Anda di halaman 1dari 3

CRITICAL APPRAISAL

1. POPULATION
Pada penelitian ini populasi diambil dari pasien yang menjalani operasi katarak antara
November 2015 dan Juni 2016 yang telah menyelesaikan kuesioner Standard Patient
Evaluation of Eye Dryness (SPEED). Studi single-center prospektif ini memasukkan pasien
yang datang untuk operasi katarak antara November 2015 dan Juni 2016. Penelitian
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki dan amandemennya, dan semua
pasien disediakan informed consent tertulis sebelum pendaftaran studi. Pasien memenuhi
syarat untuk dimasukkan jika mereka lebih dari 18 tahun dan bersedia memberikan
informed consent dan mematuhi protokol. Penelitian ini terdiri 342 mata dari 180 pasien
dengan jumlah 101 wanita. Usia rata-rata pasien adalah kisaran 36 hingga 92 tahun.

2. INTERVENTION
Pada penelitian ini diintervensi dengan :
- Penilaian klinis :
Standard Patient Evaluation of Eye Dryness Score Semua pasien melengkapi
kuesioner Standard Patient Evaluation of Eye Dryness Score (SPEED) sebelum operasi
katarak. Skor SPEED lebih rendah dari 8 adalah indikasi gejala ringan, sementara skor
8 atau lebih tinggi menunjukkan gejala sedang hingga berat.
Pengukuran Ketebalan Lapisan Lipid ketebalan lapisan lipid dan pengukuran
kecepatan kedipan parsial dikumpulkan menggunakan Lipiview Okular Surface
Interferometer (Tearscience), yang menangkap,menyimpan arsip, memanipulasi, dan
menyimpan gambar digital specular (interferometri) pengamatan film air mata.
- Evaluasi Kelenjar Meibomian :
Fungsi Kelenjar Meibom Kuantitas dan kualitas sekresi Kelenjar meibomian dinilai
menggunakan Meibomian Gland Evaluator (Tearscience). Instrumen ini telah
digunakan dalam beberapa Randomized Controlled Clinical Trial, berlaku pada
standar tekanan berulang kelenjar meibom untuk mensimulasikan perkiraan kekuatan
dari kedipan yang disengaja21; fungsi kelenjar meibomian diamati melalui slitlamp.
Instrumen ini digunakan untuk menilai fungsi 15 kelenjar pada setiap kelopak mata
bawah. Sekresi untuk setiap kelenjar dinilai sebagai berikut: 0= tidak ada sekresi, 1 =
inspissated (konsistensi pasta gigi), 2 = berawan, dan sekresi 3= clear/normal; skor
maksimumnya adalah 45. Disfungsi kelenjar Meibomian didefinisikan sebagai skor 18
atau lebih rendah, yang berkorelasi sekitar 6 dari kelenjar kelopak mata bawah yang
berfungsi pada derajat 3.
Struktur Kelenjar Meibom Pencitraan meibomian dinamis (Lipiview II, Tearscience)
digunakan untuk menangkap struktur kelenjar meibom, yang dinilai dengan cara :
Jumlah atrofi di kelopak mata bawah dinilai secara semikuantitatif dan dinilai
derajatnya (kelas 0 = tanpa atrofi; tingkat 1 = 1% hingga 33% atrofi; tingkat 2 = 34%
hingga 66% atrofi; kelas 3 = lebih dari 66% atrophy24,25) (misalnya, kelas Arita 3=
daerah yang hilang adalah lebih dari dua pertiga dari total area kelenjar meibomian).
Waktu Breakup Air Mata Pemeriksaan slitlamp dilakukan untuk menentukan
pengukuran TBUT.
Data dikumpulkan menggunakan perangkat lunak SAS (versi 9.2, SAS Institute, Inc.).
Tes rank-sum Wilcoxon digunakan untuk perbandingan variabel kontinu, dan uji Fisher exact
atau Tes Fisher-Freeman-Halton digunakan untuk perbandingan kategoris variabel. Tes 2-sisi
dilakukan untuk menentukan apakah korelasi antara evaluasi kelenjar meibomian dan penilaian
klinis lainnya sangat berbeda dari nol. Regresi logistik digunakan untuk menentukan apakah
ada hubungan usia versus atrofi. Statistik deskriptif (rerata ± SD) diberikan sebagaimana
mestinya.

3. COMPARISON
Semua hasil pada pasien yang menjalani operasi katarak antara November 2015 dan
Juni 2016 : hasil kuesioner SPEED untuk mengukur gejala subjektif pasien, hasil
mengukur ketebalan lapisan lipid dan dievaluasi fungsi kelenjar meibomian,
menganalisis kualitas sekresi 15 kelenjar pada setiap kelopak mata bawah; meibografi
digunakan untuk menentukan derajat atrofi kelenjar.

4. OUTCOME
Pada penelitian ini ditemukan :
Insidensi disfungsi kelenjar meibom yang tinggi pada pasien yang datang untuk
operasi katarak. Karena setengah dari pasien dengan disfungsi kelenjar meibom adalah
asimtomatik, sangat penting untuk menilai fungsi dan struktur meibom untuk
mendiagnosis disfungsi kelenjar meibom, khususnya pada populasi pra operasi. Secara
rutin memasukkan penilaian preoperatif komprehensif untuk mencegah kurangnya
diagnosis disfungsi kelenjar meibom dapat mengoptimalkan kenyamanan pasien, hasil
visual, dan secara keseluruhan kepuasan pasien setelah perasi katarak.

5. VALIDITY
Subjek penelitian ini representatif dengan jumlah subjek yang diteliti yaitu 342 mata
dari 180 pasien. Sebanyak 100 pasien (100 mata) tanpa mata kering pra operasi, terdapat 26
yang signifikan deteriorasi semua nilai uji mata kering setelah operasi fakoemulsifikasi,
bersama dengan peningkatan gejala subjektif. Juga mencatat bahwa setelah operasi katarak
insidensi mata kering meningkat secara signifikan. Desain penelitian ini cukup baik dengan
menggunakan metode analisis prospektif yang bisa digunakan untuk mencari prevalensi suatu
penyakit, pada kasus ini yaitu prevalensi disfungsi kelenjar meibomian tinggi pada pasien tanpa
gejala. Deteksi dini disfungsi dan atrofi kelenjar meibom pada pasien yang menjalani operasi
katarak adalah penting.

6. IMPORTANT
Hasil dari penelitian ini penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penting untuk
mengidentifikasi pasien yang didiagnosis disfungsi kelenjar meibomian karena telah terbukti
bahwa mereka berisiko lebih besar untuk komplikasi pasca operasi, seperti infeksi dan ulkus
kornea. Hasil data penelitian ini menunjukkan bahwa ada prevalensi penyakit yang tinggi
bahkan pada pasien tanpa gejala. Terdapat terapi yang efektif untuk disfungsi kelenjar meibom
yang dapat menghasilkan perbaikan jangka panjang berkelanjutan fungsi kelenjar meibom,
dengan demikian, standar perawatan harus mencakup rutinitas evaluasi fungsi dan struktur
meibom agar diagnosis disfungsi kelenjar meibom tidak salah. Meningkatkan standar
perawatan dapat berfungsi untuk mengoptimalkan kenyamanan pasien, hasil visual, dan
kepuasan pasien secara keseluruhan setelah operasi.

7. APPLICABLE
Hasil dari penelitian ini aplikatif. Karena penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menilai
fungsi dan struktur meibomian untuk mendiagnosis disfungsi kelenjar meibomian, khususnya
pada populasi pra operasi. Disfungsi kelenjar Meibom juga sering terjadi tanpa adanya gejala.
Sangat penting dilakukan tes pra operasi yang komprehensif secara rutin termasuk evaluasi
fungsi dan struktur meibomian agar tidak kurang diagnosis disfungsi kelenjar meibomian.

Anda mungkin juga menyukai