MUHAMMAD ANSORI
Muhammad Ansori
NIM D14110097
ABSTRAK
ABSTRACT
MUHAMMAD ANSORI. Arabian chickens performances age 32-38 weeks on
using diet contains zeolit IMAN RAHAYU HIDAYATI SOESANTO and
SUMIATI
This research aimed to evalute the effect of using zeolite in the diet on
Arabian chicken performances. Fourty Arabian chickens of 32 week of old of age
were used in this experiment. A Completely Randomized Design (CRD)
consisting four treatments (R0 = control diet, R1= diet contain 1.5% zeolit, R2=
diet contain 3% zeolit and R3= diet contain 4.5% zeolit) with five replicates and
two hens of each was used in this experiment. Variables measured were feed
consumption, hen day production, egg mass, feed conversion ration, egg weight,
mortality and Income Over Feed Cost (IOFC). The results showed that the
addition zeolite signicantly (P<0.01) increased the feed consumption, but the
treatment did not affect the other parameters. Usage zeolite in the 4.5% diet
increased hen day production, egg mass dan Income Over Feed Cost
MUHAMMAD ANSORI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan
Januari 2015 ini adalah Performa ayam arab umur 32-38 minggu dengan
pemberian ransum mengandung zeolit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati
Soesanto, MS selaku komisi pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Sumiati, MSc
selaku komisi pembimbing anggota dan Muhammad Baihaqi, SPt, MSc selaku
dosen penguji sidang skripsi serta Bramada Winiar Putra, SPt, MSi selaku dosen
pembimbing Akademik. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kementerian
Agama RI yang telah memberi beasiswa kepada penulis selama menempuh
pendidikan di IPB serta Ir Stefanus Farok komisaris utama PT Mineralindo Trifa
Buana yang telah membiayai dalam proses penelitian ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan juga kepada staf Laboratorium Ilmu Teknologi dan Pakan,
Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Pusat Survei Geologi yang telah
membantu dalam proses analisis, staf kandang dan saudara Galih Muhammad
Sidik yang membantu dalam teknis dikandang. Terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya selama ini
sehingga penulis bisa menyesesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Muhammad Ansori
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Bahan 4
Alat 5
Prosedur 5
Persiapan Kandang 5
Pemeliharaan 5
Rancangan 5
Analisis Data 5
Peubah 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Performa Ayam Arab 7
Konsumsi Ransum 7
Produksi Telur/Hen Day Production 9
Berat Telur 10
Massa Telur 11
Konversi Ransum 11
Mortalitas 13
Income Over Feed Cost (IOFC) 13
SIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Ayam Arab Silver (A) ayam Arab silver betina (B) ayam Arab silver
jantan 1
2 Polihedral yang menyusun stuktur kristal zeolit 3
3 Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minngu penelitian 8
4 Produksi telur/ Hen Day Production ayam Arab selama enam minngu
penelitian 9
5 Berat telur ayam Arab selama enam minggu penelitian 10
6 Massa telur selama enam minngu penelitian 11
7 Konversi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian 12
8 Hubungan korelasi konversi ransum dengan henday production selama
enam minggu penelitian 12
DAFTAR LAMPIRAN
Latar belakang
Ayam Arab berasal dari Belgia disebut juga Braekel Kriel yang termasuk ke
dalam galur ayam petelur unggul di Belgia. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih
mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap
hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil
berwarna merah, mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning (Nataamijaya
et al. 2003)
Klasifikasi ayam Arab menurut Erlankgha (2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus turcicus
Ayam Arab yang ada di Indonesia yakni ayam Arab Merah (Golden Red)
dan ayam Arab Silver (Silver Braekels). Menurut Pambudhi (2003) Asal usul
keberadaan ayam Arab Merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama,
ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli
(Silver Breakels) dengan ayam betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam
Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver
Braekels) dengan ayam betina Merawang. Menurut Erlankgha (2010) Ayam Arab
Silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam Arab asli (Silver Braekels)
dengan ayam betina lokal petelur. Ayam Arab tergolong penghasil telur produktif
yang mulai berproduksi pada umur 25 minggu, produksi telur mencapai 300 butir
per tahun dengan bobot telur antara 30– 35 g butir-1 (Wirawan dan Sitanggang
2003). Produktivitas yang optimal dari ayam Arab tersebut hanya dapat dicapai
dengan pemberian ransum yang cukup dari segi kuantitas dan kualitasnya. Ayam
Arab silver dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 ayam Arab Silver (A) ayam Arab betina (B) ayam Arab jantan
Sumber : Feathersite (2007)
2
Beberapa jenis mineral yang terdapat dalam zeolit merupakan logam berat
seperti SiO2, Al2O3 dan LiO sehingga perlu dibatasi penggunaan zeolit dalam
dalam ransum agar tidak berbahaya bagi ternak. Menurut Saeni (1989) logam
seperti Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Si ,Mn dan As merupakan beberapa jenis
3
logam yang ada pada beberapa ransun ternak, ada empat logam berat diantaranya
bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi manusia yaitu As,
Cd, Pb dan Si. Anggorodi (1979) mengatakan Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk
dalam kelompok logam berat dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong
mineral mikro bagi ternak, maka logam berat yang tergolong nonesensial dan
bersifat racun bagi ternak adalah kelompok logam Pb, Cd, Si, dan As. Menurut
Brufau dan Tacon (1999) batas penggunaan logam berat yakni 40 ppm karena
masuk kedalam jenis logam yang sangat membahayakan.
Stuktur zeolit pada Gambar 2 memiliki rongga terbuka serta memiliki
saluran yang teratur dengan ukuran tertentu dalam tiga dimensi sehingga
menyebabkan zeolit mempunyai sifat absobsi dan memiliki kemampuan untuk
bertukar kation konstituen (Meier 1978)
Tujuan Penelitian
METODE
Bahan
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor ayam Arab
silver (Silver Breakels) umur 32 minggu dengan rataan bobot badan 1.384 ± 0.14
g. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ransum, air minum, egg
stimulan dan sekam. Ransum ayam Arab dibuat dengan menggunakan berbagai
bahan pakan ( Tabel 2), kemudian dicampur di Laboratorium Industri Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Ransum disusun isokalori (EM 2 800 kkal Kg-1) dan isoprotein
(15%).
Alat
Prosedur
Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang cage sebanyak 20 buah yang telah
dibersihkan terlebih dahulu dan diberi sekam bagian bawah kandangnya. Masing-
masing kandang diisi oleh 2 ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat
ransum dan tempat air minum. Masing-masing kandang diberi tanda sesuai
dengan perlakuan yang diberikan yakni R0, R1, R2 dan R3.
Pemeliharaan
Ayam yang dipelihara berumur 32 minggu. Pemeliharaan dilakukan selama
6 minggu, sebelum masuk perlakuan diberikan adaptasi ransum selama 3 hari.
Pemberian ransum ayam yakni 100 g ekor-1 hari-1 dan air minum diberikan secara
ad libitum. Ayam diberi egg stimulan pada awal pemeliharaan selama tiga hari,
hal ini untuk menjaga produksi telur agar tidak turun secara dratis karena
pengaruh ransum yang diberikan. Pemberian egg stimulan dilakukan dengan cara
melarutkan ke dalam air minum dengan dosis 0.5 g l-1 air minum. Pengambilan
data produksi telur dan penimbangan telur dilakukan setiap hari selama
pemeliharaan.
Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 2 ekor ayam
Arab. Model matematika dari rancangan tersebut sebagai berikut (Steel dan Torrie
1991):
Yij = μ + ∂i + €ij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ : Rataan umum
∂i : Efek perlakuan ke-i
€ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan
jika memberikan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan
(Steel dan Torrie1991).
6
Peubah
1. Konsumsi Ransum (g ekor-1 hari-1).
Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama enam minggu
penelitian. Perhitungan konsumsi ransum adalah sebagai berikut.
4. Konversi Ransum
Konversi ransum dihitung dari pembagian antara jumlah ransum yang
dikonsumsi (gram) dengan Massa telur (egg mass) selama enam minggu
penelitian
6. Mortalitas (%)
Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati pada saat penelitian
dibandingkan dengan jumlah ayam pada saat awal pemeliharaan. Mortalitas
dihitung dengan rumus :
7
Tabel 3 Rataan perfoma produksi telur ayam Arab selama enam minggu penelitian
Perlakuan
Parameter
R0 R1 R2 R3
Konsumsi ransum (g ekor-1 hari-1) 97.13± 0.68a 95.86 ±1.72a 93.06±1.33b 95.48±1.21a
Konsumsi Protein (gram ekor-1)1) 3 235.04 3 216.77 3 113.04 3 338.49
Produksi telur/Hen Day (%) 56.67±12.10 52.22 ±9.34 59.52±14.11 61.43±12.87
Berat telur (g butir-1) 48.01± 5.62 45.10 ±3.05 45.78±2.68 47.67±1.08
Massa telur/Egg Mass (g ekor-1) 1 099 ±227 866.7±311 1 143±270 1 229±253
Konversi ransum 3.73±0.88 5.24±2.23 3.60±0.95 3.39±0.80
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata
(P<0.01). R0 = ransum kontrol (tanpa zeolit) ; R1 = ransum yang mengandung zeolit
1.5% ; R2 = ransum yang mengandung zeolit 3% ; R4 = ransum yang mengandung
zeolit 4.5%.
Konsumsi Ransum
Hasil analisis ragam data menunjukan bahwa pemberian zeolit dengan taraf
berbeda dalam ransum memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
konsumsi ransum. Perlakuan R2 (mengandung zeolit 3%) menghasilkan konsumsi
ransum terendah dibanding perlakuan lainnya. Tingkat konsumsi ransum pada
ayam dipengaruhi oleh daya palatabilitas yang ada dalam ransum tersebut.
Ransum R2 memiliki kandungan abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ransum lainnya (Tabel 2), selain itu tekstur ransum R2 lebih halus sehingga
8
menurunkan tingkat palatabilitas ayam. Tekstur yang lembut ini diakibatkan oleh
proses mixing yang terlalu lama pada pembuatan ransum. Menurut Amrullah
(2004) ransum yang digiling terlalu halus akan mengurangi konsumsi ransum,
sehingga ransum yang dibutuhkan adalah ransum yang seragam bentuknya.
Rataan konsumsi ransum selama enam minggu penelitian ditunjukan pada
Gambar 3.
konsumsi ransum (gram ekor-1)
105
100
95
90
85
80
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kadar zat-zat nutrien yang ada dalam
ransum seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat-
zat ransum unggas tergantung pada factor intrinsic yaitu spesies unggas, tipe,
bangsa, kelas, strain, jenis kelamin dan umur (Achmanu dan Muharlien 2011).
Rata-rata konsumsi ransum ayam Arab pada minggu ke 33 mencapai 99.45 gram
ekor-1. Menurut prawitasari (2012) rata-rata konsumsi ransum ayam Arab yang
berumur 33 minggu yaitu 93.06 gram ekor-1. Peningkatan konsumsi ayam Arab ini
diakibatkan kandungan energi yang ada pada ransum cukup tinggi yakni 2974
kkal kg-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan energi ayam petelur
umur 32-45 minggu yakni 2850 kkal kg-1. Anggorodi (1990) mengatakan,
konsumsi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, palatabilitas
ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein, kualitas dan kuantitas
dari bahan pakan. Penurunan konsumsi terjadi saat ayam Arab yang berumur 38
minggu dengan rata-rata konsumsi ransum yakni 90.11 gram ekor-1 hari-1.
Menurut prawitasari (2012) konsumsi ransum ayam Arab umur 38 minggu adalah
91.33 gram ekor-1. Penurunan konsumsi pakan pada minggu ke 38 dikarenakan
ransum yang digunakan telah mengalami penurunan kualitasnya, karena sudah
terlalu lama disimpan dalam karung sehingga berdampak pada konsumsi ransum.
Syamsu (2002) menyatakan bahwa, penyimpanan yang melebihi waktu tertentu
dan dalam kondisi yang kurang baik, dapat menyebabkan kualitas ransum
mengalami penurunan. Penyimpanan dalam karung plastik pada suhu ruang dapat
menyebabkan kandungan kadar air ransum sedikit meningkat, sehingga
menyebabkan jamur mudah tumbuh dan mengakibatkan bau tengik pada ransum,
bau tengik tersebut yang mengakibatkan penurunan konsumsi ransum (Mathius et
9
al. 2006). Menurut Abidin (2003), kualitas ransum merupakan hal yang sangat
penting karena ayam petelur sangat peka terhadap terjadinya penurunan kualitas
ransum, terutama kadar proteinnya sehingga akan berpengaruh terhadap
penurunan konsumsi, laju pertumbuhan dan terhambatnya produksi telur.
80
70
Produksi telur (%)
60
50
40
30
20
10
0
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)
Gambar 4 Produksi telur (hen day production) ayam Arab selama enam minggu
penelitian.
Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%,
= ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.
Nilai henday production pada minggu ke 33-35 mencapai 55% hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto (2001) nilai Henday
production ayam Arab umur 31-35 minggu yakni 47%-63.3%. Nilai henday
production pada minggu 36-38 mencapai 57% nilai henday production ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto
(2001) pada minggu ke 36-40 henday ayam Arab mencapai 69%-76.5%. Wahyu
(2004), menyatakan bahwa pada umur 22 minggu produksi telur naik dengan
tajam dan mendapat puncaknya pada umur 38-40 minggu, kemudian produksi
telur menurun dengan perlahan sampai 65% saat ayam berumur 82 minggu.
Kurang optimalnya produksi telur ayam Arab diduga karena faktor genetik dari
ayam Arab tersebut. Produksi telur/henday production yang tertinggi terdapat
pada penambahan zeolit dengan taraf 4.5% kedalam ransum yang menghasilkan
produksi telur 61.43% (Tabel 3). Rasyaf (1991) yang menyatakan bahwa secara
genetis tiap jenis unggas mempunyai batas kemampuan maksimal dalam
berproduksi. Faktor lain yang mempengaruhi henday production adalah
rendahnya konsumsi ransum sehingga berdampak pada produktivitasnya.
Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian rata-rata 95.05
gram ekor-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan konsumsi ransum
ayam petelur umur 32-45 minggu yakni 100 gram ekor-1. Rendahnya konsumsi
tersebut mengakibatkan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan telur
10
tidak tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2003) menyebutkan
bahwa faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah ransum
yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam ransum. Konsumsi ransum
pada ayam digunakan untuk kebutuhan pokok hidupnya dan produksi telur,
sehingga konsumsi ransum yang rendah akan berpengaruh terhadap produksi telur
yang mengalami penurunan.
Berat Telur
Berdasarkan analisis ragam pemberian ransum dengan penggunaan taraf
zeolit yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat telur. Hal dikarenakan
konsumsi protein, strain, serta umur ayam sama setiap perlakuan sehingga nutrien
yang dicerna oleh masing-masing ayam relatif sama besar (Tabel 2). Data rata-
rata berat telur ayam Arab yang diberi ransum zeolit pada taraf yang berbeda
selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
60
berat telur (g ekor-1)
50
40
30
20
10
0
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)
Berat rata-rata telur ayam Arab yakni 46.64 ± 2.26 gram butir-1. Berat telur
ayam Arab yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi jika dengan hasil
penelitian Triharyanto (2001) berat telur ayam Arab berkisar antara 35-45 gram
butir-1. Peningkatan berat telur ayam Arab dipengaruhi oleh genetik dan berat
tubuh ayam. Ayam Arab yang digunakan dalam penelitian mempunyai bobot 1.3
kg lebih besar dari berat ayam Arab biasanya. Menurut Kholis dan Sitanggang
(2002) Berat ayam Arab betina dewasa hanya mencapai 1.1-1.2 kg dengan tinggi
mencapai 22-25cm. Semakin tinggi berat tubuh ayam memungkinkan ayam
menghasilkan berat lebih besar pula hal tesebut sesuai dengan pendapat
Bell dan Weaver (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi berat telur ayam
Arab yakni umur ayam, suhu lingkungan, stran, breed, kandungan nutrisi dalam
ransum, berat tubuh ayam. Faktor lain yang menyebabkan peningkatan berat telur
berat ayam Arab diduga karena adanya penambahan zeolit pada pakan hal ini
karena zeolit mempunyai kandungan Si yang mampu berperan dalam metabolisme
Ca sehingga meningkatkan kandungan Ca. Roland et al. (1993) menyatakan
bahwa, hal yang menguntungkan dari zeolit adalah dapat berkombinasi dengan
berbagai unsur, ini disebabkan oleh kehadiran Si yang berperan dalam
metabolisme Ca.
11
1600
Produksi massa telur (g ekor-1)
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)
Data rataan massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian
mencapai 1 084 gram ekor-1. Menurut Agro et al. (2010) egg mass ayam Arab
selama enam minggu yakni 1 370 gram ekor-1. Menurut Anggorodi (1995)
menambahkan besarnya telur dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk sifat
genetik, tingkatan dewasa kelamin, umur, obat-obatan dan makanan sehari-hari.
Nilai massa telur tertinggi pada penelitian ini yakni pada penggunaan zeolit
dengan taraf 4.5% dalam ransum yang menghasilkan massa telur 1 229 g ekor-1
(Tabel 3) selama enam minggu penelitian. Faktor makanan yang mempengaruhi
besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam ransum dan asam
linoleat . Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (2006), Ternak yang mengkonsumsi
protein dalam konsentrasi yang cukup tinggi akan mempermudah penyerapan
kalsium dan berpengaruh terhadap proses pembentukan kerabang telur dan
produksi telur. Produksi telur massa merupakan rata-rata berat telur harian
sehingga banyak sedikitnya produksi telur/Henday production akan
mempengaruhi massa telur.
Konversi Ransum
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum yang ditambahkan
zeolit pada taraf yang berbeda tidak berpengaruh terhadap konversi ransum. Nilai
rata-rata konversi ransum pada minggu ke 33 yakni 6 lebih tinggi dari penelitian
yang dilakukan alwi (2014) yang mengatakan bahwa, nilai konversi ransum untuk
ayam Arab sebesar 3.7. Besarnya nilai konversi pada minggu ke 33 dikarenakan
rendahnya produksi telur yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan ayam Arab masih
12
12
10
konversi ransum
0
33 34 35 36 37 38
umur (minggu)
10
8
y = -0.0923x + 9.1586
Konversi ransum
R² = 0.8218
6
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Produksi telur (%)
Semakin besar nilai henday production maka semakin kecil nilai konversi
ransumnya begitupun sebaliknya. Nilai R2 yang lebih besar dari 0.75 membuktikan
adanya hubungan korelasi antara konversi pakan dan produksi telur/henday
production. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan
produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka
13
semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum. Pertambahan berat telur yang
semakin besar pada tingkat konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai
konversi yang semakin kecil (Haetami et al. 2005). Angka konversi ransum
menunjukan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin
kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya (Campbell 1984).
Rasyaf (2008) mengatakan bahwa, nilai konversi ransum yang baik adalah kurang
dari 1 dimana pada nilai tersebut pakan digunakan sebaik-baiknya. Wahju (2004)
menyatakan bahwa, ransum yang dikonsumsi ayam digunakan untuk hidup pokok
kemudian untuk produksi.
Mortalitas
Kematian ayam Arab tidak terjadi pada semua perlakuan. Hal ini
membuktikan bahwa penggunaan zeolit hingga taraf 4.5% dalam ransum tidak
bersifat toksik bagi ayam Arab. Unsur-unsur ZA yang ada pada zeolit berada
dalam keadaan ionik dan dapat digunakan oleh tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et
al. 2013 ; Zhang et al. 2013). Selain itu, unsur tersebut bisa melawan efek
berbahaya dari zat beracun (seperti amonia dan hidrogen sulfida) dan mengurangi
kontaminasi bakteri dari usus (misalnya, Escherichia coli , Salmonella dan
Disentri bacillus) karena kapasitas penyerapan yang tinggi maka zat berbahaya
dapat dihilangkan dari tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et al. 2013 )
Penelitian telah membuktikan bahwa zeolit alam dapat ditambahkan ke
dalam ransum sebagai cara untuk mengurangi racun biovibilitas secara selektif
mengikat racun dalam saluran pencernaan hewan, kelembaban kotoran dan
mengurangi emisi NH 3 ( Kubena et al. 1994 ; Philips et al. 1988 ; Philips et al.
1990 ). Keuntungan utama dari penggunaan zeolit yakni termasuk biaya,
keamanan, dan kemudahan administrasi, karena penggunaannya hanya
ditambahkan pada ransum ternak. Menurut Boyer (2000) zeolit mempunyai
kemampuan dalam menyerap mycotoxin dalam ransum sehingga menurunkan
kematian. Zeolit mampu meningkatkan efisiensi ransum dan mengurangi
kandungan amoniak dalam kandang unggas .
Nilai IOFC selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada pada Tabel 5.
Penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% dalam ransum dapat menghasilkan
keuntungan Rp 4 053.38 per ekor jika dibandingkan dengan kontrol. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Indra et al. (2012) dalam waktu empat minggu
dengan jumlah ayam yang digunakan sebanyak 60 ekor rata-rata Income Over
Feed Cost ayam Arab Silver Rp.15 133 per ekor.
SIMPULAN
Zeolit dapat digunakan sampai 4.5% dalam ransum ayam Arab, karena
menghasilkan produksi telur, efisiensi penggunaan pakan dan Income Over feed
Cost paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: M.
Syah. Jakarta(ID): Gramedia.
Syamsu JA. 2002. Pengaruh waktu penyimpanan dan jenis kemasan terhadap
kualitas dedak padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. Vol 1(2) : 75-83.
Rasyaf M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Triharyanto B. 2001. Beternak Ayam Arab. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Pr.
Yahya, A. 2003. Pengaruh Saccaromyces cereviciae dalam ransum terhadap
pertumbuhan broiler. [Skripsi]. Bandar Lampung (ID). Universitas
Lampung.
Wirawan D, Sitanggang M. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab
Petelur. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka
Wu QJ, Zhou YM, Wu YN, Wang T. 2013. Intestinal development and function
of broiler chickens on diets supplemented with clinoptilolite. Asian
Australas. J. Anim. 26:987-994.
Zhang JYL, Tang C, Wang X. 2013. Effects of dietary supplementation with
palygorskite on intestinal integrity in weaned piglets. Appl. Clay Sci.
86:185-189.
18
LAMPIRAN
SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 30.176 10.059 0.817 0.503
Galat 16 196.981 12.311
Total 19 227.157
SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 43.501 14.500 8.693 0.001
Galat 16 26.688 1.668
Total 19 70.189
Lampiran 3 Uji lanjut Duncan 0.01 pada Konsumsi Ransum selama enam minggu
penelitian
SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 240.240 80.080 0.535 0.665
Galat 16 2 393.198 149.575
Total 19 2 633.438
SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 2.285 0.762 1.060 0.394
Galat 16 11.496 0.719
Total 19 13.781
19
SK DB JK KT Fhit Sig
Perlakuan 3 369 874.415 123 291.472 1.723 0.203
Galat 16 1 145 049.145 71 565.572
Total 19 1 514 923.560
Lampiran 7 Hasil korelasi henday production dan konversi ransum selama enam
minggu penelitian
Henday Konversi
Henday Pearson Correlation 1 -.907**
Sig. (2-tailed) 0.000
N 20 20
Konversi Pearson Correlation -.907** 1
Sig. (2-tailed) 0.000
N 20 20
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1993 di desa Labuhan Ratu Pasar,
Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Sutrisno dan
Ibu Sugianti. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah
Dasar negeri 01 Labuhan Ratu Pasar, dan selesai pada tahun 2005. Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2005 sampai tahun 2008 di SMP Negeri
02 Sungkai Selatan. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Madrasah
Aliyah Plus Walisongo Lampung Utara, pada tahun 2008 dan lulus pada tahun
2011
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama Republik Indonesia dan
diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan. Penulis aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas peternakan sebagai staf Riset dan Pengembangan mahasiswa periode
2012-2013. CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of
Religious Affairs) sebagai staf Sosial Lingkungan 2012-2013. Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) sebagai ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia 2013-2014. Sebagai Staf Human Research and Development Sekolah
Peternakan Rakyat (SPR) 2013-2014. CSS MoRA IPB (Community of Santri
Scholar of Ministry of Religious Affairs) sebagai Ketua departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia 2013-2014. Penulis juga aktif dalam
organisasi ektra kampus, CSS MoRA Nasional (Community of Santri Scholar of
Ministry of Religious Affairs) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia
2012-2013 dan sebagai ketua 1 CSS MoRA Nasional 2013-2014 serta aktif dalam
DPM MPM KM IPB tahun 2014-2015 dan Pengurus Pusat FL2MI.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi
Pengolahan Telur dan Daging Unggas serta berkesempatan menjadi peserta
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) dengan judul Kajian
Daya Simpan Karkas dengan Penambahan Ransum dari Ekstraksi Limbah Kulit
Kacang Tanah periode 2013-2014.