MEKANIKA TEKNIK
Disusun oleh:
KELOMPOK IV (EMPAT)
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-NYA, kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum
mekanika teknik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
mekanika teknik.
Adapun laporan akhir mekanika teknik membahas tentang uji tarik
spesimen silinder, uji tarik spesimen plat, dan uji impak. Dengan selesai
disusunnya laporan ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun lainnya. Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki
laporan-laporan selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah
linier ........................................................................................................................ 6
Gambar 2.4 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya ....... 7
iv
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
BAB I PENDAHULUAN
Uji tarik adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui batas plastisitas dan
elastisitas dari suatu material. Uji tarik merupakan suatu pengujian untuk
mengetahui sifat mekanik dari suatu material akibat pemberian beban mekanik
statik sesumbu. Dalam proses penambangan, khususnya dalam tambang bawah
tanah (TBT) diperlukan pengetahuan dan konsep mengenai batas plastisitas dan
batas elastisitas material besi atau baja (3).
Material yang kuat dan plastis biasanya material yang paling dicari sebagai
material penyanggaan dalam tambang bawah tanah, baik material dalam bentuk
batangan, plat, dan atau silindris. Maka untuk menguji kekuatan material tersebut
(batas plastis dan batas elastis) dilakukan uji tarik(1).
Uji impak merupakan suatu pengujian untuk mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut, serta untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang
sering ditemui secara aktual dalam lingkungan transportasi dan konstruksi. Dalam
kegiatan pertambangan, akan sering terjadi hal-hal yang tak terduga yang dapat
berakibat fatal. Untuk menghindari akibat dari kejadian yang tiba-tiba, maka
diperlukan persiapan material yang kokoh dan tahan terhadap beban kejut (3).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji tarik dan uji impak adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dalam pengujian tarik.
2. Dapat menghitung tegangan yield, tegangan ultimate, regangan, dan
reduksi penampang suatu bahan yang mengalami beban aksial tarik.
3. Mengetahui metode dan standar pengujian tarik.
4. Menentukan harga impact beberapa jenis logam.
5. Menentukan pengaruh temperatur terhadap harga impact.
6. Mengetahui temperatur transisi dan perilaku getas baja struktural.
1
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
1.3. Manfaat
Laporan uji tarik dan uji impak ini ditulis setelah dilaksanakan praktikum
uji tarik dan uji impak. Laporan ini terdiri atas bagian pendahuluan, bagian isi,
dan bagian penutup. Bagian pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan. Bagian isi terdiri atas dasar teori, metoda,
hasil, dan analisis. Sedangkan bagian penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
Laporan ini terdiri atas 5 BAB yang terdiri atas pendahuluan, teori dasar, prosedur
pengujian, analisis dan pembahasan, serta kesimpulan. Ke 5 BAB tersebut
memiliki sub-bab masing-masing.
2
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
3
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
setelah fenomena luluh (yield) berlangsung. Hal ini lebih kasat mata dicermati
ketika spesimen uji tarik telah lewat titik ultimate-nya (untuk material ulet) maka
akan muncul necking pada spesimen. Untuk itu tegangan yang sebenarnya terjadi
pada spesimen akan meningkat karena luas penampangnya mengecil. Dengan
demikian tegangan dan regangan yang sebenarnya adalah 𝜎𝑡𝑟𝑢𝑒=𝑃𝐴 ;
𝜀𝑡𝑟𝑢𝑒=lnℓℓ0 dengan A merupakan luas penampang spesimen disetiap kenaikan
beban. Kondisi ini diperlihatkan dalam Gambar 1.
4
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
5
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Gambar 2.3 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier [2]
Selanjutnya dibahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil
uji tarik :
6
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
7
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
2.2.Pengujian Impak
Pengujian impact merupakan suatu pengujian untuk mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut, serta untuk mensimulasikan kondisi operasi material
yang sering ditemui secara aktual dalam lingkungan transportasi dan konstruksi.
Beban yang diterima bahan tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan, akan
tetapi dapat/sering datang secara tiba-tiba.
Prinsip dasar dari pengujian impact adalah penyerapan energi potensial dari
sebuah pendulum (beban) yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi/patah.
Pada pengujian impact, benda uji diberi takikan (notch) agar didapat suatu
konsentrasi tegangan pada suatu titik tertentu dan terjadi perpatahan pada tempat
tersebut. Besaran yang diukur dalam pengujian impact ialah Harga Impact (HI),
yaitu: 𝐻𝐼=𝐸𝐴 dengan E merupakan besarnya energi yang diserap [J] selama
pembebanan impak berlangsung dan A menyatakan besarnya luas penampang
dibawah takikan [mm2] (6).
Besarnya energi yang diserap oleh bahan agar terjadi perpatahan merupakan
ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Suatu material
dikatakan tangguh bila ia memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar
tanpa terjadinya retak (terdeformasi) dengan mudah.
Ada tiga macam jenis perpatahan impak yang terjadi, yaitu
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan pegeseran bidang
kristal didalam bahan logam yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple, yang menyerap
cahaya dan berpenampilan buram. Semakin banyak persentase patahan
berserat, maka dapat dinilai semakin tangguh bahan tersebut, hal ini dapat
diamati dengan mikroskop stereoscan pada permukaan patahannya.
2. Perpatahan granular/kristalin, peristiwa ini dihasilkan oleh mekanisme
pem-belahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan logam yang rapuh
(brittle). Hal ini ditandai dengan permukaan patahan yang datar dan
mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular), merupakan kombinasi dua
jenis perpatahan diatas (4).
8
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Gambar 2.5 Pengaruh temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa jenis material
[5].
9
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
10
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak
bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16
ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi,
kia-kira 103 detik.
2. Metoda Izod
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji Izod lazim digunakan di Inggris,
namun saat ini jarang digunakan. Benda uji Izod mempunyai penampang lintang
bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit (3).
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
benda yang tahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva suhu
peralihan. Dasar pemikiran perancangan adalah memilih benda yang mempunyai
11
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang berat
sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat dihitung
dengan menggunakan metode kekuatan standar, tanpa memperhatikan sifat-sifat
patah dari benda atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Suhu peralihan benda dapat digolongkan menjadi 3 kategori, seperti
tampak pada gambar 5. Logam kps face centered cubic (FCC) berkekuatan
menengah dan rendah dan sebagian besar logam heksagonal tumpukan padat
mempunyai ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas
tidak merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang
relatif (1).
Benda berkekuatan tinggi (σ0 > E/150) mempunyai ketangguhan takik
demikian rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di
daerah elastis pada sembarang suhu dan laju regangan, apabila terdapat cacat
(retakan). Baja berkekuatan tinggi, paduan-paduan titanium dan aluminium
termasuk dalam kategori ini. Pada suhu rendah, terkadi patah pembelahan getas,
sedangkan pada suhu yang lebih tinggi terjadi perpatahan energi rendah. Pada
kondisi seperti inilah, analisis mekanika patahan merupakan hal yang berguna dan
wajar. Ketangguhan takik logam kubik pusat ruang body centered cubic (BCC)
berkekuatan menengah dan rendah, Be, Zn dan benda keramik sangat tergantung
pada suhu. Pada suhu rendah, patah terjadi secara pembelahan, sedangkan pada
suhu tinggi terjadi perpatahan ulet. Jadi, terdapat peralihan dari takik getas ke
takik tangguh, apabila suhu naik.
Kriteria suhu peralihan demikian dinamakan plastik peralihan patah
(fracture transition plastic, FTP). FTP adalah suhu di mana perpatahan akan
mengalami perubenda dari ulet sempurna menjadi patah getas. Kemungkinan
terjadinya patah getas di atas FTP, dapat diabaikan. Penggunaan FTP dianggap
tua dan pada berbagai penerapan, kriteria FTP kurang praktis. Kriteria lain yang
kurang konservatif adalah berdasarkan suhu peralihan di mana terjadi perpatahan
50% pembelahan dan 50% geseran, dan disebut T2. Kriteria ini dinamakan suhu
peralihan penampilan patah (fracture-appearance transition temperature, FATT).
Hubungan antara hasil uji impak Charpy dan kegagalan dalam pemakaian
menunjukkan bahwa bila terjadi patah belah pada batang Charpy kurang dari
12
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
70%, maka besar kemungkinan bahwa tidak terjadi patah pada suhu peralihan atau
diatasnya, jika tegangan tidak melebihi setengah tegangan luluhnya. Secara garis
besarnya, akan diperoleh serupa bila digunakan definisi suhu peralihan T3. T3
adalah nilai rata-rata bagian atas dan bagian bawah.
Kriteria umum lainnya adalah definisi, suhu peralihan T4 berdasarkan
sembarang nilai energi serap yang rendah, CV. T4 ini sering disebut suhu peralihan
keuletan (ductility transition temperature). Sesuai dengan hasil pengujian pada
pelat baja kapal Perang Dunia II, terbukti pada pada pelat tidak akan mengalami
patah getas apabila CV sama dengan 15 ft-lb pada suhu uji. Suhu peralihan dimana
CV = 15 ft-lb menjadi kriteria umum yang diterima untuk baja kapal kekuatan
rendah. Akan tetapi, perlu ditegasakan di sini bahwa untuk benda lain, CV 15 tidak
berlaku.
Kriteria yang didefinisikan dengan cermat adalah penentuan suhu transisi
berdasarkan suhu T5 dimana terjadi patah belah sempurna atau 100%. Titik ini
dikenal sebagai suhu tanpa keuletan atau NDT. NDT adalah suhu dimana patah
mulai terjadi tanpa didahului oleh deformasi plastik. Di bawah NDT,
kemungkinan terjadinya patah ulet dapat diabaikan (6).
13
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
1. Siapkan spesimen uji tarik yang mengacu pada standar pengujian tarik
ASTM E8.
4. Set nol dial indicator pada kondisi spesimen telah terpasang dengan baik
di bagian pencekam spesimen mesin uji tarik.
5. Pada kondisi ini bacaan pada pressure gauge hidrolik haruslah nol karena
dalam kondisi tanpa beban.
14
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4. Bila benda uji telah siap, tariklah centre-setting ke posisi semula. Jangan
sekali-kali meninggalkan centre setting ini dibelakang benda uji karena
akan ikut mengalami tumbukan oleh pendulum.
8. Bacalah nilai yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala yang sesuai.
Hitunglah harga impact (HI) material dengan rumus dasar.
15
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4.1.1 spesimen 1
4.1.1.1 Perhitungan
DATA :
Diameter Spesimen (Do) = 5,75 mm
Gauge Length (Lo) = 126,5
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Diameter Head Hidraulik = 46,9 mm
π x dh2
Ahead = 4
3,14 x 46,92
= 4
= 1726,69 mm2
π x Do2
So = 4
3,14 x 62
= 4
= 28,26 mm2
1. Tekanan (P) = 0 kg/cm2
∆L= 0 mm
F= 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 0 x 1726,69 x 9,81
=0N
F
σ= s
o
0
= 28,26
= 0 Mpa
∆L
ε =L
o
0
= 126,5
=0
2. Tekanan (P)= 10 kg/cm2
16
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
∆L= 0,02 mm
F= 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 10 x 1726,69 x 9,81
= 1694,75 N
F
σ= s
o
10
= 28,26
= 65,26 Mpa
∆L
ε= L
o
0,02
= 126,5
= 0,0002
3. Tekanan (P)= 15 kg/cm2
∆L= 0,26 mm
F= 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 15 x 1726,69 x 9,81
= 2542,12 N
F
σ= s
o
15
= 28,26
= 97,90 Mpa
∆L
ε= L
o
0,0021
= 126,5
= 0,0021
4. Tekanan (P)= 20 kg/cm2
∆L= 0,33 mm
F= 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 20 x 1726,69 x 9,81
= 3389,49 N
F
σ= s
o
3389,49
= 28,26
17
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
= 130,53 Mpa
∆L
ε= L
o
0,41
= 126,5
= 0,0026
5. Tekanan (P)= 25 kg/cm2
∆L= 0,41 mm
F= 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 25 x 1726,69 x 9,81
= 4236,86 N
F
σ=s
o
4236,86
= 28,26
= 163,16 Mpa
∆L
ε =L
o
0,41
=
126,5
= 0,0032
6. Tekanan (P) = 30 kg/cm2
∆L = 0,47 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 30 x 1726,69 x 9,81
= 5084,24 N
F
σ =s
o
5084,24
= 28,26
= 195,79 Mpa
∆L
ε =L
o
0,47
= 126,5
= 0,0037
7. Tekanan (P) = 35 kg/cm2
∆L = 0,52 mm
18
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 35 x 1726,69 x 9,81
= 5931,61 N
F
σ =s
o
5931,61
= 28,26
= 228,43 Mpa
∆L
ε =L
o
0,52
= 126,5
= 0,0041
8. Tekanan (P) = 40 kg/cm2
∆L = 0,59 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 40 x 1726,69 x 9,81
= 6778,98 N
F
σ =s
o
6778,98
= 28,26
= 261,06 Mpa
∆L
ε =L
o
0,59
= 126,5
= 0,0047
9. Tekanan (P) = 45 kg/cm2
∆L = 0,66 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 45 x 1726,69 x 9,81
= 7626,36 N
F
σ =s
o
7626,36
= 28,26
= 293,69 Mpa
19
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
∆L
ε =L
o
0,66
= 126,5
= 0,0052
10. Tekanan (P) = 50 kg/cm2
∆L = 0,72 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 50 x 1726,69 x 9,81
= 8473,73 N
F
σ =s
o
8473,73
= 28,26
= 326,32 Mpa
∆L
ε =L
o
0,72
= 126,5
= 0,0057
11. Tekanan (P) = 55 kg/cm2
∆L = 1,77 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 55 x 1726,69 x 9,81
= 9321,10 N
F
σ =s
o
9321,10
= 28,26
= 391,59 Mpa
∆L
ε =L
o
1,77
= 126,5
= 0,0140
12. Tekanan (P) = 60 kg/cm2
∆L = 2,16 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
20
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
10168,47
= 28,26
= 391,59 Mpa
∆L
ε =L
o
2,16
= 126,5
= 0,0171
13. Tekanan (P) = 65 kg/cm2
∆L = 2,98 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 60 x 1726,69 x 9,81
= 11015,85 N
F
σ =s
o
11015,85
= 28,26
= 424,22 Mpa
∆L
ε =L
o
2,98
= 126,5
= 0,0236
14. Tekanan (P) = 70 kg/cm2
∆L = 4,35 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 70 x 1726,69 x 9,81
= 11863,22 N
F
σ =s
o
11863,22
= 28,26
= 456,85 Mpa
∆L
ε =L
o
21
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4,35
= 126,5
= 0,0344
15. Tekanan (P) = 75 kg/cm2
∆L = 6,72 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 75 x 1726,69 x 9,81
= 12710,59 N
F
σ =s
o
12710,59
= 28,26
= 489,49 Mpa
∆L
ε =L
o
6,72
= 126,5
= 0,0531
22
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
450.00
400.00
350.00
Tegangan dimaterial [Mpa]
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Regangan
4.1.2 Spesimen 2
4.1.2.1 Perhitungan
DATA :
Diameter Spesimen (Do) = 5,75 mm
Gauge Length (Lo) = 126,5
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Diameter Head Hidraulik = 46,9 mm
23
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
π x dh2
Ahead = 4
3,14 x 46,92
= 4
= 1726,69 mm2
π x Do2
So = 4
3,14 x 62
= 4
= 28,26 mm2
1. Tekanan (P) = 0 kg/cm2
∆L = 0 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 0 x 1726,69 x 9,81
=0N
F
σ =s
o
0
= 28,26
= 0 Mpa
∆L
ε =L
o
0
= 126,5
=0
2. Tekanan (P) = 10 kg/cm2
∆L = 0,03 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 10 x 1726,69 x 9,81
= 1694,75 N
F
σ =s
o
10
= 28,26
= 65,26 Mpa
∆L
ε =L
o
0,03
= 126,5
24
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
= 0,0002
3. Tekanan (P) = 15 kg/cm2
∆L = 0,09 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 15 x 1726,69 x 9,81
= 2542,12 N
F
σ =s
o
15
= 28,26
= 97,90 Mpa
∆L
ε =L
o
0,09
= 126,5
= 0,0007
4. Tekanan (P) = 20 kg/cm2
∆L = 0,16 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 20 x 1726,69 x 9,81
= 3389,49 N
F
σ =s
o
3389,49
= 28,26
= 130,53 Mpa
∆L
ε =L
o
0,16
= 126,5
= 0,0013
5. Tekanan (P) = 25 kg/cm2
∆L = 0,21 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 25 x 1726,69 x 9,81
= 4236,86 N
F
σ =s
o
25
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4236,86
= 28,26
= 163,16 Mpa
∆L
ε =L
o
0,21
= 126,5
= 0,0017
6. Tekanan (P) = 30 kg/cm2
∆L = 0,27 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 30 x 1726,69 x 9,81
= 5084,24 N
F
σ =s
o
5084,24
= 28,26
= 195,79 Mpa
∆L
ε =
Lo
0,27
= 126,5
= 0,0021
7. Tekanan (P) = 35 kg/cm2
∆L = 0,32 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 35 x 1726,69 x 9,81
= 5931,61 N
F
σ =s
o
5931,61
= 28,26
= 228,43 Mpa
∆L
ε =L
o
0,32
= 126,5
= 0,0025
8. Tekanan (P) = 40 kg/cm2
26
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
∆L = 0,36 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 40 x 1726,69 x 9,81
= 6778,98 N
F
σ =s
o
6778,98
= 28,26
= 261,06 Mpa
∆L
ε =L
o
0,36
= 126,5
= 0,0028
9. Tekanan (P) = 45 kg/cm2
∆L = 0,42 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 45 x 1726,69 x 9,81
= 7626,36 N
F
σ =s
o
7626,36
= 28,26
= 293,69 Mpa
∆L
ε =L
o
0,66
= 126,5
= 0,0033
10. Tekanan (P) = 50 kg/cm2
∆L = 0,49 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 50 x 1726,69 x 9,81
= 8473,73 N
F
σ =s
o
8473,73
= 28,26
27
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
= 326,32 Mpa
∆L
ε =L
o
0,49
= 126,5
= 0,0039
11. Tekanan (P) = 55 kg/cm2
∆L = 0,98 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 55 x 1726,69 x 9,81
= 9321,10 N
F
σ =s
o
9321,10
= 28,26
= 391,59 Mpa
∆L
ε =L
o
0,98
=
126,5
= 0,0077
12. Tekanan (P) = 60 kg/cm2
∆L = 1,71 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 60 x 1726,69 x 9,81
= 10168,47 N
F
σ =s
o
10168,47
= 28,26
= 391,59 Mpa
∆L
ε =L
o
1,71
= 126,5
= 0,0135
13. Tekanan (P) = 65 kg/cm2
∆L = 2,17 mm
28
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 60 x 1726,69 x 9,81
= 11015,85 N
F
σ =s
o
11015,85
= 28,26
= 424,22 Mpa
∆L
ε =L
o
2,17
= 126,5
= 0,0172
14. Tekanan (P) = 70 kg/cm2
∆L = 3,16 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 70 x 1726,69 x 9,81
= 11863,22 N
F
σ =s
o
11863,22
= 28,26
= 456,85 Mpa
∆L
ε =L
o
3,16
= 126,5
= 0,0250
15. Tekanan (P) = 75 kg/cm2
∆L = 4,16 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 75 x 1726,69 x 9,81
= 12710,59 N
F
σ =s
o
12710,59
= 28,26
= 489,49 Mpa
29
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
∆L
ε =L
o
4,16
= 126,5
= 0,0329
ASTM A615
Gr40
Tabel 4.2 Data pengamatan spesimen 2
30
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
450.00
400.00
350.00
Tegangan dimaterial [Mpa]
300.00
250.00
200.00
150.00 y = 67866x
R² = 0,9534
100.00
50.00
0.00
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Regangan [mm]
4.1.3 Analisis
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui batas elastis dari suatu material jika
diberi gaya tarik. Pada praktikum pengujian kuat tarik material, material yang
digunakan adalah besi dengan tipe tertentu. Tipe dari material ini adalah ASTM
A615 Gr40. Besi ini selanjutnya dibentuk menyerupai silinder dengan bagian
kepala dan kakinya berbentuk seperti baut. Material ini dibuat dengan keadaan
setimbang antara bagian atas dan bawah, agar saat diberikan gaya dan tekanan
benda akan terbelah pada bagian tengahnya (simetris). Namun, jika material tidak
dibuat seimbang maka akan didapatkan hasil pengujian yang tidak maksimal.
Material bisa saja terbelah dan putus pada bagian atas atau bagian bawah (non
simetris).
Pada saat pemasangan spesimen pada alat uji kuat tarik, diusahakan ukuran
silindris spesimen antara daerah yang di atas dengan daerah yang di bawah adalah
31
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
seimbang, agar pada saat proses penarikan berlangsung material akan mengalami
pembelahan atau terputus di tengah dan berbentuk simetris. Bagian berbentuk baut
dibuat lebih besar dibandingkan badan yang berada di tengah, sebab bagian ini
dibuat berulir untuk dipasangkan pada mur yang sudah terdapat pada alat uji
tersebut.
Sebelum material dimasukkan ke dalam alat uji kuat tarik, terlebih dahulu
diukur diameter dan panjang silindris. Diameter diukur dengan menggunakan
jangka sorong, teknik penggunaan jangka sorong adalah dengan menjepitkan
sliinder pada capit jangka sorong kemudian untuk skala utama cari angka yang
berhimpitan dengan nol dan untuk skala nonius dicari angka yang berhimpitan
dengan bagian skala nonius. Sehingga untuk pengukuran pertama ini diperoleh
hasil panjang 126,5 mm dan diameter 5,75 mm. Selain pengukuran spesimen,
dilakukan juga pengukuran terhadap diameter alat, untuk pengukuran diameter
alat masih dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dengan cara yang sama
seperti pengukuran spesimen, sehingga diperoleh diameter sebesar 46,9 mm.
Sedangkan untuk percepatan gravitasi dipakai angka tetapan sebesar 9,81 meter
per sekon kuadrat.
Selanjutnya dilakukan kalibrasi strength gauge dan dial gauge. Strength gauge
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan dengan satuan kg/cm2.
Sedangkan dial gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur pertambahan
panjang material. Kedua alat ini saling berhubungan sebab dengan bertambahnya
bacaan angka pada strength gauge maka bertambah pula angka yang terbaca pada
dial gauge. Untuk kenaikan angka pada strength gauge ditelaah untuk setiap
kenaikan tekanan 5 kg/cm2 dimulai dari 0,10,15,20,...,100. Sedangkan untuk
pembacaan dial gauge adalah dengan melihat berapa kali perputaran jarum
sebanyak 360 derajat.
Setelah dikalibrasi kemudian dipasang spesimen pada alat dan diberi sedikit
tekanan. Tekanan diberikan dengan menggunakan dongkrak sederhana. Pekerjaan
dilakukan secara berkelompok, satu orang memperhatikan kenaikan angka setiap
5 digit yang ditunjukkan oleh jarum pada strength gauge, satu orang
memperhatikan perputaran jarum pada dial gauge, satu orang memberi tekanan,
satu orang mengamati spesimen, dan satu orang lain mencatat hasil yang
32
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
33
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
(F), tegangan, dan regangan. Gaya dihitung dengan mengalikan tekanan, luas
penampang (A_head), percepatan grafitasi bumi, dan 0,01. Untuk menghitung
tegangan dilakukan dengan membagi f dengan So. Untuk menghitung regangan
dilakukan dengan membagikan pertambahan panjang material dengan panjang
mula-mula material. Karena tegangan merupakan perbandingan antara
pertambahan panjang material (delta L) dengan panjang mula-mula spesimen atau
Lo.
Dari data yang didapatkan dapat dilihat bahwa hubungan dari semua nilai ini
adalah berbanding lurus. Sebab semakin tinggi nilai tekanan yang diperoleh, maka
semakin besar pula pertambahan panjang spesimen. Dari data tersebut kemudian
didapatkan pula nilai gaya, tegangan, dan regangan, yang makin tinggi seiring
dengan bertambahnya nilai tekanan dan pertambahan panjang spesimen atau
material.
Untuk spesimen kedua diperoleh hasil yang hampir sama dengan material atau
spesimen pertama, sebab spesimen ini juga masih terbentuk dari material yang
sama dengan spesimen pertama (ASTM A615 Gr40) . Yang membedakan adalah
material dari silinder kedua ini mengalami terbelah atau putus tepat di tengah
(simetris). Hasil seperti inilah yang diharapkan dalam pengujian spesimen ini,
sebab akan menghasilkan jenis grafik yang baik.
Sama seperti spesimen pertama, tekanan pada spesimen kedua tidak sampai
pada angka 100, namun pada angka 75 besi silindrisnya sudah putus. Hal ini dapat
disebabkan oleh diameter material, kecepatan penekanan, luas penampang,
panjang spesimen, temperatur, dan jenis material. Sebab jika diameter spesimen
lebih besar maka spesimen akan semakin lama dapat putus saat dilakukan
pengujian uji tarik. Kecepatan penekanan pun berpengaruh, semakin cepat
penekanan maka bentuk putus dari silinder akan tidak teratur dan lebih cepat.
Panjang spesimen sendiri biasanya dibuat 5 kali diameter, namun jika spesimen
terlalu panjang tidak akan muat pada alat pengujian. Pengaruh temperatur
terhadap uji tarik adalah dalam temperatur panas maka ikatan ion di dalam besi
akan bergerak semakin bebas dan begitu pun sebaliknya jika temperatur rendah
maka ion-ion akan melekat dengan kuat. Jenis material juga sangat berpengaruh,
material dengan porositas yang tinggi biasanya lebih mudah putus saat dilakukan
34
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
pengujian tarik akibat sifatnya yang lemah karena kandungan udara di dalamnya.
Begitupun sebaliknya, material dengan porositas yang rendah biasanya akan susah
putus sebab tidak ada bidang bebas dari spesimen tersebut sehingga spesimen ini
bersifat kuat.
4.2.1 Perhitungan
Data
Luas Penampang (So) = P x L
= 6,4 x 2
= 12,8 mm2
Gauge Length (Lo) = 172 mm
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Diameter Head Hidraulik = 46 mm
π x dh2
Ahead = 4
3,14 x 462
= 4
= 1726,69mm2
1. Tekanan (P) = 0 kg/cm2
∆L = 0 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 0 x 1726,69 x 9,81
=0N
F
σ =s
o
0
= 12,8
= 0 Mpa
∆L
ε =L
o
0
= 172
=0
2. Tekanan (P) = 10 kg/cm2
∆L = 3,32 mm
35
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 10 x 1726,69 x 9,81
= 1694,75 N
F
σ =s
o
1694,75
= 12,8
= 132,40 Mpa
∆L
ε =L
o
10
= 172
= 0,0193
3. Tekanan (P) = 15 kg/cm2
∆L = 3,69 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 15 x 1726,69 x 9,81
= 2542,12 N
F
σ =s
o
2542,12
= 12,8
= 198,60 Mpa
∆L
ε =L
o
3,69
= 172
= 0,0215
4. Tekanan (P) = 20 kg/cm2
∆L = 4,05 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 20 x 1726,69 x 9,81
= 3389,49 N
F
σ =s
o
3389,49
= 12,8
= 264,80 Mpa
36
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
∆L
ε =L
o
4,05
= 172
= 0,0235
5. Tekanan (P) = 25 kg/cm2
∆L = 4,58 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 25 x 1726,69 x 9,81
= 4236,86 N
F
σ =s
o
426,86
= 12,8
= 331,01 Mpa
∆L
ε =L
o
4,58
= 172
= 0,0266
6. Tekanan (P) = 30 kg/cm2
∆L = 5,64 mm
F = 0,01 x P x Ahead x g
= 0,01 x 30 x 1726,69 x 9,81
= 5084,24 N
F
σ =s
o
5084,24
= 12,8
= 397,21 Mpa
∆L
ε =L
o
5,64
= 172
= 0,0328
37
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
450.00
400.00
350.00
Tegangan dimaterial [Mpa]
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250 0.0300 0.0350
Regangan
38
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4.2.4 Analisis
Pada praktikum pengujian kuat tarik material, material yang digunakan adalah
besi dengan tipe tertentu. Tipe dari material ini adalah ASTM A615 Gr40 sama
seperti pengujian spesimen silindris. Besi ini selanjutnya dibentuk menyerupai
plat dengan bentuk seimbang bagian tengah ramping dan bagian atas bawah yang
besar dengan diberi lubang. Lubang ini bertujuan untuk mengaitkan material atau
spesimen ke alat uji kuat tarik. Material ini dibuat dengan keadaan setimbang
antara bagian atas dan bawah, agar saat diberikan gaya dan tekanan benda akan
terbelah pada bagian tengahnya (simetris). Namun, jika material tidak dibuat
seimbang maka akan didapatkan hasil pengujian yang tidak maksimal. Material
bisa saja terbelah dan putus pada bagian atas atau bagian bawah (non simetris).
Sebelum material dimasukkan ke dalam alat uji kuat tarik, terlebih dahulu
diukur lebar dan panjang plat. Lebar diukur dengan menggunakan jangka sorong,
teknik penggunaan jangka sorong adalah dengan menjepitkan sliinder pada capit
jangka sorong kemudian untuk skala utama cari angka yang berhimpitan dengan
nol dan untuk skala nonius dicari angka yang berhimpitan dengan bagian skala
nonius. Sehingga untuk pengukuran pertama ini diperoleh hasil panjang 172 mm
dan diameter 6,4 mm. Selain pengukuran spesimen, dilakukan juga pengukuran
terhadap diameter alat, untuk pengukuran diameter alat masih dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong dengan cara yang sama seperti pengukuran
spesimen, sehingga diperoleh diameter sebesar 46,9 mm. Sedangkan untuk
percepatan gravitasi dipakai angka tetapan sebesar 9,81 meter per sekon kuadrat.
Selanjutnya dilakukan kalibrasi strength gauge dan dial gauge. Strength gauge
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan dengan satuan kg/cm2.
Sedangkan dial gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur pertambahan
panjang material. Kedua alat ini saling berhubungan sebab dengan bertambahnya
bacaan angka pada strength gauge maka bertambah pula angka yang terbaca pada
dial gauge. Untuk kenaikan angka pada strength gauge ditelaah untuk setiap
kenaikan tekanan 5 kg/cm2 dimulai dari 0,10,15,20,...,100. Sedangkan untuk
pembacaan dial gauge adalah dengan melihat berapa kali perputaran jarum
sebanyak 360 derajat.
39
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Setelah dikalibrasi kemudian dipasang spesimen pada alat dan diberi sedikit
tekanan. Tekanan diberikan dengan menggunakan dongkrak sederhana. Pekerjaan
dilakukan secara berkelompok, satu orang memperhatikan kenaikan angka setiap
5 digit yang ditunjukkan oleh jarum pada strength gauge, satu orang
memperhatikan perputaran jarum pada dial gauge, satu orang memberi tekanan,
satu orang mengamati spesimen, dan satu orang lain mencatat hasil yang
disebutkan oleh pengamat. Pengamat melakukan percobaan sambil melakukan
dokumentasi berupa video, agar hasil percobaan dapat diperhatikan ketelitiannya
kembali (koreksi dan ralat).
Pemberian tekanan dilakukan secara pelan-pelan atau sedikit demi sedikit agar
kenaikan dial gauge tidak terlalu besar. Pada tekanan sebesar 0 hingga hampir 10
kg/cm2 spesimen masih berada pada batas elastis, batas elastis adalah keadaan
dimana suatu material apabila ia diberi tekanan maka spesimen tersebut akan
mengikuti arah gaya atau tekanan tersebut dan masih dapat kembali ke bentuk
semula. Sedangkan untuk batas plastis adalah batas dimana suatu material akan
mengarah kepada arah tekanan atau gaya yang diberikan namun tidak dapat
kembali lagi ke keadaan semula.
Pada percobaan ini spesimen putus pada bagian tengah atau simetris. Keadaan
spesimen mulai hampir putus pada detik ke 33 hingga akhirnya pada menit ke 1
lewat 07 detik, spesimen putus. Pada saat spesimen hampir putus berarti tegangan
yang bekerja pada spesimen masih normal atau standar, sedangkan pada saat
spesimen sudah putus berarti tegangan yang bekerja pada spesimen sudah lebih
tinggi, hal ini disebabkan karena tegangan spesimen menjadi 2 kali lipat akibat
spesimen sudah berpisah menjadi 2 bagian meskipun tidak seimbang.
Spesimen putus tidak sampai pada tekanan ke 100 namun pada tekanan ke 30
spesimen sudah putus dengan pertambahan panjang sebesar 5,64 mm. Bila dilihat
dari grafik dan hasil, kenaikan pertambahan panjang spesimen mengalami
kenaikan pesat pada tekanan ke 0 ke 10 dengan kenaikan 3,32 angka, kemudian
pada tekanan berikutnya terjadi kenaikan angka dengan selisih lebih kurang 1
sampai 1,5.
Selanjutnya dihitung luas penampang (So) dengan mengalikan W dan t.
Kemudian dihitung A head atau diameter kepala hidarulik dengan mengalikan
40
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
diameter dan kuadrat tinggi dengan phi kemudian membaginya dengan 4. Nilai-
nilai ini selanjutnya digunakan untuk menghitung gaya (F), tegangan, dan
regangan. Gaya dihitung dengan mengalikan tekanan, luas penampang (A_head),
percepatan grafitasi bumi, dan 0,01. Untuk menghitung tegangan dilakukan
dengan membagi f dengan So. Untuk menghitung regangan dilakukan dengan
membagikan pertambahan panjang material dengan panjang mula-mula material.
Karena tegangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang material
(delta L) dengan panjang mula-mula spesimen atau Lo. Selain itu dihitung pula
nilai P sebesar 6,4, I sebesar 2, dan A sebesar 12,8.
Dari data yang didapatkan dapat dilihat bahwa hubungan dari semua nilai ini
adalah berbanding lurus. Sebab semakin tinggi nilai tekanan yang diperoleh, maka
semakin besar pula pertambahan panjang spesimen. Dari data tersebut kemudian
didapatkan pula nilai gaya, tegangan, dan regangan, yang makin tinggi seiring
dengan bertambahnya nilai tekanan dan pertambahan panjang spesimen atau
material.
Pada spesimen plat, ketebalan spesimen juga sangat mempengaruhi putusnya
material, hal ini disebabkan jika material dengan tebal yang besar akan lebih susah
untuk putus jika dibandingkan dengan material dengan ketebalan yang tipis. Sama
seperti silindris, panjang material juga mempengaruhi uji tarik plat.. Pengaruh
temperatur terhadap uji tarik adalah dalam temperatur panas maka ikatan ion di
dalam besi akan bergerak semakin bebas dan begitu pun sebaliknya jika
temperatur rendah maka ion-ion akan melekat dengan kuat. Jenis material juga
sangat berpengaruh, material dengan porositas yang tinggi biasanya lebih mudah
putus saat dilakukan pengujian tarik akibat sifatnya yang lemah karena kandungan
udara di dalamnya. Begitupun sebaliknya, material dengan porositas yang rendah
biasanya akan susah putus sebab tidak ada bidang bebas dari spesimen tersebut
sehingga spesimen ini bersifat kuat.
41
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
4.3.1 Perhitungan
DATA :
Massa (m) = 26,1 kg
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Panjang Lengan = 960 N
Panjang = 7 mm
Lebar = 3,5 mm
Luas Penampang (A) = Panjang x Lebar
= 24,5 mm2
1. Sudut Awal (α)= 90o
= 3,035663634
1. Sudut Awal (α) = 60o
42
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
= 14,15834024
ΔE
Material Strenght = 𝐴
14,15834024
= 24,55
= 0,577891439
2. Sudut Awal (α) = 90o
= 0,306034065
3. Sudut Awal (α) = 60o
= 0,002494468
43
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Material Sudut Awal Sudut Akhir Cos α Cos β ΔE Material strenght Permukaan Patahan
ASTMA615Gr40 90 72 0 0,309016994 74,37375904 3,035663634 Campuran
ASTMA615Gr40 60 44 0,5 0,7193398 14,15834024 0,577891439 Campuran
ASTMA615Gr40 90 71 0 0,325568154 7,497834597 0,306034065 Campuran
ASTMA615Gr40 60 53 0,5 0,601815023 0,061114468 0,002494468 Campuran
Massa 26,1 Kg
Gravitasi 9,81 m/s²
Panjang Lengan 940 N
Panjang 7 mm
Lebar 3,5 mm
Luas Penampang 24,5 mm²
Tabel 4.4 data pengamatan Pengujian Impak
4.3.3 Analisis
Pada praktikum pengujian impak material, material yang digunakan adalah besi
dengan tipe tertentu. Tipe dari material ini adalah ASTM A615 Gr40 sama seperti
pengujian spesimen silindris dan plat pada uji tarik. Besi ini selanjutnya dibentuk
menyerupai balok dengan bentuk kotak seimbang. Material ini dibuat menjadi
kotak karena material ini akan dikenai tekanan atau gaya secara tiba-tiba sebanyak
4 kali pada semua sisinya.
Material ini harus ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan neraca
digital, namun untuk penyeragaman dan terkendala oleh tidak adanya neraca
digital, maka massa dari material ini diseragamkan karena pada saat pembuatan
material sudah ditimbang, massa material ini adalah 26,1 gram. Kemudian diukur
panjang lengan dari alat uji impak, panjang lengan harus diuji dari titik poros
bulatan atas hingga ke titik poros bulatan bawah dengan menggunakan meteran
tukang. Penggunaan meteran ini sebenarnya kurang efektif sebab materialnya
terbuat dari besi sehingga akan susah diarahkan untuk pengukuran, sebaiknya
diukur menggunakan meteran kain. Hasil untuk panjang lengan alat uji impak
adalah 940 N.
44
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
Sebelum material dimasukkan ke dalam alat uji kuat tarik, terlebih dahulu
diukur lebar dan panjang spesimen. Lebar diukur dengan menggunakan jangka
sorong, teknik penggunaan jangka sorong adalah dengan menjepitkan spesimen
pada capit jangka sorong kemudian untuk skala utama cari angka yang
berhimpitan dengan nol dan untuk skala nonius dicari angka yang berhimpitan
dengan bagian skala nonius. Sehingga untuk pengukuran pertama ini diperoleh
hasil panjang 7 mm dan diameter 3,5 mm. Hasil pengukuran didapatkan h atau
tinggi adalah 2 kali dari diameter. Selanjutnya angka-angka yang diperoleh
tersebut digunakan untuk menentukan luas penampang sehingga didapatkan hasil
24,5 mm2.
Selanjutnya dilakukan kalibrasi busur. Busur diatur untuk sudut awal 90
dearajat. Kemudian spesimen diletakkan pada spacenya dan diberi gaya dengan
lengan alat secara tiba-tiba. Kemudian dibaca sudut yang dihasilkan pada busur.
Untuk percobaan pertama diperoleh sudut dengan besar 72 derajat. Kemudian
dilihat bentuk patahan spesimen, bentuk permukaan spesimen setelah diberi gaya
adalah campuran. Kemudian ditentukan cos alpha dan cos beta dimana alpha
adalah sudut awal dan beta adalah sudut akhir setelah diberi gaya. Untuk sudut
awal biasanya terdiri atas sudut-sudut istimewa sehingga dapat ditentukan nilai
cosinus sudutnya.
Untuk percobaan kedua busur diatur untuk sudut awal 60 dearajat. Kemudian
spesimen diletakkan pada spacenya dan diberi gaya dengan lengan alat secara
tiba-tiba. Kemudian dibaca sudut yang dihasilkan pada busur. Untuk percobaan
pertama diperoleh sudut dengan besar 44 derajat. Kemudian dilihat bentuk
patahan spesimen, bentuk permukaan spesimen setelah diberi gaya adalah
campuran. Kemudian ditentukan cos alpha dan cos beta dimana alpha adalah
sudut awal dan beta adalah sudut akhir setelah diberi gaya.
Untuk percobaan ketiga busur diatur untuk sudut awal 90 dearajat.
Kemudian spesimen diletakkan pada spacenya dan diberi gaya dengan lengan alat
secara tiba-tiba. Kemudian dibaca sudut yang dihasilkan pada busur. Untuk
percobaan pertama diperoleh sudut dengan besar 71 derajat. Kemudian dilihat
bentuk patahan spesimen, bentuk permukaan spesimen setelah diberi gaya adalah
45
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
campuran. Kemudian ditentukan cos alpha dan cos beta dimana alpha adalah
sudut awal dan beta adalah sudut akhir setelah diberi gaya.
Untuk percobaan keempat busur diatur untuk sudut awal 60 dearajat. Kemudian
spesimen diletakkan pada spacenya dan diberi gaya dengan lengan alat secara
tiba-tiba. Kemudian dibaca sudut yang dihasilkan pada busur. Untuk percobaan
pertama diperoleh sudut dengan besar 53 derajat. Kemudian dilihat bentuk
patahan spesimen, bentuk permukaan spesimen setelah diberi gaya adalah
campuran. Kemudian ditentukan cos alpha dan cos beta dimana alpha adalah
sudut awal dan beta adalah sudut akhir setelah diberi gaya.
Kemudian untuk setiap nilai ditentukan nilai E1 dengan rumus m.g.h1 atau
m.g.l1 dikali 1-cos alpha. Dan begitupun untuk e 2, namun l yang digunakan
adalah l ke dua. Untuk pengukuran delta E atau besar energi yang diserap selama
pengujian impak adalah selisih dari E1 dengan E2 yang didapatkan. Selanjutnya
ditentukan material strength dengan menggunakan rumus I = delta E per luas
penampang.
46
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum uji tarik dan uji impak ini adalah :
1. Fenomena yang terjadi dalam pengujian tarik dapat berupa fenomena
keteknikan dan material. Fenomena keteknikan dilihat pada proses
penekanan alat, sedangkan fenomena material terjadi saat material putus.
2. Tegangan yield, tegangan ultimate, regangan, dan reduksi penampang
suatu bahan yang mengalami beban aksial tarik dapat dihitung dengan
menggunakan rumus ketetapan.
3. Uji tarik dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti pengaturan
stress dan dial gauge, penempatan spesimen pada alat uji, pemberian
tekanan dan gaya, serta pembacaan skala dial gauge hasil pengukuran.
4. Logam dengan material dan ketebalan berbeda akan memiliki harga
impact yang berbeda pula.
5. Suhu dapat mempengaruhi harga impact, semakin tinggi suhu semakin
besar harga impact, dan sebaliknya. Hubungan yang dibentuk antara suhu
dengan harga impact adalah berbanding lurus.
6. Temperatur dan kegetasan baja struktural dapat ditentukan dengan
melakukan uji impact. Dengan cara menyetting alat pada suhu kamar,
dingin, dan panas.
7. Berbeda temperatur maka keadaan spesimen yang dikenai impact akan
berbeda pula, pada suhu tinggi biasanya keadaan material akan lebih getas,
dan begitupun sebaliknya pada saat suhu rendah.
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Kalibrasi alat yang bersifat terskala harus diperhatikan agar pencatatan
data hasil pengukuran lebih akurat.
47
Laporan Praktikum Mekanika Teknik
2. Pemasangan spesimen pada alat uji tarik hendaknya seimbang atas dan
bawah agar kondisi patahan dapat berada di tengah sehingga akan
dihasilkan data yang baik.
3. Pada uji impak, sebaiknya dilakukan pengujian pada suhu yang berbeda.
Agar dapat diketahui keadaan material apabila diberi beban kejut pada
suhu tertentu.
48
DAFTAR PUSTAKA