Anda di halaman 1dari 23

KONJUNGTIVITIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : Liliek Wijayanti., Ns., M. Kep

Disusun oleh :

Rizka Dwi S (106117037)

Apipah Maryam (106117045)

Youla Marlinda P (106117054)

Anna Nur Indah (106117065)

STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

D3 KEPERAWATAN

2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan


pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah,
sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah
atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan
kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
2. ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat
infeksius seperti bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit (oleh bahan iritatif
=> kimia, suhu, radiasi), maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organisme penyebab tersering
adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya
infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk
sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau
benda asing yang masuk kedalam mata
Penyebab konjungtivis tergantung dari jenis konjungtivis. Berikut
ini etiolgi berdasarkan klasifikasi konjungtivis yaitu :
a. Konjungtivis Alergi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian
dari Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat
akibat reaksi alergi pada orang dengan presdiposisi alergi obat-obatan.
Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi
alergi.
b. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti : Stafilokok, Streptokok,
Corynebacterium diphtheria, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria
gonorrhea, Haemophilus influenza
c. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti : Adenovirus, Herpes simpleks,
Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus
3. PATOFISIOLOGI
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada
mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa
tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan
bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul
tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya
penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan
ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan.
Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata
atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak
mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa
mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air
mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap
debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba
termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi,
hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada
stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva
melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin
dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang
menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada
hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan
menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan
siliare berarti kornea terkena.

a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata
eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin
musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada
hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani,
bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan.
Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan
bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok.
Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan
dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini
adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan
oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis
bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48
jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat
pada bayi yang baru lahir.
4. PATHWAY

5. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya, konjungtivitis mengenai kedua mata dengan derajat
keparahan yang berbeda. Gejala konjungtivitis adalah mata merah dengan
produksi sekret yang berlebih sehingga mata terasa lengket pada pagi hari
setelah bangun tidur. Selain itu, pasien dapat mengalami sensasi benda
asing, terbakar, atau gatal, serta fotofobia. Rasa nyeri yang muncul
biasanya menandakan kornea juga terkena.
Gejala yang dirasakan oleh pasien dapat bervariasi. Oleh karena itu,
penting untuk mengenali tanda dari konjungtivitis berupa :
a. Hiperemia
Mata tampak merah akibat dilatasi pembuluh darah. Jika tanpa disertai
infiltrasi seluler, menandai iritasi seperti angin, matahari, dan asap.
b. Epifora
Lakrimasi yang berlebihan sebagai respons terhadap sensasi benda
asing dan iritan yang harus dibedakan dengan transudat. Transudat
ringan yang timbul akibat pelebaran pembuluh darah dapat bercampur
dengan air mata.
c. Eksudasi
Kuantitas dan sifat eksudar (mukoid, purulen, berair, atau berdarah)
bergantung dengan etiologi penyakit.
d. Pseudoptosis
Jatuhnya kelopak bola mata karena infiltrasi pada otot Muller yang
dapat ditemukan pada konjungtivitis parah seperti keratokonjungtivitis
trakoma.
e. Hipertrofi papiler
Reaksi konjungtiva yang tidak spesifik berupa papil berukuran kecil,
halus, dan seperti beludru. Papil berwarna kemerahan pada infeksi
bacterial, sedangkan bentuk cobblestone ditemui pada konjungtivitis
vernal.
f. Kemosis
Pembengkakan konjungtiva yang sering ditemukan pada konjungtivitis
alergika, bakterial (konjungtivitis gonokokus), dan adenoviral.
g. Folikel
Hiperplasia limfoid lokal konjungtiva yang terdiri dari sentrum
germinativum yang paling sering ditemukan pada infeksi virus. Selain
infeksi virus, ditemui pula pada infeksi parasit dan yang diinduksi oleh
obat idoxuridine, dipivefrin, dan miotik.
h. Pseudomembran
Terbentuk akibat proses eksudatif dimana epitel tetap intak ketika
pseudomembran dibuang.
i. Konjungtiva lignose
Terbentuk pada pasien yang mengalami konjungtivitis membranosa
berulang.
j. Flikten
Diawali dengan perivaskulitis limfositik yang kemudian berkembang
menjadi ulkus konjungtiva. Selain itu, flikten menandakan reaksi
delayed hipersensitivitas terhadap antigen microbial.
k. Limfadenopati preaurikular
Pembesaran kelenjar getah bening yang dapat disertai rasa nyeri pada
infeksi akibat herpes simpleks, konjungtivitis inklusi, atau trakoma.

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar (ngeres/tercakar) atau


terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva,
terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan
adanya benda asing didalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup),
tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan
- Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter
(sebagai alat pemeriksaan pandangan).
- Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea).
- Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak
adanya kebocoran kornea).
- Pemeriksaan oftalmoskop
- Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk
melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi
pada herpes simplek virus).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata
setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan
gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
7. PENATALAKSANAAN
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%),
chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan
kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat
sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan
klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat
diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol,
folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang
baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak
ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur
atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
o Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
o Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan
terisolasi, medika menstosa :
- Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
- Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik
yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya
memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah.
Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak
mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan
karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat
membantu memperbaiki gejala.
5. Konjungtivitis blenore
Pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret.
Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan
salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan
diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
o Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan
setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
o Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
o Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin
infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan jenis konjungtivitis
yang terjadi, meliputi gatal dan rasa terbakar pada alergi; sensasi benda
asing pada infeksi bakteri akut dan infeksi virus; nyeri dan fotofobia
jika kornea terkena; keluhan peningkatan produksi airmata; pada anak-
anak dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan
tenggorok. Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang dan catat
riwayat cedera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter atau tanda
konjungtivitis yang meliputi :
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan
mengurang kea rah limbus.
2) Kemungkinan adanya secret :
a) Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang
menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b) Berair atau encer pada infeksi virus.
c) Edema konjungtiva
d) Blefarospasme
e) Lakrimasi
f) Konjungtiva palpebra (merah,kasar seperti beludru karena ada
edema dan infiltrasi).
g) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat
ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok.Kadang-
kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil baik di
konjungtiva palpebral maupun bulbi yang biasanya disebsbkan
pneumokok atau virus.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajad pandangan
perifer klien karena jika terdapat secret yang menempel pada
kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.
2. DIAGNOSA
1) Nyeri berhubungan dengan peradangan ditandai dengan rasa panas
pada mata
2) Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan edema dan iritasi
konjungtiva ditandai dengan peningkatan eksudasi, fotofobia lakrimasi
dan rasa nyeri.
3) Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan ulkus kornea yang
ditandai dengan adanya sekret purulen.
4) Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak /edema)
5) Resiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau pada orang
lain yang berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan klien tentang
penyakit.
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang kondisi prognosis dan pengobatan proses penyakit
C. RENCANA KEPERAWATAN
N Hari/ Tgl/ Kriteria Rencana
Dx Kep Rasional
o Waktu Hasil Keperawatan
1 Nyeri b/d Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
peradangan diberikan nyeri yang tingat nyeri klien dan
d/d rasa asuhan dialami oleh menentukan
panas pada keperawata klien. intervensi
mata n 2. Ajarkan kepada selanjutnya
diharapkan klien metode 2. Untuk
nyeri klien distraksi meminimalkan nyeri
teratasi selama nyeri, klien
dengan seperti nafas
kriteria dalam dan
hasil : teratur.
3. Ciptakan
 Nyeri
lingkungan 3. Merupakan suatu
berkuran
tidur yang cara pemenuhan rasa
g atau
nyaman, aman nyaman kepada klien
terkontrol
dan tenang. dengan mengurangi
.
stressor yang berupa
4. Kolaborasi kebisingan.
dengan tim 4. Menghilangkan
medis dalam nyeri, karena
pemberian memblokir syaraf
analgesic. penghantar nyeri.

2 Gangguan Setelah 1. Kompres tepi 1. Melepaskan eksudat


rasa diberikan palpebral (mata yang lengket pada
nyaman b/d asuhan dalam keadaan tepi palpebral.
edema dan keperawata tertutup) dgn
iritasi n larutan salin
konjungtiva diharapkan kurang lebih
d/d klien selama 3 menit
peningkata merasa 2. Usap eksudat
2. Membersihkan
n eksudasi, nyaman secara perlahan
palpebral dari
fotofobia dengan dgn kapas yang
eksudat tanpa
lakrimasi kriteria sudah dibasahi
menimbulkan nyeri
dan rasa hasil : salin dan setiap
dan meminimalkan
nyeri. pengusap
 Melakuk penyebaran
hanya dipakai
an mikroorganisme.
satu kali
tindakan 3. Mata tertutup
3. Beritahu klien
untuk merupakan media
agar tidak
mengura- terbaik bagi
menutup mata
ngi nyeri pertumbuhan
yang sakit.
/ mikroorganisme.
fotofobia 4. Pada klien fotofobi,
4. Anjurkan klien
/ eksudas. kacamata gelap dapat
menggunakan
 Menunju menurunkan cahaya
kacamata
kkan yg masuk pada mata
(gelap).
perbaikan sehingga sensitivitas
keluhan. terhadap cahaya
menurun. Pada
konjungtivitis alergi,
kacamata dapat
mengurangi ekspose
terhadap
allergen/mencegah
iritasi lingkungan.
5. Mengurangi expose
5. Anjurkan pada
allergen atau iritan.
klien wanita
konjungtivitis
alergi agar
menghindari/m
e-ngurangi
penggunaan
tatarias hingga
semua gejala
konjungtivitis
hilang. Bantu
klien
mengiden-
tifikasi sumber
allergen yg
lain. Tekankan
pentingnya
kacamata
pelindung bagi
klien yg
bekerja dgn
bahan kimia
6. Mengurangi resiko
iritan.
kesalahan
6. Kaji
penggunaan obat
kemampuan
mata
klien
menggunakan
obat mata dan
ajarkan klien
cara
menggunakan
obat tetes mata
atau salep 7. Mempercepat
mata. penyembuhan pada
7. Kolaborasi konjungtivitis
dalam infektif dan
pemberian : mencegah infeksi
Antibiotik sekunder pada
konjungtivitis viral.
Tetes mata diberikan
pada siang hari dan
salep mata diberikan
pada malam hari
untuk mengurangi
lengketnya kelopak
mata pada pagi hari.
8. Mengurangi nyeri
seperti nyeri
8. Kolaborasi
periorbital pada
dalam
konjungtivitis viral.
pemberian :
Analgesik
ringan seperti
9. Mengurangi dilatasi
asetaminofen
pembuluh darah pada
9. Kolaborasi
konjungtivitis alergi.
dalam
pemberian:
Vasokonstrikto
r seperti
nafazolin.
3 Gangguan Setelah 1. Pastikan 1. Mempengaruhi
sensori diberikan derajat/tipe harapan masa depan
perseptual asuhan kehilangan pasien dan pilihan
b/d ulkus keperawata penglihatan intervensi
kornea n 2. Dorong 2. Sementara intervensi
yang d/d diharapkan mengekspresi- dini mencegah
adanya penglihatan kan perasaan kebutaan, pasien
sekret kliean tentang menghadapi
purulen. kembali kehilangan/ke- kemungkinan/menga
normal mungkinan -lami pengalaman
dengan kehilangan kehilangan
kriteria penglihatan penglihatan
hasil : sebagian/total.
3. Tunjukkan 3. Mencegah
 Mengena
pemberian tetes penglihatan lebih
l
mata, contoh lanjut
gangguan
menghitung
sensori
tetesan,
dan
mengikuti
berkomp
jadwa, tidak
en-sasi
salah dosis
terhadap
4. Lakukan
perubaha
tindakan untuk
n 4. Menurunkan bahaya
membantu
 Mengide keamanan
pasien
ntifikasi / sehubungan dgn
menangani
memper- perubahan lapang
keterbatasan
baiki pandang/kehilangan
penglihatan.
potensial penglihatan dan
bahaya akomodasi pupil
dalam terhadap sinar
lingku- lingkungan.
ngan
4 Gangguan Setelah 1. Dorong 1. Membantu pasien
konsep diri diberikan pengungkapan untuk memulai
(body asuhan perasaan dan perubahan dan
image keperawata menerima apa mengurangi rasa
menurun) n yang malu.
b/d adanya diharapkan dikatakannya.
perubahan tidak tejadi 2. Berikan
pada gangguan lingkungan yg 2. Meningkatkan rasa
kelopak konsep diri bisa menerima aman, mendorong
mata dengan keadaan verbalisasi.
(bengkak kriteria dirinya
/edema) hasil : 3. Diskusikan 3. Persepsi pasien
peradangan mengenai perubahan
 Mendem
terhadap citra pada citra diri
on-
diri dan efek mungkin terjadi
strasikan
yang secara tiba-tiba atau
respon
ditimbulkan kemudian.
adaptif
dari penyakit.
perubaha
n konsep
diri.
 Mengeks
-presikan
kesadara
n tentang
perubaha
n dan
perkemba
-ngan ke
arah
penerima
-an.
5 Risiko Setelah 1. Beritahu klien 1. Meminimalkan
. infeksi b/d diberikan untuk resiko penyebaran
keterbatasa asuhan mencegah infeksi.
n keperawata pertukaran
pengetahua n sarung tangan,
n klien diharapkan handuk dan
tentang tidak tejadi bantal dgn
penyakit. penyebaran keluarga yang
infeksi lain. Klien
dengan sebaiknya
kriteria menggunakan
hasil : tisu, bukan
saputangan dan
 Mempu-
tissue ini harus
nyai
dibuang setelah
pengeta-
pemakaian satu
huan yang
kali saja
adekuat 2. Menghindari
2. Ingatkan klien
tentang penyebaran infeksi
untuk tidak
tindakan pada mata yang lain
menggosok
pencegaha dan pada orang lain.
mata yg sakit /
n
kontak
penularan
sembarangan
 Melakuka
dengan mata
n tindakan 3. Prinsip higienis perlu
3. Beritahu klien
pencegaha ditekankan pada
tentang tekhnik
n klien untuk
cuci tangan yg
penularan mencegah replikasi
tepat. Anjurkan
penyakit. kuman sehinnga
klien untuk
 Tidak penyebaran infeksi
mencuci tangan
terjadi dapat dicegah.
sebelum dan
penularan
sesudah
penyakit
melakukan
pada mata
pengobatan,
yang lain,
gunakan
atau orang
saputangan /
lain.
handuk bersih.
Beritahu klien
untuk
menggunakan
tetes/salep
mata dgn benar
tanpa
menyentuhkan
ujung botol
pada mata/bulu
mata klien.
4. Bersihkan alat 4. Mencegah infeksi
yang silang pada klien
digunakan yang lain.
untuk
memeriksa
klien
6 Kurang Setelah 1. Kaji tingkat 1. Sebagai dasar
pengetahua diberikan pengetahuan menentukan
n b/d asuhan pasien tentang intervensi.
kurangnya keperawata penyakitnya. 2. Pasien mendapat
informasi n 2. Jelaskan pada kejelasan tentang
tentang diharapkan pasien tentang penyakitnya.
kondisi pemenuhan penyakit
prognosis informasi konjungtivitis
dan klien (pengertian,
pengobatan terpenuhi penyebab, dan 3. Pasien mendapat
proses dengan komplikasi). kejelasan tentang
penyakit kriteria 3. Jelaskan pada perawatan di rumah
hasil : pasien tentang setelah pulang dari
perawatan rumah sakit.
 Klien
penyakit. 4. Agar mata pasien
menyata-
4. Ajurkan tidak kotor
kan
melakukan
paham
perawatan mata
tentang di rumah
kondisi, dengan 5. Berfungsi sebagai
prognosis dibersihkan vitamin untuk mata
dan mata setiap
pengoba- hari.
tan. 5. Ajurkan pasien 6. Agar pasien mudah
 Dapat mengkonsumsi mengingat kapan
mengiden buah dan waktu kontrol yang
-tifikasi makan-makan tepat.
hubungan yang bergizi.
tanda / 6. Berikan catatan
gejala tertulis waktu
dgn kontrol ulang
proses setelah sakit.
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta


: EGC

Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan.
Jakarta : EGC

Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto

Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta:
Media Aeuscualpius.

Anda mungkin juga menyukai