Anda di halaman 1dari 32

PERFORMA AYAM ARAB UMUR 32-38 MINGGU

DENGAN PEMBERIAN RANSUM


MENGANDUNG ZEOLIT

MUHAMMAD ANSORI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Arab Umur
32-38 Minggu dengan Pemberian Ransum Mengandung Zeolit adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Muhammad Ansori
NIM D14110097
ABSTRAK

MUHAMMAD ANSORI. Performa ayam Arab umur 32-38 minggu dengan


pemberian ransum mengandung zeolit. Dibimbing oleh IMAN RAHAYU
HIDAYATI SOESANTO dan SUMIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi penggunaam zeolit pada ransum


terhadap performa ayam arab. Materi yang digunakan adalah 40 ekor ayam arab
umur 32 minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
terdiri dari empat perlakuan (R0 = Ransum kontrol, R1 = ransum mengandung
1.5% Zeolit, R2 = ransum mengandung 3% Zeolit, dan R3 = ransum mengandung
4.5% Zeolit) dengan 5 ulangan masing masing ulangan menggunakan 2 ekor.
Peubah yang diukur yaitu konsumsi ransum, produksi telur (henday production),
massa telur (egg mass), konversi ransum, bobot telur, mortalitas dan Income Over
Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi ransum, namun
tidak berpengaruh terhadap peubah yang lain. Penggunaan zeolit pada level 4.5%
dapat meningkatkan hen day production, egg mass ,Income Over Feed Cost

Kata kunci: ayam Arab, performa, zeolit.

ABSTRACT
MUHAMMAD ANSORI. Arabian chickens performances age 32-38 weeks on
using diet contains zeolit IMAN RAHAYU HIDAYATI SOESANTO and
SUMIATI

This research aimed to evalute the effect of using zeolite in the diet on
Arabian chicken performances. Fourty Arabian chickens of 32 week of old of age
were used in this experiment. A Completely Randomized Design (CRD)
consisting four treatments (R0 = control diet, R1= diet contain 1.5% zeolit, R2=
diet contain 3% zeolit and R3= diet contain 4.5% zeolit) with five replicates and
two hens of each was used in this experiment. Variables measured were feed
consumption, hen day production, egg mass, feed conversion ration, egg weight,
mortality and Income Over Feed Cost (IOFC). The results showed that the
addition zeolite signicantly (P<0.01) increased the feed consumption, but the
treatment did not affect the other parameters. Usage zeolite in the 4.5% diet
increased hen day production, egg mass dan Income Over Feed Cost

Key words : Arabian chicken, performance, zeolite.


PERFORMA AYAM ARAB UMUR 32-38 MINGGU
DENGAN PEMBERIAN RANSUM
MENGANDUNG ZEOLIT

MUHAMMAD ANSORI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan
Januari 2015 ini adalah Performa ayam arab umur 32-38 minggu dengan
pemberian ransum mengandung zeolit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati
Soesanto, MS selaku komisi pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Sumiati, MSc
selaku komisi pembimbing anggota dan Muhammad Baihaqi, SPt, MSc selaku
dosen penguji sidang skripsi serta Bramada Winiar Putra, SPt, MSi selaku dosen
pembimbing Akademik. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kementerian
Agama RI yang telah memberi beasiswa kepada penulis selama menempuh
pendidikan di IPB serta Ir Stefanus Farok komisaris utama PT Mineralindo Trifa
Buana yang telah membiayai dalam proses penelitian ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan juga kepada staf Laboratorium Ilmu Teknologi dan Pakan,
Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Pusat Survei Geologi yang telah
membantu dalam proses analisis, staf kandang dan saudara Galih Muhammad
Sidik yang membantu dalam teknis dikandang. Terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya selama ini
sehingga penulis bisa menyesesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Muhammad Ansori
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Bahan 4
Alat 5
Prosedur 5
Persiapan Kandang 5
Pemeliharaan 5
Rancangan 5
Analisis Data 5
Peubah 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Performa Ayam Arab 7
Konsumsi Ransum 7
Produksi Telur/Hen Day Production 9
Berat Telur 10
Massa Telur 11
Konversi Ransum 11
Mortalitas 13
Income Over Feed Cost (IOFC) 13
SIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL

1 Kandungan mineral zeolit 2


2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian 4
3 Rataan performa produksi telur ayam arab selama enam minggu penelitian 7
4 Harga bahan pakan penyusun ransum penelitian 14
5 Nilai IOFC selama enam minggu penelitian penelitian 14

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam Arab Silver (A) ayam Arab silver betina (B) ayam Arab silver
jantan 1
2 Polihedral yang menyusun stuktur kristal zeolit 3
3 Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minngu penelitian 8
4 Produksi telur/ Hen Day Production ayam Arab selama enam minngu
penelitian 9
5 Berat telur ayam Arab selama enam minggu penelitian 10
6 Massa telur selama enam minngu penelitian 11
7 Konversi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian 12
8 Hubungan korelasi konversi ransum dengan henday production selama
enam minggu penelitian 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Anova berat telur selama enam minggu penelitian 18


2 Anova konsumsi ransum selama enam minggu penelitian 18
3 Uji lanjut duncan 0.01 pada konsumsi ransum selama enam minggu 18
penelitian
4 Anova henday production selama enam minggu penelitian 18
5 Anova konversi ransum selama enam minggu penelitian 18
6 Anova telur massa selama enam minggu penelitian 19
7 Hasil korelasi henday production dan konversi ransum selama enam minggu 19
penelitian
PENDAHULUAN

Latar belakang

Ayam Arab berasal dari Belgia disebut juga Braekel Kriel yang termasuk ke
dalam galur ayam petelur unggul di Belgia. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih
mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap
hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil
berwarna merah, mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning (Nataamijaya
et al. 2003)
Klasifikasi ayam Arab menurut Erlankgha (2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus turcicus
Ayam Arab yang ada di Indonesia yakni ayam Arab Merah (Golden Red)
dan ayam Arab Silver (Silver Braekels). Menurut Pambudhi (2003) Asal usul
keberadaan ayam Arab Merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama,
ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli
(Silver Breakels) dengan ayam betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam
Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver
Braekels) dengan ayam betina Merawang. Menurut Erlankgha (2010) Ayam Arab
Silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam Arab asli (Silver Braekels)
dengan ayam betina lokal petelur. Ayam Arab tergolong penghasil telur produktif
yang mulai berproduksi pada umur 25 minggu, produksi telur mencapai 300 butir
per tahun dengan bobot telur antara 30– 35 g butir-1 (Wirawan dan Sitanggang
2003). Produktivitas yang optimal dari ayam Arab tersebut hanya dapat dicapai
dengan pemberian ransum yang cukup dari segi kuantitas dan kualitasnya. Ayam
Arab silver dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) ayam Arab Silver ♀ (B) ayam Arab Silver ♂

Gambar 1 ayam Arab Silver (A) ayam Arab betina (B) ayam Arab jantan
Sumber : Feathersite (2007)
2

Permasalahan besar yang terjadi pada peternak yakni masih mahalnya


ransum yang digunakan untuk pemeliharaan ayam sehingga berpengaruh terhadap
biaya produksi. Biaya ransum dalam produksi ternak mencapai 60%-70% dari
total biaya produksi. Penelitian tentang ransum telah banyak dilakukan baik oleh
lembaga penelitian pemerintah, swasta dan perguruan tinggi. Tujuan penelitian
tersebut yakni untuk mencari ransum yang termurah namun kebutuhan nutrien
dalam ransum bisa terpenuhi. Ransum yang mengandung nutrien rendah akan
menghasilkan produktivitas yang rendah, sebaliknya peningkatan kandungan
nutrien dalam ransum sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan produktifitas
ayam Arab. Salah satu nutrien yang mempengaruhi produktifitas ayam Arab yakni
kandungan mineral dalam ransum. Mineral dalam ransum tersebut dapat
disumbangkan dari zeolit dengan cara mencampurkan dalam ransum.
Zeolit merupakan hasil tambang yang memiliki potensi yang sangat besar
untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral dalam ransum ternak. Zeolit
adalah kristal aluminosilikat terhidrasi yang terdiri dari jaringan tiga dimensi dari
SiO 44- dan AlO 45- tetrahedra ( Papaioannou et al. 2005 ). Unit dasar tetrahedra
tersebut saling berikatan, dimana ion oksigen pada setiap ujung tetrahedra dipakai
bersama dengan tetrahedra yang berada disampingnya. Susunan dari kelompok
tetrahedra yang sama atau berbeda tersebut selanjutnya akan membentuk satuan
unit bangun sekunder dalam bentuk cincin tunggal, ganda ataupun komplek yang
menghasilkan tipe kerangka kristal zeolit tertentu (Meier dan Olson 1971).
Cincin-cincin tersebut dapat saling menggabungkan diri membentuk suatu bangun
kristal polihedral yang simetris. Pertautan dari rangkaian unit bangun sekunder
dengan polihedra-polihedra ini menghasilkan rongga-rongga ataupun saluran yang
kontinyu dalam kerangka zeolit yang berhubungan satu sama lain ( Meier 1978).
Kandungan unsur kimia yang ada pada zeolit yang digunakan pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 1 Kandungan mineral zeolit


Mineral Komposisi (%)
SiO2 68.15
Al2O3 9.26
LiO 14.11
Na2O 0.16
K2O 2.64
CaO 2.64
MgO 1.39
Fe2O3 1.18
TiO2 0.11
Sumber : Pusat Survei Geology (2014)

Beberapa jenis mineral yang terdapat dalam zeolit merupakan logam berat
seperti SiO2, Al2O3 dan LiO sehingga perlu dibatasi penggunaan zeolit dalam
dalam ransum agar tidak berbahaya bagi ternak. Menurut Saeni (1989) logam
seperti Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Si ,Mn dan As merupakan beberapa jenis
3

logam yang ada pada beberapa ransun ternak, ada empat logam berat diantaranya
bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi manusia yaitu As,
Cd, Pb dan Si. Anggorodi (1979) mengatakan Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk
dalam kelompok logam berat dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong
mineral mikro bagi ternak, maka logam berat yang tergolong nonesensial dan
bersifat racun bagi ternak adalah kelompok logam Pb, Cd, Si, dan As. Menurut
Brufau dan Tacon (1999) batas penggunaan logam berat yakni 40 ppm karena
masuk kedalam jenis logam yang sangat membahayakan.
Stuktur zeolit pada Gambar 2 memiliki rongga terbuka serta memiliki
saluran yang teratur dengan ukuran tertentu dalam tiga dimensi sehingga
menyebabkan zeolit mempunyai sifat absobsi dan memiliki kemampuan untuk
bertukar kation konstituen (Meier 1978)

Gambar 2 Polihedral yang menyusun struktur kristal mineral zeolit


Sumber : Barrer (1982)

Penggunaan zeolit dalam ransum ternak diharapkan dapat meningkatkan


efisiensi penggunaan ransum, hal ini dikarenakan zeolit memiliki sifat sebagai
penyaring molekul, penyerap dan penukar ion, sehingga dalam penggunaannya
dapat meningkatkan penyerapan zat makanan dalam tubuh ternak (Hutabarat
2010). Absorpsi mineral dalam usus biasanya tidak efisien, kebanyakan mineral
(kecuali kalium dan natrium) membentuk garam-garam dan senyawa-senyawa
lain yang relatif sukar larut, sehingga sukar diabsorpsi (Widodo 2002).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan zeolit dalam
ransum, sehingga dapat terlihat efektivitas zeolit terhadap produktivitas ayam
tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi penggunaan zeolit dalam ransum


terhadap performa produksi telur ayam Arab umur 32-38 minggu

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan ayam Arab umur 32-38 pengamatan dilakukan


pada performa produktivitasnya yang meliputi konsumsi ransum, produksi
telur/hen day production, berat telur, massa telur, konversi ransum, mortalitas dan
Income Over Feed Cost (IOFC)
4

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu mulai tanggal 04


Desember 2014 sampai dengan 14 Januari 2015. Lokasi penelitian bertempat di
Laboratorium Lapang Kandang blok B, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor ayam Arab
silver (Silver Breakels) umur 32 minggu dengan rataan bobot badan 1.384 ± 0.14
g. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ransum, air minum, egg
stimulan dan sekam. Ransum ayam Arab dibuat dengan menggunakan berbagai
bahan pakan ( Tabel 2), kemudian dicampur di Laboratorium Industri Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Ransum disusun isokalori (EM 2 800 kkal Kg-1) dan isoprotein
(15%).

Tabel 2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian


Ransum perlakuan
Bahan pakan
R0 R1 R2 R3
(%)
Jagung Kuning 55.00 55.00 55.00 55.00
Dedak Padi 7.18 4.97 2.72 0.50
Bk.Kedelai 15.00 15.00 15.00 15.00
CGM 3.90 5.07 5.56 6.04
MBM 5.84 5.00 5.00 5.00
Minyak Sawit 3.23 3.47 3.77 4.07
DCP 0.99 1.07 1.16 1.25
CaCO3 8.08 8.14 8.01 7.89
Premix 0.50 0.50 0.50 0.50
NaCl 0.21 0.22 0.22 0.19
DL-Methionine 0.07 0.06 0.06 0.05
Zeolit 0.00 1.50 3.00 4.50
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00
Kandungan nutrien 1)
Bahan kering (%) 89.30 89.44 90.10 89.69
Energi Metabolis (kkal kg-1)2) 3 063.00 2 943.00 2 937.00 2 953.00
Protein kasar (%) 15.86 15.98 15.93 16.65
Lemak kasar (%) 5.43 5.73 5.57 4.79
Abu (%) 11.92 14.30 15.82 15.17
Serat Kasar (%) 3.54 5.05 4.07 2.97
Keterangan :1) hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Teknologi Pakan, Depertemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2014);
2)
perhitungan dengan rumus Balton 40.81 x (0.87x (PK+ 2.25 x LK+ Beta-N) +
4.9) (Siswohardjono 1982)
5

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam


berbentuk cage berukuran 0.4 m x 0.3 m sebanyak 20 buah, tempat pakan, sapu
lidi, sekop, tali plastik, tempat air minum, timbangan digital dan timbangan
analitik, termometer, kertas label, spidol, alat tulis dan lain-lain yang menunjang
kegiatan penelitian.

Prosedur

Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang cage sebanyak 20 buah yang telah
dibersihkan terlebih dahulu dan diberi sekam bagian bawah kandangnya. Masing-
masing kandang diisi oleh 2 ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat
ransum dan tempat air minum. Masing-masing kandang diberi tanda sesuai
dengan perlakuan yang diberikan yakni R0, R1, R2 dan R3.

Pemeliharaan
Ayam yang dipelihara berumur 32 minggu. Pemeliharaan dilakukan selama
6 minggu, sebelum masuk perlakuan diberikan adaptasi ransum selama 3 hari.
Pemberian ransum ayam yakni 100 g ekor-1 hari-1 dan air minum diberikan secara
ad libitum. Ayam diberi egg stimulan pada awal pemeliharaan selama tiga hari,
hal ini untuk menjaga produksi telur agar tidak turun secara dratis karena
pengaruh ransum yang diberikan. Pemberian egg stimulan dilakukan dengan cara
melarutkan ke dalam air minum dengan dosis 0.5 g l-1 air minum. Pengambilan
data produksi telur dan penimbangan telur dilakukan setiap hari selama
pemeliharaan.

Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 2 ekor ayam
Arab. Model matematika dari rancangan tersebut sebagai berikut (Steel dan Torrie
1991):
Yij = μ + ∂i + €ij

Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ : Rataan umum
∂i : Efek perlakuan ke-i
€ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan
jika memberikan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan
(Steel dan Torrie1991).
6

Peubah
1. Konsumsi Ransum (g ekor-1 hari-1).
Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama enam minggu
penelitian. Perhitungan konsumsi ransum adalah sebagai berikut.

Konsumsi Ransum (g ekor-1) = jumlah pemberian ransum – jumlah sisa


ransum

2. Produksi Telur /Hen Day production (%)


Produksi telur dihitung setiap hari selama enam minggu penelitian. Rumus
yang digunakan untuk menghitung produksi telur hen day sebagai berikut :

3. Massa telur/ Egg mass (g ekor-1 minggu-1)


Diperoleh dengan membagi jumlah berat telur dengan jumlah ayam yang ada
selama enam minggu penelitian.

4. Konversi Ransum
Konversi ransum dihitung dari pembagian antara jumlah ransum yang
dikonsumsi (gram) dengan Massa telur (egg mass) selama enam minggu
penelitian

5. Berat Telur (g butir-1)


Bobot telur dihitung berdasarkan hasil penimbangan telur setiap hari selama
enam minggu penelitian.

6. Mortalitas (%)
Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati pada saat penelitian
dibandingkan dengan jumlah ayam pada saat awal pemeliharaan. Mortalitas
dihitung dengan rumus :
7

7. Income Over feed cost (IOFC)


IOFC merupakan selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya
ransum. Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi (butir)
dengan harga produksi (Rp). Biaya ransum adalah jumlah biaya (Rp) yang
dikeluarkan untuk banyaknya ransum yang dikonsumsi selama enam minggu
penelitian. IOFC dapat dihitung dengan rumus :

IOFC ═ pe dapata (penjualan telur) – biaya ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata konsumsi ransum, produksi telur/ henday production, berat telur,


massa telur/ egg mass, konversi ransum, dan Income Over feed Cost (IOFC) ayam
Arab yang mendapat ransum yang ditambahkan zeolit dengan taraf yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan perfoma produksi telur ayam Arab selama enam minggu penelitian
Perlakuan
Parameter
R0 R1 R2 R3
Konsumsi ransum (g ekor-1 hari-1) 97.13± 0.68a 95.86 ±1.72a 93.06±1.33b 95.48±1.21a
Konsumsi Protein (gram ekor-1)1) 3 235.04 3 216.77 3 113.04 3 338.49
Produksi telur/Hen Day (%) 56.67±12.10 52.22 ±9.34 59.52±14.11 61.43±12.87
Berat telur (g butir-1) 48.01± 5.62 45.10 ±3.05 45.78±2.68 47.67±1.08
Massa telur/Egg Mass (g ekor-1) 1 099 ±227 866.7±311 1 143±270 1 229±253
Konversi ransum 3.73±0.88 5.24±2.23 3.60±0.95 3.39±0.80
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata
(P<0.01). R0 = ransum kontrol (tanpa zeolit) ; R1 = ransum yang mengandung zeolit
1.5% ; R2 = ransum yang mengandung zeolit 3% ; R4 = ransum yang mengandung
zeolit 4.5%.

Performa Ayam Arab

Performa ayam Arab dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya


kemampuan genetik, pemberian ransum, kualitas ransum manejemen
pemeliharaan dan lingkungan pemeliharaan. Parameter yang dapat diukur untuk
menggambarkan performa ayam Arab meliputi berat telur, konsumsi ransum,
konversi ransum, produksi telur/henday production, massa telur /egg mass,
mortalitas dan Income Over Feed Cost (IOFC)

Konsumsi Ransum
Hasil analisis ragam data menunjukan bahwa pemberian zeolit dengan taraf
berbeda dalam ransum memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
konsumsi ransum. Perlakuan R2 (mengandung zeolit 3%) menghasilkan konsumsi
ransum terendah dibanding perlakuan lainnya. Tingkat konsumsi ransum pada
ayam dipengaruhi oleh daya palatabilitas yang ada dalam ransum tersebut.
Ransum R2 memiliki kandungan abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ransum lainnya (Tabel 2), selain itu tekstur ransum R2 lebih halus sehingga
8

menurunkan tingkat palatabilitas ayam. Tekstur yang lembut ini diakibatkan oleh
proses mixing yang terlalu lama pada pembuatan ransum. Menurut Amrullah
(2004) ransum yang digiling terlalu halus akan mengurangi konsumsi ransum,
sehingga ransum yang dibutuhkan adalah ransum yang seragam bentuknya.
Rataan konsumsi ransum selama enam minggu penelitian ditunjukan pada
Gambar 3.
konsumsi ransum (gram ekor-1)

105

100

95

90

85

80
33 34 35 36 37 38

umur (minggu)

Gambar 3 Konsumsi ransum ayam Arab selama enam penelitian.


Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kadar zat-zat nutrien yang ada dalam
ransum seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat-
zat ransum unggas tergantung pada factor intrinsic yaitu spesies unggas, tipe,
bangsa, kelas, strain, jenis kelamin dan umur (Achmanu dan Muharlien 2011).
Rata-rata konsumsi ransum ayam Arab pada minggu ke 33 mencapai 99.45 gram
ekor-1. Menurut prawitasari (2012) rata-rata konsumsi ransum ayam Arab yang
berumur 33 minggu yaitu 93.06 gram ekor-1. Peningkatan konsumsi ayam Arab ini
diakibatkan kandungan energi yang ada pada ransum cukup tinggi yakni 2974
kkal kg-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan energi ayam petelur
umur 32-45 minggu yakni 2850 kkal kg-1. Anggorodi (1990) mengatakan,
konsumsi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, palatabilitas
ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein, kualitas dan kuantitas
dari bahan pakan. Penurunan konsumsi terjadi saat ayam Arab yang berumur 38
minggu dengan rata-rata konsumsi ransum yakni 90.11 gram ekor-1 hari-1.
Menurut prawitasari (2012) konsumsi ransum ayam Arab umur 38 minggu adalah
91.33 gram ekor-1. Penurunan konsumsi pakan pada minggu ke 38 dikarenakan
ransum yang digunakan telah mengalami penurunan kualitasnya, karena sudah
terlalu lama disimpan dalam karung sehingga berdampak pada konsumsi ransum.
Syamsu (2002) menyatakan bahwa, penyimpanan yang melebihi waktu tertentu
dan dalam kondisi yang kurang baik, dapat menyebabkan kualitas ransum
mengalami penurunan. Penyimpanan dalam karung plastik pada suhu ruang dapat
menyebabkan kandungan kadar air ransum sedikit meningkat, sehingga
menyebabkan jamur mudah tumbuh dan mengakibatkan bau tengik pada ransum,
bau tengik tersebut yang mengakibatkan penurunan konsumsi ransum (Mathius et
9

al. 2006). Menurut Abidin (2003), kualitas ransum merupakan hal yang sangat
penting karena ayam petelur sangat peka terhadap terjadinya penurunan kualitas
ransum, terutama kadar proteinnya sehingga akan berpengaruh terhadap
penurunan konsumsi, laju pertumbuhan dan terhambatnya produksi telur.

Produksi Telur/Henday Production


Berdasarkan analisis ragam diperoleh hasil bahwa penggunaan zeolit pada
ransum dengan taraf berbeda tidak berpengaruh terhadap produksi telur ayam
Arab. Data rataan henday production telur ayam Arab dapat dilihat pada Gambar
4.

80
70
Produksi telur (%)

60
50
40
30
20
10
0
33 34 35 36 37 38

umur (minggu)

Gambar 4 Produksi telur (hen day production) ayam Arab selama enam minggu
penelitian.
Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Nilai henday production pada minggu ke 33-35 mencapai 55% hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto (2001) nilai Henday
production ayam Arab umur 31-35 minggu yakni 47%-63.3%. Nilai henday
production pada minggu 36-38 mencapai 57% nilai henday production ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto
(2001) pada minggu ke 36-40 henday ayam Arab mencapai 69%-76.5%. Wahyu
(2004), menyatakan bahwa pada umur 22 minggu produksi telur naik dengan
tajam dan mendapat puncaknya pada umur 38-40 minggu, kemudian produksi
telur menurun dengan perlahan sampai 65% saat ayam berumur 82 minggu.
Kurang optimalnya produksi telur ayam Arab diduga karena faktor genetik dari
ayam Arab tersebut. Produksi telur/henday production yang tertinggi terdapat
pada penambahan zeolit dengan taraf 4.5% kedalam ransum yang menghasilkan
produksi telur 61.43% (Tabel 3). Rasyaf (1991) yang menyatakan bahwa secara
genetis tiap jenis unggas mempunyai batas kemampuan maksimal dalam
berproduksi. Faktor lain yang mempengaruhi henday production adalah
rendahnya konsumsi ransum sehingga berdampak pada produktivitasnya.
Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian rata-rata 95.05
gram ekor-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan konsumsi ransum
ayam petelur umur 32-45 minggu yakni 100 gram ekor-1. Rendahnya konsumsi
tersebut mengakibatkan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan telur
10

tidak tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2003) menyebutkan
bahwa faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah ransum
yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam ransum. Konsumsi ransum
pada ayam digunakan untuk kebutuhan pokok hidupnya dan produksi telur,
sehingga konsumsi ransum yang rendah akan berpengaruh terhadap produksi telur
yang mengalami penurunan.

Berat Telur
Berdasarkan analisis ragam pemberian ransum dengan penggunaan taraf
zeolit yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat telur. Hal dikarenakan
konsumsi protein, strain, serta umur ayam sama setiap perlakuan sehingga nutrien
yang dicerna oleh masing-masing ayam relatif sama besar (Tabel 2). Data rata-
rata berat telur ayam Arab yang diberi ransum zeolit pada taraf yang berbeda
selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

60
berat telur (g ekor-1)

50
40
30
20
10
0
33 34 35 36 37 38

umur (minggu)

Gambar 5 Berat telur ayam Arab selama enam minggu penelitian.


Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Berat rata-rata telur ayam Arab yakni 46.64 ± 2.26 gram butir-1. Berat telur
ayam Arab yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi jika dengan hasil
penelitian Triharyanto (2001) berat telur ayam Arab berkisar antara 35-45 gram
butir-1. Peningkatan berat telur ayam Arab dipengaruhi oleh genetik dan berat
tubuh ayam. Ayam Arab yang digunakan dalam penelitian mempunyai bobot 1.3
kg lebih besar dari berat ayam Arab biasanya. Menurut Kholis dan Sitanggang
(2002) Berat ayam Arab betina dewasa hanya mencapai 1.1-1.2 kg dengan tinggi
mencapai 22-25cm. Semakin tinggi berat tubuh ayam memungkinkan ayam
menghasilkan berat lebih besar pula hal tesebut sesuai dengan pendapat
Bell dan Weaver (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi berat telur ayam
Arab yakni umur ayam, suhu lingkungan, stran, breed, kandungan nutrisi dalam
ransum, berat tubuh ayam. Faktor lain yang menyebabkan peningkatan berat telur
berat ayam Arab diduga karena adanya penambahan zeolit pada pakan hal ini
karena zeolit mempunyai kandungan Si yang mampu berperan dalam metabolisme
Ca sehingga meningkatkan kandungan Ca. Roland et al. (1993) menyatakan
bahwa, hal yang menguntungkan dari zeolit adalah dapat berkombinasi dengan
berbagai unsur, ini disebabkan oleh kehadiran Si yang berperan dalam
metabolisme Ca.
11

Massa Telur/Egg Mass


Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan zeolit pada
ransum dengan taraf yang berbeda tidak berpengaruh terhadap produksi telur
massa ayam Arab. Massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian dapat
dilihar pada Gambar 6.

1600
Produksi massa telur (g ekor-1)

1400
1200
1000
800
600
400
200
0
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)

Gambar 6 massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian.


Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Data rataan massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian
mencapai 1 084 gram ekor-1. Menurut Agro et al. (2010) egg mass ayam Arab
selama enam minggu yakni 1 370 gram ekor-1. Menurut Anggorodi (1995)
menambahkan besarnya telur dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk sifat
genetik, tingkatan dewasa kelamin, umur, obat-obatan dan makanan sehari-hari.
Nilai massa telur tertinggi pada penelitian ini yakni pada penggunaan zeolit
dengan taraf 4.5% dalam ransum yang menghasilkan massa telur 1 229 g ekor-1
(Tabel 3) selama enam minggu penelitian. Faktor makanan yang mempengaruhi
besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam ransum dan asam
linoleat . Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (2006), Ternak yang mengkonsumsi
protein dalam konsentrasi yang cukup tinggi akan mempermudah penyerapan
kalsium dan berpengaruh terhadap proses pembentukan kerabang telur dan
produksi telur. Produksi telur massa merupakan rata-rata berat telur harian
sehingga banyak sedikitnya produksi telur/Henday production akan
mempengaruhi massa telur.

Konversi Ransum
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum yang ditambahkan
zeolit pada taraf yang berbeda tidak berpengaruh terhadap konversi ransum. Nilai
rata-rata konversi ransum pada minggu ke 33 yakni 6 lebih tinggi dari penelitian
yang dilakukan alwi (2014) yang mengatakan bahwa, nilai konversi ransum untuk
ayam Arab sebesar 3.7. Besarnya nilai konversi pada minggu ke 33 dikarenakan
rendahnya produksi telur yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan ayam Arab masih
12

dalam proses adaptasi sehingga produktifitasnya menurun. nilai konversi ransum


selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

12

10
konversi ransum

0
33 34 35 36 37 38

umur (minggu)

Gambar 7 Konversi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian.


Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Nilai konversi ransum yang terendah pada penelitian yakni pada


penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% yang memiliki nilai konversi 3.39 (Tabel 3).
Nilai konversi ransum berkorelasi terhadap produksi telur/henday production hal
ini dapat dilihat pada Gambar 8.

10

8
y = -0.0923x + 9.1586
Konversi ransum

R² = 0.8218
6

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Produksi telur (%)

Gambar 8 Hubungan korelasi konversi ransum dengan henday production selama


enam minggu penelitian

Semakin besar nilai henday production maka semakin kecil nilai konversi
ransumnya begitupun sebaliknya. Nilai R2 yang lebih besar dari 0.75 membuktikan
adanya hubungan korelasi antara konversi pakan dan produksi telur/henday
production. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan
produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka
13

semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum. Pertambahan berat telur yang
semakin besar pada tingkat konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai
konversi yang semakin kecil (Haetami et al. 2005). Angka konversi ransum
menunjukan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin
kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya (Campbell 1984).
Rasyaf (2008) mengatakan bahwa, nilai konversi ransum yang baik adalah kurang
dari 1 dimana pada nilai tersebut pakan digunakan sebaik-baiknya. Wahju (2004)
menyatakan bahwa, ransum yang dikonsumsi ayam digunakan untuk hidup pokok
kemudian untuk produksi.

Mortalitas
Kematian ayam Arab tidak terjadi pada semua perlakuan. Hal ini
membuktikan bahwa penggunaan zeolit hingga taraf 4.5% dalam ransum tidak
bersifat toksik bagi ayam Arab. Unsur-unsur ZA yang ada pada zeolit berada
dalam keadaan ionik dan dapat digunakan oleh tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et
al. 2013 ; Zhang et al. 2013). Selain itu, unsur tersebut bisa melawan efek
berbahaya dari zat beracun (seperti amonia dan hidrogen sulfida) dan mengurangi
kontaminasi bakteri dari usus (misalnya, Escherichia coli , Salmonella dan
Disentri bacillus) karena kapasitas penyerapan yang tinggi maka zat berbahaya
dapat dihilangkan dari tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et al. 2013 )
Penelitian telah membuktikan bahwa zeolit alam dapat ditambahkan ke
dalam ransum sebagai cara untuk mengurangi racun biovibilitas secara selektif
mengikat racun dalam saluran pencernaan hewan, kelembaban kotoran dan
mengurangi emisi NH 3 ( Kubena et al. 1994 ; Philips et al. 1988 ; Philips et al.
1990 ). Keuntungan utama dari penggunaan zeolit yakni termasuk biaya,
keamanan, dan kemudahan administrasi, karena penggunaannya hanya
ditambahkan pada ransum ternak. Menurut Boyer (2000) zeolit mempunyai
kemampuan dalam menyerap mycotoxin dalam ransum sehingga menurunkan
kematian. Zeolit mampu meningkatkan efisiensi ransum dan mengurangi
kandungan amoniak dalam kandang unggas .

Income Over Feed Cost (IOFC)


Untuk mengetahui efisiensi biaya dan penggunaan ransum secara ekonomis,
selain memperhitungkan bobot telur dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya
juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara
untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi
dikurangi biaya ransum. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total
pendapatan dengan total biaya ransum digunakan selama penelitian. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang
merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ayam Arab.
Susunan harga bahan pakan yang digunakan dalam penelitian pada tanggal
01 Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 4 dan harga telur pada saat penelitian
Rp 2 000 butir-1
14

Tabel 4 Harga bahan pakan penyusun ransum penelitian


Nama Bahan Harga bahan (Rp kg-1)
Jagung Kuning 6 000
Dedak Padi 3 000
Bk.Kedelai 9 000
CGM 10 000
MBM 10 000
Minyak Sawit 9 000
DCP 3 500
CaCO3 900
Premix 25 000
NaCl 2 500
DL-Methionine 25 000
Zeolit 2 000
Keterangan : Harga yang dipakai merupakan harga pembelian bahan baku pada
tanggal 01 Desember 2014.

Nilai IOFC selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada pada Tabel 5.
Penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% dalam ransum dapat menghasilkan
keuntungan Rp 4 053.38 per ekor jika dibandingkan dengan kontrol. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Indra et al. (2012) dalam waktu empat minggu
dengan jumlah ayam yang digunakan sebanyak 60 ekor rata-rata Income Over
Feed Cost ayam Arab Silver Rp.15 133 per ekor.

Tabel 5 Nilai IOFC selama enam minggu penelitian


Konsumsi Biaya ransum Jumlah telur IOFC
Perlakuan
Ransum (Kg) (Rp kg-1) (butir) (Rp ekor-1)
R0 40.795 6495.07 238 21 103.36
R1 40.26 6 515.02 194 12 570.59
R2 39.084 6 554.99 250 25 619.52
R3 40.102 6 594.00 258 25 156.74

Perhitungan IOFC sangat penting dilakukan karena ransum dalam usaha


peternakan persentasinya bisa mencapai 60%-70% dari biaya produksi. Menurut
Yahya (2003), konsumsi ransum berperan dalam menentukan biaya pengeluaran
untuk ransum ayam yang dibutuhkan selama pemeliharaan sehingga dapat
mempengaruhi biaya produksi .

SIMPULAN
Zeolit dapat digunakan sampai 4.5% dalam ransum ayam Arab, karena
menghasilkan produksi telur, efisiensi penggunaan pakan dan Income Over feed
Cost paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2013. Meningkatkan Produktivitas Ayam Petelur. Jakarta (ID):


Agromedia Pustaka
Achmanu, Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. Malang (ID): UB Press
Alwi W. 2014. Pengaruh imbangan energi-protein terhadap performa ayam Arab.
[skripsi]. Kalimantan (ID): Universitas hasanudin
Amrullah IK. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. Bogor(ID): IPB Press
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung
Budi
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT Gramedia
Anggorodi R. 1990. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Bell DD. 2002. Anatomy of The Chicken. In: Bell DD, Weaver WD Jr editor.
Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke-5. USA: Springer
Science Business Media, Inc.
Boyer J. 2000. Zeolit in Animal Nutrition. Undergraduate seminar. McGill
University. Animal Science Department
Brufau J, Tacon A.1999. Animal feeding and food safety : Report of a FAO
Expert Consultation. Cahiers Options Méditerranéennes 37 : 155 – 193
Campbell W. 1984. Principles of Fermentation Tegnology. New York (US):
Pergaman Pr.
Erlankgha M. 2010. Ayam Arab. [Internet]. [diunduh 2015 April 22]. Tersedia
pada: http://www.infoternak.com/ayam-Arab
Hutabarat H. 2010. Penggunaan Zeolite di Bidang Peternakan. Pusat Kajian
Peternakan, Perikanan, Sumberdaya Pesisir dan Laut Fakultas Peternakan.
Universitas HKBP Nommensen Medan
Indra GK, Achmanu, Nurgiartiningsih A. 2012. Performa Produksi Ayam Arab
(Gallus turcicus) Berdasarkan Warna Bulu. Malang (ID): Brawijaya Pr
Kubena LF, Harvey RB, Huff WE, Elissalde MH, Yersin AG, Phillips TD,
Rottinghaus GE. 1993. Efficacy of a hydrated sodium calcium
aluminosilicate to reduce the toxicity of aflatoxin and diacetoxyscirpenol. J
Poult. Sci. 72:51–59.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commersial Poultry Nutrition. Ed ke-3 Canada
(CAN): University Brooks
Mathius IW, Sinurat AP, Sitombul DM, Manurung BP, Azmi. 2006. Pengaruh
bentuk dan lama penyimpanan terhadap kualitas dan kualitas dan nilai
biologis ransum komplit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Bengkulu
Meier WM, Olson DH. 1971. Zeolite frameworks. Adv. Chem. Series 101:155-
170.
Meier WM, 1978. Constituent sheets in the zeolites framework of the modernit
group. p 99-103. In L. B. Sand and F. A. Mumpton (edition). Natural
Zeolites. Occurrence, Properties, Use. Pergamon. New York (USA): Press.
Inc Elmsford
Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogjakarta (ID):
Gadjah Mada University Press
16

Nataamijaya A, Brahmantyo, Diwyanto k. 2003. Performans danm karakteristik


tigagalur ayam local (Pelung, Arab, Sentul). Pros. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003.
Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 353 – 359.
Natalia H, Nista D, Sunarto, Yuni DS. 2005. Pengembangan Ayam Arab.
Palembang (ID): Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa.
Pambudhi W. 2003. Beternak Ayam Arab Merah. Jakarta (ID) : Agromedia
Pustaka
Papaioannou D, Kyriakis SC, Papasteriadis A, Roumbies N, Yannakopoulos A,
Alexopoulos C. 2002. A field study on the effect of in-feed inclusion of a
natural zeolite (clinoptilolite) on health status and performance of sows/gilts
and their litters. Res. Vet. Sci. 72:51-59.
Papaioannou D, Katsoulos PD, Panousis N, Karatzias H. 2005. The role of natural
and synthetic zeolites as feed additives on the prevention and/or the
treatment of certain farm animal diseases: A review. Microporous
Mesoporous Mater. 84:161-170.
Phillips TD, Kubena LF, Harvey RB, Taylor DS, Heidelbaugh ND. 1988.
Hydrated sodium calcium aluminosilicate: A high affinity sorbent for
aflatoxin. J Poult. Sci. 67:243–247.
Phillips TD, Clement BA, Kubena LF, Harvey RB. 1990. Detection and
detoxification of aflatoxins: Prevention of aflatoxicosis and aflatoxin
residues with hydrated sodium calcium aluminosilicate. J Vet. Hum.
Toxicol. 32:15–19.
Piliang WG , Djojosoebagjo S. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II. Bogor (ID): IPB
Press.
Prawitasari RH, Ismadi Vd, Estiningdriati I.2012. Kecernaan protein kasar dan
serat kasar serta laju digesta pada ayam Arab yang diberi ransum dengan
berbagai level Azolla microphylla. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro Semarang
[PGS].Pusat Survey Geologi. 2014. Zeolit Super. Laboratorium pusat survei
Geologi. Bandung
Ronald E. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Rusli KR. 2011. Giving grounds remaining mixture bran and tofu fermentation
with Monascus purpureus performance and eggs quality of layer. [Tesis].
Padang (ID): Universitas Andalas
Scott ML, Mc Nesheim, Young RJ. 1992. Nutrition of Chicken. Ithaca (IT): Scott
ML and Associates Publishers.
Saerang JLP. 2003. Efek pakan dengan penambahan berbagai minyak terhadap
produksi dan kualitas telur. [Internet]. [diunduh 2015 Juni 26]. Tersedia
pada: http://rudyet.com/pps702-ipb/07134/pingky-saerang.pdf
Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati.
IPB
Siswohardjono W. 1982. Beberapa metode pengukuran energi metabolis bahan
makanan ternak pada itik. Makalah Seminar Fakultas Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Slamova R, Trckova M, Vondruskova H, Zraly Z, Pavlik I. 2011. Clay minerals in
animal nutrition. Appl. Clay Sci. 51:395-398.
17

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: M.
Syah. Jakarta(ID): Gramedia.
Syamsu JA. 2002. Pengaruh waktu penyimpanan dan jenis kemasan terhadap
kualitas dedak padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. Vol 1(2) : 75-83.
Rasyaf M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Triharyanto B. 2001. Beternak Ayam Arab. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Pr.
Yahya, A. 2003. Pengaruh Saccaromyces cereviciae dalam ransum terhadap
pertumbuhan broiler. [Skripsi]. Bandar Lampung (ID). Universitas
Lampung.
Wirawan D, Sitanggang M. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab
Petelur. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka
Wu QJ, Zhou YM, Wu YN, Wang T. 2013. Intestinal development and function
of broiler chickens on diets supplemented with clinoptilolite. Asian
Australas. J. Anim. 26:987-994.
Zhang JYL, Tang C, Wang X. 2013. Effects of dietary supplementation with
palygorskite on intestinal integrity in weaned piglets. Appl. Clay Sci.
86:185-189.
18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Anova berat telur selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 30.176 10.059 0.817 0.503
Galat 16 196.981 12.311
Total 19 227.157

Lampiran 2 Anova konsumsi ransum selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 43.501 14.500 8.693 0.001
Galat 16 26.688 1.668
Total 19 70.189

Lampiran 3 Uji lanjut Duncan 0.01 pada Konsumsi Ransum selama enam minggu
penelitian

Subset for alpha = 0.01


Perlakuan N
1 2
3.00 5 93.0570
4.00 5 95.4808
2.00 5 95.8572
1.00 5 97.1310
Sig 1.000 0.072

Lampiran 4 Anova Henday Production selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 240.240 80.080 0.535 0.665
Galat 16 2 393.198 149.575
Total 19 2 633.438

Lampiran 5 Anova konversi ransum selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 2.285 0.762 1.060 0.394
Galat 16 11.496 0.719
Total 19 13.781
19

Lampiran 6 Anova massa telur selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 369 874.415 123 291.472 1.723 0.203
Galat 16 1 145 049.145 71 565.572
Total 19 1 514 923.560

Lampiran 7 Hasil korelasi henday production dan konversi ransum selama enam
minggu penelitian

Henday Konversi
Henday Pearson Correlation 1 -.907**
Sig. (2-tailed) 0.000
N 20 20
Konversi Pearson Correlation -.907** 1
Sig. (2-tailed) 0.000
N 20 20
20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1993 di desa Labuhan Ratu Pasar,
Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Sutrisno dan
Ibu Sugianti. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah
Dasar negeri 01 Labuhan Ratu Pasar, dan selesai pada tahun 2005. Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2005 sampai tahun 2008 di SMP Negeri
02 Sungkai Selatan. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Madrasah
Aliyah Plus Walisongo Lampung Utara, pada tahun 2008 dan lulus pada tahun
2011
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama Republik Indonesia dan
diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan. Penulis aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas peternakan sebagai staf Riset dan Pengembangan mahasiswa periode
2012-2013. CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of
Religious Affairs) sebagai staf Sosial Lingkungan 2012-2013. Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) sebagai ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia 2013-2014. Sebagai Staf Human Research and Development Sekolah
Peternakan Rakyat (SPR) 2013-2014. CSS MoRA IPB (Community of Santri
Scholar of Ministry of Religious Affairs) sebagai Ketua departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia 2013-2014. Penulis juga aktif dalam
organisasi ektra kampus, CSS MoRA Nasional (Community of Santri Scholar of
Ministry of Religious Affairs) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia
2012-2013 dan sebagai ketua 1 CSS MoRA Nasional 2013-2014 serta aktif dalam
DPM MPM KM IPB tahun 2014-2015 dan Pengurus Pusat FL2MI.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi
Pengolahan Telur dan Daging Unggas serta berkesempatan menjadi peserta
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) dengan judul Kajian
Daya Simpan Karkas dengan Penambahan Ransum dari Ekstraksi Limbah Kulit
Kacang Tanah periode 2013-2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pakan Bebas
    Pakan Bebas
    Dokumen11 halaman
    Pakan Bebas
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Ayam Arab
     Ayam Arab
    Dokumen28 halaman
    Ayam Arab
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Retno
    Jurnal Retno
    Dokumen17 halaman
    Jurnal Retno
    Hafiz Fath
    Belum ada peringkat
  • Abstrak PDF
    Abstrak PDF
    Dokumen2 halaman
    Abstrak PDF
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • 2085 4078 1 SM PDF
    2085 4078 1 SM PDF
    Dokumen7 halaman
    2085 4078 1 SM PDF
    alief
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Dila Amalia & Nur Arifa In.
    Tugas Makalah Dila Amalia & Nur Arifa In.
    Dokumen16 halaman
    Tugas Makalah Dila Amalia & Nur Arifa In.
    frysye gumansalangi
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen5 halaman
    1 PB
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • 685 1348 1 SM PDF
    685 1348 1 SM PDF
    Dokumen9 halaman
    685 1348 1 SM PDF
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Pakan Bebas
    Pakan Bebas
    Dokumen11 halaman
    Pakan Bebas
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • 685 1348 1 SM
    685 1348 1 SM
    Dokumen9 halaman
    685 1348 1 SM
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen15 halaman
    Jurnal
    Nurul
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal
    Contoh Proposal
    Dokumen28 halaman
    Contoh Proposal
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Pakan Bebas
    Pakan Bebas
    Dokumen11 halaman
    Pakan Bebas
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • 1 SM
    1 SM
    Dokumen8 halaman
    1 SM
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Revisi Pedoman PHBD 2016 PDF
    Revisi Pedoman PHBD 2016 PDF
    Dokumen26 halaman
    Revisi Pedoman PHBD 2016 PDF
    Eko Ariyanto Wong Plembang
    Belum ada peringkat
  • H09lin PDF
    H09lin PDF
    Dokumen157 halaman
    H09lin PDF
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Massa Kalsium Dan Protei Pada Ayam Arab
    Massa Kalsium Dan Protei Pada Ayam Arab
    Dokumen10 halaman
    Massa Kalsium Dan Protei Pada Ayam Arab
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Bab I, Iv, Daftar Pustaka PDF
    Bab I, Iv, Daftar Pustaka PDF
    Dokumen65 halaman
    Bab I, Iv, Daftar Pustaka PDF
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Kasus Penyelesaian Sengketa Perdata
    Kasus Penyelesaian Sengketa Perdata
    Dokumen5 halaman
    Kasus Penyelesaian Sengketa Perdata
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Ayam Arab
     Ayam Arab
    Dokumen28 halaman
    Ayam Arab
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Aniiii
    Makalah Aniiii
    Dokumen12 halaman
    Makalah Aniiii
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • UU No. 32 Tahun 2009
    UU No. 32 Tahun 2009
    Dokumen110 halaman
    UU No. 32 Tahun 2009
    Sumarlina
    100% (5)
  • Tugas Kuliah
    Tugas Kuliah
    Dokumen17 halaman
    Tugas Kuliah
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Ayam Arab
    Ayam Arab
    Dokumen2 halaman
    Ayam Arab
    asgi_aja4462
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadat Sabda
    Tata Ibadat Sabda
    Dokumen3 halaman
    Tata Ibadat Sabda
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadat Sabda
    Tata Ibadat Sabda
    Dokumen3 halaman
    Tata Ibadat Sabda
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Kementrian Riset
    Kementrian Riset
    Dokumen1 halaman
    Kementrian Riset
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat
  • Profile DISC Test
    Profile DISC Test
    Dokumen3 halaman
    Profile DISC Test
    'Marga Maun'
    Belum ada peringkat
  • Proposal Ani
    Proposal Ani
    Dokumen9 halaman
    Proposal Ani
    Togi Marito Pasaribu
    Belum ada peringkat