Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru,

diprogramkan secara terpusat. Era tersebut menjelaskan bahwa pembangunan desa

dilakukan secara seragam (penyeragaman). Program pembangunan desa lebih

bersifat top-down. Perencanaan pembangunan yang lebih merupakan inisiatif

pemerintah (pusat atau daerah) yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh

pemerintah atau melibatkan masyarakat desa di dalamnya. Pada era reformasi

secara substansial pembangunan desa lebih cenderung diserahkan kepada desa itu

sendiri. Sedangkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah cenderung

mengambil posisi dan peran sebagai fasilitator, memberi bantuan dana, pembinaan

dan pengawasan (Muhi,2012 : 12).

Perencanaan pembangunan dengan menggali potensi atau kebutuhan

masyarakat desa. Masyarakat desa tersebut diberi kesempatan dan keleluasan

untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri apa yang

mereka butuhkan. Masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka

butuhkan. Pemerintah Pusat hanya memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat

desa dapat memberikan partisipasi dalam pembangunan desa. Sehingga, program

pembangunan desa lebih bersifat bottom-up atau kombinasi buttom-up dan top-

down (Azwardi.& Sukanto, 2014).

1
Program pembangunan desa yang bersifat bottom-up dijelaskan dalam

Undang-Undang Otonomi Daerah (OTDA) nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor

25 tahun 1999 yang mengatur tentang Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal.

Kebijakan ini mengalami perubahan dengan dikeluarkannya UU No. 32 tahun

2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua UUini mengatur tentang Pemerintahan

Daerah dan Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat-Daerah. Otonomi

daerah telah yang dilaksanakan seluruh Provinsi di Indonesia tanpa terkecualidi

Provinsi Lampung.

Sejak otonomi daerah dilaksanakan di Provinsi Lampung terdapat

perubahan wilayah administratrastif yang sebelumnya hanya ada 8 kabupaten/kota

dan sekarang menjadi 15 Kabupaten/Kota. Kondisi tersebut terjadi sampai tingkat

wilayah administrastif terkecil (desa) dilakukan pemekaran. Menurut BPS

Provinsi Lampung (2016) terdapat 2.643 desa/kelurahan dengan 227 kecamatan.

Angka tersebut mengalami perubahan 33 persen lebih tinggi bila dibandingkan

tahun 1990 (1.986 desa dan 180 kecamatan).Pembangunan desa berkaitan erat

dengan permasalahan sosial, ekonomi, politik, ketertiban, pertahanan dan

keamanan dalam negeri. Oleh karena itu, perlu perhatian dan bantuan negara

(dalam hal ini pemerintah).

Kondisi ini meprlihatkan bahwa masyarakat desa dinilai masih perlu

diberdayakan dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Bantuan

tersebut dituangkan sebagai. modal yang diberikan untuk pemerintah desa dalam

memberdayakan masyarakatnya yang berasal dari berbagai sumber, salah satunya

adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2
Dana tersebut merupakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang berjumlah 10 persen

dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Alokasi Dana Desa

(ADD) ditujukan kepada desa-desa sebagai penunjang untuk melaksanakan

pembangunan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing desa.

Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah Provinsi Lampung memiliki

peran yang cukup besar dalam pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan

pengelolaan dana desa. Peran pemerintah Provinsi Lampung dalam pembangunan

desa dibuktikan bahwa selama tahun 2016-2018 alokasi dana desa mengalami

peningkatan dengan rata-rata sebesar 53 persen.

.Tabel 1.1Pertumbuhan Alokasi Dana Desa Menurut Kabupaten / Kota di


Provinsi Lampung Tahun 2016-2018
Kabupaten/Kota Pertumbuhan (%)
2016 2017 2018
Lampung Barat 124.36 27.26 7.5
Lampung Selatan 124.45 27.33 9.7
Lampung Tengah 124.60 27.35 7.6
Lampung Utara 93.18 27.47 11.9
Lampung Timur 160.72 27.32 7.9
Tanggamus 523.83 27.37 4.5
Tulang Bawang 123.94 27.40 6.4
Way Kanan 326.33 27.40 36.3
Pesawaran 167.67 27.37 12.4
Pringsewu -6.83 30.98 5.6
Mesuji 59.08 26.70 -1.4
Tulang Bawang Barat 124.42 27.26 -0.7
Pesisir Barat 18.10 28.07 6.6
Lampung 124.43 27.38 7.29
Sumber : www.djpk.depkeu.go.id (diakses 12 September 2018)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa selama tahun 2016-

2018Alokasi Dana Desa (ADD) di Provinsi Lampung mengalami

peningkatansetiap tahun. Pertumbuhan Alokasi dana Desa tertinggi yaitu tahun

3
2016 sebesar 124,43 persen.Hal ini disebabkan oleh fokus pemerintah dalam

meningkatkan pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung. Selama periode

2016-2018 pertumbuhan alokasi dana desa tertinggi yaitu di Kabupaten

Tanggamus dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 185,2 persen, disusul oleh

Kabupaten Way Kanan dengan rata-rata perumbuhan 130,0 persen serta

Kabupaten Persawaran dengan rata-rata sebesar 69,1 persen.Tingginya Alokasi

Dana Desa (ADD) di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Way Kanan

memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten tersebut.

14

12 6.49
Pertumbuhan Ekonomi (%)

5.87 5.9 5.61


10 5.13 5.3 5.29

6 5.67
5.31 5.55 5.28 5.27 5.12 5.11
4
Kabupaten Tanggamus
2 Kabupaten Way Kanan

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Sumber : BPS Provinsi Lampung (Lampung dalam Angka, 2011-2017)


Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten
Way Kanan.

Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan bahwa selama tahun 2011-2017

laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Way Kanan

bergerak fluktuaktif dengan rata-rata masing-masing sebesar 5,3 persen dan 5,6

4
persen. Laju pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2014 masing-

masing sebesar 5,67 persen dan 6,49 persen. Kabupaten Way Kanan memiliki laju

pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi di Bandingkan Kabupaten Tanggamus.

Kondisi ini didukung oleh peningkatan pengembangan Industri Kecil Menengah

dan menjadikan Kabupaten Way Kanan sebagai Sentra Industri Kreatif.

Sedangkan rendahnya Laju Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Tanggamus

disebabkan oleh menurunnya PDRB darisektorPertanian yang merupakan sektor

unggulan di Kabupaten tersebut.

Konsep Alokasi Dana Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005, tentang penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD),

penyerahan urusan dari Kabupaten/Kota kepada Desa dan pengembangan

perencanaan pembangunan partisipatif dan penataan wilayah desa. ADD

merupakan dana yang diperoleh dari dana perimbangan dikurangi belanja

pegawai, dan minimal 10 persen dipergunakan untuk desa.Implementasi dari

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tersebut sangatlahberagam, dan

diakui belum semua daerah mengalokasikannya minimal 10 persen. Kenyataan ini

dialami pula oleh kabupaten/kota di Provinsi Lampung ada beberapa daerah yang

belummenjalankannya dan ada pula yang telah merencanakan program 1 milyar

per desa yang disyaratkan dalam peraturan tersebut. Program tersebut hanya

terealisasi sebesar 100 juta rupiah dari Alokasi Dana Desa (ADD).

Secara umum, diperlukan program untuk meningkatkan pembangunan di

desa, menurut Chen (2004) membuktikan pertumbuhan ekonomi di Cina di

dukung oleh reformasi fiskal yang disertai reformasi perdesaan. Disamping itu

5
reformasi fiskal saja tidak cukup dalam meningkatkan pertumbuhan, diperlukan

perencanan institusi berkaitan dengan pasar dan kualitas modal manusia. Sejalan

dengan penelitian tersebut Booth (2014: 20) menjelaskan bahwa tranformasi

ekonomi ditentukan oleh peran pembiyaan Sektor Pertanian di perdesaan.

Brandt et.al(2008: 12) menganilisistranformasi ekonomi dan pertumbuhan

di Cina dipengaruhi oleh human capital dan intrasectoral reallocationantara

Sektor Pertanian dan Nonpertanian. Reformasi fiskal memang secara nyata

memberikan dampak mengejar ketertinggalanbagi desa-desa yang tertinggal.

Kondisi ini harus melaui pemanfaatan kualitas sumber daya manusia dan

pembiayaan pedesaan dalam pembangunan desa.

Adapun Tujuan dari penggunaan dana desa dalam Pelaksanaan program

dan kegiatan Pembangunan Desa menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

(2017), meliputi (1) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan

infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk

ketahanan pangan dan permukiman; (2) Pembangunan, pengembangan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat; (3) Pembangunan,

pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan

kebudayaan. (4) Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi

pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi. (5)

Pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta

kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan peningkatan pertumbuhan Alokasi Dana Desa di Provinsi

Lampung Barat selama tahun 2016-2018, maka perlu dikaji Efektivitas

6
Pengelolaan Dana Desa (DD) dalam meningkatkan pendapatan masayarakat,

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak suatu desa

dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerahnya sehingga terwujudnya

pertumbuhan dan perkembangan desa secara merata.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana Efektivitas Pengelolaan Dana Desa (DD) dalam Pembangunan Desa

di Kabupaten Lampung Barat?

1.3 Tujuan Penlitian

Untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Dana Desa (DD) dan dampaknya

terhadapPembangunan Desa di KabupatenLampung Barat?

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan dapat membandingkan

antara teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah dengan penelitian yang

dilakukan serta sebagai referensi bagi penulis lainnya, khususnya yang berkaitan

dengan ekonomi keuangan daerah khususnya tentang alokasi dana desa

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah khususnya pemerintah

Kabupaten Lampung Barat dalam penentuan kebijakan dalam bidang ekonomi

keuangan daerah khususnya alokasi dana desa.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Alokasi Dana Desa
2.1.1.1 Pengertian, Tujuan dan Bidang Kegiatan yang Dibayai ADD

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai bantuan dana stimulan atau dan

perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Desa yang

ditunjang dengan partisipasi swadaya masyarakat dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat (Suryaningrat, 2014: 41).

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 68 (c) tentang Desa

menyatakan bahwa sumber pendapatan desa berasal dari bagian dana

perimbangan keuangan pusat, dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

Desa paling sedikit menerima 10 persen Alokasi Dana Desa (ADD) setelah

dikurangi belanja pegawai dibagi untuk setiap Desa secara proporsional. Menurut

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2014

prinsip penggunaan prioritas dana desa antara lain; (1) Keadilan: tidak membeda-

bedakan hak dan kepentingan seluruh warga desa. (2) Kebutuhan Prioritas:

Kebutuhan masyarakat yang lebih penting didahulukan. (3) Tipologi Desa:

kondisi sosial-ekonomi, geografis, demografis suatu desa yang bersangkutan.

8
Latar belakang diberlakukannya ADD adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan

publik, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan

antar desa dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan.

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak suatu desa

dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerahnya dalam rangka terwujudnya

pertumbuhan dan perkembangan desa secara merata. Oleh karena itu kebijakan

pendanaan desa harus diimplementasikan secara efektif dan efisien dalam rangka

penguatan otonomi desa (Kementerian Desa, 2014).

Adapun tujuan dari penggunaan dana desa dalam Pelaksanaan program

dan kegiatan pembangunan desa menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

(2017), meliputi (1) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur

atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan

dan permukiman; (2) Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana kesehatan masyarakat; (3) Pembangunan, pengembangan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan. (4)

Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan

pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi. (5) Pembangunan dan

pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta kegiatan pelestarian

lingkungan hidup.

Menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (2017)Prioritas

penggunaan alokasi dana desa digunakan untuk membiayai kegiatan desapada

bidang beserta parameternya sebagai berikut :

9
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pelaksanaan kegiatan operasional desa menjadi prioritas dalam

pengunaanADD di bidang ini. Penyelenggaraan administratif bagi perangkat desa

sertakegiatan terkait penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa, perangkat

desa.Agenda lain yang tercantum mencakup sistem administrasi desa,

pendataan,musyawarah, pengelolaan asset, kerjasama dan unit arsip tingkat desa.

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Pelaksanaan dan pembangunan desa merupakan salah satukegiatan yang

menjadi parameter bagi pemerintah daerah adalah kegiatanpembangunan jalan

desa, jalan pemukiman dan jalan menuju wilayah pertanian.Kegiatan

pembangunan pertanian di desa mencakup pembangunan tembokpenahan tanah,

drainase, sumur resapan, pembangkit listrik, saluran irigasi.Kegiatan

pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan mencakuppembangunan taman

desa, septitank, MCK, tempat pembuangan, rumah ibadah,posyandu, taman

bacaan, perpustakaan dan sanggar belajar. Serta pembangunan dibidang

perekonomian seperti pembangunan pasar, usaha dan lembaga keuanganmikro

berbasis desa.

3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Kegiatan penyelenggaraan masyarakat mencakup

penyelenggaraanketertiban dan ketentraman, pengadaan sarana dan prasaran

olahraga, santunansosial bagi anak yatim dan fakir miskin, pelaksanaan upacara

adat serta peringatanhari besar nasional.

10
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan mencakup peningkatan kapasitas bagi perangkat

desa,pelatihan di usaha bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan, serta

peningkatankapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat.Upaya yang dilakukan

pemerintah untuk meningkatkan kapasitas kemampuandesa adalah pengalokasian

ADD. ADD menurut UU No 6 tahun 2014 tentangdesa dan PP No 60 tahun 2014

sebagai sumber pendapatan desa berasal dariAnggaran Pendapatan dan Belanja

Negara yang alokasinya digunakan secaratransparan dan akuntabel sesuai

peraturan perundang-undangan dan digunakanuntuk membiayai kegiatan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaanmasyarakat dan

pemberdayaan masyarakat.

Selama era reformasi progam tersebut diserahkan kepada pemerintah

daerah dan desa itu sendiri. Peran pemerintah pusat adalah sebagai penyalur dana

kepada pemerintah daerah, supervisi dan pembinaan. Pemberlakuan kebijakan

otonomi daerah dituangkan dalam UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah dan UU No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah. Diharapkan dengan adanya peraturan tersebut dapat

meningkatkan kinerja peran pemerintah daerah yang sesuai dengan karakter

daerah yang bersangkutan.dan akan mendorong pertumbuhan dan pembangunan

desa serta memberi efek catching-up bagi daerah yang sebelumnya tertinggal

menjadi daerah maju (Rahayu, 2012).

11
2.1.1.2. Perbedaan ADD Era Pemerintah 2014-2019 dengan Era Pemerintah

Sebelumnya.

Selama era pemerintahan periode 2009-2014 Alokasi Dana Desa (ADD) yang

diberikan oleh pemerintah kepada setiap desa dalam anggaran pendapatan dan

belanja daerah tidak ada bedanya dengan era pemerintahan periode 2014-2019

dalam sisi pengalokasian dan penggunaannya, masih sama terbagi kedala empat

bidang yang mendukung pelaksanaan pembangunan desa, yaitu Bidang

Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

Menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (2017) perbedaan era

pemerintahan periode 2009-2014 dengan era sebelumnnya murni hanya ADD

yang dialokasikan ke desa, beda halnya pada saat era pemerintahan periode 2014-

2019, ADD tetap disalurkan namun, memiliki kebijakan untuk menambah suatu

pengeluaran fiskal yaitu Dana Desa yang bersumber dari APBN, hal ini tentunya

merupakan sebuah kebijakan untuk memaksimalkan pembangunan masyarakat

dari tingkat desa agar terciptanya pembangunan yang merata. Sehingga jumlah

ADD di tahun pemerintahan 2014-2019 menjadi besar demi tercapainya efisiensi

dalam pembangunan desa.Sasaran penambahan Dana Desa ke dalam

pemerintahan desa berdasarkanPermendes Nomor 22 Tahun 2016 digunakan

untuk dua bidang, antara lain, untukpelaksanaan pembangunan desa dan

pembinaan kemasyarakatan.

12
Tabel 2.1 Bidang dan Kegiatan yang dibiayai oleh ADD tahun 2009-2017
No Nama Bidang Jumlah Kegiatan
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa 22
2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 61
3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 9
4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 5
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Barat,
(Laporan Kegiatan Desa Lampung Barat, 2017)

Tabel2.1 menjelaskan bidang dan kegiatan yang dibiayai oleh ADD terbagi

kedalam 4 bidang yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Kabupaten

Lampiung Barat Nomor 15 Tahun 2015. Kegiatan dibidang penyelenggaraan

pemerintah desa terdapat 22 kegiatan meliputi pembentukan BPD, pembangunan

serta pemeliharaan sarana dan prasarana kantor desa, serta kegiatan-kegiatan lain

yang sifatnya untuk membangun mendukung penyelenggaraan pemerintahan di

desa.Selanjutnya, untuk bidang kedua ialah bidang pelaksanaan pembangunan

desa yaitu sebanyak 61 kegiatan, antara lain kegiatan pembangunan jalan desa,

kegiatan pembangunan irigasi usaha tani/irigasi perdesaan, kegiatan pengelolaan

BUMDesa, serta kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk membantu

pelaksanaan pembangunan desa.

Selain itu, terdapat bidang pembinaan kemasyarakatan sebanyak 9 kegiatan

seperti, kegiatan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, kegiatan pemberian

santunan sosial kepada anak yatim dan fakir miskin, serta kegiatan lain yang

dilakukan untuk pembinaan masyarakat. Untuk bidang keempat, yaitu bidang

pemberdayaan masyarakat, terdapat 5 kegiatan yaitu kegiatan peningkatan

kapasitas bagi kepala desa, perangkat desa dan BPD, kegiatan pelatihan usaha

ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan, kegiatan peningkatan kapasitas

13
masyarakat dan kegiatan peningkatan kapasitas lembaga kemasyarakatan.

Berbagai macam kegiatan yang ada di masing-masing bidang, sebenarnya tidak

seharusnya dilakukan oleh setiap desa, tergantung kepentingan dan prioritas

penggunaan ADD. Masing-masing desa hanya memilih kegiatan apa saja yang

diperlukan sesuaidengan kebutuhan desa itu sendiri.

2.1.2Efektivitas Dana Desa

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya

keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu

terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan

dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan

efisiensi (Azwardi, 2014)

Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan suatu kerja yang

dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan hasil guna yang diharapkan.

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang

telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin

tinggi efektivitasnya.Suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai

dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan

pencapaian tujuan penerimaan Dana Desa di Desa Kabupaten Lampung dapat

dilakukan tindakan untuk mencapai hal tersebut (Gie, 2000: 35).

Menurut Osborne dan Gaebler (1997), efisiensi adalah ukuran berapa

banyak biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing unit output, sedangkan

efektivitas adalah ukuran kualitas output itu. Ketika menguku refisiensi, harus

14
diketahui berapa banyak biaya yang harus ditanggung untuk mencapai suatu

output tertentu. Ketika mengukur efektivitas harus diketahui apakah investasi

tersebut dapat berguna. Efisiensi dan efektivitas merupakan hal penting, tetapi

ketika organisasi publik mulai mengukur kinerja, seringkali hanya mengukur

tingkat efisiensi saja.

Pengelolaan dana desa harus mencakup empat azas, di antaranya adalah:

(1) Partisipatif, yaitu keikutsertaan serta keterlibatan masyarakat desa dalam

memutuskan dan menetapkan kebijakan desa. (2) Transparasi, yaitu kejujuran dan

keterbukaan informasi seluas-luasnya bagi stakeholders untuk mengetahui setiap

detail kegunaan anggaran dari DD di desa. (3) Akuntabel, yaitu pertanggung

jawaban yang harus (4 ) dilakukan oleh pemerintah desa terhadap pengelolaan

dana desa. Tertib dan displin anggaran, yaitu informasi yang harus disampaikan

terkait kecukupan dana yang diperoleh pemerintah desa untuk membiayai seluruh

pengeluaran desa serta ketepatan waktu yang digunakan untuk melaksanakan

pembangunan.

2.1.2.1 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena

efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa

yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut

produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa

efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat

efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau

15
hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan

tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak

efektif (Halim, 2009:12)

Efektivitas merupakan fungsi yang terdapat dari manejemen, dalam

sebuah efektivitas terdapat prosedur, strategi, kebijaksanaan, program dan

pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau

pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama. Dapat diartikan juga ukuran

efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan

tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi,

program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.Efektivitas

berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Rasio

efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah desa dalam merealisasikan

pendapatan asli daerah dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan

potensi riil. (Halim, 2009 :12)

Menurut Halim (2009) Efektivitas dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Realisasi DD
Efektivitas = X 100%
Target DD

Efektivitas suatu organisasi dikatakan baik apabila rasio yang dicapai

minimal 90% sampai dengan 100%, tetapi alangkah lebih baik lagi jika organisasi

tersebut mampu memperoleh lebih besar dari itu.

16
2.1.2.2Kriteria Rasio Efektivitas

Menurut Halim (2009 : 13) penilaian atas efektivitas dari hasil perbandingan

antara realisasi dengan target Dana Desa dapat dinyatakan sangat efektif apabila

hasil perhitungan di atas 100%, hasil perbandingan antara realisasi dengan target

Dana Desa jika tingkat pencapaiannya 90-100% dapat dikatakan efektif. Hasil

perbandingan antara realisasi dengan target Dana Desa jika tingkat pencapaiannya

80-89% dapat dikatakan cukup efektif; hasil perbandingan antara realisasi dengan

target Dana Desa jika tingkat pencapaiannya 60-79% dapat dikatakan kurang

efektif; dan hasil perbandingan antara realisasi dengan target Dana Desa jika

tingkat pencapaiannya <60% dapat dikatakan tidak efektif.

2.1.3 Produk Domestik Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik adalah

sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu wilayah domestik. Atau merupakan jumlah hasil seluruh nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah.

PDRB merupakan salah satu indikator penting dalam pertumbuan ekonomi di

suatu wilayah tertentu dan dalam suatu periode tertentu (setahun). yang dihasilkan

oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu negara atau suatu daerah, ada dua cara

dalam penyajian PDRB, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

1) PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. PDRB menurut harga berlaku

digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, dan struktur

ekonomi suatu daerah.

17
2) PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa

tersebut dapat dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga konstan digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun.

Angka PDRB dapat diperoleh melalui tiga cara pendekatan yaitu pendekatan

produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran:

1) Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

wilayah/provinsi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi

tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 sektor atau lapangan

usaha yaitu; 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan2. Pertambangan dan

Penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Air

Bersih, Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, 6.

Perdagangan Besar dan Eceran, Repariasi Mobil dan Sepeda Motor, 8.

Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum,

10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi, 12. Real

Estate, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Jasa

Sosial, 17. Jasa lainnya.

2) Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jasa yang diterima oleh

faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah

dalam waktu tertentu balas jasa dalam faktor produksi yaitu: upah dan gaji,

sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB mencakup

18
juga penyusutan neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut

sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah

dari nilai tambah bruto seluruh sektor.

3) Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua

komponen permintaan akhir yaitu: 1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga

dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. 2) Konsumsi pemerintah. 3)

Pembentukan modal tetap domestik bruto. 5) Perubahan stok. 6) Ekspor netto.

2.2.1.3 Jumlah Penduduk

Menurut BPS mendefenisikan “penduduk adalah semua orang yang berdomisili di

wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka

yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan proses keseimbangan yang dinamis antara

komponen kependudukan yang dapat menambah dan mengurangi jumlah penduduk,

meliputi komponen: Kelahiran (fertalitas), Kematian (mortalitas), Migrasi masuk,

dan Migrasi keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan

alamiah (natural increase). Sedangkan selisih antara migrasi masuk (in-migration)

dan migrasi keluar (out-migration) disebut migrasi neto (net-migration).59menurut

BPS mendefenisikan “penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Menurut Malthus, pada saat jumlah penduduk telah berlipat-lipat kali 30

sampai dengan 40 pertahun lebih besar menurut deret ukur, pada saat yang

samadikarenakan hasil yangmenurun dari hasil faktor produksi tanah, persediaan

pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. maka bumi yang akan pada akhirnya

19
menjadi terasa sempit dan seolah hanya tinggal separuhnya saja, dan pada akhirnya

akan mengurangi dari sandang, papan, dan pangan maupun alat-alat pemuas

kebutuhan yang lainnya. Sehingga jatuh dibawah tingkat yang di butuhkan oleh

kehidupan manusi (Todaro, 2006).

2.2Penelitian Terdahulu:

Kajian Saputra (2016) tentang efektivitas pengelolaan alokasi dana desa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Alokasi Dana Desa 2012-2014 dikategorikan

efektif. Tingkat efektivitas pengelolaan alokasi dana desa padaDesa Lambean

yaitu 2009 98,8 persen, 2010-2011 100persen, 2012 98,24persen, 2013 100persen,

dan 2014 99,57persen. Hambatan yang dialami di Desa Lambean untuk

merealisasi alokasi dana desa adalah pemahaman masyarakat terhadap ADD, miss

komunikasi, dan pencairan alokasi dana desa yang terlambat dengan cara

menanggulangi hambatan tersebut perlu adanya pelatihan, meningkatkan

koordinasi unit kerja, serta anggaran dana cadangan.

Penelitian Sukanto dan Azwardi (2014) yang membahas efektivitas

Alokasi Dana Desa dan keniskinan menemukan beberapa hal yang berkaitan

dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: penyaluran dana ADD belum

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila dilihat dari jumlah yang disalurkan

hingga tahun 2012 belum satupun yang memenuhi ketentuan yang berlaku

(minimal 10 persen dari dana bagi hasil ditambah pajak dikurangi belanja

pegawai). Namun, daerah yang telah melakukan penyaluran ADD menunjukkan

peningkatkan, bila tahun 2006 sebesar 35,71persen, meningkat menjadi

90persenditahun 2012. Alasan yang mengemuka, peraturan tersebut tidak

20
memberikan sanksi terhadap daerah yang tidak menyalurkan ADD. Bila suatu

daerah merasa belum mampu untuk menganggarkan ADD Pemerintah Provinsi

maupun Pusat tidak bisa melakukan tindakan (sanksi).Hasil regresi sederhana

menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara ADD terhadap tingkat

kemiskinan,demkian juga hasil simulasi ADD minimal 10persen terhadap

terhadap kemiskinan pun menunjukkan hubungan yang negatif.

Selanjutnya, Kajian Rosalina (2013) menunjukkan bahwa kinerja

pemerintahan desa dalam pembangunan infrastruktur dan partisipasi masyarakat,

yang dapat dilihat dari produktivitas, responsivitas, responsibilitas dan

akuntabilitas pemerintah desa. Untuk mewujudkan pembangunan yang bersifat

partisipatif perlu adanya partisipasi masyarakat yang aktif untuk mendukung

pembangunan di desa.

Penelitian Meutia dan Liliana (2017) yang bertujuan mengetahui

implementasi pengelolaan keuangan dana desa di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera

Selatan di 26 desa. Hasil penelitian mengungkap aspek pengelolaan keuangan

secara umum telah sesuai dengan apa yang diatur dalam Permendagri No

113/2014 dan mematuhi prinsip dasar pengelolaan keuangan. Masalah di beberapa

desa ini adalah belum semua desa memiliki sumber daya manusia yang

menguasai aspek pelaporan pengelolaan keuangan dan pertanggung jawaban atas

prinsip dasar pengelolaan keuangan. Hal ini mengakibatkan ketimpangan dalam

pelaksanaan pembangunan di perdesaan.

Kajian Karimah, Saleh, dan Wanusmawatie (2014) menunjukkan

bahwa secara normatif dan administratif pengelolaan alokasi dana desa dilakukan

21
dengan baik, namun secara substansi masih belum menyentuh makna

pemberdayaan yang sesungguhnya. Selain itu, beberapa stakeholders juga belum

melaksanakan perannya secara maksimal, hanya kepala desa selaku tim pelaksana

yang mendominasi pengelolaan alokasi dana desa tersebut. Budaya paternalistik

masyarakat desa menyebabkan masyarakat bersikap acuh dan menaruh

kepercayaan sepenuhnya kepada kepala desa terhadap pengelolaan alokasi dana

desa, serta dominasi pihak kecamatan dalam penyusunan surat pertanggung

jawaban yang menyebabkan kurangnya kemandirian desa.

Roronget.al (2015) dalam penelitiannyaterkait dengan efektivitas

penggunaan dana desa dalam pembangunan di Desa Bango. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa efektivitas dana desa yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu

ketepatan penentuan waktu, ketepatan perhitungan biaya, ketepatan dalam

pengukuran dan ketepatan berfikir, apabila seluruh aspek tersebut berjalan dengan

baik dan efesien maka efektivtas pengelolaan dana desa akan tercapai dan

memberikan dampak yang positif bagi pembangunan desa tersebut.

Putra, Pratiwi, dan Suwondo (2014) menyatakan bahwa sebagian dari

dana Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya

operasional pemerintah desa dan BPD sehingga penggunaan Alokasi Dana Desa

tidak sesuai dengan peruntukannya. Faktor pendukung dalam pengelolaan Alokasi

Dana Desa adalah partisipasi masyarakat. Faktor penghambat, kualitas sumber

daya manusia dan kurangnya pengawasan langsung oleh masyarakat.

Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) yang dikaji oleh Umi (2014) dengan alat analisis yang digunakan

22
adalah metode deskriptif kualitatif menunjukkan bahwa kinerja keuangan

APBDesa Argodadi berfluktuatif selama 4 (empat) tahun. Sedangkan rasio

efisiensi perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa menunjukkan

penurunan setiap tahun, tahun 2011 turun 2,90persen, tahun 2012 turun

2,96persen, dan tahun 2013 turun 1,05persen.Sementara itu, rasio efektivitas

menunjukkan perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa desa Argodadi

sangat baik, karena pada tahun 2011 mengalami peningkatan 10,23persen dan

pada tahun 2013 meningkat 17,43persen.

Selanjutnya kajian Atmojo et.al(2015) dengan tujuan untuk

mengetahui dan menganalisis efektivitas dari alokasi dana desa menuju

pembangunan masyarakat khususnya pada aspek ekonomi. Metode analisis yang

digunakan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif, dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan alokasi dana desa efektif untuk

mengembangkan potensi ekonomi. Kedua, Desa Bangunjiwo menyediakan

pelatihan khusus untuk kegiatan masyarakat dalam rangka mendorong tumbuhnya

potensi ekonomi.

Aziz (2016) dalam analisis Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa

menemukan bahwa peran penting pemerintahan desa sebagai otonomi daerah.

Sementara itu berdasarkan rasio efektivitas menunjukkan perkembangan kinerja

keuangan pemerintah desa desa sangat baik, karena selama tahun 2012-2016

terjadi peningkatan rasio efektivitas dana desa.

23
Setiawati (2016) menemukan bahwa Efektivitas Pengelolaan Dana

Desa pada Infrastruktur Desa didasari oleh penilaian masyarakat, pengelolaan

dana desa yang berada pada kategori cukup efektif dengan angka 99, sedangkan

untuk kategoriefektivitas pengolahan dana desa dilhat dari akuntabel, disiplin dan

tertib anggaran, transparansi, evaluasi, perencanaan, dan partisipasi dana desa,

pengolaan dana desa dapat dikategorikan cukup efektif.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan alokasi dana desa yang dioalah secara efektif dan efisien

akan memberikan pengaruh terhadap pembangunan desa. Chen (2004)

membuktikan pertumbuhan ekonomi di dukung oleh reformasi fiskal yang disertai

reformasi perdesaan. Disamping itu menurutnya reformasi fiskal saja tidak cukup

24
dalam meningkatkan pertumbuhan, diperlukan perencanan institusi berkaitan

dengan pasar dan kualitas modal manusia.

Sejalan dengan penelitian tersebut Booth (2014) menjelaskan bahwa

tranformasi ekonomi ditentukan oleh peran pembiyaan sektor pertanian di

perdesaan. Peran pembiayaan sektor pertanian akan memberikan dampak terhadap

pasar, adanya pembiayaan desa akan menyebabkan kualitas sektor pertanian baik

dari kulaitas sumber daya manusia maupun perluasan pasar akan mengalami

peningkatan secara signifikan yang pada akhirnya akan berdampak pada

pembangunan desa.

Sementara itu menurut Brandt et.al (2008) tranformasi ekonomi dan

pertumbuhan dipengaruhi oleh pembiayaan desa yang berkaitan dengan human

capital dan intrasectoral reallocation antara Sektor Pertanian dan Nonpertanian.

Tarnformasi ekonomi yang diukur dari reformasi fiskal memang secara nyata

memberikan dampak mengejar ketertinggalanbagi daerah-daerah yang tertinggal

akan tetapi, pembangunan perdesaan harus melaui pemanfaatan kualitas sumber

daya manusia dan peran pembiayaan pedesaan dalam pembangunan desa.Kajian

ini akan mengikuti penelitian Sukanto dan Azwardi (2014) yang membahas

tentang efektivitas penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) dalam meningkatkan

pembangunan desa dan dampak alokasi desa terhadap kesejahteraan masyarakat

dengan mengunakan indikator kemiskinan. Secara umum terdapat perbedaan

penelitian ini dengan kajian yang diukuti yaitu perbedaan perhitungan efektivitas

dana desa serta melihat perkembangan efektivitas ADD berdasarkan desa

berkembang dan desa maju.

25
Dana Desa

Efektivitas

Realisasi DD Target DD

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

26
Objek penelitian ini mengenai Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

dan perbandingan Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)yang diukur

dari realisasi Alokasi Dana Desa (ADD)di Kecamatan Balik Bukit meliputi Desa

Gunung Sugih yang merupakan desa tertinggal dan Desa Bandar Baru di

Kecamatan Sukau yang merupakan desa berkembang menurut Indeks Desa

Membangun (IDM).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian perangakat desa yang mengelolah Alokasi Dana Desa

(ADD) di Kecamatan Balik Bukit meliputi Desa Gunung Sugih yang merupakan

desa tertinggal dan Desa Bandar Baru di Kecamatan Sukau yang merupakan desa

berkembang Kabupaten Lampung Barat.Metode yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Pemilihan Sampel meliputi

pemilihan Kabupaten di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Barat.

Selanjutnya pemilihan desa yang meliputi Desa Gunung Sugih di Kecamatan

Balik Bukit yang merupakan tertinggal dan Desa Bandar Baru di Kecamatan

Sukau yang merupakan Desa Berkembang di Kabupaten Lampung Barat.

Pemilihan terakhir yaitu pengambilan sampel pada perangkat desa yang terdiri

dari Kepala Desa, Seketaris Desa, Bendahara Desa, Tokoh Masyarakat,

Organisasi Pemuda dan KAUR

2.3 Jenis Dan SumberData

2.3.1 Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang

27
diperoleh secara langsung dari responden yang diinginkan oleh peneliti melalui

wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data lapangan dengan

menggunakan kuisioner. Data primer yang dibutuhkan adalah tanggapan

pemerintah desa dan masyarakat tentang penyelenggaraan Dana Desa selama ini.

2.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kepustakaan

dan arsip/laporan, diantaranya data dari segala kegiatan yang berkaitan dengan

proses pengelolaan Dana Desa serta dokumen-dokumen seperti Monografi Desa,

Peraturan Desa, Kondisi sarana dan prasarana dan data-data lainnya yang

diperoleh dari Kementerian Keuangan, Kecamatan, Desa, dan instansi lain yang

terkait.

2.4MetodePengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu

pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terkait.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara melalui tanya jawab

dengan responden.Metode yang digunakan dalam pemilihan responden yaitu

menggunakan mode Purposive. Pemilihan tersebut didasari oleh keunggulan

ekonomi di Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan Desa meliputi Desa Gunung

Sugih di Kecamatan Balik Bukit dan Desa Bandar Baru di Kecamatan Balik

Bukit Kabupaten Lampung Barat. Desa Gunung sugih dipilih karena desa

tertinggal dan Desa Bandar Baru karena desa berkembang.

3.6 Teknik Analisis

28
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif

deskriptif Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik

responden dan penyajian data secara deskriptif.Serta perbandingan efektivitas

Alokasi Dana Desa (ADD) di desa tertinggal dan di desa berkembang.

3.7 Definisi Operasional variabel dan Pengukuran

1. Efektivitas adalah perbandingan antara realisasi dana desa dan target dana

desa di Desa Gunung Sugihdan Desa Bandar Barutahun 2018, diukur

dalam satuan persen.

2. Desa adalah desa yang menjadi lokasi penelitian yaitu Desa Gunung Sugih

yang merupakan Desa Pertanian dan Desa Bandar Baru yang merupakan

desa sentra industri.

3. Dana desa alokasi anggaran pemerintah pusat untuk pembanguna desa di

Desa Desa Gunung Sugihdan Desa Bandar Barutahun 2018, diukur dalam

satuan rupiah.

4. Pembangunan Desa adalah pendapatan perkapita masayarakat yang diukur

dari pendapatan desa dibagi jumlah penduduk tahun 2018, dalam satuan

rupiah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian


4.1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Lampung Barat

29
Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun 2017 berdasarkan hasil

proyeksi penduduk adalah 298.286 jiwa yang terdiri dari 158.381 laki-laki dan

139.905 perempuan (dengan rasio jenis kelamin sebesar 113).

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut


Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2015-2017

Kecamatan Jumlah penduduk Pertumbuhan Penduduk


2015 2016 2017 2015-2016 (%) 2016-2017(%)
Balik Bukit 38140 38661 39186 1.366 1.3588
Sukau 21171 21328 21485 0.742 0.736
Lumbok 6637 6619 6601 -0.271 -0.272
Seminung
Belalau 11756 11710 11664 0.844 -0.393
Sekincau 18335 18510 18666 0.378 0.843
Suoh 17982 18050 18115 0.108 0.36
Batubrak 12914 19928 12941 -0.401 0.101
Pagar Dewa 19193 19116 19038 0.961 -0.408
Batu Ketulis 14874 15017 15161 1.454 0.959
Bandar Negeri 27381 27779 28178 0.996 1.436
Suoh
Sumber Jaya 23993 24232 24743 0.749 0.995
Way Tenong 32297 32539 32779 -0.339 0.738
Gedung Surian 14065 14021 13976 -0.313 -0.321
Kebun Tebu 21191 21673 22163 2.275 2.261
Air Hitam 13157 13505 13860 2.645 2.629
Lampung Barat 274086 302688 298556 0.881 0.8879
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Barat Dalam Angka, 2018

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di

Kabupaetn Lampung Barat selama tahun 2015-2017 mengalami fluktuaktif

dengan rata-rata 299.776 orang dengan laju pertumbuhan penduduk untuk tahun

2015-2016 sebesar 0.88persen dan tahun 2016-2017 sebesar 0.89persen. Secara

30
umum laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar

10,86persen. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu Balik Bukit, Way

Tenong dan Bandar Negeri Suoh. Selama tahun 2015-2017 jumlah penduduk

ketiga Kecamatan tersebut mengalami peningkatan dengan rata-rata untuk

Kecamatan Balik Bukitsebesar 1.32persen, Kecamatan Way Tenong dengan rata-

rata sebesar 0.74persen dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh rata-rata

sebesar1,45persen.

4.1.2 Perkembangan PDRB di Kabupaten Lampung Barat

Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan sangat

bervariasi, tergantung dari seberapa besar peranan sektor tersebut dalam

pembangunan wilayah yang diukur dari kontribusi sektor tersebut Terhadap

PDRB Provinsi Lampung. Selama tahun 2010-2017 sektor unggulan di Kabupaten

Lampung Barat adalah Sektor Pertanian dengan kontribusi rata-rata selama tahun

2010-2017 adalah sebesar 32,62 persen.

Tabel 4.2 Distribusi PDRB ADHK menurut Lapangan Usaha di Kabupaten


Lampung Barat tahun 2010-2017
PDRB Sektor Distribusi Persentase PDRB (Persen) Rata-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata
A. Pertanian, Kehutanan, dan 34.56 34.67 33.81 33.16 32.69 31.92 31.68 30.4 32.62
Perikanan
1. Pertanian, Peternakan, 27.47 27.81 27.15 26.52 25.83 25.36 25.28 24.01 25.99
Perburuan dan Jasa Pertanian

31
a. Tanaman Pangan 12.04 12.2 11.87 11.71 11.05 11.09 11.06 11.13 11.44
b. Tanaman Hortikultura 2.59 2.78 2.79 2.73 2.63 2.58 2.76 1.83 2.59
c. Tanaman Perkebunan 8.22 8.17 7.81 7.42 7.45 7 6.66 6.12 7.23
d. Peternakan 3.81 3.86 3.93 3.89 3.9 3.83 3.96 4.13 3.93
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 0.81 0.8 0.75 0.76 0.79 0.86 0.84 0.8 0.80
2. Kehutanan dan Penebangan 0.39 0.37 0.38 0.39 0.39 0.43 0.49 0.47 0.42
Kayu
3. Perikanan 6.7 6.49 6.28 6.25 6.47 6.13 5.91 5.92 6.21
B. Pertambangan dan Penggalian 5.9 6.03 6.02 6.39 6.29 5.68 5.47 5.62 5.93
C. Industri Pengolahan 17.18 17.14 17.51 17.65 18.03 19.05 18.64 18.91 18.13
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.09 0.08 0.07 0.06 0.07 0.08 0.11 0.16 0.09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan 0.11 0.11 0.1 0.1 0.1 0.11 0.1 0.11 0.10
Sampah,
F. Konstruksi 9.01 8.75 8.82 8.73 8.91 8.5 8.78 9.28 8.82
G. Perdagangan Besar dan 12.21 12.11 11.7 11.33 11.02 10.86 11.18 11.42 11.37
Eceran;
H. Transportasi dan Pergudangan 4.22 4.06 4.13 4.49 4.65 5.15 5.24 5.25 4.71
I. Penyediaan Akomodasi dan 1.18 1.28 1.35 1.4 1.45 1.51 1.54 1.54 1.44
Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 3.32 3.35 3.54 3.54 3.46 3.55 3.74 3.9 3.58
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.92 2.06 2.28 2.36 2.24 2.2 2.21 2.19 2.22
L. Real Estate 2.76 2.79 2.76 2.73 2.83 2.87 2.93 2.98 2.84
M,N. Jasa Perusahaan 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.16 0.16 0.15
O. Administrasi Pemerintahan 3.26 3.06 3.26 3.35 3.54 3.7 3.53 3.49 3.42
P. Jasa Pendidikan 2.41 2.62 2.77 2.84 2.84 2.82 2.86 2.78 2.79
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0.87 0.91 0.93 0.93 0.92 0.98 0.97 0.94 0.94
Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 0.88 0.85 0.81 0.79 0.8 0.87 0.87 0.9 0.84
Sumber : Badan Pusat Statistik (Lampung Barat Dalam Angka, 2018)

PDRB Kabupaten Lampung Barat disumbang oleh 17 sektor yaitu:

pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik dan air minum;

bangunan; perdagangan (hotel dan restoran); angkutan dan komunikasi;

keuangan dan persewaan; jasa, dan lain-lain. Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan

bahwa selama kurun waktu 2010-2017 Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung

Barat di sumbang oleh sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan

dengan masing rata-rata sebesar 32,62 persen, 18,13 persen dan 11,37 persen.

32
Secara Umum selama tahun 2012-2017 struktur ekonomi Kabupaten

Lampung Barat didominasi sektor pertanian, industri pengolahan dan

perdagangandengan kontribusi rata-rata sebesar 62,3 persen dengan total

penyumbang tertinggi yaitu sektor pertanian sebesar 32,6 persen. Selanjutnya

kontruksi dan pertambangan ) memberikan kontribusi sebesar 14,35 persen.serta

perdagangan besar; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan

makan minum; jasa keuangan dan asuransi; real estate dan jasa perusahaan; dan

sektor jasa-jasa lainnya memberikan kontribusi sebesar 23,35 persen.Sektor

pertanian memiliki kontribusi sektor tertinggi terhadap PDRB di Kabupaten

Lampung selama tahun 2010-2017 walaupun secara umum kontribusi Sektor

Pertanian mengalami fluktuasi. Kondisi ini disebabkan sektor pertanian dan

pertambangan merupakan komoditas andalan atau seluruh kegiatan ekonomi di

Provinsi teresebut hanya bertumpuh pada kedua sektor tersebut.

4.1.3 Perkembangan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Lampung Barat

Alokasi dana desa adalah merupakan bagian dari dana Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah yang diterima oleh daerah/kabupaten untuk desa paling sedikit

10 persen secara proporsional dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

setelah dikurang dana alokasi khusus.

33
120 112.488
103.629
100
81.429
80
Miliar rupiah

60

36.298
40

20
3.47 %
0
2015 2016 2017 2018 Pertumbuhan
Tahun

Gambar 4.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa di Lampung Barat, 2015-


2018
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun 2018

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa selama tahun 2015-2018

Alokasi dana desa Kabupaten lampung barat mengalami peningkatan sebesar 3,47

persen. Kondisi ini disebabkann oleh perkembangan kementerian keuangan

tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang direalisasikan dengan

meningkatnya Alokasi Dana Khusus (ADK) selama 3 tahun terakhir. Alokasi

Dana Desa (ADD) tertinggi di Kabupaten Lampung Barat tahun 2018 yaitu

sebesar 112,48 miliar rupiah.

Peningkatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Lampung Barat

sejalan dengan anggaran Dana Desa Secara nasional yang mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Selama periode 2015-2018 pemerintah dengan kebijakan

otonomi daerah berupaya dalam memberdayakan masyarakat desa secara mandiri

serta mendorong pembangunan desa dan kesehjateraan masyarakat desa

34
4.1.4 Kesimpulan Umum Gambaran Penelitian

Secara umum selama tahun 2015-2017 jumlah penduduk di Kabupaten Lampung

Barat mengalami fluktuasi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar

0.88persen dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu di Kecamatan Balik Bukit.

Sejalan dengan hal tersebut Kondisi perekonomian di Kabupaten tersebut

disumbang oleh sektor pertanian dan pertambanagan yang memiliki kontribusi

rata-rata selama tahun 2010-2017 yaitu sebesar 32,6 dan 25,9 persen.

Undang-Undang Desa telah menempatkan desa dalam pembangunan

ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan kewenangan

dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang dimilikinya

guna meningkatkan ekonomi dan kesejahtaraan masyarakat. Secara umum

Alokasi dana desa Kabupaten lampung barat mengalami peningkatan setiap

tahunya dengan pertumbuihanm rata-rata sebesar 3,47 persen. Kondisi ini

membuktikan bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan pembangunan desa

dan mendorong kesehjateraan masyarakat desa melalui Alokasi Dana Desa.

4.2 Hasil dan Pembahasan

Secara umum pembahasan dalam penelitian ini tentang desa tertinggal dan

berkembang di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan

Sukau.

4.2.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit

Besaran Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Balik Bukit Selama Tahun

2015-2018 dijelaskan pada Tabel 4.3

35
Tabel 4.3 Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit tahun 2015-2018

Desa Alokasi Dana Desa(ADD) (Rp)


2015 2016 2017 2018
Kubu Perahu 281,828,657 631,255,229 803,252,900 749,764,250
Padang 293,686,986 655,204,953 833,479,100 1,199,335,554
Cahya
Sebarus 281,273,418 630,133,841 801,837,600 840,576,352
Way 273,893,465 621,297,872 790,686,000 839,953,492
Empulau Ulu
Gunung 268,877,533 605,098,240 770,241,000 785,725,440
Sugih
Wates 273,087,868 613,601,725 780,973,000 745,721,544
Padang 266,932,608 601,170,134 765,283,500 960,689,385
Dalom
Sukarame 292,185,028 652,171,677 829,650,900 853,768,675
Bahway 295,643,139 653,096,608 830,816,600 934,146,020
Sedampang 272,349,511 512,110,488 779,090,900 856,228,773
Indah
Balik Bukit 2,799,758,213 6,175,140,767 7,985,311,500 8,765,909,485
Rata-rata 279,975,821 617,514,076 798,531,150 876,590,948
Pertumbuhan - 121 % 29,31% 9,77%
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun 2018

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selama tahun 2015-2018

Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit mengalami peningkatan dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 53.22 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh

peningkatan Alokasi Dana Desa di seluruh desa di Kecamatan Balik Bukit

terutamapada tahun 2015-2016 mengalami pertumbuhan alokasi dana Desa yang

signifikan yiatu mencapai 121 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini

membuktikan bahwa pemerintah mendorong upaya peningkatan pembangunan

desa melalui kementerian keuangan dengan meningkatkan Dana Alokasi Khusus

(DAK) terutama dana desa.

Dana Desa dianggarkan pada tahun 2015 sebesar Rp.2,79 miliar, dengan

rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar Rp.280 juta. Pada tahun 2016,

36
Dana Desa meningkat Rp.3,38 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 121

persendengan rata-rata setiap desa sebesar Rp.617 juta. Pada tahun, Dana Desa

meningkat Rp.1,8 miliar 2017 atau mengalami pertumbuhan sebesar 29,31

persendengan rata-rata setiap desa Rp.798 juta dan di tahun 2018 kembali

meningkat Rp.780 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,77 persendengan

rata-rata setiap desa sebesar Rp.876 juta.

Desa yang mendapatkan Alokasi Dana Desa tertinggi dari pemerintah

Kabuapten Lampung Barat selama tahaun 2015-2018 adalah Desa Buay Nyerupa

yaitu sebesar 11,4 persen dari Dana Desa yang dianggarkan di Kabupaten

Lampung Barat sedangkan untuk yang terendah yaitu Desa Tebang Piring Jaya

yaitu sebesar 9,4 persen. Tinggi rendahnya Alokasi Dana Desa (ADD) tergantung

Klasifikasi Desa IDM berdasarkan jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin,

luas wilayah dan indeks kesulitan geografis.

Berdasarkan klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa Desa Buay Nyerupa

merupakan desa dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Selain itu desa

tersebut diaktegorikan desa sangat tertinggal. Sedangkan untyk Desa tebang

Piring memiliki jumlah penduduk yang sedikit dan diaktegorikan desa maju

sehingga dana yang dikucurkan lebih kecil dibandingkan desa tebagng piring

yang dikategorikan sangat tertinggal.

4.2.2 Perkembangan Efektivitas Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit

Efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Desa dalam merealisasikan

keuangan Alokasi Dana Desa untuk melaksanakan program yang direncanakan

37
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan Klasifikasi Desa

menurut Indeks Desa Membangun (IDM). Hasil perhitungan tingkat efektivitas

pengelolaan Dana Desa Kecamatan Balik Bukit selama tahun 2015-2018 seluruh

desa dikategorikan efektif.Dikarenakan sumber aloaksi dana desa digunakan

secara efektif baik itu untuk pembangunan, pemberdayaan maupun pembinnan

masyarakat. Menurut Halim (2009) efektivitas suatu organisasi dikatakan baik

apabila rasio yang dicapai minimal 90 persen sampai dengan 100 persen.

Indikatornyo adalah rasio realisasi dana desa terhadap target dana desa.

Tabel 4.4 Efektivitas Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit tahun
2015-2018

Desa Efektivitas Alokasi Dana Desa Kriteria


(ADD) %
2015 2016 2017 2018
Kubu Perahu 100 100 100 100 Efektif
Padang Cahya 88 90 94 95 Efektif
Sebarus 90 94 96 98 Efektif
Way Empulau Ulu 99 99 100 100 Efektif
Gunung Sugih 80 96 99 99 Efektif
Wates 100 100 100 100 Efektif
Padang Dalom 100 100 100 100 Efektif
Sukarame 90 92 97 97 Efektif
Bahway 96 98 99 99 Efektif
Sedampang Indah 94 96 98 98 Efektif
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (diolah,2019)

Tabel 4.4 diketahui bahwa selama tahun 2015-2018 efektivitas dana desa

di seluruh desa di Kecamatan Balik Bukit di kategorikan efektif. Terdapat tiga

Desa yang dikategorikan sangat efektif dengan nilai mencapai 100 pesen. Desa

Kubu Perahu yang merupakan desa maju yang sudah menghasil produk BUMDes

yaitu pariwisata arum jeram. Sedangkan untuk Desa Wates dan Desa Padang

38
Dalom dikategorikan Desa Berkembang kedua desa ini lagi mengembangkan

alokasi dana desa dalam bidang pertanian, pemberdayaan buruh tani, pembinaan

masyarakat tentang kopi dan coklat. Disisi lain Bumdes kedua desa ini sudah

mulai menghasilkan pendapatan desa dan mengalami perkembangan di tahun

2017 dan 2018 dari Usaha peternakan dan simpan pinjam.

Kecamatan Seblak Bukit yang memiliki jumlah penduduk terbanyak,

tingginya jumlah penduduk dimanfaatkan sebagai upaya pendorong pembangunan

desa dari segi pembinaan sumber daya manusia dalam program berkaitan dengan

padat karya. Berdasarkan hasil evaluasi tiga tahun pelaksanaannya Dana Desa

terbukti telah menghasilkan perkembangan ekonomi masyarakat, melalui

pelatihan dan pemasaran kerajinan masyarakat, pengembangan usaha peternakan

dan perikanan, dan pengembangan kawasan wisata melalui BUMDes (badan

usaha milik desa) yang sudah mengahsil pendapatan desa signifikan ditahun 2016-

2018.

4.2.2 Perkembangan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau

Besaran Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Balik Sukau Selama Tahun

2015-2018 dijelaskan pada Tabel 4.5 ;

39
Tabel 4.5 Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau tahun 2015-2018

Desa Alokasi Dana Desa(ADD) (Rp)


2015 2016 2017 2018
Tanjung
Raya 304,006,485 676,047,315 859,763,300 940,851,742
Hanakau 295,160,786 658,181,724 837,236,000 996,244,797
Buay
Nyerupa 308,179,397 684,475,015 870,419,000 1,185,355,392
Tapak Siring 283,590,673 634,813,920 807,744,200 1,013,464,549
Jaga Raga 284,561,939 636,775,555 810,219,000 902,774,559
Pagar Dewa 293,603,930 655,037,402 833,267,600 828,363,318
Suka Mulya 277,560,476 622,634,913 792,373,500 1,042,125,497
Bandar Baru 272,303,005 612,016,561 778,972,400 749,253,254
Bumi Jaya 272,795,756 613,011,755 784,136,400 908,939,221
Teba Pering
Jaya 274,328,394 616,108,268 825,869,300 745,818,123
Sukau 2,866,090,841 6,409,102,428 8,200,000,700 9,313,190,452
Rata-rata 286,609,084 640,910,242. 820,000,070 931,319,045
Pertumbuhan - 123,65 27.9% 13.7%
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun 2018

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selama tahun 2015-2018

Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau mengalami peningkatan dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 55,06 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh Alokasi

Dana Desa meningkat disebagian besar di seluruh di Kecamatan Sukau terutama

pada tahun 2015-2016 mengalami pertumbuhan alokasi dana Desa yaitu mencapai

123 persen dari tahun sebelumnya.

Kondisi ini disebabkan dalam mendorong pembangunan desa melalui

kementerian keuangan dengan meningkatkan Dana Alokasi Khusus (DAK)

terutama dana desa. Artinya pemerintahan desa dipioritaskan dalam meningkatkan

pembangunan baik dari segi infrastruktur, sektor unggulan desa dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia.

40
Sejak dikucurkannya dana desa tahun 2015 di Kecamatan Sukau Dana

Desa dianggarkan sebesar Rp.2,8 miliar, dengan rata-rata setiap desa

mendapatkan alokasi sebesar Rp.286 juta. Pada tahun 2016, Dana Desa meningkat

Rp.3,5 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 123 persen dengan rata-rata

setiap desa sebesar Rp.640 juta. Pada tahun, Dana Desa meningkat Rp.1,79 miliar

2017 atau mengalami pertumbuhan sebesar 27,9 persen dengan rata-rata setiap

desa Rp.820 juta dan di tahun 2018 kembali meningkat Rp.1,11 miliar atau

mengalami pertumbuhan sebesar 13,7 persen dengan rata-rata setiap desa sebesar

Rp.931 juta.

Desa yang mendapatkan Alokasi Dana Desa tertinggi dari pemerintah

tahun selama tahaun 2015-2018 adalah Desa Padang Cahya yaitu sebesar 11,32

persen dari Dana Desa yang dianggarkan di Kabupaten Lampung Barat sedangkan

untuk yang terendah yaitu Desa Selampang indah yaitu sebesar 9,4 persen. Tinggi

rendahnya Alokasi Dana Desa (ADD) tergantung Klasifikasi Desa IDM

berdasarkan jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, luas wilayah dan indeks

kesulitan geografis .

4.2.3 Perkembangan Efektivitas Dana Desa di Kecamatan Sukau

Hasil perhitungan tingkat efektivitas pengelolaan Dana Desa Kecamatan Sukau

selama tahun 2015-2018 seluruh desa dikategorikan efektif. Dikarenakan sumber

aloaksi dana desa digunakan secara efektif baik itu untuk pembangunan,

pemberdayaan, maupun pembinnan masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh

program di masing-masing desa yang mengalokasikan dana desa untuk kegiatan

41
pembangunan seperti perbaikan jalan, perbaikan sekolah, pembuatan gapura dan

pembuatan balai desa. Selain itu dana desa tersebut dialokasikan di berbagai

bidang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat baik itu pendidikan di bidang

agama (TPA dan MTQ). Sementaraa itu untuk pemberdayaan masyarakat

dibidang pertanian berupa pelatihan tentang pembibitan, pemberian pupuk dan

pengelolaan tanaman holtikultura seperti sayur-mayur.

Tabel 4.6 Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau tahun 2015-2018

Desa Efektivitas Alokasi Dana Desa Kriteria


(ADD) %
2015 2016 2017 2018
Tanjung Raya 100 100 100 100 Efektif
Hanakau 90 95 98 99 Efektif
Buay Nyerupa 92 94 96 98 Efektif
Tapak Siring 94 96 96 98 Efektif
Jaga Raga 80 96 99 99 Efektif
Pagar Dewa 100 100 100 100 Efektif
Suka Mulya 94 96 99 99 Efektif
Bandar Baru 93 95 95 98 Efektif
Bumi Jaya 92 94 94 96 Efektif
Teba Pering Jaya 80 82 85 87 Cukup Efektif
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (diolah,2019)

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa selama tahun 2015-2018

efektivitas dana desa di hampir seluruh desa di Kecamatan Balik Bukit di

kategorikan efektif. Terdapat dua Desa yang dikategorikan sangat efektif dengan

nilai mencapai 100 persen. Desa Tanjung Raya yang merupakan desa yang

berkembang dari sisi pembangunan dan pembinaan masyarakat terutama

pendidikam agama dan pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan

masyarakat desa padat karya. Sedangkan untuk Desa Pagar dewa yang

berkembang dari sisi pembangunan meliputi pembangunan sekolah, infrastrutktur

42
(akses jalan bagi petani) dan perkembangan fasilitas pemerintahan desa (balai

desa) sedangkan dari sisi pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yaitu

peningkatan pelatihan dari sisi perangkat desa untuk memperbaiki kualitas desa

terutama dibidang pertanian. Untuk desa yang dikategorikan cukup efektif yaitu

Desa Pering Jaya dikarenakan desa tersebut dikategorikan sangat tertinggal baik

dari sisi pembangunan dan pemerintahan. Kurangnya perhatian dari sisi

infrastruktur seperti akses jalan yang sulit dan dari segi pemerintahan desa yang

masih memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah pada

perangkat desa sehingga alokasi dana desa dirasa kurang efektif.

Berdasarkan pelaksanaan Aloaksi Dana Desa tahun 2015-2018 dan hasil

evaluasi tiga tahun pelaksanaannya, Dana Desa terbukti telah menghasilkan

sarana/prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa

terbangunnya jalan desa; jembatan, sambungan air bersih, balai pekon, sekolah

(SD,SMP dan SMA dan PAUD, Polindes, Posyandu serta drainase dan irigasi.

4.3 Gambaran Umum Desa


4.3.1 Profil Desa Bandar baru

Bandar baru adalah sebuah Pekon di Kecamatan Sukau,Kabupaten Lampung

Barat, Lampung, Indonesia dengan luas wilayah sebsar 8,321 Ha meliputi

pengunaan luas tanah sawah sebesar 250 Ha, luas tanah kering 4,070 Ha, luas

tanah perkebunan 2,750 Ha, luas tanah fasilitas umum 71 Ha dan luas tana hutan

1,180 Ha. Komoditas utama di Desa Bandar baru adalah mrupakan sektor

43
pertanian meliputi tanaman Holtikultura meliputi jagung, ubi jalar, cabe, tomat,

sawi, kubis, buncis terong, salada, wortel dan tanaman sayur lainnya.

4.3.1.1 Kependudukan

Kependudukan di Desa Bandar baru membahas tentang jumlah penduduk baik

laki-laki dan perumpuan serta jumlah kepala keluarga dan kepadatan penduduk di

Desa Bandar Baru tahun 2017

Tabel 4.7 Kependudukan di Desa Bandar baru tahun 2017

Kependudukan Jumlah (orang)


Laki-laki 890
Perempuan 868
Total 1758
Kepala Keluarga 731
Kepadatan Penduduk 49.243,70
Sumber : Profil Desa Bandar Baru 2017

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkann bahwa jumlah pendduk laki-laki di Desa

Bandar Baru sebanyak 890 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 868

orang dari total penduduk 1.758 orang. Untuk jumlah kepala keluarga sebanyak

731 kepala kelurga dengan total kepadatan penduduk 49.243,70/km

4.3.1.2 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan di Desa Bandar Baru meliputi pendidikan, jumlah penduduk

berdasarkan mata pencaharian, dan penduduk usia kerja. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa umumnya jumlah penduduk di Desa Bandar Baru berumur

7-18 tahun yang masih menempuh pendidikan baik sekolah dasar sampai dengan

sekolah menengah atas sebanyak 876 orang.

44
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan di Desa Bandar baru
tahun 2017

Pendidikan Laki-laki Perempuan


Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 120 90
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play 23 20
Group
Usia 7-16 tahun yang sedang Sekolah 421 455
Tamat D-1/Sederajat 50 74
Tamat D-2/Sederajat 43 79
Tamat D-3/Sederajat 20 29
Tamat S-1/Sederajat 3 5
Total 1.432 orang
Sumber : Profil Desa Bandar Baru 2017

Secara umum mata pencaharian penduduk di Desa Bandar Baru disektor

pertanian meliputi petani dan buruh Tani. Total penduduk yang memiliki mata

pencaharian sebagai petani dan buruh tani sebanyak 1000 orang.

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk berdasarkan Mata pencaharian di Desa Bandar


baru tahun 2017

Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan


Petani 430 270
Buruh Tani 170 230
Pegawai Negeri Sipil 10 10
Pedagang Kelontong 7 9
Montir 10 0
Perawat Swasta 0 2
Ahli pengobatan Alternatif 5 3
Pengusaha 16 13
Total 1200 orang
Sumber : Profil Desa Bandar Baru 2017

Secara umum jumlah penduduk di Desa Bandar Baru tahun 2017 termasuk dalam

kategori produktif untuk bekerja. Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja

sebanyak 1378 orang.

45
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk berdasarkan Usia Kerja di Desa Bandar baru
tahun 2017

Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan


Penduduk Usia 18-56 tahun 818 790
Penduduk Usia 18-56 tahun yang 732 645
Bekerja
Penduduk usai 18-56 tahun yang 31 67
belum bekerja atau sedang mencari
kerja
Penduduk usia 0-6 tahun 34 41
Penduduk masih Sekolah 7-18 tahun 19 21
Penduduk usia 56 tahun 18 16
Jumlah 1.652 orang 13
Total 3.232 orang
Sumber : Profil Desa Bandar Baru 2017

Berdasarkan tabel 4-10 menunjukkan bahwa sebanyak 1.378 orang berusia

18-56 tahun yang bekerja sedangkan 98 orang dengan usaia 18-56 orang yang

tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

4.3.2 Profil Desa Gunung Sugih

Gunung Sugih adalah sebuah pekon yang terletak di kecamatan Balik Bukit,

kabupaten Lampung Barat, Lampung, Indonesia dengan jumlah penduduk

sebanyak 1.849 oranng dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 484 orang.

Komoditas utama di Desa Gunung Sugih adalah mrupakan sektor pertanian

meliputi tanaman holtikultura meliputi jagung, ubi jalar, cabe, tomat, sawi, kubis,

buncis terong, salada, wortel dan tanaman sayur lainnya sedangkan untuk

komoditas utama yaitu sektor perkebunan yaitu kopi dan coklat.

46
4.3.2.1 Kependudukan

Kependudukan di Desa Gunung Sugih membahas tentang jumlah penduduk baik

laki-laki dan perumpuan serta jumlah kepala keluarga di Desa Gunung Sugih

tahun 2017

Tabel 4.11 Kependudukan di Desa Gunung Sugih tahun 2017

Kependudukan Jumlah (orang)


Laki-laki 947
Perempuan 902
Total 1849
Kepala Keluarga 484
Sumber : Profil Desa Gunung Sugih 2017

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkann bahwa jumlah pendduk laki-laki di Desa

Gunung Sugih sebanyak 947 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

902 orang dari total penduduk 1854 orang serta jumlah kepala keluarga sebanyak

484 orang kepala keluarga.

4.3.2.2 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan di Desa Gunung Sugih meliputi pendidikan, jumlah penduduk

berdasarkan mata pencaharian, dan penduduk usia kerja. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa umumnya jumlah penduduk di Desa Gunung Sugih berumur

7-18 tahun yang masih menempuh pendidikan baik sekolah dasar sampai dengan

sekolah menengah atas sebanyak 876 orang.

47
Tabel 4.12 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan di Desa Gunung
Sugih tahun 2017

Pendidikan Laki-laki Perempuan


Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 23 7
Usia 7-16 tahun yang sedang Sekolah 203 181
Tidak Pernah Sekolah 13 12
Tidak Tamat SLTP 47 40
Tidak Tamat SMA 47 45
SMA 166 157
Tamat D-2/Sederajat 6 2
Tamat D-3/Sederajat 18 6
Tamat S-1/Sederajat 44 40
Tamat S-2/Sederajat 5 0
Total 572 490
Sumber : Profil Desa Gunung Sugih tahun 2017

Secara umum mata pencaharian penduduk di Desa Gunung Sugih disektor

pertanian meliputi petani dan Pegawai Negeri Sipil/ Aparat Pemerintahan. Total

penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan Pegawai Negeri

Sipil/ Aparat Pemerintahan sebanyak 599 orang.

Tabel 4.13 Jumlah Penduduk berdasarkan Mata pencaharian di Desa


Gunung Sugih tahun 2017
Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan
Petani 335 150
Buruh Tani 17 12
Pegawai Negeri Sipil/ Aparat 67 47
Pemerintahan
Pedagang Kelontong 4 0
Buruh 5 5
Swasta 3 0
Ahli pengobatan Alternatif 12 3
Total 660 orang
Sumber : Profil Desa Gunung Sugih tahun 2017

Secara umum jumlah penduduk di Desa Gunung Sugih tahun 2017 termasuk

dalam kategori produktif untuk bekerja. Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja

sebanyak 1378 orang.

48
Tabel 4.14 Jumlah Penduduk berdasarkan Usia Kerja di Desa Gunung Sugih
tahun 2017

Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan


Penduduk Usia 18-56 tahun 554 513
Penduduk Usia 18-56 tahun yang 149 146
Bekerja
Penduduk usai 18-56 tahun yang 58 41
belum bekerja atau sedang mencari
kerja
Penduduk usia 0-6 tahun 81 96
Penduduk masih Sekolah 7-18 tahun 203 186
Penduduk usia 56 tahun 127 121
Jumlah 1.172 1.103
Sumber : Profil Desa Gunung Sugih tahun 2017

Berdasarkan tabel 4-10 menunjukkan bahwa sebanyak orang berusia 18-56

tahun yang bekerja sebanyak 1.067 orang sedangkan 292 orang dengan usia 18-56

orang yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

4.4 Pembahasan

Pemnbahasan dalam penelitian menjelaskan efektivitas pengelolaan dana desa di

desa Bandar Baru di Kecamatan Sukau dan desa Gunung Sugih.

4.4.1 Pengelolaan Dana Desa di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih

Pengelolaan dana desa dilakukan oleh perangkat desa meliputi berbagai program

yaitu program pembangunan, pemerintahan dan pemberdayaan. Semakin efektif

pengelolaan dana desa maka program tersebut akan berjalan baik dan akan

meningkatkan pembangunan di kedua deasa tersebut.

49
Tabel 4.13 Pengelolaan dan Efektivitas Dana Desa di Desa Bandar baru dan
Desa Gunung Sugih

Bidang Desa
Bandar Baru (Rp) Gunung Sugih (Rp)
Pembangunan 769502300 485673400
Pemberdayaan 56500000 215969000
Pemerintahan 350884300 381153609
Pembinaan Masyarakat 81016250 187716022
Total Realisasi dana Desa 1232744793 1257806911
Target Dana Desa 1257902850 1270512031
Efektivitas 98 persen 99 persen
Sumber : Balai Desa Bandar baru dan Desa Gunung Sugih (diolah,2019)

Berdasarkan kreteria rasio efektivitas menunjukkan bahwa tingkat

efektivitas pengelolaan Dana Desa di Desa Bandar Baru dan Gunung Sugih pada

kategori Efektif, karena tingkat efektivitasnya berada pada 90-100 persen Dana

desa yang diberikan kepada setiap desa digunakan untuk pembangunan,

pemberdayaan, dan pemerintahan, serta untuk pembinaan masyarakat.

Dana Desa di Desa Bandar Baru lebih dari 60 persen digunakan untuk

pembangunan desa. Pembangunan desa tersebut berupa aset prasarana umum

yaitu pembangunan jalan, pembangunan jembatan desa, pembangunan siring dan

pembangunan siring. Pembangunan untuk aset prasarana pendidikan seperti

pembangunan gedung PAUD, gedung TK, gedung SD, dan Taman Pendidikan Al

Qur’an untuk anak-anak serta pembangunan balai desa dan peningkatan fasilitas

desa..

Dana Desa juga digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa yaitu

kelompok usaha ekonomi produktif, untuk mendorong terjadinya peningkatan

aktivitas dan kreativitas usaha pada kelompok masyarakat desa. Tujuannya untuk

meningkatkan pemberdayaan masyarakat, menciptakan lapangan kerja,

50
mengembangkan kegiatan dan kesempatan berusaha berbasis lokal, serta untuk

meningkatkan pendapatan.

Pemerintah desa juga membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),

yang bisa menjadi unit usaha desa terutama di sektor pertanian. Sehingga para

petani tidak kesulitan untuk menjual produk mereka ke pasar. BUMDes juga

melayani kebutuhan masyarakat dengan adanya mesin perontok padi, mesin

perontok jagung, dan mesin perontok rumput, bibit dan pupuk. BUMDes

menjalankan bisnis uang yang memenuhi kebutuhan uang masyarakat desa yaitu

lembaga perkreditan desa atau simpan pinjam yang sekaligus untuk memperoleh

pendapatan desa dan sektor lainnya yang dilakukan badan usaha milik desa yaitu

sektor pengangkutan dan peternakan.

Dana Desa yang digunakan untuk pemerintahan desa yaitu berupa

peralatan kantor misalnya laptop, printer, dan genset untuk memudahkan para

aparat desa dalam menjalankan tugas mereka. Sebagian desa juga mempunyai alat

untuk gotong royong, agar dapat memudahkan masyarakat dan pemerintah desa

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di desa. Sebagian desa juga ada

yang melakukan pembinaan lembaga kemasyarakat dapat berupa pelatihan, rapat

koordinasi, dan peningkatan sarana dan prasarana lembaga agar dapat membantu

pemerintah dalam memajukan desa.

Sedangkan untuk Desa Gunung sugih lebih dari 38 persen dilakukan untuk

membiayai pembangunan meliputi perbaikan infrastruktur (jalan, gapura dan

gedung aparatur perangkat desa), perbaikan sarana kesehatan dan sarana

pendidikan (Gedung TK, SD dan Paud) serta perbaikan gedung balai desa.

51
Gunung sugih merupakan desa yang tertinggal mereka harus melakukan

pemberdayaan dan pembinaan masyarakat baik dari segi sumber daya manusia

dan pembinaan perangkat desa agar desa gunung sugih yang merupakan desa

tertinggal akan meningkatkan status menjadi berkembang.

4.4.2 Perkembangan Desa Setelah Menerima Alokasi Dana Desa

Perkembangan desa pada pembahasan ini tentang perkembangan desa setelah

menerima dana desa di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih meliputi

bidang pembangunan dan pemerintahan, pemberdayaan masyarakat serta

pembinaan masayarkat.

4.4.2.1 Bidang Pembangunan dan Pemerintahan

Desa Bandar Daru sebelumnya masih berstatus Desa tertinggal denganmasih

banyaknya jumlah penduduk miskin dan akses infrastruktur yang kurang memadai

setelah adanya Dana Desa mereka melakukan berbagai pembangunan baik dari

segi infrastruktur meliputi jalan, gapura, irigasi, perbaikan sekolah, TPA dan

fasilitas ekonomi pemerintahan yang ada desa.Desa bandar baru yang sebagian

besar masyarakatnya adalah petani yang sangat membutuhkan akses

pengangkutan. Akses yang sulit di Desa Bandar Baru yang menyebabkan para

petani mengeluarkan biaya lebih untuk pengangkutan hasil petani, setelah adanya

dana desa yang bermula pada tahun 2015 Desa Bandar baru melakukan perbaikan

di sisi akses infrastruktur terutama akses jalan yang pada awalnya masih tanah,

pada tahun tersebut jalan di cor dan dilakukan pelebaran. Tahun 2016 Dana desa

mengalami perkembangan yang relatif meningkat, setelah diperbaiki akses jalan,

52
maka diperbaiki saluran irigasi dan penambahan akses jalan untuk para petani.

Tahun 2017 Desa Bandar Baru giat melakukan pembangunan pada sarana

dan prasana pendidikan meliputi perbaikan bangunan sekolah, penambahan

fasilitas sekolah seperti ruang kelas baru, kursi, papan tulis dan fasilitas

pendukung lainnya. Selain sarana pendidikan, pembangunan sarana pemerintahan

giat dilakukan dari sisi peningkatan fasilitas pemerintahan desa dan

pembangunan balai desa.

Desa Gunung Sugih yang masih berstatus tertinggal yang sebelum adanya

dana desa untuk akses jalan yang sangat sulit masih banyak jalan berlubang

irigasi belum memadai dan tidak ada jembatan penghubung untuk mempercepat

para petani dalam menjual hasil produksinya disisi lain tidak adanya jembatan

penghubung ini menyebabkan para petani mengeluarkan biaya lebih untuk

pengangkutan hasil tani. Setelah adanya dana desa pada tahun 2015 pembangunan

desa Gunung sugih memprioritaskan pembangunan dibidang infrastruktur dari sisi

pengangkutan dikarenakan sebagian besar mata pencaharian di desa tersebut

merupakan petani. Tahun 2015 mulai dilaksnankan pembangunan jembatan

penghubung untuk akses petani ke desa lainnya untuk kemudahan akses petani

dalam menjual hasil tani mereka.

Tahun 2016 untuk memperbaiki kualitas pertanian maka dibangunlah

pengairan persewahan meliputi irigasi dan siring serta akses jalan untuk

mempermudah pengangkutan. Pioritas utama pembangunan Desa Gunung Sugih

di tahun tersebut yaitu melakukan pelebaran jalan dan pengecoran jalan yang

berlubang dikarenakan banyak masyarakat menginginkan akses jalan yang

53
diperbaiki agar mengurangi biaya pengangkutan.

Tahun 2017 desa gunung sugih memprioritaskan pembangunan desa pada

sektor pemerintahan seperti pembangunan balai desa serta fasilitas pemerintahan

desa seperti printer, komputer dan genset. Perbaikan fasilitas pendidikan

dilakukan melalui perbaikan sekolah meliputi bangunan sekolah, penambahan

ruang kelas dan peningkatan sarana prasarana pendidikan. Disamping itu

peningkatan pendidikan di bidang agama mulai dipioritaskan melalui

pembangunan 3TPA di desa ini.

4.4.2.2 Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Desa bandar Baru yang sebagian mata pencaharian membutuhkan pemberdayaan

melalui bantuan terutama untuk sarana prasana pertanian. Sebelum adanya dana

desa masyarakat belum menerima bantuan pemberdayaan di bidang pertanian.

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Bandar Baru yaitu dilakukan melalui

permberdayaan masyarakat di Bidang pertanian dengan memberikan bantuan

pertanian seperti bibit, alat tani dan pupuk. Melalui dana desa yang direalisasikan

pada tahun selama 2015-2017 masayarakat desa Bandar Baru mulai merasakan

dampaknya terutama di Bidang Pertanian melalui bantuan pembibitan, pembinaan

dan pelatihan pembibitan kopi, metode tanam padi modern dan pembibitan coklat.

Sementara itu untuk Desa Gunung Sugih pemberdayaan masyarakat yaitu

pemberdayaan bidang pendidikan agama selama tahun 2015-2017 realisasi Dana

Desa berupa bantuan sarana dan prasarana TPA dengan memberikan bantuan dana

kepada grup TPA Hadroh Ahmida Gunung Sugih dan selain itu kegiatan rutinitas

54
tahunan yaitu kegiatan MTQ tingkat pekon yang dilaksnakan setiap tahun antar

TPA dengan Jumlah TPA lebih kurang 13 TPA. Untuk kegiatan pemberdayaan di

sektor ekonomi belum mengalami perubahan dikarenakan tidak semua pekon bisa

melakukan pemberdayaan di bidang ekonomi. Hal ini disebabkan oleh pioritas

dana desa yang lebih diutamakan pada sektor pembangunan dan pemerintahan

desa.

4.4.2.3 Bidang Pembinaan Masyarakat

Pembinaan masyarakat di Deasa Bandar baru sbelum menerima bantuan dana

desa masih banyak pemuda yang belum mendapatkan pekerjaan. Setelah realisasi

dana desa selama tahun 2015-2017 terbentuklah BUMdes untuk di bidang

pengangkutan simpan pinjam, dan peternakan kambing agar terciptanya lapangan

pekerjaan. Selama tahun 2015 BUMdes di Desa Gunung Sugih belum

menghasilkan, akan tetapi pada tahun 2016 BUMdes ini sudah mampu

memberikan pendapatan desa yang cukup besar terutam di bidang pengangkutan.

Selama tahun 2017 BUMdes ini mengalami perkembangan dalam menghasilkan

pendapatan desa dan mampu memperkerjakan masyarakat desa yang tidak

memiliki pekerjaan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan pada aparatur

pemerintahan desa tentang pengelolaan dana desa dan dampaknya pada

pembanguna desa Bandar Baru.

Desa Gunug Sugih melakukan pembinaan masyarakat selama tahun 2015-

2017 di Bidang Pendidikan Agama berupa pelatihan masayarakat melalui

kegiatan MTQ di 13 TPA di Desa Gunung Sugih. Selain itu Dana Desa untuk

55
pembinaan masyarakat di Bidang sumber daya manusia yaitu melalui pelatihan

dibidang pertanian dan peternakan meliputi pembibitan coklat dan kopi serta

peternakan kambing. Untuk pembinaan aparatur pemerintahan desa dana desa

digunakan untuk pelatihan aparatur desa dari segi pengelolaan dana desa,

penciptaan lapangan kerja melaui dana desa dan BUMdes.

4.5 Implementasi Dana Desa di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih

Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa “Dana Desa merupakan Dana

yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa, ditransfer melalui

APBD Kabupaten/Kota, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan

pemerintahan desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

(DJPK) (2015) Persyaratan pencairan dana desa yang harus dilengkapi desa yaitu

harus menetapkan APBDes, RPJMDes, dan RKPDes. Apabila syarat tersebut

tidak dipenuhi maka pencairan dana desa dapat ditangguhkan.

Lebih lanjut, untuk pencairan dana desa anggaran tahun 2015 dibagi

menjadi tiga (3) tahap pencairan. Pencairan pertama dilakukan pada April minggu

ke-2 sebesar 40 persen, tahap kedua pada Agustus minggu ke-2 sebesar 40 persen,

dan tahap ketiga pada Oktober minggu ke-2 sebesar 20 persen. Sedangkan untuk

penerima dana desa anggaran tahun 2015 yang terdaftar yaitu sebanyak 434

kabupaten/kota (74.093 desa) dengan jumlah dana yang dianggarkan oleh

pemerintah adalah sebesar Rp.643,8 triliun (Kurniati, 2015).

56
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penerima Dana Desa

untuk anggaran tahun 2015. Daerah kabupaten di Lampung yang menerima dana

desa tersebut di antaranya adalah Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten

Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Timur,

Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Way Kanan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, di Kabupaten Lampung

barat desa yang menerima dana desa untuk tahun anggaran 2015 sebanyak 131

desa definitif. Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih merupakan desa yang

menjadi penerima dana desa di Kabupaten Balik Bukit dan Kecamatan Sukau.

Syarat yang diajukan oleh pemerintah Kabupaten kepada desa sebelum menerima

dana desa yaitu telah membuat RPJMDes, tidak memiliki permasalahan terkait

pajak daerah, serta desa tersebut berdiri secara resmi dan diakui oleh pemerintah

daerah.

Pada tahun 2015-2018, dana desa di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung

Sugih diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur. Sebelum rencana

pembangunan ditetapkan lebih lanjut, berdasarkan ketentuan bersama hasil

musyawarah, dana desa nantinya akan masuk ke dalam APBDes. APBDes inilah

yang kemudian akan dikelola oleh aparatur desa guna mendanai pembangunan

desa. Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, Dana Desa anggaran tahun

2015-2018 Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih dipergunakan untuk

pembangunan gapura selamat datang, pembangunan drainase, jembatan, dan

bantuan untuk pembangunan pondok pesantren dan TPA.

57
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Bandar Baru dan

Desa Gunung Sugih disusun guna memberikan acuan dan pedoman

pembangunan yang berguna selama enam tahun. Selain hal tersebut, RPJM desa

juga berguna untuk memberikan arahan seluruh kegiatan yang akan berjalan di

desa. Hal ini berarti juga RPJM dapat memberikan kontrol terhadap pengeluaran

desa, sehingga dapat meminimalisisr disalokasi anggaran.

Penyajian subbab terkait RPJM di sini bertujuan sebagai salah satu bukti

terkait pembangunan dan rencana pembangunan yang ada di Desa Bandar Baru

dan Desa Gunung Sugih. Penyajian subbab ini dilakukan karena setelah peneliti

melakukan penelitian dan menelusuri bukti terkait data evaluasi dana desa, namun

pihak aparatur desa tidak memberikan izin akses. Sehingga hanya dapat

menyajikan RPJM terkait rencana pembangunan.

Berdasarkan data RPJM yang telah diperoleh, rencana pembangunan

jangka menengah di Desa Bandar Baru untuk jangka tahun 2016-2021 memiliki

anggaran dana kurang lebih 16.046.013.800. Dana tersebut akan dan digunakan

untuk empat bidang/jenis kegiatan. Keempat bidang tersebut yakni

penyelenggaraan pemerintahan desa sebesar 17,9 persen, pembangunan desa

sebesar 71,8 persen, pembinaan masyarakat sebesar 6,6 persen, serta digunakan

untuk pemberdayaan masyarakat 3,7 persen.

Merujuk dari persentase yang telah disajikan di atas dapat diketahui bahwa

persentase tertinggi yakni pada bidang pembangunan sebesar 71.8 persen. Hal ini

dikarenakan di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih khususnya, dan

umumnya untuk wilayah Kabupaten Lampung Barat masih menggalakkan

58
pembangunan terutama pembangunan infrastruktur. Sehingga sebesar 71,8 persen

dari dana yang dianggarkan, digunakan untuk pembangunan termasuk di

dalamnya yakni pembangunan jalan.. Rincian pembangunan yang direncanakan

untuk tahun anggaran 2016 yakni meliputi pembangunan pengerasan jalan,

pembangunan gorong-gorong, drainase, pengadaan generator set (Genset), dan

pelebaran jalan. Guna mengetahui efektivitas penggunaan dana desa untuk

pembangunan, terutama pembangunan jalan untuk tahun 2015-2018 diperlukan

informasi mengenai data evaluasi dana desa.

Namun demikian, setelah diupayakan untuk menelusuri data evaluasi dana

desa, peneliti menemui kendala yakni tidak diberikannya data evaluasi tersebut

oleh pihak perangkat desa di Desa Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih.

59
BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari perhitungann rasio efektivitas pengelolaan Dana Desa selama 4 tahun

terakhir di Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan Sukau berada pada kategori

efektif dan tanggapan responden lebih banyak setuju tentang program Dana Desa.

Efektifnya dana desa efektif karena dapat dilihat dari Dana Desa itu sendiri yang

sudah terealisasi, masyarakat sangat terbantu dengan adanya program tersebut

sehingga dapat membantu dalam pembangunan fisik terutama desa yang berstatus

tertinggal. Serta dapat pula mensejahterakan masyarakat dalam pendapatan

individu dan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ekonomi. Dengan

demikian Dana Desa yang bersumberdari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) yang dialokasikan kedaerah-daerah untuk pembangunan wilyah sangat

efektif untuk perkembangan didesa-desa terutama pembangunan fisik meliputi

akses jalan, pemerintahan desa dan pembangunan fasilitas pendidikan, Sehingga

dapat membangun desa yang tertinggal dan meningkatkan statusnya menjadi maju

sehingga perekonomian desa meningkat.

60
5.2 Saran

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa di Desa

Bandar Baru dan Desa Gunung Sugih dikategorikn Efektif, untuk itu bagi

penelitian selanjutnya untuk meneliti desa yang klasifikasinya sangat tertinggal

dan desamaju agar bisa mengetahui perbedaan pengeloaan dana desa yang sangat

tertinggal dan desa maju.

61
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2017): Luas Wilayah,Jumlah


Kecamatan dan Desa/Kelurahan Provinsi Lampung Tahun 2017.

Booth, A.(2014).Rethinking the Role of Agriculture in the “East Asian” Model:


Why is Southeast Asia Different from Northeast Asia?, ASEAN Economic
Bulletin, Vol.19(1), Pp. 40-51.

Brandt, L., Hsieh, C. and Zhu, X. (2008).Growth and Structural Transformation


in China, China’s Great Economic Transformation, ed. L Brandt and T.G
Rawski. New York: Cambridge University Press.

Chen,Chunlai,.Et.al.(2004).“Rural Enterprise Growth in a Partially Reformed


Chinese Economy,” in Rural Enterprises in China.New York: St. Martin’s
Press.

Chandra Kusuma Putra, Ratih Nur Pratiwi, Suwondo.(2014). Pengelolaan Alokasi


Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 1(6) Hal. 1203-1212

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.(2017). Alokasi Dana Desa di


Kabupaten Lampung Barat. Lampung.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Lampung Barat (2017) : Laporan dan
Kegiatan Desa di Provinsi Lampung Barat Tahun 2017

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Provinsi Lampung (2018) : Rincian


Alokasi Dana Desa untuk Kabupaten / Kota di Provinsi Lampung Tahun
2016-2018

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2000): UU Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Daerah
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2005): UU Nomor 32 dan 33 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2000): UU Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Desa.

Gie, The Liang. (2000). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta. Liberty.


Halim, Abdul. (2009.)Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Jakarta:
Salemba Empat.

Karimah, Faizatul Saleh, Choirul & Wanusmawatie, Ike. (2014).Pengelolaan

62
Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa
Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 2(4) Hal. 597-602.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi :


PERMENDES NO.1 (2014): Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi :


PERMENDES NO.5 (2014): Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2014.

Kurniati, Iin. (2015). Menata Dana Desa. Media Keuangan volume X/no.93/Juni
2015. 18-20. http://www.linked.id Di akses pada 27 Februari 2019

Lin, Justin. (1992). “Rural Reforms and Agricultural Growth in China.” American
Economic Review. 82(1), pp. 34–51.

Meutia, Inten & Liliana.(2017). Pengelolaan Keuangan Dana Desa.Jurnal


Akuntansi Multiparadigma. Vol.8 (2). Hal 227-429

Muhi, Ali Hanapiah. (2012). Fenomena Pembangunan Desa. Dikutip dari


http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/F. Diakses 7 September
2018

Osborne, David, and Peter Plastrik.(1997). Banishing Bureaucracy, The Five


Strategies For Reinventing Government, terjemahan : Memangkas Birokrasi
: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, Alih Bahasa: Abdul
Rosyid dan Ramelan. Jakarta : Penerbit PPM.
Rahayu, Ani Sri.(2012).Pengantar Kebijakan Fiskal. Bumi Aksara : Jakarta
Rorong, Murliyanti, Lumolos, Johny & Undap, J.E Gustaf.(2015) Efektivitas
Penggunaan Dana Desa Dalam Pembangunan di Desa Bango Kecamatan
Wori Kabupaten Minahasa Utara Tahun Anggaran . Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Vol 1 (3), Hal 40-56
Rosalina, Maya. (2013). Kinerja Pemerintah Desa dalam Pembangunan
Infrastruktur di Desa Kuala Lapang dan Desa Taras.eJournal Pemerintahan
Integratif.Vol 1(1), hal 106-120.
Saputra. (2016). Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa pada Desa Lambean
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun 2009-2014.
Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia..

Suryaningrat, Bayu.(2014). Pemerintahan dan Administrasi Desa, Mekar Jaya,


Bandung

63
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit tahun 2015-2018

Desa Alokasi Dana Desa(ADD) (Rp)


2015 2016 2017 2018
Kubu Perahu 281,828,657 631,255,229 803,252,900 749,764,250
Padang Cahya 293,686,986 655,204,953 833,479,100 1,199,335,554
Sebarus 281,273,418 630,133,841 801,837,600 840,576,352
Way Empulau 273,893,465 621,297,872 790,686,000 839,953,492
Ulu
Gunung Sugih 268,877,533 605,098,240 770,241,000 785,725,440
Wates 273,087,868 613,601,725 780,973,000 745,721,544
Padang Dalom 266,932,608 601,170,134 765,283,500 960,689,385
Sukarame 292,185,028 652,171,677 829,650,900 853,768,675
Bahway 295,643,139 653,096,608 830,816,600 934,146,020
Sedampang 272,349,511 512,110,488 779,090,900 856,228,773
Indah
Balik Bukit 2,799,758,213 6,175,140,767 7,985,311,500 8,765,909,485
Rata-rata 279,975,821 617,514,076 798,531,150 876,590,948
Pertumbuhan - 121 29,31% 9,77%
%
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun 2018

Lampiran 2. Efektivitas Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balik Bukit tahun


2015-2018

Desa Efektivitas Alokasi Dana Desa Kriteria


(ADD) %
2015 2016 2017 2018
Kubu Perahu 100 100 100 100 Efektif
Padang Cahya 88 90 94 95 Efektif
Sebarus 90 94 96 98 Efektif
Way Empulau Ulu 99 99 100 100 Efektif
Gunung Sugih 80 96 99 99 Efektif
Wates 100 100 100 100 Efektif
Padang Dalom 100 100 100 100 Efektif
Sukarame 90 92 97 97 Efektif
Bahway 96 98 99 99 Efektif
Sedampang Indah 94 96 98 98 Efektif
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (diolah,2019)

64
Lampiran 3. Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau tahun 2015-2018

Desa Alokasi Dana Desa(ADD) (Rp)


2015 2016 2017 2018
Tanjung
Raya 304,006,485 676,047,315 859,763,300 940,851,742
Hanakau 295,160,786 658,181,724 837,236,000 996,244,797
Buay
Nyerupa 308,179,397 684,475,015 870,419,000 1,185,355,392
Tapak Siring 283,590,673 634,813,920 807,744,200 1,013,464,549
Jaga Raga 284,561,939 636,775,555 810,219,000 902,774,559
Pagar Dewa 293,603,930 655,037,402 833,267,600 828,363,318
Suka Mulya 277,560,476 622,634,913 792,373,500 1,042,125,497
Bandar Baru 272,303,005 612,016,561 778,972,400 749,253,254
Bumi Jaya 272,795,756 613,011,755 784,136,400 908,939,221
Teba Pering
Jaya 274,328,394 616,108,268 825,869,300 745,818,123
Sukau 2,866,090,841 6,409,102,428 8,200,000,700 9,313,190,452
Rata-rata 286,609,084 640,910,242. 820,000,070 931,319,045
Pertumbuhan - 123,65 27.9% 13.7%
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun 2018

Lampiran 4. Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sukau tahun 2015-2018

Desa Efektivitas Alokasi Dana Desa Kriteria


(ADD) %
2015 2016 2017 2018
Tanjung Raya 100 100 100 100 Efektif
Hanakau 90 95 98 99 Efektif
Buay Nyerupa 92 94 96 98 Efektif
Tapak Siring 94 96 96 98 Efektif
Jaga Raga 80 96 99 99 Efektif
Pagar Dewa 100 100 100 100 Efektif
Suka Mulya 94 96 99 99 Efektif
Bandar Baru 93 95 95 98 Efektif
Bumi Jaya 92 94 94 96 Efektif
Teba Pering Jaya 80 82 85 87 Cukup Efektif
Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (diolah,2019)

65
Lampiran 5. Pengelolaan dan Efektivitas Dana Desa di Desa Bandar baru
dan Desa Gunung Sugih

Bidang Desa
Bandar Baru (Rp) Gunung Sugih (Rp)
Pembangunan 769502300 485673400
Pemberdayaan 56500000 215969000
Pemerintahan 350884300 381153609
Pembinaan Masyarakat 81016250 187716022
Total Realisasi dana Desa 1232744793 1257806911
Target Dana Desa 1257902850 1270512031
Efektivitas 98 persen 99 persen
Sumber : Balai Desa Bandar baru dan Desa Gunung Sugih (diolah,2019)

66

Anda mungkin juga menyukai