus dilakukan manusia khusunya para ilmuwan. Oleh karena itu manusia telah
menjadi sasaran studi sejak dulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap
dirinya sendiri,masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-
masing, tetapi sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat tentang
manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (
manusia berakal ), homo economicus ( manusia ekonomi ), yang kadang kala
disebut economic animal ( binatang economi ), dan sebagainya.
Al-Quran tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang
selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun, kalau
manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang
sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio),kalbu,jiwa,raga, serta panca indra
secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri seperti hewan.
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati
tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh
yang bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di
otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Seperti yang dinyatakan Allah didalamAl-Quran :
Artinya :
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Meraka itulah orang-orang yang lalai. ” (QS.Al-A’raf 7:179)
Sesunguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang
sempurna dan bagus, dan manusia diciptakan sebagai kholifah Allah di Bumi, dan
telah dijadikan Bumi seisinya untuk tunduk kepada manusia.
Allah Befirman :
Artinya :
"Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna" (Q.S
At-Tiin:5)
Untuk pengetahuan telah membuktikan bahwa benar adanya jika manusia
itu sebenarnya dari tanah. Tanpa adanya tanah tidak mungkin manusia bisa
tumbuh. semua makanan yang ada, pada awalnya adalah dari tanah.

B. Rumusan Masalah
Adapaun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara
lain, sebagai berikut:

1. Apa pengertian manusia ?


2. Bagaimana manusia menurut perspektif islam ?
3. Bagaimana fitrah manusia mengakui adanya sang pencipta ?
4. Bagaimana manusia membutuhkan agama ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan manusia menurut pandangan islam.
2. Menjelaskan fitrah manusia yang mengakui adanya sang pencipta.
3. Menjelaskan seberapa pentingnya agama bagi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu”(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Pengertian manusia menurut para ahli :
1. OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan
ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan
lingkungan.
2. ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa
dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lain.
3. NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani
dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-
insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka,
senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia
(jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-
anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh
petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya
menjadi manusia sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani, disamping itu
manusia juga telah dikaruniai fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan
sendiri ada persamaan-persamaan yang dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan,
kasih sayang, dan lainnya, itulah menurut kami yang disebut fitrah. Manusia
merupakan makhluk yang paing mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia
memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat gaya berpikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.

1. Kelebihan, Fungsi dan Tanggung Jawab Manusia dalam Islam


Menurut ajaran islam manusia dibandingkan dengan mahluk lain,
mempunyai berbagai ciri utamanya adalah:
1. Makhluk yang dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. Firman Allah :
Artinya : “ Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baikya,” (QS.At-Tin:4).
2. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur'an surat
az-Zariyat :
Artinya: “ Aku tidak menciptakan jin dan manusiamelainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”. (QS. Az-Zariyat: 56)
3. Manusia diciptakan Allah Swt untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu
dinyatakan Allah dalam firrnan-Nya. Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dibumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman. “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
4. Manusia juga dilengkapi Allah dengan perasaan, akal,kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah,
menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknyajuga manusia dapat tidak
percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan
mengingkari-Nya, menjadi kafir.
5. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lain. Artinya
manusia adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan
yang baik dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting,
ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat dilihat di dalam
sunnah Nabi yang mengatakan bahwa beliau diutus hanyalah untuk
menyempumakan akhlak manusia yang mulia.

Tanggung jawab Manusia dalam Islam :


1. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan
manusia mempunyai beban dan tanggung jawab masing-masing.
2. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada
keluarganya.
3. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain,
sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan
manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut.
Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar
dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
4. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga
negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia
terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia
tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia
harus bertanggung jawab kan kepada negara.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga
tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan
dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

2. Proses Penciptaan Manusia


Proses penciptaan manusia dijelaskan Allah SWT dalam beberapa firman-
Nya melalui berbagai tahapan salah satunya pada (QS. Al-Mu’minun : 12-14).
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah.” (QS.al-mu’minun : 12 )
“Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).”(QS.al-mu’minun : 13 )
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.”(QS.al-mu’minun : 14 )

3. Fase-fase Proses Penciptaan Manusia


Adapun fase-fase proses penciptaan manusia diantaranya sebagai berikut :
1. ‘Sulalah min thin’ (saripati tanah).
Saripati tanah yang dimaksud sebagaimana pendapat Thahir Ibn ‘Asyur –
adalah zat yang diproduksi oleh alat pencernaan yang berasal dari bahan makanan
(baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang selanjutnya
menjadi darah, kemudian berproses hingga akhirnya menjadi sperma ketika
sepasang suami istri berhubungan.
2. ‘Nuthfah’ (air mani).
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Penggunaan kata ini sejalan dengan penemuan ilmiah yang
menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil
bertemu dengan ovum wanita hanya satu. Itulah yang dimaksud dengan nuthfah.
3. ‘Alaqah’ (segumpal darah).
Segumpal darah adalah salah satu arti kata ‘alaqah’dari dua arti lainnya
yaitu sesuatu yang melayang dan lintah. Seorang ilmuwan terkenal dalam bidang
anatomi dan embriologi Prof. Keith Moore menyatakan bahwa ‘alaqah
sebagai‘sesuatu yang melayang’ sesuai dengan apa yang bisa dilihat pada
pengikatan embrio selama fase ini pada rahim ibu dan ‘alaqah diartikan ‘segumpal
darah’ atau ‘gumpalan darah yang membeku’ karena embrio selama fase ini
berkembang melalui saat-saat internal yang diketahui seperti pembentukan darah
di pembuluh tertutup sampai dengan putaran metabolis lengkap
melalui plasenta (ari-ari). Selama fase ini darah ditangkap di dalam pembuluh
tertutup sehingga embrio memperoleh penampakan sebagai gumpalan darah beku.
Sedang ‘alaqah diartikan ‘lintah’ oleh karena embrio selama fase ‘alaqah
memperoleh penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Prof. Keith Moore
menguji dengan membandingkan lintah air yang masih segar dengan embrio pada
fase ini dan beliau menemukan kesamaan diantara keduanya.
4. ‘Mudghah’ (segumpal daging).
Mudhghah berasal dari kata madhagha yang berarti mengunyah. Pada fase
ini embrio disebut mudhghah karena bentuknya masih dalam kadar yang kecil
seukuran dengan sesuatu yang dikunyah.
5. ‘Idzam (tulang atau kerangka).
Pada fase ini embrio mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya
yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.
6. Kisa al-‘idzam bil-lahm(penutupan tulang dengan daging atau otot).
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm
(daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan
yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum
sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat
sel tulang.
7. Insya (mewujudkan makhluk lain).
Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada
manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Sesuatu itu
adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia memiliki potensi yang
sangat besar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga mencapai
kesempurnaan makhluk.
4. Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.

Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya
maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang
juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya
pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Martabat manusia adalah sebagai berikut :
1. Marabat dan derajat manusia dibanding makhluk lainnya ialah yang paling tinggi
karena dibekali akal untuk berpikir, hati untuk merasakan, serta nafsu atau
keinginan sebagai pendorong. Bahkan manusia diberi kemampuan untuk
berbicara sesuai bahasa masing - masing.
2. Tinggi dan rendahnya martabat dan derajat manusia tergantung masing - masing
mereka dalam menggunakan akal , hati atau perasaan serta nafsunya untuk hal -
hal baik atau buruk.
3. Dengan kelebihan - kelebihan sebagai makhluk paling sempurna tersebut maka
manusia dijadikan khalifah di muka bumi (mengelola dan memelihara alam)
B. FITRAH MANUSIA
pengertian

istilah "Fitrah" dalam al-Qur'an hanya disebutkan sekali, yaitu terdapat


dalam surat al-Rum ayat 30. Makna fitrah secara bahasa / harfiyah ini
disinonimkan / disepadankan dengan kata "khalaqa". Kata khalaqa banyak
digunakan oleh Allah untuk menyatakan penciptaan sesuatu, seperti
khalaqAllahus samawati wal ard (Allah telah menciptakan langit dan bumi).
Contoh lain dari penggunaan kata khalaqa terdapat pada surat al-'alaq ayat 2,
Khalaqal insana min 'alaq, (Dia Allah telah menciptakan manusia dari segumpal
darah). Oleh karena itu semua ayat yang menggunakan kata khalaqa menisbatkan
fail-nya (pelakunya) kepada Allah, karena hanya Dialah yang mampu
menciptakan segala sesuatu yang tidak memiliki bahan dasar awalnya. Sementara
manusia mampu membuat sesuatu karena bahan dasarnya sudah tersedia di alam
raya ini. Pengakuan manusia akan keesaan Allah merupakan sifat kodrati yang
melekat pada dirinya. Sifat tersebut akan menyatu pada dirinya sampai ada pihak
lain yang mampu membuatnya menyimpang dari sifat asal tersebut. Nabi
menyebut yahudi, nasrani dan majusi sebagai bentuk penyimpangan fitrah
manusia mengindikasikan adanya pembelokan tauhid yang dilakukan oleh
pemeluknya. Pengakuan akan keesaan Allah yang terkandung dalam ajaran tauhid
bukan saja pengakuan dan keyakinan adanya Allah yang maha Esa, tetapi semua
ajaran yang timbul dari keesaan Allah juga menjadi sifat kodrati yang dimiliki
oleh manusia. Ajaran yang muncul dari dimensi tauhid terangkum dalam ajaran
syariat Islam secara menyeluruh, karena antara tauhid dan syariat Islam merupa-
kan dua hal yang saling melengkapai dan saling mengisi sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Hakekat fitrah manusia

Manusia sebenarnya mempunyai beberapa macam predikat yang masing-masing


hakikat itu sendiri tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi sebuah bagian yang berdiri
sendiri. Karena, jika salah satu dari hakikat manusia itu tidak ada salah satunya
maka tidak bisa dikatakan sebagai manusia yang sempurna baik dimata
Tuhan atau dimata manusia itu. Beberapa macam hakikat dalam dalam
kehidupan manusia tersebut adalah :

a. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk dwi tunggal.

Yaitu manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu rohaniah dan
jasmaniah, unsur halus dan unsur kasar, unsur jiwa dan unsur raga. Dari kedua
unsur tersebut, terbagi lagi atas segi-segi atau aspek-aspek kejiwaan. Adapun
aspek-aspek kejiwaan yang penting diantaranya adalah aspek moral dan aspek
sosial, aspek intelektual, aspek estetis dan aspek religius.

b. Manusia itu mempunyai dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individual
dan sebagai makhluk sosial.

Sebagai makhluk individual, manusia itu mempunyai sifat-sifat yang khas, yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia sebagai individu (perseorangan)
mempunyai kebutuhan-kebutuhan, mempunyai keinginan-keinginan, mempunyai
cita-cita, mempunyai pemikiran yang tersendiri, yang kemungkinan besar berbeda
satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai naluri untuk
hidup bersama, hidup berkelompok, hidup bermasyarakat. Hidup tolong-
menolong, Bantu-membantu, dengan manusia lainnya. Manusia tidak dapat hidup
sendirian terpisah atau memisahkan diri dari komunitasnya. Manusia itu
mempunyai hakikat sebagai makhluk susila atau sebagai makhluk ber-Tuhan.

Manusia itu memiliki sifat atau dikaruniai kemampuan untuk dapat


membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukuran
kesusilaan. Manusia mempunyai kesanggupan untuk membedakan mana yang
sopan dan mana yang tidak sopan, mana perbuatan yang tercela dan perbuatan
yang terpuji
Macam Macam Fitrah

a. Potensi Fisik (Psychomotoric).

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai


fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.

b. Potensi Mental Intelektual (IQ).

Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk


merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami
sesuatu tersebut.

c. Potensi Mental Spritual Question (SP).

Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri


manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.

d. Potensi Sosial Emosional.

Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya


mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.[29]

Potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia menjadikan manusia


berfikir dan mampu mengemban amanat yang dibebankan oleh Allah kepadanya.

DASAR TEORI
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia
sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan
laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicar9a tentang alam bawa
sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang nampak saja.
Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan oleh aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens


(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu
berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung
menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa.
Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah
fakta kehidupan manusia.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar,
insan dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama
anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya
dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan
dan minum (al-mu’minuum : 33).

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul
amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan
bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas
menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,


psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.


2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani
saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang
terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
social sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak
hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa
mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul
bersama manusia lainnya.

Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali
dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles
Darwin dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab
suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi
adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk
memastikan asal mula manusia.

1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin


Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis
makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah
dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa
bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah
empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :

a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens

Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut
oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah
punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan
kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan
menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo
Habilis> Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung
menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.

2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)


Saat Allah SWT merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut
manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu
diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-
Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).

Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis
tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan.
Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah
dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup
Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu
buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan
Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat.
Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi.
Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.

Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah
keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal
bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa,
Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru
bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh
penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka


didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk
yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70).

Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dalam bentuk sesempurnanya


makhluk. Keberadaan manusia adalah yang paling sempurna jika dibandingkan
dengan makhluk yang lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaan, hawa nafsu,
juga akal yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hakikat
manusia menurut islam bukanlah seperti hewan, tumbuhan, atau makhluk lainnya
yang bernyawa. Makhluk seperti hewan sepintar apapun terlihatnya ia hanyalah
makhluk yang didorong oleh insting dan memori dalam otak atau fisiknya.
Sedangkan manusia dalam dirinya dengan kesempurnaan akal adalah makhluk
yang dapat menilai benar dan salah sebuah perilaku. Tidak hanya itu, ia pun juga
bisa mengukut baik dan buruknya suatu tindakan.

Al-Quran tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang selama


manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia
tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat
tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio),kalbu,jiwa,raga, serta panca indra secara
baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri seperti hewan.

Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur saripati tanah.
Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang
bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak,
serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Seperti yang dinyatakan Allah didalamAl-Quran :
Artinya :
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Meraka itulah orang-orang yang lalai. ” (QS.Al-A’raf 7:179)

Sesunguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang
sempurna dan bagus, dan manusia diciptakan sebagai khalifah Allah SWT di
bumi, dan telah dijadikan bumi seisinya untuk tunduk kepada manusia.
Allah SWT befirman :
Artinya :
"Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna" (Q.S
At-Tiin:5)
Untuk pengetahuan telah membuktikan bahwa benar adanya jika manusia
itu sebenarnya dari tanah. Tanpa adanya tanah tidak mungkin manusia bisa
tumbuh.

KESIMPULAN

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika


dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah
tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi
yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi
tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai
makhluk dan khalifah di bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Masjkoery, A. Qohar. et al. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Gunadarma


Ilmu Dari Islamwiki (2009,29 januari )makalah manusia dalam pandangan
islam. Diperoleh 1 Oktober 2016,
dari http://islamwiki.blogspot.com/2009/01/manusia-dalam-pandangan-islam.html
Al-Quran dan terjemahan ( 2010,5 agustus )Al-Quran dan terjemahan surah al-
muminun’. Diperoleh1 Oktober
2016, dari http://alqurandanterjemahan.wordpress.com/2010/08/24/surah-al-
mukminun-dan-terjemaha
Ilmu dari Jafar Musaddad ( 2013,12 februari ) makalah manusia dalam perspektif
Al-Quran.Diperoleh 1 Oktober
2016, dari http://jafarmusaddad.blogspot.com/2013/02/makalah-manusia-dalam-
perspektif-al.html
Dari Retmi_arti Blog ( 2011,16 April )manusia menurut pandangan islam.
Diperoleh 1 Oktober
2016, dari http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/retmi_arti/2011/04/16/manusia-
menurut-pandangan-islam/Perspektif
Ilmu dari UG open Courseware ( 2009,4 April ) manusia dalam perspektif.
Diperoleh 1 Oktober
2016, dari http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-
s1/pendidikan-agama-islam/manusia dalam perspektif
Al-Quran dan terjemahan ( 2010,5 agustus )Al-Quran dan terjemahan surah Al-
Isra. Diperolah 1 Oktober
2016, dari http://alqurandanterjemahan.wordpress.com/2010/08/24/surah-al-isra-
dan-terjemahan/
Ilmu dari Tugasku4u ( 2011,11 Oktober) Contoh Makalah Hakekat Manusia.
Diperoleh 1 Oktober 2016, dari http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-
hakikat-manusia-menurut-islam.html
Ilmu dari Rian Nugraha (2013,21 Oktober) MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
ISLAM. Diperoleh 2 Oktober 2016,,
dari http://nugraharian49.blogspot.co.id/2013/10/manusia-dalam-perspektif-
islam.html?m=1
Ilmu dari Mokhamin Quela (2016,16 Juni) Hakukat, Martabat dan Tanggung
Jawab Manusia. Diperoleh 2 Oktober 2016,
dari http://masyarakatdlmislam.blogspot.co.id/2015/06/hakikat-martabat-dan-
tanggung-jawab.html

Ilmu dari Tyo (2015,19 Maret) Hakikat, Martabat, dan Tanggung Jawab Manusia
(INISIASI 2). Diperoleh 2 Oktober 2016,
dari http://fee88isa.blogspot.co.id/2015/03/hakikat-martabat-dan-tanggung-
jawab.html

Anda mungkin juga menyukai