Anda di halaman 1dari 43

RANGKUMAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

Disusun oleh:

Megawati (P 17324117018)

TK 2 – B

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG

POLTEKKES BANDUNG

2018
TOPIK 1: Siklus Hormonal

1. Hormon yang mengontrol siklus haid


a. Menstruasi

Perdarahan menstruasi lebih banyak pada arteri daripada perdarahan vena.


Perdarahan endometrium mengikuti ruptur arteri spiral dan akibatnya terjadi
hematoma. Dengan hematoma, endometrium superfisial membesar dan pecah.
Selanjutnya, celah berkembang di lapisan fungsional yang berdekatan dengan
darah dan jaringan fragmen-fragmen dihancurkan. Hemoragi berhenti dengan
kontraksi arteriol. Perubahan yang menyertai nekrosis jaringan parsial juga
berfungsi untuk menutup ujung sel.

Pada dasarnya interval periode menstruasi adalah 28 hari, tapi setiap wanita
memiliki siklus menstruasi yang beragam tergantung pada individu masing-
masing.
b. Siklus ovarium dan menstruasi
 Siklus Ovarium
Pada sebagian besar wanita, siklus ovulasi terjadi pada interval 25 hingga
35 hari berlanjut selama hampir 40 tahun antara menarche dan menopause.
ovarium manusia mengandung 2 juta oosit saat lahir dan sekitar 400.000
folikel muncul saat pubertas. Folikel yang ada berkurang sekitar 1.000 folikel
per bulan sampai usia 35 tahun. Hanya 400 folikel yang biasanya dilepaskan
selama masa reproduksi wanita. Oleh karena itu, lebih dari 99,9 persen folikel
mengalami atresia melalui proses kematian sel yang disebut apoptosis.

 Fase folikuler
Untuk fase ini, kelenjar hipofisia akan melepaskan hormon follicle
stimulating hormone (FSH). Fase ini akan dimulai sejak hari pertama
menstruasi sampai ke hari ke 10 mentruasi. Ada beberapa hal yang terjadi
dalam fase ini, seperti.
a) Kelenjar hipofisis memproduksi hormon FSH
b) Sel telur matang dan berada di dalam kantung (folikel).
c) folikel akan mengeluarkan hormon untuk merangsang rahim membuat
lapisan jaringan lunak dan pembuluh darah baru. Biasa disebut dengan
endometrium. Sebagai langkah awal setelah proses menstruasi selesai.
 Fase Luteal (pasca ovulasi).
Hari ke 15 – 28, Setelah ovulasi, sel-sel granula dari dinding folikel yang
telah pecah mengalami perubahan dan mengandung warna kuning yang
disebut lutein. Sisa folikel yang berubah menjadi butir kuning ini
disebut korpus luteum. Korpus luteum ini sangat penting, karena
menghasilkan hormon estradiol dan progesteron yang berperan pada
endometrium untuk siap menerima kehadiran embrio.
• Fase Praovulasi
Masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu
oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Mucification adalah sekresi
koktail asam hyaluronic yang menyebarkan dan mengumpulkan jaringan sel
kumulus dalam matriks di sekitar ovum. Jaringan ini tetap dengan sel telur
setelah ovulasi dan telah terbukti diperlukan untuk pembuahan.
 Fase Ovulasi
Masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap
untuk dibuahi. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada
masa subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan.

c. Siklus Uterus atau Endometrium dan Menstruasi


1. Siklus Endometrium (Tahap Endometrial Poliferatif atau Preovulasi)
Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron menghasilkan efek mencolok
pada sistem reproduksi, terutama endometrium. Endometrium diregenerasi
selama setiap siklus ovarium-endometrium.
Produksi estradiol fase folikular adalah faktor yang paling penting dalam
pemulihan endometrium setelah menstruasi. .
Pada fase proliferatif akhir, endometrium menebal dari hiperplasia
kelenjar dan meningkatkan substansi tanah stroma, yang merupakan edema
dan materi protein. Fase folikular biasanya bisa sesingkat 5 sampai 7 hari atau
selama 21 hingga 30 hari. Sebaliknya, fase postovulasi fase luteal atau
sekretorik sangat konstan pada 12 hingga 14 hari.

Fase Postovulasi Endometrium atau Sekretori


Setelah ovulasi, endometrium estrogen-primed merespon peningkatan
kadar progesteron dengan cara yang sangat mudah diprediksi. Pada hari ke 17,
glikogen terakumulasi di bagian basal epitelium glandular, menciptakan
vakuola subnuklear dan pseudostratifikasi. Hal ini adalah tanda awal ovulasi
yang secara histologis terbukti. Pada hari ke 18, vakuola bergerak ke bagian
apikal sel sekretorik nonkiliar. Pada hari ke 19, sel-sel ini mulai mengeluarkan
isi glikoprotein dan mukopolisakarida ke dalam lumen. Mitosis sel kelenjar
berhenti dengan aktivitas sekretorik pada hari ke 19 karena meningkatnya
kadar progesteron, yang berlawanan dengan efek mitosis estrogen. Tindakan
estradiol juga menurun karena ekspresi kelenjar tipe 2 isoform 17β-
hydroxysteroid dehidrogenase.
Di fase pertengahan hingga akhir-sekresi bergantung pada perubahan
stroma endome-trial. Pada hari 21 hingga 24, stroma menjadi edema. Pada
hari ke 22 sampai 25, sel-sel stroma yang mengelilingi arteriol spiral mulai
membesar, dan mitosis stroma menjadi jelas. Hari 23 sampai 28 ditandai oleh
sel predecidual, yang mengelilingi arteriol spiral. Sebuah ciri penting dari
endometrium fase-sekretori antara hari ke-22 dan 25 adalah perubahan
mencolok yang terkait dengan transformasi pra-desidui dari dua pertiga
bagian atas dari lapisan fungsional.

Siklus menstruasi
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang
mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan
kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme,sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus
dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima
hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,
progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun atau pada kadar
terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Hormon) baru
mulai meningkat.
d. Desidua
Endometrium yang telah mengalami modifikasi khusus terhadap
kehamilan disebut desidua.

Dapat dibedakan 3 daerah desidua, yaitu:

• Desidua basalis; yaitu desidua yang secara langsung ditanami embrio


• Desidua kapularis, yaitu desidua yang melingkupi embrio dan turut
meregang sesuai dengan membesarnya embrio.
• Desidua parietalis, yaitu desidua yang letaknya bersebrangan dengan
tempat tertanamnya embrio.
Ketika bayi dilahirkan, ketiga macam desidua akan mengelupas dan
dikeluarkan bersama dengan placenta.

Fungsi desidua terhadap kehamilan:

• Sebagai jaringan imunologi khusus


• Desidua dan arteri spiralis menerima invasi trofoblas dan mempersiapkan
nutrisi bagi janin
• Desidua menghasilkan berbagai sitokin dan factor pertumbuhan yang
membantu pertumbuhan serta fungsi plasenta serta menghambat apoptosis
• Desidua dengan sel-selnya yang berasal dari sum-sum tulang, bermula
berfungsi sebagai penerima namun kemudian membatasi invasi trofoblas
kedlam jaringan maternal
• Desidua merupakan jaringan endokrin serba guna yang menghasilkan
prolactin, 1,25-dihidro-vitamin D3, corticotropin releasing hormone,
relaksin, prorein, oksitosin, aktivin, inhibin, globulin pengikat
kortikosteroid, protein pengikan kortikosteroid, protein pengikan insulin
like growth factor dan protein spesifik untuk kehamilan ganda.

Pada awal kehamilan, desidua mulai menebal, hingga mencapai


kedalaman 5-10mm. dengan pembesaran, dapat dideteksi adanya alur-alur dan
banyak lubang kecil yang merupakan mulut kelenjar uterus. Pada tahap
kehamilan selanjutnya, seiring dengan pertumbuhan janin dnan meningkatnya
cairan amnion, ketebalan desidua berkurang karena tekanan yang ditimbulkan
oleh bertambahnya isi uterus.
Selama minggu awal kehamilan, terdapat ruang antara desidua kaspularis
dan desidua parietalis karena kantung gestasional belum memenuhi rongga
uterus. Dengan menyatunya desidua kaspularis dan parietalis rongga uterus
secara fungsional akan hilang.

Desidua merupakan sumber prolaktin yang terdapat dalam jumlah besar di


dalam cairan amnion selama kehamilan manusia. Prolaktin desidua
merupakan produk dari gen yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior. Kadar
prolaktin dalam cairan amnion selama usia kehamilan 20-24 minggu dapat
mencapat 10.000ng/ml.

TOPIK 2: Fertilisasi

Fertilisasi adalah bertemunya sperma dan ovum sampai dengan terjadinya


perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan.
Proses Fertilisasi

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk kedalam


tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontak simiometrium
dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama.Ovum yang dikeluarkan oleh
ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya dan
dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh perivitelina,
diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 µm, yang disebut zona pelusida.

Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi
kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma
mencapainya. Dari 60 – 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina
pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam
mucus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati
pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat bertahan
hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii.

Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan
likoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi
kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi
setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi
akan terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom
dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona
radiata.

Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata,
trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan dan membantu
sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang
memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut memiliki
konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah
spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan
penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida
(zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma
lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh
lebih dari satu sperma.

Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :

1. Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida

2. Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oositdefinitif


yang kemudian menjadi pronukleus wanita

3. Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.

4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.

5. Pronukleus pria dan wanita. Masing – masing haploid, bersatu danmembentuk


zygot yang memiliki jumlah DNA genap / diploid.

Hasil utama pembuahan :

1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruhhaploid dari


ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlahkromosom diploid.
2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y
yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.
3. Permulaan pembelahan dan stadium – stadium pembentukan danperkembangan
embrio (embriogenesis).

Implantasi dan perkembangan embrio setelah implantasi

Implantasi merupakan masuknya tertanamnya hasil konsepsi ke dalam


endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai disebut trofoblast, yang mampu
menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim,
jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan endometrium banyak
mengandung nutrisi untuk buah kehamilan.
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam akan mudah masuk ke
dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang dapat sembuh dan menutup lagi. Itulah
penyebab pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua “tanda
Hartman”. Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus)
dekat fundus uteri.

Bila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel “blastula sel” lebih
kecil terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac, sel-sel
lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Sel-sel trofoblast
mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah akan melapisi bagian dalam trofoblast,
sehingga terbentuklah sekat korionik yang kelak akan menjadi korion. Sel trofoblast
tumbuh menjadi 2 lapisan yaitu sititrofoblast (sebelah dalam) dan sinsiotrofoblast
(sebelah luar). Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
bercabang-cabang dan disebut dengan korion frondosum, sedangkan yang
berhubungan dengan desidua kapsularis (korion leave) kurang mendapat makanan
sehingga menghilang.

Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta.

Organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu


setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami
pematangan selama kehamilan. Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling
banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang
merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap
efek obat-obatan atau virus.
Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada
salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan
setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat
sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh
rahim).

Perkembangan plasenta, hormon plasenta

Secara umum, plasenta normal memiliki diameter 15 - 25 cm, ketebalan 2-3


cm, dan berat 500-600 gram17,18 atau bervariasi yaitu 1/6 dari berat lahir bayi.
Plasenta terdiri dari dua sisi yaitu sisi maternal terdiri dari desisua kompakta yang
terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon, sisi dimana plasenta berwarna merah gelap
dan terbagi-bagi dalam lobula dan kotiledon yang berjumlah antara 15-20. Darah ibu
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan meningkat dari 300 ml tiap menit pada
kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.
Sedangkan sisi fetal yaitu bagian permukaan yang mengkilap, berwarna keabu-abuan
dan seperti tembus cahaya sehingga nampak jaringan pada sisi maternal, teridiri dari
korion frotundum dan villi.

Pada kehamilan aterm panjang tali pusat sekitar 55-60 cm dengan diameter 2-
2,5 cm23, dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly, tidak bersimpul dan tidak
memiliki thrombosis. Tali pusat yang normal memiliki dua arteri dan satu vena.
Selaput plasenta pada umumnya berwarna abu-abu, berkerut, licin dan tembus
cahaya. Selaput dan plasenta memiliki bau yang khas.

Selama kehamilan, plasenta memiliki 6 peran penting, yaitu fungsi respirasi,


nutrisi, ekskresi, proteksi, endokrin, imunitas. Sebagai fungsi endokrin, plasenta
memproduksi hormon yang diproduksi di sinsisium, yaitu hormon protein, human
chorionic gonadotropin (hCG), human plasental laktogen (hPL), estriol dan
esterogen. Sebagai fungsi metabolik yaitu respirasi, nutrisi, ekskresi dan
penyimpanan. Plasenta berfungsi sebagai paru-paru janin. Nutrisi berpindah dari
suplai darah ibu melalui membrane plasenta ke dalam darah janin, mekanisme yang
dipakai untuk memudahkan melekul-molekul besar yang melalui membran plasenta
dengan memindahkan 24 immunoglobulin ibu yang memberi janin imunitas pasif
dini. Plasenta juga berfungsi sebagai barier protektif terhadap bakteri, namun
mikroorganisme seperti virus masih dapat menembus plasenta dan menginfeksi fetus.
Obat-obatan tertentu juga dapat menembus plasenta, seperti jenis acetaminophen
(tylenol) dan warfarin (antikoagulan). Plasenta juga dapat mentransfer antibodi dari
ibu ke sirkulasi tubuh janin yang kemudian dapat bertahan hingga beberapa bulan
setelah lahir.

Hormon Plasenta :

1. Hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin). Hormon kehamilan ini


diproduksi sesaat setelah terjadi pembuahan. Hormon ini juga diperlukan
untuk mendukung pertumbuhan plasenta yang berperan menyalurkan nutrisi
dan oksigen dari tubuh sang ibu ke janin.
2. Hormon HPL (Human Placental Lactogen). Bila HCG diproduksi oleh Vili
Chorialis, HPL diproduksi oleh plasenta. HPL adalah hormon protein yang
dapat menstimulasi pertumbuhan serta mengakibatkan perubahan
metabolisme lemak dan karbohidrat. Selain itu, hormon HPL ini juga yang
nantinya akan membantu ibu memproduksi ASI setelah melahirkan.
3. Hormon Relaxin. Hormon kehamilan ini diproduksi oleh plasenta dan korpus
luteum. Hormon ini membantu ibu hamil untuk mengurangi rasa pegal di
daerah panggul selama menjalani masa kehamilan.
4. Hormon estrogen merupakan hormon yang diproduksi oleh ovarium dan
berperan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan saluran kelenjar susu
(kelenjar mammae) yang sangat penting saat masa menyusui. Selain itu,
hormon estrogen juga memainkan peranan yang sangat penting saat masa
persalinan, sebab hormon ini membantu memicu adanya kontraksi pada rahim
serta mampu memperkuat dinding rahim saat terjadi proses persalinan.
5. Hormon progesteron adalah hormon yang berfungsi untuk menciptakan
lapisan dinding rahim yang berperan untuk menahan plasenta yang terdapat
pada bagian dalam rahim.

TOPIK 3 :Pertumbuhan Dan Perkembangan Fetus

Pertumbuhan  Proses Pertambahan Ukuran Yang Bersifat Irreversible (Tidak


Dapt Kembali Ke Asal )

Perkembangan  Perubahan Psikofisis Sebagai Hasil Dari Proses Pematangan


Dari Fungsi-Fungsi Fisik Dan Psikis Pada Diri

1. Menentukan usia kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2006, p.171) Umur kehamilan dapat ditentukan dengan 5


cara yaitu

a Rumus Naegle

Rumus naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288


hari. Rumus = (tanggal + 7), (bulan -3 ) dan (tahun +1)

b Gerakan pertama fetus

Gerakan pertama fetus (quickening) dapat dirasakan pada umur kehamilan


16 minggu. Jika ibu datang ke bidan maka bidan harus menanyakan kerika ibu
merasakan quickening dan mencatat tanggalnya kemudian ditambah 5 bulan .
Rumus = tanggal ibu merasakan quickening + 5 bulan

c Palpasi abdomen

Cara menghitung usia kehamilan berdasarkan dengan palpasi abdomen ada 3


rumus yaitu:

 Rumus bartholomew
Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang sama,
maka tiap bagian menunjukkan penambahan 1 bulan. Fundus uteri teraba
tepat di simpisis umur kehamilan 2 bulan (8 minggu). Antara pusat sampai
prosesus xifoideus dibagi menjadai 4 bagian dan tiap bagian menunjukkan
kenaikan 1 bulan. Tinggi fundus uteri pada umur kehamilan 40 minggu
(bulan ke-10) kurang lebih sama dengan umur kehamilan 32 minggu
(bulan ke8).

 Palpasi Leopold

Teknik pemeriksaan perut ibu untuk menentukan posisi dan letak


janin. Ada 4 langkah yaitu:

1. Leopold I  untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain.

2. Leopold II  untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin

3. Leopold III  untuk membedakan bagian presentasi dari janain dan


sudah masuk dalam pintu panggul

4. Leopold IV  untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada


pemeriksaan leopold III, mengetahui bagian presentasi sudah masuk
PAP, memeberi informasi bagian presentasi, sikap dan station.

d Perkiraan TFU

 Palpasi Fundus Dan Membandingkan Dengan Patokan


 Menggunakan Alat Ukur Capiler

Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas


simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung
diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada
skala cm (centimeter) yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu

 Menggunakan Pita Ukur

Pita ukur merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU


setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada
tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah
abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang
terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
setelah 22-24 minggu kehamilan.

 Menggunakan pita ukur dengan metode berbeda

Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di
garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita
pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran
dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita
pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan
kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa,
pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur
karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika
sebagai berikut: Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan
umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total
centi meternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan.

Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus,


tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centi meternya
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan

e Ultrasonografi (USG)

Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:


 Mengukur diameter kantong kehamilan(GS=gestational sac) pada
kehamilan 6-12 minggu.
 Mengukur jarak kepala bokong (GRI=grown rump length) pada kehamilan
7-14 minggu.
 Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12 minggu

Kantong janin dapat dilihat pada usia kehamilan 6-7 minggu dan kepala
janin dapat diukur pada usia 13 minggu dengan menggunakan USG
(pemantulan gelombang yang pendek).

Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga
proses ovulasi terjadi pada hari ke 14.

2. Pertumbuhan Morfologi Hasil Konsepsi

Pertumbuhan hasil konsepsi  Proses perubahan secara fisiologis dari


peristiwa bertemunya sperma dan ovum yang terjadi di ampula tuba yang secara
normal dalam peredaran waktu tertentu

a Pertumbuhan embrio usia 2-4 minggu

 Perubahan dari bersatunya sperma dan ovum menjadi organ yang terus
berkembang

 Jantung mulai memompa cairan melelui pembuluh darah pada hari ke 20

 Hari ke 21 muncul eritrosit (sel darah merah) yang pertama

 Pembuluh darah terus berkembang diseluruh embrio dan plasenta

2. Pertumbuhan Embrio Usia 4-6 Minggu

 Sudah terbentuk bakal organ-organ

 Jantung sudah berdenyut


 Pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG

 Panjang embrio 0,64 cm

3. Pertumbuhan Embrio Usia 8 Minggu

 Pembentukan organ dan penampilan semakin bertambah jelas, seperti


mulut, mata dan kaki

 Pembentukan usus

 Pembentukan genitalia dan anus

 Jantung mulai memompa darah

4. Pertumbuhan Embrio Usia 12 Minggu

 Embrio berubah menjadi janin

 Usus lengkap

 Genitalia dan anus sudah terbentuk

 Mengggerakkan anggota badan, mengedipkan mata, mengerutkan dahi,


dan mulut membuka

 BB 15-30 g

5. Perkembangan Embrio Usia 16 Minggu

 Gerakan fetal pertama (quickening)

 Sudah mulai ada mekonium dan verniks caseosa

 Sistem muskuloskeletal sudah matang

 Sistem saraf mulai melaksanakan kotrol

 Pembuluh darah berkembang dengan cepat


 Tangan janin dapat menggenggam

 Kaki menedang dengan aktif

 Semua organ mulai matang dan tumbuh

 Denyut jantung janin (DJJ) dapat di dengar dengan doppler

 Berat janin 0,2 kg

6. Perkembangan Janin Usia 24 Minggu

 Kerangka berkembang dengan cepat karena aktifitas pembentukan tulang


meningkat

 Perkembangan pernapasan dimulai

 Berat janin 0,7-0,8 kg

7. Perkembangan Janin Usia 28 Minggu

 Janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu

 Surfaktan terbentuk didalam paru paru

 Mata mulai membuka dan menutup

 Ukuran janin 2/3 saat lahir

8. Perkembangan Janin Usia 32 Minggu

 Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan


pemisahan bayi setelah lahir

 Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor


 Bayi sudah tumbuh 38-43 cm

9. Perkembangan Janin Usia 36 Minggu

 Seluruh uterus serisi oleh bayi, sehingga ia tidak dapat lagi bergerak dan
memutar banyak

 Antibody ibu ditransfer ke janin, yang akan memberikan kekebalan


selama 6 bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi bekerja sendiri

3. Plasenta dan pertumbuhan janin

Plasenta  organ yang menghubungkan ibu dan fetus yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran produk-produk metabolisme, nutrisi dan oksigen antara
peredaran darah ibu dan janin (Prawirohardjo, 2006). Plasenta berbentuk
bundar/oval, diameter 15-22 cm, tebal 3-5 cm, berat rata-rata 500-600 gram.
Bagian-Bagian Plasenta

Bagian ibu/permukaan maternal

 Permukaan yang menghadap ke dinding rahim, berwarna merah dan terbagi


oleh celah yang berasal dari jaringan ibu.

 Terdapat desidua kompakta yang terbentuk dari 15-20 struktur berupa bulatan
yang disebut kotiledon.

 Terdapat struktur yang disebut desidua basalis pada bagian maternal.

 Bagian janin/ permukaan fetal

 Terdiri dari struktur yang disebut korion frondosum dan vili. Korion
frondosum merupakan membran yang melindungi janin yang terdiri dari
tropoblas. Sedangkan vili dari plasenta yang matang terdiri dari vili koriali,
ruang interviler dan amnion yang melapisi dinding permukaan plasenta. Pada
bagian bawah lapisan amnion ini terdapat cabang-cabang pembuluh darah tali
pusar.
Tali Pusar

 Tali pusar merentang dari pusat janin ke plasenta bagian fetal.

 Panjang berkisar antara 50-55 cm.

 Diameter sekitar 1-2,5 cm (sebesar jari).

 Fungsi utama tali pusar yaitu untuk menghubungkan plasenta dengan bagian
tubuh janin sehingga bisa menyalurkan komponen komponen yang diperlukan
janin.

 Tali pusar terdiri dari :

- Vena umbilicalis yang berfungsi membawa darah dari ibu ke janin


yang mengandung oksigen dan nutrisi dalam bentuk sederhana

- Arteri umbilicalis yang berfungsi membawa darah dari janin ke ibu.

4. Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin dalam rahim memiliki tiga tahapan, yaitu pre-embrionik,


embrionik, dan periode fetus.

a Pre-Embrionik

 Tahapan ini terjadi selama 2 minggu pertama setelah ovulasi.

 Zigot tumbuh besar melalui pembelahan sel  terbentuk segumpalan sel


 mengalami implantation (melekatnya zigot ke dinding rahim)

b Embrionik

 Berlangsung dari 2-8 minggu setelah konsepsi

 Awal minggu ke 3 embrio memproduksi hormon HCG (bila melakukan


tes kehamilan hasilnya akan +)
 Selama minggu ke 3 pembuluh darah janin pada choronic villi terbentuk

 Pada minggu ke 4 sistem kardiovaskuler telah terbentuk.

 Akhir minggu ke 4 panjang embrio berkisar antara 4-5 mm, terjadi


pembentukan otak, tulang belakang, jantung dan aorta

 Minggu ke 5 terbentuk lapisan :

-Ektoderm (lapisan paling atas yang akan membentuk sistem saraf janin dan
membentuk otak, tulang belakang, kulit dan rambut)

-Mesoderm (lapisan tengah yang akan membentuk sistem peredaran darah,


tulang, otot dan sistem reproduksi)

-Endoderm (lapisan paling dalam yang akan membentuk sistem pencernaan


dan sistem pernafasan)

 Akhir minggu ke 6 panjang embrio berkisar antar 22-24 mm. T

Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup, sistem pencernaan


dan sistem pernafasan mulai terbentuk, pucuk kecil akan berkembang
menjadi tangan dan kaki

 Minggu ke 8 embrio main menyerupai bayi, semua organ tubuh mulai


bekerja, cikal bakal mata mulai terbentuk dengan adanya dua bintik hitam

c Periode Fetus

Tahap ini dimulai sejak 8-10 minggu setelah pembuahan dan panjang janin
sekitar 4 cm.

 12 Minggu Kehamilan
Uterus berada di atas simfisis pubis dan panjang janin 6-7 cm diukur
dari kepala ke bokong janin. Struktur yang telah terbentuk akan terus
bertumbuh dan berkembang kian sempurna. Jari-jari tangan dan kaki
terbentu. Jari-jari memiliki kuku dan genetalia eksterna mulai
menunjukkan perbedaan antara laki dan perempuan.

Sistem saraf dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain


bernapas, kini janin juga mulai mampu mencerna makanan dan janin
mulai bergerak-gerak.

 16 Minggu Kehamilan

Panjang janin 12 cm dan beratnya 110 gram. Pada minggu ke 14, jenis
kelamin dapat dibedakan. Mulai ada pergerakan mata pada minggu ke 16-
18, bertepatan dengan pematangan midbrain.

 20 Minggu Kehamilan

Berat janin lebih dari 300 gram. Tumbuh rambut-rambut halus


(lanugo) diseluruh tubuhnya. Gerakan janin mulai dapat dirasakan oleh
ibu. detik jantung dapat terdengar menggunakan stetoskop DeLee, dan
fungsi koklea berkembang antara 22 dan 25 minggu.

 24 Minggu Kehamilan

Berat janin sekitar 630 gram. Kepala masih relatif besar, alis dan bulu
mata biasanya dapat dikenali. Periode kanalikuli paru-paru berkembang,
dimana bronkus dan bronkiolus membesar dan saluran alveolus hampir
sempurna. Janin yang lahir pada saat ini akan kesulitan untuk bernafas dan
sebagian besar akan mati karena kantung-kantung udara untuk pertukaran
gas belum terbentuk sempurna. Pada minggu ke 26, susunan saraf mulai
terbentuk tetapi belum sempurna.

 28 Minggu Kehamilan
Panjang janin 25 cm dan beratnya 1100 gram. Kulitnya berwarna
kemerahan dan ditutupi vernix caseosa. Sejak usia 28 minggu lengkap,
telah terbentuk koordinasi antara sistem saraf pusat, pernapasan dan
kardiovaskular, meskipun masih sangat minimal. Janin yang lahir pada
masa ini dapat bertahan hidup, namun diperlukan tunjangan hidup berupa
perawatan intensif yang sangat baik untuk mencapai hasil optimal.

 32 dan 36 Minggu Kehamilan

Pada minggu ke 32, panjang janin mencapai sekitar 28 cm dengan


berat 1800 gram, dan permukaan kulitnya masih berwarna merah dan
berkerut. Pada minggu ke 36, panjang janin sekitar 32 cm dengan berat
sekitar 2500gram, karena endapan lemak subkutis meningkat, sehingga
janin memperoleh bentuk membulat/menggemuk dan gambaran kulitnya
tidak berkerut lagi.

 40 Minggu Kehamilan

Janin sudah sepenuhnya berkembang, dan panjangnya sekitar 36 cm


dengan berat 3400 gram.

5. Transfer plasenta

Mekanisme penyaluran

Sebagian besar zat dengan massa molekul kurang dari 500 mudah berdifusi
menembus jaringan plasenta yang terletak di antara sirkulasi ibu dan janin. Berat
molekul jelas penting untuk menentukan laju penyaluran melalui difusi, apabila
semua hal lain setara, semakin kecil molekul semakin cepat laju penyaluran.
Namun, difusi sederhana bukanlah satu-satunya mekanisme penyaluran senyawa
berberat molekul rendah. Sinsitiotrofoblas secara aktif mempermudah
pemindahan beragam senyawa kecil, terutama senyawa yang konsentrasinya di
plasma ibu rendah tetapi esensial bagi tumbuh-kembang normal janin. Difusi
sederhana tampaknya merupakan mekanisme yang terlibat dalam penyaluran
oksigen, karbon dioksida, air dan sebagian besar (tetapi tidak semua) elektrolit.
Gas anestetik juga cepat melewati plasenta melalui proses difusi sederhana
Insulin, hormon steroid dan hormon tiroid menembus plasenta tetapi dengan laju
yang sangat lambat. Hormon- hormon yang disintesis in situ ditrofoblas masuk ke
sirkulasi ibu dan janin, tetapi jumlahnya tidak sama banyak. Sebagai contoh,
konsentrasi gonadotropin korionik dan laktogen plasenta di plasma janin jauh
lebih rendah daripada di plasma ibu. Zat – zat yang berat molekulnya sangat
tinggi biasanya tidak dapat melewati plasenta, tetapi terdapat pengecualian
penting, misalnya immunoglobulin gama G dengan BM sekitar 160.000 yang
dipindahkan melalui mekanisme yang diperantarai reseptor spesifik di trofoblas (
Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, Dashe, & Hoffman , 2014) . Penyaluran
oksigen dan karbondioksida Berdasarkan struktur serta posisinya, plasenta
merupakan organ respiratorik untuk memberikan oksigen kepada janin.
Penyaluran karbon dioksida melintasi plasenta dibatasi oleh difusi. Namun,
penyaluran oksigen dibatasi oleh aliran darah dan terdapat juga pembatasan-
pembatasan lain. Plasenta menyalurkan sekitar 8 ml O2/mnt/kg berat janindan
karena simpanan oksigen darah janin hanya cukup untuk 1 sampai 2
menit,penyaluran ini harus berlangsung terus-menerus. Karena oksigen dari darah
ibu terus menerus mengalir di ruang antarvilus ke janin, saturasi oksigen darah ini
hamper sama dengan saturasi di kapiler ibu. Rata – rata saturasi oksigen darah di
ruang antarvilus diperkirakan adalah 65 sampai 75 persen, dengan tekanan parsial
(PO) dekitar 30 sampai 35 mmHg. Saturasi oksigen darah vena umbilikalis juga
setara, tetapi dengan tekanan parsial oksigen sedikit lebih rendah.

Walaupun PO relative rendah, janin dalam keadaan normal tidak menderita


kekurangan oksigen. Secara umum, penyaluran karbon dioksida janin
berlangsung melalui difusi. Plasenta sangat permeabel terhadap karbon dioksida
yang melintasi vili korionik lebih cepat dari oksigen ( Cunningham, Leveno,
Bloom, Spong, Dashe, & Hoffman , 2014) .
6. Nutrisi plasenta

Manfaat Nutrisi Selama Kehamilan

a Menurunkan komplikasi maternal (preeklampsi & anemia)

b Menurunkan kematian dan kesakitan perinatal (BBLR, malformasi, gangguan


pertumbuhan sel & gangguan petumbuhan sel-sel otak)

Makronutrien yang dibutuhkan selama kehamilan untuk pertumbuhan janin


menurut buku Varney’s Midwifery, 2015 edisi kelima

 Protein diperlukan sebanyak 46-71 gram perhari.

 Asam lemak omega-3. Biasa didapatkan dari minyak ikan dan


Docosahexaenoic acid (DHA) yang merupakan asam lemak utama yang
terdapat pada otak, retina, sistem saraf, dan juga ditemukan dalam sebagian
besar plasenta.

 Vitamin A pada ibu hamil perlu dibatasi sejumlah 5000 IU perharinya.


Namun, vitamin A berupa beta-karoten yang terdapat pada sayuran berwarna
kuning dan oranye bebas dikonsumsi.

 Vitamin D. Para ahli menemukan bahwa ibu membutuhkan 4000 IU vitamin


D dalam suplemen untuk memenuhi kebutuhan 40ng/mL.

 Asam folat diperlukan sebanyak 0.4mg perhari untuk ibu hamil dengan risiko
lemah dan 4mg untuk ibu yang berisiko tinggi.

 Rekomendasi konsumsi iodin untuk para ibu adalah 220mcg atau diantara
150-249 mc/L menurut rekomendasi WHO.

 Zat Besi tambahan untuk ibu ditentukan sebanyak 30 mg yang harus diberikan
kepada ibu tanpa kelainan produksi stress dan ibu dengan gangguan
hipertensi. Hemoglobin pada masa hamil berkisar antara 9.5-12.5 mg/dL.
 Rekomendasi kalsium untuk wanita diatas 19 tahun atau wanita yang sedang
hamil dan menyusui adalah 1000mg.

7. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Sesuai Dengan Usia Kehamilan


 Kebutuhan pada trisemester 1

 Kebutuhan pada Trisemester II


 Kebutuhan pada Trisemester III

Topik 4: Fisiologi Janin


1. Cairan Amnion
A. Pengertian
Ketuban adalah suatu membran yang membungkus fetus, termasuk
golongan membran extra embrional, strukturnya tipis, namun cukup kuat
untuk melapisi korion dan berisi embrio yang kelak akan menjadi fetus,
dengan cairan amnion disekitarnya.
B. Fisiologi
1. Selaput ketuban dan Amnion Korion
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan
korion. Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan
berdampingan langung dengan cairan amnion. Fungsi dari selaput
ketuban adalah sebagai pembungkus ketuban dan menutupi
pembukaan dorsal janin. Sedangkan korion merupakan membran
eksternal yang bewarna putih dan berbentuk dari vili vili sel telur yang
berhubungan dengan desidua kapsularis. Amnion dan korion mulai
berkembang dan akan tumbuh terus sampai kirakira 28 mg
2. Cairan Ketuban
Merupakan cairan yang tedapat didalam rongga amnion yang
diliputi oleh selaput janin. Volume air ketuban bertambah banyak
dengan makin tuanya usia kehamilan, pada usia kehamilan 12 mg
volumenya 50 ml, pada usia 2 mg antara 350-400 ml, dan pada saat
usia kehamilan mencapai 36-38 kira kira 1000 ml, Selanjutnya
volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, mencapai
kurang dari 500.
Air ketuban sendiri bewarna putih dan sedikit keruh serta
mempunyai bau yang khas yaitu, agak amis dan manis. Air ketuban
terdiri atas 98% air, sisanya terdiri atas garam argonik serta bahan
organik dan terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi).
sel sel epitel, dan veniks kaseosa ( lemak yang meliputi kulit bayi ).
Protein ditemukan ratarata 2,6% gram /ltr, sebagian besar albumin.
Fungsi dari cairan ketuban ini antara lain :

a. Melindungi janin terhadap trauma dari luar


b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin dalam menjaga kehangatan di
sekitar janin
d. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan.
e. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi
janin untuk sementara.
f. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan
atau kontraksi didalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
g. Saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus
akan membersihkan jalan lahir.

2. Sirkulasi Darah Fetus, Perubahan Sirkulasi Setelah Lahir


Plasenta adalah sumber nutrisi dan tempat eliminasi zat sisa. Pada bagian-
bagian plasenta terdapat struktur-struktur yang harus disiapkan untuk hidup
ekstrauterin.
Terdapat beberapa struktur sementara selain plasenta dan tali pusat,
struktur ini memungkinkan sirkulasi janin mengambil alih sambil memungkinkan
terjadinya perubahan saat lahir.
a. Vena umbilikalis
Vena umbilikalis adalah vena yang berasal dari tali pusat sampai
bawah hati. Vena ini membawa darah yang kaya oksigen dan nutrisi.
b. Duktus Venosus
Pada duktus ini, darah yang terdeoksigenasi yang kembali dari bagian
bawah tubuh.

c. Foramen Ovale
Lubang oval sementara yang berada di atrium jantung janin yang
memungkinkan darah dari vena cava inferior dapat masuk ke dalam
atrium kiri. Pada janin, organ paru-paru dan seluruh sistem fisiologisnya
belum bekerja optimal.
d. Duktur Arteriosis
Duktus ini menghubungkan bifurkasi arteri pulmonalis ke dalam.
e. Aarteri hipogastrika
Berasal dari arteri iliaka interna, dan menjadi arteri umlikalis yang
akan bercabang memasuki tali pusat yang akan mengembalikan darah ke
pusat
Dalam janin darah dapat bersikulasi selama 30 detik. Sirkulasi tersebut
dimulai dari plasenta kemudian darah akan mengalir sepanjang vena
umbilikaslis melewati abdomen dan menuju ke permukaan bawah hati. Vena
umbilikaslis adalah satu-satunya vena yang membawa darah yang tidak
tercampur. Duktus venosus membawa darah ke vena kava inferior tempat
darah bercampur dengan darah dari tubuh bagian bawah. Dari sini darah
mengalir ke atrium kana yang diarahkan oleh foramen ovale ke dalam atrium
kiri. Kemudian darah memasuki ventrikel kiri dan masuk ke aorta. Jantung
dan otak masing-masing menerima suplai darah yang teroksigenasi dengan
baik karena arteri koroner dan karotis adalah cabang pertama dari aorta.
Lengan mendapat suplai darah dari arteri subklavia, hal ini menyebabkan
lengan lebih terbentuk daripada tungkai.
Darah yang berasal dari bagian atas tubuh akan terakumulasi ke atrium
kanan melalui vena kava superior. Darah ini mengalami deplesi oksigen dan
nutrisi. Aliran darah ini akan menembus darah yang mengalir dari vena kava
inferior mengalir ke dalam ventrikel kanan. Maka disini akan terjadi
percampuran darah sekitar 25%. Namun dua aliran ini akan tetap terpisah
karena bentuk atrium yang berbeda. Kemudian darah yang mengandung
sedikit oksigen dan nutrisi mengalir ke arteri pulmonalis dan ke paru-paru.
Namun karena paru-paru janin belum berfungsi dengan baik jumlah
darah yang masuk ke arteri pulmonalis sedikit, sisanya mengalir melalui
duktus arteriosus sampai ke aorta. Darah terus mengalir sepanjang aorta
walaupun mengandung sedikit oksigen, darah ini cukup untuk menyuplai
organ janin lainnya. Arteri iliaka interna menuju arteri hipogastrika yang
mengembalikan darah ke plasenta melalui arteri umbilikalis. Darah yang
tersisa menyuplai ektermitas bawah dan kembali ke vena kava inferior.

Perubahan sirkulasi setelah lahir.


Pada saat lahir, bayi bernafas dan darah tertarik ke arteri pulmonalis
menuju paru-paru, kemudian darah terkumpul dan kembali ke atrium kiri
melalui vena pulmonalis, menyebabkan terjadi aliran darah secara mendadak.
Sirkulasi plasenta terhenti menyebabkan darah berkurang di jantung kanan,
tekanan menjadi lebih rendah. Akibatnya jantung kiri mengalami tekanan
yang lebih besar. Hal ini akan menutup foramen ovale secara bertahap.
Kemudian menghentikan aliran darah dari kanan ke kiri secara
perlahan. Dengan pernapasan pulmonal, konsetrasi oksigen di dalam aliran
meningkat, menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontraksi dan
menutup. Sesaat setelah lahir saat duktus arteriosus masih terbuka, sirkulasi
bayi mengalami terbalik dengan ketika masih menjadi janin.
Kemudian, sirkulasi plasenta terhenti. Hal ini menyebabkan kolaps
pada vena umbilikalis, duktus venosus, dan arteri hipogastrika. Perubahan
cepat yang terjadi bersifat fungsional dan perubahan yang berkaitan dengan
jantung bersifat reversible dengan situasi tertentu. Lalu, perubahan tersebut
menjadi perubahan permanen dan anatomis. Vena umbilikalis menjadi
ligamentum teres, duktus venosus menjadi ligamentum venosum, duktur
arteriosus menjadi ligamentum arteriosum. Foramen ovale menjadi fosa
ovalis, arteri hipogastrika menjadi arteri hipogastrika terobilitasi, kecuali
beberapa sentimeter pertama yang tetap terbuka menjadi arteri vesikalis
superior.
3. Sistem Respirasi
Janin didalam kandungan telah memperlihatkan gerakan-gerakan
pernapasan, hal ini dapat dipantau melalui pemeriksaan ultrasonografi. Ada empat
fase pengembangan paru yang dijelaskan oleh Moore (2013).
1. Fase pseudoglandular
a. Pertumbuhan pohon bronkus intrasegmental
b. Berlangsung antara minggu ke 6 dan 16. Selama periode ini
c. Paru-paru terlihat secara mikroskopis seperti kelenjar.
2. Fase kanalikuli
a. Berlangsung antara minggu ke16 hingga 26
b. Piring kartilago (tulang rawan) bronkus meluas ke perifer. Setiap
bronkiolus terminal menimbulkan beberapa bronkiolus pernapasan,
dan masing-masing pada gilirannya membagi menjadi beberapa
duktus saccular.
3. Fase kantung terminal
a. Dimulai pada minggu ke 26
b. Bronkiolus pernapasan menimbulkan alveoli pulmonal primitif
(kantung terminal/kantung akhir).
4. Fase alveolar
a. Dimulai pada minggu ke 32.
b. Selama tahap alveolar, lapisan epitel alveolar menipis untuk
meningkatkan pertukaran gas. Bersamaan dengan itu, matriks
ekstraseluler berkembang dari segmen paru-paru proksimal ke distal
sampai segmen akhir paru.
c. Jaringan kapiler yang luas dibangun, terbentuk sistem limfa, dan
pneumonosit tipe II mulai memproduksi surfaktan.
d. Saat lahir, hanya sekitar 15 persen dari jumlah dewasa alveoli yang
terbentuk. Dengan demikian, paru-paru terus tumbuh, menambahkan
lebih banyak alveoli hingga 8 tahun.
Pernapasan pada janin dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan
karbondioksida yang ada di tubuh janin tersebut. Sistem pernapasan pada
janin dipengaruhi oleh sirkulasi utero-plasenter (pegaliran darah antara uterus
dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi utero-plasenter
hingga menyebabkan saturasi oksigen pada tubuh janin menurun, misalnya
pada kontraksi uterus yang tidak sempurna, eklampsia, dan sebagainya, maka
dapat mengakibatkan kelumpuhan pusat pernapasan janin.

Saat badan janin melalui jalan lahir pada persalinan per vaginam, paru-
paru seakan-akan diperas dan ditekan sehingga cairan-cairan yang mungkin
ada dijalan pernapasan dikeluarkan secara fisiologik dan mengurangi adanya
bagan-bagian paru-paru yang tidak berfungsi karena tersumbat. Namun
begitu, dalam beberapa menit setelah lahir pada bayi baru lahir tetap perlu
dibersihkan jalan napas dan menyediakan oksigen serta menghilangkan
karbon dioksida untuk meningkatkan saturasi oksigen pada tubuhnya. Dari
awal bulan keempat, janin mampu melakukan gerakan pernafasan cukup kuat
untuk memindahkan cairan amnion masuk dan keluar dari saluran pernapasan.

Ketika uterus berkontraksi (his), darah dalam sirkulasi utero-plasenter


seolah diperas ke dalam vena umbilikalis dan sirkulasi janin, sehingga jantung
janin berdilatasi yang mengakibatkan bunyi jantung terdengar menurun.
Bradikardia ini terjadi segera pada permulaan his dan menghilang beberapa
detik setelah his berhenti. Menurut Hon dan kawan-kawan, bradikardia
tersebut tidak disebabkan oleh hipoksia janin, akan tetapi karena adanya
tekanan terhadap kepala janin oleh jalan lahir pada saat ada his. Dalam
keadaan normal, denyutan jantung janin berkisar antara 120-160 denyut per
menit. Frekeuensi ini penting untuk diperhatikan untuk menghindari
kemungkinan adanya gawat janin, denyutan jantung janin beberapa detik
sesudah his sebanyak 100 per menit atau kurang dapat menunjukkan adanya
gawat janin.
Gangguan pertumbuhan paru pada janin dapat terjadi setiap saat dari
keempat fase yang disebutkan diatas. Gangguan ginjal yang dapat
menimbulkan tidak cukupnya air ketuban, dapat mengganggu tumbuh
kembang paru sehinggaproses kanalisasi terhambat. Jika air ketuban pecah
sebelum usia kehamilan 20 minggu, dapat menghambat proses pembentukan
susunan bronkus dan pembentukan tulang rawan. Pecahnya ketuban setelah
usia kehamilan 24 minggu tidak terlalu mengganggu tumbuh kembang paru.

Beberapa variabel lain yang dapat mempengaruhi gerakan bernapas


janin, antara lain persalinan (berhentinya respirasi janin saat proses ini
berlangsung), hipoglikemia, rangsangan suara, asap rokok, amniosintesis,
persalinan prematur mengancam, usia gestasi, dan denyut jantung janin itu
sendiri.

4. Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada janin biasanya baru dapat terdeteksi pada
usia kehamilan 14 minggu. Pembentukan usus terjadi akibat adanya pelipatan
mudigah ke arah cephalo caudal dan lateral, lalu rongga yang dibatasi endoderm
sebagian tercakup ke dalam mudigah selanjutnya terbentuklah usus sederhana.
Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus sederhana membentuk tabung buntu
berupa :
A. Usus sederhana depan (fore gut)
 Oesophagus
Mulanya oesophagus sangan pendek, memanjang dengan cepat
(akibat gerak turun jantung dan paru-paru), 2/3 bagian atas otot
berstruktur otot serat lintang yang berasal dari mesenchim sekitarnya
(innervasi : N.X), 1/3 bagian bawah otot berstruktur otot polos
(innervasi : plexus splanchnicus).
 Lambung
Mulai minggu ke-4 berupa pelebaran usus depan yang
berbentuk kumparan, minggu berikutnya kedudukan sangat berubah
karena :
- Perbedaan percepatan pertumbuhan pada berbagai dindingnya
- Perubahan kedudukan alat-alat di sekitarnya

Perubahan kedudukan lambung karena ia berputar sekitar


sumbu memanjang dan sumbu anteroposterior. Disekitar sumbu
memanjang, lambung melakukan putaran 90o searah jarum jam.
Akibatnya :

- Sisi kiri mengahdap ke depan


- Sisi kanan menghadap ke belakang
- N.X kiri yang semula mensarafi kiri menuju depan
- N.X kanan yang semula mensarafi menuju belakang

Selama perputaran, bagian dinding posterior lambung tumbuh


lebih cepat dari bagian depannya, hal ini mengakibat terbentuknya :

- Curvatur mayor
- Curvatur minor

Pada perkembangan lambung, lambung terikat di dinding


dorsal dan ventral tubuh melalui misogastrium dorsal dan ventral,
perputaran di sekitar sumbu memanjang menarik misogastrium dorsal
ke kiri, membentuk pembentukan bursa omentalis (kantong peritonium
dan posterior lambung).

 Doudenum
Terbentuk dari bagian akhir/ fore gut dan bagian atas / mid gut
( daerah distal tunas hati), sementara lambung berputar duodenum
mengambil bentuk mengapung seperti hurup "C” dan akhirnya terletak
retro peritonial.
 Hati dan kandung empedu
Terbentuk dari epitel endoderm pada ujung distal fore gut
(pertengahan minggu ke-3), tunas hati terbentuk dari proliferasi cepat
berkas-berkas sel dan menembus septum transversum (lempeng
mesoderm).
- Perkembangan hati dan kandung empedu
Selama perkembangan, sel epitel hati + ventral vitelinae +
ventral umbillicus lalu membentuk sinusoid hati, Diverensiasi tali-
tali hati membentuk jaringan parenkim hati dan jaringan yang
melapisi ductus biliaris. Mesoderm septum transversum
membentuk sel-sel hematopoietik, sel-sel kuppfer dan sel-sel
jaringan penyambung.
- Fungsi hati dalam janin
Fungsi hati yaitu pembentuk empedu oleh sel-sel hati (minggu
ke 12). Pada saat ini, kandung empedu dan ductus cyticus telah
berkembang, ductus cyticus bersatu dengan ductus hepaticus
membentuk ductus choledocus lalu empedu memasuki saluran
pencernaan (isi saluran pencernaan berwarna hijau gelap).
 Pankreas
Dibentuk oleh Tunas pancreas dorsal dan tunas pancreas
ventral. Ketika duodenum berputar ke kanan dan membentuk huruf C,
tunas pankreas ventral bergeser ke dorsal, tunas pankreas ventral
berada di tepat inferior dan posterior tunas pankreas dorsal. Kemudian
parenkhim, saluran tunas pankreas dorsal dan ventral bersatu sehingga
tunas versal membentuk processus uncinatus dan bagian bawah caput
pankreas, sedangkan tunas dorsal membentuk bagian kelenjar lainnya.
Pulau-pulau langerhans berkembang dari jaringan panrenkhim
pankreas pada minggu ke 3 kehidupan janin, pulau-pulau langerhans
ini tersebar di seluruh kelenjar sedangkan sekresi insulin mulai kurang
lebih pada bulan ke-5, kadar insulin janin tidak tergantung pada kadar
insulin ibunya.
B. Usus sederhana tengah (mid gut)
Pada tahap ini, mid gut sementara tetap berhubungan dengan kandung
kuning telur melalui ductus vitellinus. Jerat usus dibagia menjadi dua
bagian, yaitu bagian jerat cranial dan caudal. Bagian cranial jerat usus
akan membentuk bagian distal duodenum, jejenum dan ileum. Dan bagian
craudal jerat usus akan membentuk bagian bawah ileum, caecum,
appendix, colon ascenden dan 2/3 proximal colon transversum. Adapun
perbatasan antara bagian cranial dan caudal jerat usus disebut ductus
vitelinus dan akan tetap ada pada orang dewasa.

Pada janin minggu ke enam, pada janin akan mengalami suatu


peristiwa hernia yang sifatnya fisiologis, hernia ini disebabkan oleh
pertumbuhan sangat cepat jerat usus primer terutama bagian cranial
ditambah oleh perluasan hati yang tidak serentak, rongga perut yang
terlalu kecil menampung jerat-jerat usus ini, sementara jerat usus
memasuki celom extra embrional dan tali pusat, terjadilah hernia
phisiologic.

Pada bulan ke-3, jerat usus yang mengalami herniasi akan mulai
kembali ke dalam rongga perut, hal ini disebabkan oleh :

a. Menghilangnya mesonephros
b. Berkurangnya pertumbuhan hati
c. Bertambah luasnya rongga perut
Bagian proximal jejenum merupakan bagian pertama yang masuk dan
mengambil tempat di sisi kiri dan jerat yang lainnya makin lama makin
menetap di sisi kanan. Gelembung caecum yang merupakan bagian caudal
jerat usus sederhana terakhir masuk ke rongga perut, untuk sementara
terletak langsung di bawah lobus kanan hati, dari sini gelembung caecum
bergerak turun ke dalam fossa iliaca kanan sambil membentuk colon
ascenden dan flexura hepatica. Ujung distal gelembung caecum
membentuk sebuah diverticulum yang sempit yaitu appendix sederhana.
Appendix berkembang selamam penurunan colon sehingga kedudukan
terakhir terdapat dibelakang caecum dan di belakang colon.
C. Usus sederhana belakang (hind gut)
Hind gut membentuk :
- 1/3 distal colon transversum
- Colon ascendens
- Sigmoid
- Rectum
- Bagian atas canalis analis

Usus ini bermuara dalam cloaka (suatu rongga yang di lapisi


endoderm yang berhubungan langsung dengan ekstoderm permukaan).
Pada pertemuan endoderm dan ekstoderm, terbentuk membrana cloacalis,
pada perkembangan selanjutnya tumbuh septum urorectal pada sudut
antara alantois dan usus belakang. Sekat yang ada berlanjut tumbuh ke
caudal sambil membagi cloaka menjadi 2, yaitu sinus urogenitalis
sederhana (anterior) dan canalis anorectalis (posterior). Pada saat mudigah
umur 7 minggu, septum urorectal mencapai membran cloacalis yang akan
terbagi menjadi :

a. Membran analis
Dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenchim. Pada minggu
ke-8, selaput ini ditemukan pada dasar lekukan ekstoderm yang akan
menjadi lubang anys/proktodium. Pada minggu ke-9, membran analis
koyak dan terbentuklah jalan terbuka antara rektum dan dunia luar.
b. Membran urogenital
5. Sistem Ginjal
Ginjal merupakan organ tubuh yang penting layaknya paru-paru, jantung,
dan hati. Anatomi ginjal bekerja berkaitan dengan aliran darah, dimana darah
yang kotor akan disaring limbahnya kemudian limbah tersebut akan dibuang
dalam bentuk urine. Ginjal berkembang dari masa embrio hingga bayi dilahirkan.
Tentunya perkembangan ginjal janin terdiri dari fase-fase tertentu dan pada
waktu-waktu tertentu.
Perkembangan Ginjal pada Janin
Pada dasarnya pembentukan ginjal pada janin terjadi dalam 3 proses
utama, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.
1. Pronefros
Proses pertama dari perkembangan ginjal janin adalah pronefros.
Proses ini terjadi pada minggu keempat kehamilan. Proses pronefros ini
diawali dengan pembentukan 7 hingga 10 kelompok sel padat di area
leher. Kelompok sel yang pertama akan membentuk nefrotom vestigium.
Nefrotom vestigium akan menghilang sebelum nefrotom yang berada di
sebelah kaudal terbentuk. Proses pronefros ini akan menghilang pada
akhir minggu keempat kehamilan.
2. Mesonefros
Proses perkembangan ginjal janin yang berikutnya adalah mesonefros.
Proses ini berawal dari mesodem intermedia yang merupakan bagian dari
segmen dada atas lumbal (L3). Sisetm mesonefros akan mulai tampak
pada minggu keempat. Proses ini akan membentuk saluran yang bisa
memanjang dengan cepat. saluran ini kemudian membentuk sebuah
gelung dengan bentukan yang menyerupai huruf S. Saluran ini memiliki
glomerolus di bagian ujung medial. Selain itu juga akan membentuk
simpai bowman sebagai bagian dari ginjal.
Sampai bowman dan glomerolus akan membentuk korpuskulus
mesonefrikus .sedangkan di sebelah lateral, akan ada saluran yang
berakhir pada saluran duktus mesonefrikus atau duktus wolf. Kemudian
mesoefros ini akan membentuk organ dengan bentukan seperti bulat telur
yang cukup besar. Posisinya ada di kanan dan kiri garis tengah. Pada
proses ini juga akan terbentuk rigi urogenital.
3. Metanefros
Setelah proses pronefros dan mesonefros, maka proses selanjutnya
adalah metanefros. Proses ini akan mulai terjadi pada minggu kelima.
Dalam proses ini, satuan ekskresi akan mulai berkembang. Pada proses
ini juga akan terbentuk Ciri Ciri Anatomi Ginjal permanen atau ginjal
tetap pada manusia.

6. Sistem Syaraf
Pada mudigah, korda spinalis berjalan sepanjang kolumna vertebralis,
tetapi setelah itu korda spinalis tumbuh lebih lambat. Pada minggu ke-24, korda
spinalis memanjang sampai S1, saat lahir sampai L3, dan pada orang dewasa
sampai L1. Mielinisasi korda spinalis dimulai pada pertengahan gestasi dan
berlanjut sepanjang tahun pertama kehidupan. Fungsi sinaps sudah cukup
berkembang pada minggu delapan sehingga dapat terjadi fleksi leher dan badan
(Temiras dkk., 1968). Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat memicu
gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang tidak
sempurna, dan fleksi plantar jari kaki. Penutupan sempurna jari tangan dicapai
selama bulan lunar keempat. Menelan dimulai pada usia sekitar 10 minggu dan
respirasi tampak jelas pada minggu ke-14 sampai 16 (Miller, 1982). Papil
pengecap rudimenter dijumpai pada minggu ke-7, dan reseptor matang terdapat
pada usia 12 minggu (Mistretta, 1975). Kemampuan menghisap belum muncul
sampai usia paling tidak 24 minggu (Lebenthal dan Lee, 1983). Selama trimester
ketiga, integrasi fungsi saraf dan otot berlansung secara pesat.
Komponen dalam , tengah, dan luar telinga sudah terbentuk sempurna
pada pertengahan kehamilan. Janin tampaknya dapat mendengar beberapa suara
in utero pada usia sedini 24 sampai 26 minggu. Pada minggu ke-28, mata peka
terhadap sinar, tetapi persepsi terhadap bentuk dan warna belum sempurna sampai
jauh setelah lahir.

Susunan saraf pusat

Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan


neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube,
yang terbenam kedalam dinding tubuh dan berdiferensial menjadi otak dan korda
spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada akhir minggu ke-4. Notokord yang
sedang terbentuk memicu ektoderm di atasnya untuk menebal dan membentuk
lemepeng neural, yaitu lempeng sel neuroepitel yang mirip sandal dan meninggi.
Lempeng ini akan menghasilkan susunan saraf pusat (otak dan korda spinalis)
serta struktur lain, misalnya retina. Pada pertengahan minggu ke-3, timbul neural
groove (alur neural) di bagian tengah lempeng neural (Gbr.9.9).

Organ sensorik janin berkembang sekitar pertengahan masa gestasi. Pada


minggu ke-24, janin berespons terhadap kebisingan. Seiring dengan
perkembangan gestasi, janin memperlihatkan penigkatan kepekaan dan berespons
terhadap berbagai rentang frekuensi suara. Bayi diperikirakan menikmati
digendong dan dipeluk karena mereka dapat mendangar suara jantung dan sistem
pencernaan ibu mereka yang sudah biasa mereka dengar in utero.

7. Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan salah satu kelenjar yang menghasilkan
hormon-hormon yang berperan dalam pematangan dan. Pengaturan oleh hormon
tersebut bertujuan agar seorang bayi dapat bertahan hidup baik di dalam rahim
maupun di luar rahim.
Berikut adalah Kelenjar endokrin pada janin :
1. Hipofisis Anterior.
Hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe sel yang
mensekresi enam hormon protein, yaitu sebagai berikut :
- Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL).
- Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH).
- Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH).
- Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH).
- Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-
stimulating hormone (FSH).

ACTH pertama kali di deteksi pada hipofisis janin yaitu pada minggu ke-7
kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17. Hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH
telah di identifikasi pada hipofisis janin manusia pada minggu ke-13
kehamilan. Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali
pusat. Hipofisis janin menghasilakan dan melepaskan endorfin-β dengan cara
yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Kadar endorfin-β dan lipotrofin-β
darah tali pusat di temukan menurun sesuai dengan menurunnya pH janin,
tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan PCO2 janin.

2. Neurohipofisis.
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada masa kehamilan
minggu ke-10 sampai ke-12 dan dapat di temukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Kadar AVP di plasma tali pusat meningkat secara
menyolok dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu.
Di samping itu, AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak
meninggi pada stress janin.
3. Hipofisis Intermedia Janin.
Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup bulan dan
tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Kadar α-MSH janin menurun sesuai
dengan umur kehamilan.
4. Tiroid.
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir trimester pertama
kehamilan.
Fase-fase peristiwa umur kehamilan, yaitu sebagai berikut :

- Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid, yaitu minggu ke2 sampai ke-12.


- Pematangn hipotalamus, yaitu pada minggu ke-10 sampai ke-35.
- Perkembangan pengendalian neuroendorin, yaitu pada minggu ke-20
kehamilan sampai minggu ke-4 setelah kelahiran.
- Pematangan sistem monodeyodinasi perifer, yaitu pada minggu ke-30
kehamilan sampai minggu ke-4 setelah kelahiran.
5. Paratiroid.
Kadar paratiroid dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin
tinggi.
6. Adrenal.
Adrenal janin manusia dibandingkan dengan ukuran badan totalnya
jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang
dewasa. Seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau
yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normal
mengalami hipertrofi tersebut, dan mengalami involusio dengan cepat
setelah lahir. Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Kadar aldosteron
di plasma tali pusat mendekati cukup bulan melebihi kadarnya di plasma
ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin.
Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel
yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin.
Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang
kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi
kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia.
7. Gonad.
Siiteri dan Wilson (1974) mengemukakan bahwa sintesis testosteron
oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon terjadi pada minggu
ke-10 kehamilan. Kemudian, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan
bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada
testis dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin di sebabkan oleh :
- Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin.
- Stimulasi prolaktin pada reseptor hCG/LH yang terdapat pada testis
janin.

8. Pembentukan Kelamin
Bakal sistem reproduksi mula-mula berpisah dari bakal sistem eksresi
pada mesoderm (bagian tengah). Bakal reproduksi ini disebut genital ridge.
Sedangkan bakal eksresi disebut nephrotome berada di lateral. Genital ridge
pada embrio pria akan menjadi testis, pada embrio wanita akan menjadi
ovarium. Sel benih induk yang mengisi testis dan ovarium berasal dari
kantung yolk yang bermigrasi. Nephrotome tumbuh menjadi phronepros yang
kemudian beratropi sampai hilang digantikan oleh mesonephros yang
memiliki saluran mesonephros yang disebut duktus wolffi. Saluran (duktus
wolffi) ini dibagian anterior pada embrio pria menjadi duktus epididimis, dan
selebihnya menjadi vas deference. Pada embrio wanita saluran ini disebut
mulleri yaitu yang berasal dari pembentukan alur longitudinal duktus wolffi.
Kemudian menjadi oviduct (tuba fallopi) dan berdiferensiasi lebih lanjut
dalam bentuk uterus dan vagina. Cloaca mengalami pemisahan menjadi vesica
urinaria, rektum, sinus urogenetalis. Bagian posterior duktus wolffi
mengalami evaginasi ke arah latero-anterior, membentuk saluran baru yang
akan menjadi ureter dan ginjal.
Diferensiasi jenis kelamin ditentukan oleh susunan kromosom yang
bekerja bersama dengan perkembangan gonad, untuk menghasilkan jenis
kelamin fenotip. Jenis kelamin genetik XX atau XY sudah ditentukan saat
pembuahan ovum. Namun selama 6 minggu pertama sesudahnya
perkembangan morfologis embrio laki-laki dan perempuan tidak dapat
dibedakan. Diferensiasi gonad primordial menjadi testis atau ovarium.

Anda mungkin juga menyukai