Anda di halaman 1dari 12

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

SEBELUM TERJADINYA BENCANA BANJIR

Dosen Pengajar :
Nurma Afiani,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh

Nama : Liliosa Friska Mumu


Nim : 1608.14201.492

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana Banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi
setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta
dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan
dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkan dengan melakukan
kesiapsiagaan atau mitigasi bencana.
Dalam Undang – Undang Penanggulangan Bencana No 24 tahun
2007) Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi
geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan
terjadinya bencana. Pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Untuk menanggapi
undang-undang tersebut maka pemerintah Indonesia berusaha membuat
berbagai macam program pencegahan dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana. Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana.
Bencana Banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi
setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta
dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan
dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkan. Karena datangnya
relative cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu
dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat dan terpadu.
Pada survei awal di Kota Manado saat kejadian bencana banjir
yang disebabkan oleh sejumlah sungai di kota Manado tak mampu lagi
menahan debit air hujan sehingga terjadilah banjir besar yang disebut
banjir bandang pada 15 januari tahun 2014 merendam 9 kecamatan, 59
kelurahan, sehingga membuat sebagian warga mengungsi. Berdasarkan
data yang diperoleh dari kantor BPBD Kota Manado terdapat sebanyak
1551 kk yang terdiri dari 4942 jiwa yang terdaftar dalam pengungsian,

1
mengakibatkan rumah – rumah warga mengalami kerusakan. Dari data
yang didapat sesuai kategori, rusak berat sebanyak 1569 rumah, rusak
sedang sebanyak 1932 rumah dan rusak ringan sebanyak 7734 rumah.
Wilayah Kota Manado yang terkena banjir saat itu adalah 7 kecamatan
dan 23 kelurahan. Salah satu kecamatan yang mengalami bencana banjir
saat itu adalah wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa dengan beberapa
kelurahan di dalamnya.
Akibat dari bencana tersebut sangat berimbas pada kehidupan
masyarakat dan sangat mempengaruhi perekonomian daerah, dimana
pusat perbelanjaan yang merupakan transaksi perekonomian daerah
terdapat di wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa yang paling banyak
sehingga bisa dikatakan wilayah tersebut menjadi kota mati dalam waktu
beberapa pekan. Selain perekonomian, juga menyebabkan kerusakan
beberapa infrastruktur dan bangunan-bangunan Jurnal KESMAS, Volume
7 Nomor 4 Kajian Peran Tenaga Kesehatan dalam Mitigasi Bencana
Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado sekolah
sehingga anak-anak warga sekitar daerah banjir tidak dapat bersekolah.
Selain itu berbagai penyakit yang diakibatkan oleh banjir tersebut
bermacam-macam bisa menyerang anak kecil sampai orang dewasa
seperti gatal-gatal atau penyakit kulit lainnya, diare, dan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).
Dalam melayani kelompok rentan, diperlukan tenaga kesehatan yang
cekatan, tanggaop dan siap melayani dalam kondisi apapun saat terjadi
bencana. Selain tenaga kesehatan yang merupakan sumber daya
manusia kesehatan, juga tidak bias dipungkiri harus mempunyai
manajemen bencana yang baik mencakup semua aspek perencanaan
untuk merespons bencana, termasuk kegiatan-kegiatan sebelum bencana
dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada manajemen risiko
dan konsekuensi bencana (Shaluf, 2008).

Dengan demikian peran tenaga kesehatan sangatlah diperlukan


untuk membantu mengatasi dan/atau mengurangi dampak tersebut saat
terjadi bencana banjir.

A. RUMUSAN MASALAH

2
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan :
Bagaimana Peran Tenaga Kesehatan Sebelum Terjadinya Bencana
Banjir ?

B. Tujuan
Untuk mengetahui peran dari tenaga kesehatan sebelum terjadinya
bencana banjir.

3
BAB II
TINJAUAN KONSEP

A. Definisi
Bencana Banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat
dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta dan benda.
Kejadian banjir tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan dan dikurangi
dampak kerugian yang diakibatkan. Karena datangnya relative cepat, untuk
mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan
secara cepat, tepat dan terpadu. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu
badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan
sehingga air keluar dari batasan alaminya. Ukuran danau atau badan air terus
berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan. Selain faktor alam, bencana
banjir juga kerap kali terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab. Tindakan yang dilakukan tersebut berupa penebangan pohon-pohon di
hutan secara ilegal dan tanpa izin yang jelas, sengaja buang sampah
sembarangan ke selokan maupun sungai.
Manajemen bencana meliputi rencana, struktur, serta pengaturan yang
dibuat dengan melibatkan usaha dari pemerintah, sukarelawan, dan pihak-
pihak swasta dengan cara yang terkoordinasi dan komprehensif untuk
merespons seluruh kebutuhan darurat bencana. Oleh karena itu, manajemen
bencana terdiri dari semua perencanaan, pengorganisasian, dan mobilisasi
sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani semua fase bencana sebagai
peristiwa alam yang unik (Kelly, 1995).
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan letak geografis negara Indonesia,
ada beberapa kemungkinan bencana alam yang seringkali terjadi pada
negara Indonesia yaitu tanah longsor, gunung meletus, kekeringan,
kebakaran hutan dan banjir.

B. Peran dari Tenaga Kesehatan


Kesiapsiagaan dalam Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah
serangkaian kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau
mengurangi ancaman bencana. kesiapsiagaan sangat penting dalam

4
penanggulangan bencana, terutama dalam upaya pengurangan resiko
bencana yang dilakukan pada tahap prabencana. Kesiapsiagaan dalam
Undang– Undang penanggulangan bencana merupakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana tahap prabencana yakni pada situasi terdapat
potensi terjadinya bencana.
Peran kesiapsiagaan yang berarti mampu mengenali ancaman dan
memprediksi sebelum terjadinya bencana. mampu mencegah bencana jika
mungkin, tapi jika tidak, mampu menguruangi dampaknya secara efektif
sehingga dapat pulih kembali seperti keadaan semula. Adapun kegiatan yang
termasuk dalam tahap kesiapsiagaan meliputi : Penilaian resiko (risk
assesment), Perencanaan Siaga (contigency palning), mobilisasi sumberdaya
(resouce mobilization), pendidikan dan pelatihan (koordinasi), mekanisme
repson (response machanism), peringatan dini (early warning). Manajemen
Informasi (information systems), Gladi/simulasi (Drilling/simulation). Hal – hal
yang perlu dilakukan tenaga kesehatan untuk mencapai kesiapsiagaan
sebelum terjadinya banjir, sebagai berikut :
1. Ketersedian Peralatan Untuk Kesiapsiagaan Penanganan Banjir
Dengan dibekali peralatan dan obat-obatan yang sangat
dibutuhkan pada saat kegiatan urgent terjadi bencana banjir.
Walaupun peralatan yang dimiliki Puskesmas Wawonasa dalam
penanganan banjir adalah perlatan sederhana seperti P3K,
obatobatan, dan alat bedah minor yang biasa dipakai dalam
pelayanan poliklinik umum dan perlengkapan seadanya seperti
tenda pengungsian, tapi tidak mengurangi peran dan tanggung
jawab tenaga kesehatan tersebut dalam melakukan tugasnya
melayani warga masyarakat yang mengalami luka-luka akibat
bencana banjir dan juga bahkan membantu warga untuk
mengungsi ke tempat-tempat yang sudah ditentukan sebagai
posko pengungsian, dimana tenaga kesehatan juga bertugas
untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap warga pada
tempat pengungsian tersebut.

5
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Beberapa tenaga kesehatan yang ada di desa terjadinya banjir
sudah dibekali dengan beberapa pelatihan yang sangat berguna
untuk kesiapsiagaan dalam penangana bencana banjir di wilayah
tersebut. Beberapa pelatihan yang ada kaitannya dengan
penanganan kesiapsiagaan bencana banjir yang sudah diikuti oleh
kepala puskesmas sendiri yaitu ATLS, PPGD, evakuasi korban
perairan. Dengan demikian tidak diragukan lagi peran tenaga
kesehatan di puskesmas tersebut ketika menangani bencana
banjir. Selain kepala puskesmas sendiri, ada juga beberapa staf
tenaga kesehatan yang juga pernah ditugaskan untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan serupa untuk penanganan bencana banjir,
tetapi belum semua pelatihan bisa terpenuhi karena kendala
pendanaan dari puskesmas terbatas untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan tersebut sehingga belum semua tenaga kesehatan yang
ada di puskesmas bisa mengikuti pelatihan yang sama. Untuk
pelatihan- Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4 Kajian Peran
Tenaga Kesehatan dalam Mitigasi Bencana Banjir di Wilayah
Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado pelatihan yang telah
diikuti oleh beberapa tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
dari hasil observasi, didukung oleh adanya dokumen yang
diperlukan yaitu berupa sertifikat berkaitan dengan kegiatan
pelatihan yang pernah diikuti.
3. Koordinasi dengan Pihak terkait
Pada setiap kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas
ataupun adanya pelatihan dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan tenaga kesehatan dalam penanganan
bencana banjir, pihak puskesmas berinisiatif untuk membuat
group wattsapp messangger (WA) yang beranggotakan para
tenaga kesehatan di desa tersebut, beberapa tenaga kesehatan
dari Dinas Kesehatan provinsi, serta beberapa staf Kantor Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang ada di daerah
tersebut sehingga demikian dapat saling berkoordiansi dengan
lancar dan baik tentang pelatihan-pelatihan yang ada berkaitan
dengan kebencanaan dan juga bisa langsung berkoordinasi

6
dengan pihak terkait mengenai cara pelayanan kesehatan pada
saat bencana, dan juga pada saat terjadi bencana bisa langsung
terpantau jumlah korban yang ada bahkan kerugian dan
kerusakan yang terjadi akibat bencana.
4. Ketersediaan Dana
Puskesmas Wawonasa adalah salah satu contoh puskesmas
yang ada di kota mandado memiliki dana untuk penanganan
darurat bencana banjir. Namun yang menjadi masalah adalah
dana tersebut akan cair setelah bencana terjadi dan proses
pencairan dananya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sementara untuk kejadian bencana, tidak ada yang tahu kapan
dan dimana akan terjadi. Maka dari itu, ketika terjadi bencana, ada
beberapa kebijakan yang diambil oleh kepala puskesmas untuk
mengalihkan dana dari pos kegiatan yang lain yang sudah
direncanakan ke pos bencana, yang kemudian akan diganti
setelah dana untuk penanganan bencana sudah cair. Dengan
demikian tenaga kesehatan dapat tetap melaksanakan tugas dan
perannya dalam melayani masyarakat dan yang menjadi korban
bencana banjir.
Peran tenaga kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana banjir sudah
tanggap dalam menyikapi tanda-tanda akan terjadi banjir sehingga mereka
sudah dari awal memperingati warga yang tinggal di daerah pinggiran sungai
untuk mengungsi dan membantu memberikan pelayanan kesehatan terhadap
korban ketika bencana tidak dapat dihindari sesuai dengan kompetensi
mereka.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil survey yang didapat, salah satu contoh desa sebelum
terjadinya bencana banjir yang mengharuskan tenaga kesehatan untuk selalu
siapsiaga sebelum terjadinya bencana adalah desa Wawonasa, dimana desa
tersebut merupakan salah satu kecamatan di Kota Manado yang paling sering
terkena bencana banjir, pada kejadian bencana banjir tahun 2014 di wilayah
kerja Puskesmas Wawonasa.
Pada survei awal di Kota Manado saat kejadian bencana banjir yang
disebabkan oleh sejumlah sungai di kota Manado tak mampu lagi menahan debit
air hujan sehingga terjadilah banjir besar yang disebut banjir bandang pada 15
januari tahun 2014 merendam 9 kecamatan, 59 kelurahan, sehingga membuat
sebagian warga mengungsi. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor BPBD
Kota Manado terdapat sebanyak 1551 kk yang terdiri dari 4942 jiwa yang
terdaftar dalam pengungsian, mengakibatkan rumah – rumah warga mengalami
kerusakan. Dari data yang didapat sesuai kategori, rusak berat sebanyak 1569
rumah, rusak sedang sebanyak 1932 rumah dan rusak ringan sebanyak 7734
rumah. Wilayah Kota Manado yang terkena banjir saat itu adalah 7 kecamatan
dan 23 kelurahan. Salah satu kecamatan yang mengalami bencana banjir saat
itu adalah wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa dengan beberapa kelurahan di
dalamnya.
Bencana Banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat
dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta dan benda. Kejadian
banjir tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak
kerugian yang diakibatkan. Karena datangnya relative cepat, untuk mengurangi
kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat,
tepat dan terpadu. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti
sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar
dari batasan alaminya. Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai
perubahan curah hujan. Selain faktor alam, bencana banjir juga kerap kali terjadi
karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Tindakan yang dilakukan
tersebut berupa penebangan pohon-pohon di hutan secara ilegal dan tanpa izin
yang jelas, sengaja buang sampah sembarangan ke selokan maupun sungai.

8
Dampak dari tindakan ceroboh yang dilakukan manusia sangat beresiko bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat rentan yang
tinggal di daerah rawan bencana khususnya akan merasakan dampak yang
parah. Masyarakat rentan yang dimaksud sesuai pasal 55 ayat 2 UU nomor 24
tahun 2007 tentang penanggulangan bencana meliputi bayi, balita dan anak-
anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat dan
orang lanjut usia. Selain keempat kelompok penduduk tersebut, dalam peraturan
Kepala BNPB Nomor 7 Tahun 2008 tentang pedoman tata cara pemenuhan
kebutuhan dasar ditambahkan 'orang sakit' sebagai hagian dari kelompok rentan
dalam kondisi bencana. Upaya perlindungan tentunya perlu diprioritaskan pada
kelompok rentan tersebut, mulai dari penyelamatan, evakuasi, pengamanan
sampai dengan pelayanan kesehatan dan psikososial.
Dalam melayani kelompok rentan, diperlukan tenaga kesehatan yang
cekatan, tanggaop dan siap melayani dalam kondisi apapun saat terjadi
bencana. Selain tenaga kesehatan yang merupakan sumber daya manusia
kesehatan, juga tidak bias dipungkiri harus mempunyai manajemen bencana
yang baik mencakup semua aspek perencanaan untuk merespons bencana,
termasuk kegiatan-kegiatan sebelum bencana dan setelah bencana yang
mungkin juga merujuk pada manajemen risiko dan konsekuensi bencana.
Oleh karena itu perlu adanya peran tenaga kesehatan sebelum terjadinya
bencana banjir di desa tersebut, salah satunya adalah Peran kesiapsiagaan yang
berarti mampu mengenali ancaman dan memprediksi sebelum terjadinya
bencana. mampu mencegah bencana jika mungkin, tapi jika tidak, mampu
menguruangi dampaknya secara efektif sehingga dapat pulih kembali seperti
keadaan semula. Adapun kegiatan yang termasuk dalam tahap kesiapsiagaan
meliputi : Penilaian resiko (risk assesment), Perencanaan Siaga (contigency
palning), mobilisasi sumberdaya (resouce mobilization), pendidikan dan pelatihan
(koordinasi), mekanisme repson (response machanism), peringatan dini (early
warning). Manajemen Informasi (information systems), Gladi/simulasi
(Drilling/simulation ). Dengan demikian peran tenaga kesehatan sangatlah
diperlukan untuk membantu mengatasi dan/atau mengurangi dampak tersebut
saat terjadi bencana banjir.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran tenaga kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana banjir sudah


tanggap dalam menyikapi tanda-tanda akan terjadi banjir sehingga mereka
sudah dari awal memperingati warga yang tinggal di daerah pinggiran sungai
untuk mengungsi dan membantu memberikan pelayanan kesehatan
terhadap korban ketika bencana tidak dapat dihindari sesuai dengan
kompetensi mereka.

B. Saran
untuk selanjutnya tenaga kesehatan harus saling bekerjasama antar
masyarakat setempat dan siapsiaga dalam menghadapi bencana yang akan
mungkin terjadi dan perlu ada beberapa alat kesehatan yang harus selalu
siap jika bencana itu terjadi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Shaluf I .2008. Technological Disaster Stages and Management. Disaster
Prevention and Management, Vol 17.No 1 pp. 114-126.Emeral Group
Publishing Limited (diakses 23 april 2017)

Kelly J.N 1995, Transforming The Organization, McGraw-Hill, Inc, New York
(diakses 23 April 2017)

Undang – Undang No 24 Tentang Penanggulangan Bencana Tahun 2007

Widayatun Z. F. 2013. Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana:


Peran Petugas Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat. Pusat
Penelitan Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai