Anda di halaman 1dari 3

KODE ETIK AHLI GIZI

Jurnal: Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang


Kode etik yang ditemukan dalam jurnal berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 374 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Gizi yang berisi Standar
Kompetensi, Standar Pendidikan, Kode Etik Gizi, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi:
Pernyataan Jurnal Kode Etik yang dilakukan Sumber kode etik Gizi
Dengan demikian penelitian ini Peran ahli gizi sebagai Peraturan Menteri
sangat dipentingkan untuk diteliti pelaksana penelitian gizi Kesehatan Republik
untuk perkembangan status gizi Indonesia Nomor 26
masyarakat Tahun 2013
difabel di Indonesia khususnya di
kota Malang
Memiliki kompetensi Surat Keputusan Menteri
yang nantinya dapat dipakai
sebagai dasar Kes.Gz.05.01 yaitu Kesehatan Republik
strategi kebijakan pangan oleh berpartisipasi dalam Indonesia Nomor 374
pemerintah penyusunan kebijakan Tahun 2007 tentang
Indonesia di bidang pangan bagi pemerintah dalam bidang Standar Profesi Gizi yang
masyarakat pangan, ketahanan pangan, berisi Standar
difabel. pelayanan gizi dan kesehatan. Kompetensi, Standar
Pendidikan, Kode Etik
Memiliki kompetensi Gizi
Kes.Gz.01.13.01 yaitu
menginterpretasikan dan
memadukan pengetahuan
ilmiah terbaru dalam praktek
kegizian (inovasi untuk
merecall disabilitas)

Memiliki kompetensi
Kes.Gz.02.34.01 yaitu
mengelola pemantauan
asupan makanan dan gizi
klien.

Memiliki kompetensi
Kes.Gz.02.41.01 yaitu
melakukan penilaian status
gizi kelompok masyarakat.

tujuan penelitian Memiliki kompetensi Peraturan Menteri


adalah: (1) mengidentifikasi Nutritionis yaitu: membantu Kesehatan Republik
indikator pangan penggalian data untuk Indonesia Nomor 26
dan gizi pada penyandang difabel
konsumsi pangan difabel, Tahun 2013
dan (2)
melaksanakan kegiatan
menganalisis kondisi diversifikasi
penelitian secara mandiri,
pangan para
penyandang disabilitas di kota mendidik dengan mengamati
Malang. pola asupan pangan
disabilitas dan mengedukasi
pangan yang lebih baik,
mengelola dan
merencanakan penelitian
dengan baik.

Kode etik ahli gizi  Surat Keputusan Menteri


kewajiban terhadap Kesehatan Republik
masyarakat: ahli gizi Indonesia Nomor 374
senantiasa peka terhadap Tahun 2007 tentang
status gizi masyarakat untuk Standar Profesi Gizi yang
mencegah terjadinya masalah berisi Standar
gizi dan meningkatkan status Kompetensi, Standar
gizi masyarakat. Pendidikan, Kode Etik
Gizi
Metode analisi datanya , dimulai Tidak menjadikan difabel Surat Keputusan Menteri
dengan (1) mengumpulkan mengonsumsi sesuatu yang Kesehatan Republik
informasi pola tidak diukur asupannya Indonesia Nomor 374
konsumsi yang dilakukan secara langsung sehingga Tahun 2007 tentang
responden selama tidak membahayakan disabel. Standar Profesi Gizi yang
satu hari sebelumnya (recall one
Sehingga menaati kewajiban berisi Standar
day
consumption) dengan bantuan terhadap profesi dan diri Kompetensi, Standar
kuesioner. (2) sendiri yaitu ahli gizi tidak Pendidikan, Kode Etik
Dari jenis makanan yang melakukan perbuatan yang Gizi
dikonsumsi kemudian melawan hukum, dan
diuraikan berdasarkan bahan memaksa orang lain untuk
pembuat makanan melawan hukum dengan
tersebut. (3) Setelah dilakukan mematuhi UU no 18 tahun
konversi berat 2016 tentang penyandang
dari satuan URT ke dalam satuan disabiliatas
gram,
selanjutnya dengan menggunakan
Kode etik ahli
Software
Nutrition Model yang mengacu gizikewajiban umum poin
pada Daftar ke 5: ahli gizi berkewajiban
Komposisi Bahan Makanan menjalankan profesinya
(DKBM, berdasarkan prinsip
Depkes,1998) keilmuan, informasi terkini,
dan dalam
menginterpretasikan
informasi hendaknya objektif
tanpa membedakan individu
dan dapat menunjukkan
sumber rujukan yang benar.

Kode etik ahli


gizikewajiban terhadap
klien poin ke 2: ahli gizi
senantiasa berusaha
memelihara dan
meningkatkan status gizi
klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau
di masyarakat umum

Anda mungkin juga menyukai