perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985: 13).
pengangguran.
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk
(Tambunan, 2003: 29). Namun tingginya PDRB di suatu daerah belum menjamin
1
akhirnya melahirkan krisis multidimensi yang sulit diatasi. Ketidakseimbangan
potensi konflik menjadi sedemikian besar diakibatkan daerah yang dulunya belum
0.9
0.8 0.78 0.78 0.8 0.78
0.7
0.6 0.62 0.6 0.58 0.57
Persen (%)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2014 2015 2016 2017
Axis Title
2
ketimpangan ekonomi antarKota dan Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan
yang ditunjukan dengan nilai Indeks Williamson dari tahun 2014-207 berkisar
ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Selatan antara lain masih terbatasnya
jangkauan sarana dan prasarana bagi masyarakat terutama yang tinggal jauh dari
daerah.
berbeda, karena dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang
dimilikinya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan
serta sumber daya sosial. Dalam proses pembangunan ada daerah yang melimpah
sumber daya alam tetapi kurang dalam sumber daya manusia, namun ada daerah
yang sebaliknya kurang dalam hal sumber daya alam tapi melimpah dalam
sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keadaan ini
3
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan
2010 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017
tahunnya. Dapat dilihat dari Kota Palembang bahwa dari tahun 2013 sampai tahun
2018 laju pertumbuhan nya selalu mengalami penurunan yang cukup signifikan
dari angka 9,65 persen pada tahun 2012 sampai pada angka 5,25 persen pada
tahun 2013 dan dapat dilihat juga pada Kabupaten Lahat dan Kabupaten Ogan
Komering Ulu laju pertumbuhan ekonomi yang tercantum pada Tabel 1.1
mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2013-2017, dengan angka 6,17
persen pada tahun 2013 sampai 3,05 persen pada tahun 2017 untuk Kabupaten
4
Ogan Komering Ulu sedangkan untuk Kabupaten Lahat dengan angka 6,47 persen
pada tahun 2013 sampai pada angka 2,13 persen pada tahun 2018. Hal dapat
1,58 juta jiwa. Kabupaten/Kota yang lain umumnya jauh lebih kecil berkisar
antara 133,8 ribu jiwa yang terkecil di Kota Pagaralam sampai dengan yang
5
terbesar di Kabupaten Banyuasin dengn jumlah 811,5 ribu jiwa. Ada beberapa
faktor masyarakat dapat mendomisili suatu daerah dengan waktu yang lama.
menetap dalam jangka waktu yang ditentukan dan ada pula faktor seseorang yang
merupakan ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, yang tercermin
dari data angka melek huruf. Persentase penduduk yang melek huruf setiap
6
tahunnya meningkat dapat dilihat dari tahun 2012-2017 persentase penduduk yang
melek huruf mencapai 97,4 – 98,1 persen. Pada tahun 2017 persentase penduduk
melek huruf mencapai 98,2 persen, sisanya penduduk buta huruf sebesar 0,8
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
7
mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Tahun 2012-2017
sebesar 68,3 – 69,1 persen. Hal ini hanya menunjukkan bahwa sebesar 0,8 persen
masyarakat setempat.
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan
suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya
8
adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi,
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem
lebih rendah.
Melek Huruf (Pendidikan) dan Sumber Daya Alam (PDRB Migas) di Provinsi
Sumatera Selatan.
9
1.2 Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui kondisi ketimpangan yang
10
yang akan di ambil dalam mengatasi tingkat ketimpangan pembangunan
11
2.Studi Kepustakaan
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill.
output rill. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
unsur tata ruang dan keuntungan lokasi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan
12
perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan
fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan
barang modal (Sukirno, 2009: 423). Sedangkan menurut Prof. Simon Kuznet
dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang
wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan
13
2.1.4 Potensi Ekonomi
daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang
mengalami keterbatasan sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya
manusia, sumber daya finansial maupun sumber daya lainnya. Oleh karena itu
perlu diketahui potensi ekonomi yang dapat diketahui antara lain dengan melihat
yang ada di suatu daerah merupakan sektor yang memiliki kemampuan produksi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama di daerah
lain, dengan demikian produk dan jasa dari sektor ekonomi potensial tersebut di
14
bagi sektor lain. Kondisi tersebut dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Rasio Angka Harapan
dua data yang digunakan dalam penghitungan Rasio Angka Harapan Hidup yaitu
Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Besarnya nilai
nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada
komponen angka umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk
penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Angka ini
yaitu rata-rata lama sekolah (mean years schooling) dan Rasio Angka Melek
Huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh
Sedangkan Rasio Angka Melek Huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun
ke atas yang padat membaca dan menulis huruf Latin dan atau huruf lainnya.
masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan Rasio
15
Angka Melek Huruf diberi bobot dua pertiga. Modal manusia adalah kumpulan
suatu pengeluaran sumber-sumber daya pada satu titik dalam waktu yang
dalam bentuk modal yang lain, investasi di bidang pendidikan terikat pada
besarnya pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita sering dijadikan patokan
maka pendapatan per kapita akan turun. Usaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatan per kapita atau tingkat kesejahteraan relatif perlu dicapai tingkat
16
penduduk (Kuncoro, 2004: 129) Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita
itu sendiri akan naik apabila produktivitas per kapita mengalami kenaikan. Untuk
pembangunan tidak cukup dengan melihat dari segi pendapatan per kapita saja,
tetapi harus pula diikuti dengan perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur
kemajuan apabila pendapatan nasional atau pendapatan per kapita naik dengan
dalam suatu masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya meningkat
pada tingkat ketimpangan pendapatan rendah hingga sampai pada suatu tingkat
yang terjadi pada fenomena Kuznets bermula dari transfer yang berasal dari sektor
17
akan menaikkan kesenjangan di antara tenaga kerja yang kerja yang bekerja pada
ekonomi regional.
ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan
daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan.
Dalam arti sumber daya alam harus dilihat hanya sebagai modal awal
18
dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan,
Pearson dan Indeks Williamson yang menyimpulkan bahwa Provinsi Jawa Timur
D.I.Yogyakarta. Hal ini menunjukkan lebih besar ketimpangan antar wilayah yang
terjadi di Jawa Timur. Di provinsi Jawa Timur, variabel investasi dan aglomerasi
19
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, sedangkan sebagian besar
dan cepat berkembang, Kabupaten Semarang termasuk daerah maju tapi tertekan,
yang kurang lengkap fasilitas ekonomi dan sosialnya. Kesimpulan dari penelitian
ini kondisi sektoral, pola pertumbuhan, dan fasilitas sangat berpengaruh terjadinya
analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah Indeks Williamson, Regresi
Data Panel, Uji Statistik. Dengan hasil yang menimpulkan bahwa penelitian
PDRB per kapita migas menjelaskan bahwa rasio angka harapan hidup dan rasio
angka melek huruf positif dan signifikan terhadap PDRB per kapita, sedangkan
hubungan pendapatan asli daerah dan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB per
kapita tidak signifikan. (2) dengan menggunakan data PDRB per kapita tanpa
20
sedangkan hubungan pendapatan asli daerah dan rasio angka melek huruf
dipakai yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis regresi panel. Dengan hasil
Jawa Timur sangat tinggi hal tersebut dikarenakan oleh adanya beberapa wilayah
di Provinsi Jawa Timur yang memiliki PDRB perkapita yang tinggi jauh diatas
PDRB perkapita Provinsi Jawa Timur, seperti Kota Kediri dan Kota Surabaya dan
kredit investasi, ekspor non migas, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian,
regresi data panel, dengan hasil penelitian yang meyimpulkan bahwa Hasil dari
penelitian ini adalah dengan alpha sebesar 5 persen variabel kredit investasi,
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dan produktivitas tenaga kerja sektor
21
tidak signifikan dan negatif terhadap ketimpangan ekonomi antar provinsi di
Pulau Jawa-Bali.
digunakan adalah Indek Williamson, Tipologi Klassen, Gini Rasio, dengan hasil
terus meningkat, meskipun diikuti pula dengan peningkatan angka gini rasio.
lain; kandungan dan potensi sumber daya alam antardaerah; kondisi geografis;
pembangunan antardaerah.
bahwa dimana ditemukan bahwa PDRB dari Sektor Pertanian, PDRB Sektor Jasa,
22
Upah Minimum Provinsi, Belanja Modal, dan juga Kredit Investasi berhubungan
maka diperlukan peningkatan kinerja sektor pertanian dan jasa, peningkatan upah
investasi.
analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson, tipologi klassen, regresi data
Klassen terdapat tiga klasifikasi yaitu 1) daerah maju dan cepat tumbuh, 2) daerah
berkembang, dan 3) daerah tertinggal. Daerah yang berada pada klasifikasi daerah
maju dan tumbuh cepat adalah Kota Cilegon dan Kota Tangerang, untuk daerah
digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji asumsi klasik, yaitu
23
multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Penanaman modal asing
Penanaman modal asing yang tidak merata antar daerah menyebabkan terjadinya
menyimpulkan bahwa Dari hasil Tipologi Klassen Kota Ambon dapat di bagi
menjadi dua klasifikasi. Daerah yang pertama yakni daerah maju dan tumbuh
cepat terdiri dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Teluk
Ambon. Daerah yang kedua yakni daerah relatif tertinggal adalah Kecamatan
dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dikatakan ketimpangan pembangunan di Kota
24
pertumbuhan ekonomi.Hipotesis Kuznets tentang kurva U-terbalik di Kota
Angka ini menunjukkan tingkat ketimpangan yang rendah, dengan kata lain antar
pendapatan per kapita. Namun yang perlu digaris bawahi adalah kemerataan
tersebut terjadi pada tingkat pendapatan perkapita yang rendah, sehingga kondisi
terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010
cenderung turun. Nilai Indeks Williamson pada tahun 2001 yaitu dari 0,383 turun
penurunan pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, oleh karena itu kurva
yang terbentukpun tidak persis seperti U terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa
25
Ini menandakan pertumbuhan ekonomi merupakan syarat perlu untuk membangun
daerah tetapi bukan syarat cukup. Karena ada faktor lain yang sangat penting yaitu
juga diprioritaskan pada daerah relatif tertinggal. Terutama dalam hal penyediaan
pelayanan publik agar kesenjangan antar daerah Kota dan kabupaten tidak
kesejahteraan.
KESEHATAN
SDA
(PDRB Migas)
berbeda, karena dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang
dimilikinya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan
26
serta sumber daya sosial. Dalam proses pembangunan ada daerah yang melimpah
sumber daya alam tetapi kurang dalam sumber daya manusia, namun ada daerah
yang sebaliknya kurang dalam hal sumber daya alam tapi melimpah dalam
sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam segi
kesehatan dapat dilihat bahwa apabila suatu daerah yang cenderung memiliki
pendapatan. Hal ini dapat membuat suatu daerah lebih tertinggal lagi dalam
dilihat bahwa dalam suatu daerah yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
potensi daerah masing-masing cenderung lebih baik dari pada suatu daerah yang
dapat dikatakan memiliki pendidikan yang rendah. Pola pikir masyarakat yang
memiliki pendidikan yang baik akan terus mengembangkan daya pikir mereka
Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan Sumber Daya Alam yang dimiliki suatu
daerah dapat dijalankan dengan baik maka pola pikir dalam memanfaatkan
Sumber daya alam yang ditunjang dalam segi pendidikan dan kesehatan yang
baik, maka hal ini dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah dan
nyata.
27
Untuk mengetahui nilai dari ketimpangan pembangunan wilayah sebagai
menggunakan data PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2010 dan jumlah
mengetahui pengaruh ketiga jenis variabel yaitu Sumber Daya Alam (PDRB
Migas), Tingkat Pendidikan (Angka Melek Huruf) dan Tingkat Kesehatan (Angka
2.4 Hipotesis
28
4. SDA berpengaruh positif terhadap tingkat ketimpangan dalam pembangunan
ekonomi. Semakin besar potensi SDA suatu daerah maka semakin besar
29
3. Metodologi Penelitian
Variabel yang digunakan pada tingkat pendidikan adalah variabel angka melek
huruf (AMH), variabel yang digunakan pada Kesehatan adalah variabel Angka
Harapan Hidup (AHH) dan variabel yang digunakan pada Sumber Daya Alam
adalah PDRB Migas. Dengan kurun waktu 6 tahun dari periode 2012-2017.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
30
menggunakan data berkala (time series data). Yakni pengumpulan data dari
sekunder yang berupa data time series selama 6 tahun dan data cross
penelitian ini adalah data Penduduk, PDRB ADHK 2010 untuk menghitung
Indeks Williamson untuk dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang
31
̅ )𝟐 (𝒇𝒊 )
√𝚺𝐢𝐣 (𝒀𝒊−𝒀
𝒏
𝑽𝒘 = ̅
, 𝟎 < 𝑽𝒘 < 1 ..................................... (1)
𝒀
Dimana :
Vw = Indeks Williamson.
fi = Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan.
n = Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan.
Yi = Pendapatan per kapita masing-masing Kabupaten/Kota.
Ῡ = Rata-rata pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Selatan.
sampai angka 1 atau 0 < VW < 1. Jika Indeks Williamson semakin mendekati
angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekomoni dan jika Indeks
pembangunan ekonomi.
runtun waktu (time series) dan data kerat lintang (cross section). Persamaan dasar
Dimana :
32
KET = Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan
AHH = Angka Harapan Hidup di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan
AMH = Angka Melek Huruf di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan
MGS = PDRB Migas di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
β0 = Konstanta
β1 β2 β3 = Koefisien regresi
ε1 = Variabel pengganggu
panel dengan Common Effect atau Ordinary Least Square (OLS), 2) Regresi
data panel dengan Fixed Effect Method (FEM), 3) Regresi data panel dengan
Random Effect.
Model analisis ini mengabaikan dimensi waktu dan ruang, karena intersep
individu, tetapi intersep antar waktunya sama dan koefisien regresi atau
slope sama antar individu dan waktu. Untuk penggunaan slope yang
33
konstan sedangkan intersepnya harus bervariasi, maka bisa digunakan
variabel dummy.
Model analisis ini memiliki asumsi bahwa slope antar individu adalah
sama, tetapi intersep berbeda baik antar individu maupun antar waktu,
Untuk menentukan teknik regresi data panel mana yang akan digunakan,
maka dilakukan pengujian regresi data panel dengan melakukan Uji Chow, Uji
Untuk menentukan metode Common Effect atau Fixed Effect yang paling
Chow adalah :
H0 = Common Effect
H1 = Fixed Effect
F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka H0 ditolak yang artinya model
sebaliknya, jika hasil F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0
34
Untuk menentukan metode Common Effect atau Random Effect yang
digunakan adalah :
besar dari nilai kritis statistik chi-squares maka kita menolak hipotesis
nul, yang artinya estimasi yang tepat untuk model Random Effect dari pada
metode Fixed Effect. Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari
hipotesis nul, yang artinya estimasi yang digunakan dalam regresi data
3. Uji Hausman
Untuk memilih metode Fixed Effect atau metode Random Effect yang
H0 = Random Effect
H1 = Fixed Effect
independent. Jika nilai statistik Hausman lebih besar (>) dari nilai
kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model Fixed Effect
35
sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil (<) dari nilai
kritisnya maka model yang tepat digunakan adalah model Random Effect.
Setelah ditentukan model mana yang digunakan dalam regresi data panel,
dilakukan lagi pengujian terhadap model yaitu uji ekonometrika dan uji statistik,
yang meliputi:
a. Uji Ekonometrika
1) Uji Normalitas
2) Uji Multikolinearitas
mengetahui korelasi linier yang tinggi di antara lebih dari dua variabel
36
multikolinear. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk melihat
statistik. Jika nilai R2 tinggi dan uji F menolak hipotesis nol, tetapi
nilai t statistik sangat kecil atau tidak ada variabel bebas yang
3) Uji Heteroskedastisitas
dapat menggunakan uji White Test dan uji Wald Test. Sedangkan untuk
4) Uji Autokorelasi
37
test dan Wooldridge Test. Sedangan mengatasi permasalahan
b. Uji statistik
variabel terikat.
38
b) Dengan cara membandingkan nilai statistik F, apabila nilai statistik
diterima.
diterima.
39
itu nilai Adjusted R2 dapat digunakan untuk mengevaluasi mana model
juga berbeda.
d. Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari
40
Dalam artian bahwa segala sesuatu yang diolah manusia atau
pula.
41
Daftar Pustaka
Adipuryanti, Ni Luh Putu Yuni Dan Ketut Sudibia. 2015. “ Ananlisis Pengaruh
Jumlah Penduduk Yang Bekerja dan Investasi Terhadap Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Melalui pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali”. Piramida. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Vol XI No. 1 : 20-28.
Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan
Kritis. P4Wpress. Bogor.
Arsyad, lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta : BPFE
Asngari, Imam. 2011. Modul Praktikum Ekonometrika Program Eviews dan
SPSS. Inderalaya
Cazka dan Riadi, RM. 2008. Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau. Jurnal Industri dan PerKotaan
Volume XII Nomor 21/Februari 2008.
Dhyatmika, Ketut Wahyu & Hastarini Dwi Atmanti. 2013. Analisis
Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten Pasca Pemekaran. Diponegoro
Journal Of Economics, Volume 2 No 2 Hal 1-8.
Gujarati N. Damodar. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition. McGraw-Hill.
Hairul Aswandi dan Mudrajat Kuncoro 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan
Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia. Vol. 17. No 1. 2002.
Haris, Muhammad. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Investasi,
dan IPM Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah Di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2005-2012. Skripsi Sarjana Jurusan IESP pada Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semar.
Indah, Richa Zulfia. 2016. Analisis Pengaruh Kredit Investasi, Ekspor Non
Migas, Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Produktivitas Tenaga
Kerja Sektor Industri Terhadap Ketimpangan Ekonomi Antar Provinsi di
Pulau Jawa-Bali. Jurnal FE Universitas Brawijaya.
Irawan dan M. Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan. Edisi ke 6.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
42
Jhingan, M. L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan perencanaan. Jakarta:
Rajawali Press.
43
Prayitno, Teguh. 2008. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat
Ketimpangan antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kebumen Tahun
2000-2006. UII. Yogyakarta
Puspa Ayu, Widya. 2008. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat
Ketimpangan antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Semarang Periode
2000-2004. Jurnal. Semarang
Puspitawati, Linda Tustiana. 2013. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor
Penyebab Ketimpangan Pembangunan antar Kabupaten/Kota di Kawasan
Kedungsapur. Jurnal Universitas Negeri Semarang. EDAJ 2.
Rizki, Bimo dan Samsubar Saleh. 2007. Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta.
Sihono, 2001. Identiifikasi Potensi Ekonomi di Kota Semarang Jawa Tengah.
Tesis S-2. Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta (Tidak dipublikasikan).
Sinaga, Handika Cakra Panca Negara, 2010. Analisis Ketimpangan Ekonomi
antar Kabupaten/Kota dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya: studi
kasus Provinsi Sumatera Selatan (2004-2007).
Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat, Prisma, No. 3.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media
44
Sutarno dan Mudrajad Kuncoro. 2004. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. Jurnal Ekonomi
Pembangunan
Suryamin. 2016. Statistik Kependudukan. Badan Pusat Statistik: Jakarta.
Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia, Beberapa Masalah Penting.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tarjono. 2016. Sumatera Selatan Dalam Angka 2017. BPS Sumsel.
Tipka, Jefri. 2014. Analisis Ketimpangan Antara Kecamatan di Kota Ambon.
Barekeng. Vol. 8 No. 2 – Hal 41-45.
Todaro, Michael P. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
45