Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

HEMORRHOID

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Bedah RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Oleh:

Chaira Al Kanzi (1607101030096)


Putri Chairunnisa (1607101030112)

Pembimbing:
dr. M. Yusuf, Sp. B, KBD

BAGIAN/ SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-vena
hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid
eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai
istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter
ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul
akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar,
pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya hanya memerlukan perawatan
ringan dan perubahan gaya hidup
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Nama : Salmiah yusuf
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : wanita
Pekerjaan : IRT
Alamat : Aceh Timur
Suku : Aceh
Agama : Islam
Nomor RM : 19-24-63
Masuk RS : 04/12/2018

2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Benjolan di Anus
b. Keluhan tambahan : Bab berdarah
c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien rujukan dari RS Cut Mutia
lhokseumawe dengan keluhan adanya benjolan di anus yang dialami sejak 2
tahun SMRS. Awalnya benjolan dapat masuk sendiri jika pasien mencoba
memasukkan dengan menggunakan jari. Lama kelamaan benjolan keluar dan
sulit di masukkan kembali. benjolan tidak di rasakan nyeri. Pasien juga
mengeluhkan buang air besar setiap kali pasien BAB. Darah yang keluar
berwarna merah segar dengan volume +250 cc. Pasien juga mengeluhkan
lemas. Mual muntah tidak ada.BAK dalam batas normal
d. Riwayat penyakit dahulu : pasien didiagnosa dengan CHF tahun 2017
e. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang mengalami
keluhan yang sama,
f. Riwayat penggunaan obat : pasien sempat berobat ke puskesmas namun
tidak mengetahui nama obat tersebut
g. Riwayat kebiasaan : pasien seorang IRT, BAB menggunakan
jamban jongkok, ibu dari 3 orang anak
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 64 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 20 kali per menit
Temperatur : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
Kulit : dalam batas normal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), RCL (+/+), RTCL (+/+)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), TVJ -2 cm H2O
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, jejas ( - )
Palpasi : suara fremitus taktil kanan sama dengan suara fremitus taktil
kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), wheezing (- / -)
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : Atas : ICS II linea parasternal sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, bising tidak ada
Abdomen dan Pinggang
Inspeksi : simetris (+), distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+)
S/L ar Ani :
Iook : Tampak benjolan, kemerahan
Feel : Nyeri (+) sfingter ani ketat, teraba benjolan di anus
Handscoon : feses (+) darah (-)
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (-)
Genitalia
S/L ar genitalia
I: MUE stenosis (-), meatal bleeding (-)
F: nyeri (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (17/10/2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 8,6 14,0 – 17,0 g/Dl

Leukosit 8,8 4,5 – 10,5 103/mm3

Trombosit 140 150 – 450 103/mm3

Natrium (Na) 140 132-146 mmol/L

Kalium (K) 3,2 3,7-5,4 mmol/L

Clorida (Cl) 98 98-106 mmol-L

Ureum 31 13-43 mg/dL

Kreatinin 1,01 0,51-0,95 mg/dL

Laboratorium 18/10/2018

HEMATOLOGI

Glukosa Darah sewaktu 139 <200 mg/Dl


2.5 Diagnosis
Hemorrhoid grade III
2.6 Tatalaksana
-Antihemorrhoid 2x1
-Paracetamol 500 mg 3x1
-Omeprazole 2x1 tab
-Kalthropen supp
2.7 Planning

Rencana Hemorhoidektomy

foto klinis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah


anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini
menyebabkan pembengkakan submukosa pada lubang anus. Dalam masyarakat umum
hemoroid lebih dikenal dengan wasir. 1,2,3

Hemoroid dibedakan hemoroid interna dan eksterna. 2,3

1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior diatas
garis mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi
primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang
lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah linea
dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.
Kedua pleksus hemoroid, interna dan eksterna saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke
v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke v.porta. pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke
v.iliaka.3

PATOGENESIS
Trombosis hemoroid adalah kejadian yang lazim dan dapat timbul dalam
pleksus analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus
hemoroidalis utama dalam tela submukosa kanalis atas atau dalam keduanya.
Trombosis analis eksternus pada hemoroid lazim terjadi dan sering terlihat pada
pasien yang tak mempunyai stigmata hemoroid lain. Sebabnya tak diketahui, tetapi
mungkin karena tekanan vena yang tinggi, yang timbul selama usaha mengejan
berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis di dalam vena. Pasien
memperhatikan pembengkakan akut pada pinggir anus yang bisa sangat nyeri. Nyeri
bisa terus menerus selama beberapa hari dan kemudian secara bertahap mereda
spontan, tetapi edema bisa kontinyu selama 3 sampai 4 minggu. Kadang-kadang
bekuan terlihat melalui kulit dibawahnya dan menonjol.2
Trombosis akut pleksus hemoroidalis internus adalah keadaan yang tak
menyenangkan. Pasien mengalami nyeri anus mendadak yang parah, yang diikuti oleh
penonjolan area trombosis. Nyeri dapat sangat parah dan dapat berlangsung selama 1
minggu. Secara bertahap edema mereda dan trombus diserap. 2
Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan
janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare
kronik atau diare akut berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah raga/imobilisasi.4

KLASIFIKASI DAN DERAJAT4


Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas :
Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar anus.
Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri kedalam anus secara spontan.
Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi kedalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami trombosis dan infark.
GEJALA DAN TANDA 3

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada


hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang
sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid
eksterna yang mengalami trombosis.

Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat


trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses sampai pada perdarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari
vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan
luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan “darah arteri”.

Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbunya anemis


berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada
waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah setelah
defekasi agar masuk ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi.
Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal
yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus
menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang
luas dengan udem dan radang.

Hemoroid Interna

Berdarah Menonjol Reposisi

I (+) - -

II (+) + Spontan

III (+) + Manual

IV (+) Menetap Tidak dapat

PEMERIKSAAN 3

Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang


menonjol ke luar mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengedan.

Pemeriksaan colok dubur hemorid interna tidak dapat diraba sebab tekanan
vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma kolon rektum.

Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang


tidak menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadaran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol kedalam
lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemorid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.

Protosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan untuk memastikan


bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi, karena hemorid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
Diagnosis hemoroid :
Darah di anus
Prolaps
Perasaan tak nyaman di anus (mungkin pruritus anus)
Pengeluaran lendir
Anemia sekunder (mungkin)
Tampak kelainan yang khas pada anus
Gambaran yang khas pada anoskopi/rektoskopi

DIAGNOSIS BANDING 3

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga


terjadi

1. karsinoma kolorektum
2. penyakit divertikel, polip
3. kolitis ulseratif, dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di
kolorektum.

Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan


kolonskopi perlu dipilh secara selektif, tergantung pada keluhan dan gejala penderita.

DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi dari daerah perianal akan memungkinkan untuk penemuan dan
deskripsi ruam, skin tags, fisura, fistula, abses, neoplasma, kondiloma, dan beberapa
kasus prolaps. Posisi dekubitus lateral kiri (LLD) lebih disukai untuk pemeriksaan,
karena posisi ini tampaknya lebih dapat ditoleransi daripada posisi "jack-knife"
(Sarles, 2013).

Pada pemeriksaan colok dubur akan mengidentifikasi hal-hal seperti bekas


luka, celah kecil, dan asal-usul fistula. Temuan klinis ini akan menjadi penting dalam
merumuskan rencana perawatan yang komprehensif bagi pasien bergejala (Sarles,
2013).

Pemeriksaan Penunjang

Anoskopi merupakan suatu pemeriksaan yang akurat, efisien, relatif murah


untuk segera mengevaluasi kanal anus, dengan ketidaknyamanan minimal untuk
pasien. Endoskopi fleksibel sering dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan
gejala wasir, bagaimanapun, tidak seakurat anoskopi.

Keterbatasan endoskopi fleksibel, bersama dengan peningkatan biaya dan


ketidaknyamanan kepada pasien, menekankan perlunya mempertimbangkan anoskopi
dalam evaluasi penyakit hemoroid (Sarles, 2013).

TATALAKSANA

Oral Calcium Dobesilate : Adalah obat venotonic lain yang biasa digunakan
dalam diabetic retinopathy dan insufisiensi vena kronis serta dalam pengobatan gejala
akut hemoroid. Kalsium dobesilate dapat menurunkan permeabilitas kapiler,
menghambat agregasi platelet dan meningkatkan viskositas darah; sehingga
mengakibatkan penurunan edema jaringan. (Loshiriwat, 2012).

Topical Treatment : Tujuan utama dari pengobatan topikal ialah untuk


mengontrol gejala bukan untuk menyembuhkan penyakit. Sejumlah persiapan topikal
yang tersedia termasuk krim dan supositoria, dan kebanyakan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Bukti kuat yang mendukung khasiat yang benar obat ini kurang. Obat-obat
topikal ini dapat mengandung berbagai bahan seperti lokal anestesi, kortikosteroid,
antibiotik dan obat anti-inflamasi (Loshiriwat, 2012).

Tjandra et al menunjukkan hasil yang baik dengan salep topikal gliseril


trinitrat 0,2% untuk menghilangkan gejala hemoroid pada pasien dengan hemoroid
derajat ringan dan tekanan lubang anus istirahat yang tinggi. Namun, 43% dari pasien
mengalami sakit kepala selama perawatan. Perrotti et al melaporkan kemanjuran baik
aplikasi lokal salep nifedipin dalam pengobatan trombosis pada hemoroid ekterna
akut.

Terapi Non-farmakologi

Non-Operative treatment

Radiofrequency ablation : Radiofrequency ablation (RFA) adalah modalitas


yang relatif baru dalam pengobatan hemoroid. Sebuah elektroda bola terhubung ke
generator radiofrekuensi ditempatkan pada jaringan hemoroid dan menyebabkan
jaringan yang terhubung menggumpal dan terevaporasi. Dengan metode ini,
komponen vaskular hemoroid berkurang dan massa hemoroid akan tetap ke jaringan
di bawahnya dengan fibrosis berikutnya. (Loshiriwat, 2012)

Cryotherapy : Cryotherapy mengikis jaringan hemoroid dengan freezing


cryoprobe. Telah diklaim menyebabkan sedikit rasa sakit karena ujung-ujung saraf
sensorik yang rusak pada suhu yang sangat rendah. Namun, beberapa uji klinis
menunjukkan bahwa hal ini terkait dengan nyeri berkepanjangan, discharge berbau
busuk dan angka kejadian cukup tinggi massa hemoroid persisten. Oleh karena itu
jarang digunakan (Loshiriwat, 2012).

PREVENTIF

Modifikasi gaya hidup juga harus disarankan untuk setiap pasien dengan
berbagai derajat hemoroid sebagai bagian dari pengobatan dan sebagai tindakan
pencegahan. Perubahan ini termasuk meningkatkan asupan serat makanan dan cairan
oral, mengurangi konsumsi lemak, olahraga teratur, meningkatkan kebersihan anal,
berpantang dari mengedan berlebihan dan membaca di toilet, dan menghindari obat-
obatan yang menyebabkan sembelit atau diare (Loshiriwat, 2012).

PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita diedukasi untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
berserat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid (Loshiriwat, 2012).

KOMPLIKASI

Pada beberapa kasus hemoroid interna yang mengalami prolaps akan menjadi
iresponibel sehingga tak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan
edema dan trombosis. Keadaan yang agak jarang ini dapat berlanjut menjadi
trombosis melingkar pada hemoroid interna dan hemoroid eksterna secara bersamaan.
Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan dapat berlanjut, menyebabkan nekrosis
mukosa dan kulit yang menutupinya. Komplikasi ini disebut sebagai Acute
Hemorrhoid Disease—Strangulation (Sanchez and Chin, 2011).

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan adanya benjolan pada anus yang lama keamaan
semakin mengganggu, awalnya bisa dimasukkan atau direposisi menggunakan jari,
lama kelamaan reposisi menggunakan jari tidak lagi membuat benjolan tetap pada
tempatnya, secara teori, keadaan ini dikenal sebagai hemoroid. Hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
pleksus hemoroidalis. Pasien biasanya akan mengeluhkan benjolan yang terdapat
pada anus, dan akan mencoba untuk memasukkan kembali dengan menggunakan jari
atau reposisi digitalis, hal ini merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh pasien
sebelum akhirnya benjolan tidak lagi menetap di dalam anus setelah dilakukan
reposisi oleh jari dan akhirnya pasien akan mencari pertolongan ke dokter. Pasien
akan datan dengan keluhan benjolan yang mengganggu pada anus, menetap, dan sulit
untuk direposisi.

Pasien mengeluhkan benjolan pada anus yang awalnya bisa direposisi


menggunakan jari tangan, namun sekarang tidak lagi bisa direposisi. Hal ini sesuai
dengan klasifikasi pada hemorrhoid, yaitu hemorrhoid interna dan eksterna.
Hemorrhoid interna dan eksterna dipisahkan melalui linea pectinata atau dentata, pada
hemorrhoid interna, pasien jarang sekali mencari pertolongan dikarenakan benjolan
bisa saja masih kecil dan bisa direposisi menggunakan jari pasien, namun apabila
sudah mulai mengganggu dan tidak bisa direposisi maka pasien akan mencari
pertolongan. Berdasarkan klasifikasi hemorrhoid interna, maka keluhan benjolan yang
sudah sulit dimasukkan termasuk ke dalam klasifikasi hemorhhoid grade IV,
hemorhhoid interna dibagi menjadi 4 grade, grade I adalah benjolan yang sangat
kecil, tidak mengganggu, dan hanya bisa dilihat menggunakan anorektoskop, grade II
adalah benjolan yang bisa direposisi secara spontan tanpa bantuan apapun, grade III
adalah benjolan yang membutuhkan bantuan tangan untuk direposisi, sedangkan
grade IV merupakan benjolan yang sudah susah untuk direposisi dan biasanya
permanen.

Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan yang terdpat pada anus.
Hemorrhoid interna tidak akan menyebabkan nyeri pada pasien, berbeda dengan
hemorrhoid eksterna yang menyebabkan nyeri. Nyeri pada hemorrhoid interna
disebabkan oleh persarafan sensoris somatis sehingga tidak ada saraf sensoris yang
menghantarkan nyeri, sedangkan pada hemorrhoid eksterna dipersarafi oleh nervus
cutaneus yang mempersarafi bagian perianal, persarafannya termasuk juga nervus
pudendal dan plexus sacral.

Diagnosis pasien ini adalah hemorrhoid interna, berdasarkan lokasi dari


hemorrhoid dan keluhan pasien, maka diagnosis hemorhhoid bisa ditegakkan.
Mendiagnosis hemorhhoid sangat bergantung pada anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pada anamnesis, pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada anus yang mengganggu
dan tidak bisa dimasukkan menggunakan jari tangan dan BAB yang berdarah, pada
anamnesis juga digali faktor resiko pada pasien, yaitu kebiasaan BAB, jumlah
kehamilan, dan makanan sehari-hari. Kebiasaan BAB merupakan dalah satu faktor
resiko yang menyebabkan hemorrhoid, lebih spesifik pada kebiasaan mengedan.
Mengedan yang terlalu sering bisa menyebabkan hemorhhoid, dan penggunaan
jamban duduk juga akan memaksa pasien untuk mengedan lebih kuat daripada
menggunakan jamban jongkok, namun hal ini bukanlah penyebab utama dan hingga
sekarang belum jelas apakah mengedan menjadi penyebab utama atau tidak.
Kehamilan dikaitkan langsung dengan kejadian hemorhhoid, dikarenakan pasien
adalah seorang perempuan dan sudah melahirkan sebanyak 3 kali, maka faktor resiko
kehamilan bisa menjadi penyebab dari hemorhhoid. Usia pasien adalah 51 tahun, usia
merupakan faktor resiko yang paling sering dikaitkan dengan hemorhhoid, ini
dikarenkan proses degeneratif akan mempengaruhi bantalan pada anus, sehingga
meningkatkan kejadian hemorhhoid pada dewasa dan lansia. Kebiasaan makanan juga
dianggap sebagai faktor resiko, makan makanan yang rendah srat akan membuat feses
menjadi keras dan susah dikeluarkan saat defekasi, hal ini kembali pada kebiasaa
mengedan saat BAB.

Pemeriksaan penunjang pada hemorrhoid sangat jarang dilakukan dikarenkan


hemorhhoid dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, sedangkan
pemeriksaan darah rutin dapat memberikan gambaran profil darah pasien dikarenakan
pasien hemrohhoid biasaanya akan mengeluhkan BAB berdarah, sehingga dapat
menjadi anemia.

Tatalaksana pada pasien ini bisa medika mentosa ataupun non-medikamentosa,


pada medikamentosa dapat diberikan analgesik atau obat anti nyeri, sedangkan non-
medikamentosa adalah perubahan gaya hidup dan tindakan operasi. Pada hemorrhoid
interna, tatalaksana akan diseusaikan dengan grade, grade I akan difokuskan pada
perubahan gaya hidup yaitu tidak mengedan terlalu kuat, makan makanan tinggi serat,
pemberian analgesik dan menghindari makanan pedas. Grade II juga bisa
ditatalaksana dengan hal yang sama dengan grade I. Pada grade III dan IV biasanya
ditatalaksna dengan tindakan operasi yaitu hemorrhoidectomy.
DAFTAR PUSTAKA

Loshiriwat V. 2012. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical


management. World Journal of Gastroenterology 18(17): 2009-2017, [e-
journal], Available through:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3342598/pdf/WJG-18-2009.pdf
[Acessed 17 November 2014].

Sanchez C, Chin BT. 2011. Hemorrhoids. Clinics in Colon and Rectal Surgery 24: 5–
13, [e-journal], Available through:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140328/pdf/ccrs24005.pdf
[Acessed 17 November 2014].

Ghami B. 2011. Hemorrhoids – A Commont Ailments Among Adults, Causes and


Treatment: A Review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences 3(5): 5-12, [e-journal], Available through:
http://www.ijppsjournal.com/Vol3Suppl5/2136.pdf [Acessed 17 November
2014].

Acheson AG, Scholefield JH. 2008. Management of haemorrhoids. British Medical


Journals 336: 380-3, [e-journal], Available through:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2244760/pdf/bmj-336-7640-cr-
00380.pdf [Acessed 17 November 2014].

Schubert MC, Sridhar S, Schade RR, et al. 2009. What every gastroenterologist needs
to know about common anorectal disorders. World Journal of Gastroenterology
15(26): 3201-3209, [e-journal], Available through:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2710774/pdf/WJG-15-3201.pdf
[Acessed 17 November 2014].

Anda mungkin juga menyukai