Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM CSR PENDIDIKAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATU BARA

(TELAAH KRITIS TERHADAP DISTRIBUSI DAN ALOKASI DANA CSR


PENDIDIKAN PT ADARO INDONESIA UNTUK SEKOLAH DAN MADRASAH DI
KABUPATEN BALANGAN DAN TABALONG KALIMANTAN SELATAN)

Oleh
Ahmad Juhaidi
Universitas Pendidikan Indonesia
ahmadjuhaidi@gmail.com

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk mengetahui tentang distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan PT Adaro
Indonesia untuk sekolah/madrasah disekitar wilayah tambang batu bara Kabupaten Balangan dan Tabalong
Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data:
wawancara, dokumentasi, dan observasi. Madrasah yang menjadi lokasi penelitian ini berada di Kabupaten
Balangan dan Tabalong. Madrasah/sekolah di Kabupaten Balangan tersebut adalah MIN Layap Paringin,
SDN Dahai Paringin, MTsN Layap, SMPN 3 Paringin, MAN 1 Paringin, dan SMAN 1 Paringin, sedangkan
di Kabupaten Tabalong adalah MIN Limau Manis Tanta, SDN Laburan, MTs Ar Raudlah Tanta, SMPN 2
Tanta, MAN 1 Tanjung, dan SMAN 1 Tanta. Penelitian ini menemukan bahwa distribusi dan alokasi lebih
banyak kepada lembaga yang bukan sekolah/madrasah. Implikasinya adalah dampak program CSR
pendidikan yang tidak terlihat konsisten terhadap kualitas pendidikan di sekolah/madrasah. Program CSR
berdampak positif bagi sekolah/madrasah terkait dengan kelengkapan sarana prasarana.

Kata Kunci : Corporate social responsibility (CSR), distribusi dan alokasi dana CSR.

Abstract
The purpose of this study is to understand the distribution and the allocation of PT Adaro Indonesia corporate
social responsibility education program to public schools and Madrasah (Islamic Schools) around PT Adaro
Indonesia’s coal mines in Balangan and Tabalong South Borneo. This study is a qualitative research. Data
was collected through interviews, documentations, and observations. This study was situated in Balangan and
Tabalong regency. Madrasah/schools involved in this study were MIN Layap Balangan Paringin, SDN Dahai
Paringin, MTsN Layap, SMPN 3 Paringin, MAN 1 Paringin, and SMAN 1 Paringin, while in District Tabalong
are MIN Limau Manis Tanta, SDN Laburan, MTs Ar Raudlah Tanta, SMPN 2 Tanta, MAN 1 Tanjung, and
SMAN 1 Tanta.
This study found that the distribution and allocation of the CSR fund are more to the institutions which is not
school / madrasah. The use of the fund by third parties (Primagama, LP3AP, and GNOTA) become the trigger
of fund allocation reduction of CSR programs in schools / Madrasah.. As implication of distribution and
allocation, the impact of CSR education programs do not appear consistent with the quality of education in
schools / madrasah. The programs only had a positive impact for schools / madrasah in realation to madrasah/
school’s infrastructure and facilities.
Key Words: Corporate social responsibility (CSR), distribution, and CSR allocation.

PENDAHULUAN

Latar Belakang pengembangan pendidikan disekitar wilayah


perusahaan. Keterlibatan perusahaan dalam
Keterlibatan pengusaha dalam pendidikan pengembangan masyarakat, termasuk pendidikan,
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun merupakan fenomena yang terjadi di beberapa
2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
menyebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan Di Kalsel, terdapat 378 perusahaan pemegang Kuasa
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan Pertambangan (KP) yang diterbitkan oleh Bupati
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Salah satu Batu Bara (PKP2B) 22 perusahaan (BKPMD
tanggung jawab sosial tersebut termanifestasi dalam Kalsel, 2012).

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 104


Sebagai perusahaan pertambangan batu prestasi. (Greenwald, R., Hedges, L., & Laine, R,
bara terbesar di Kalimantan Selatan, PT Adaro 1996). Wenglinsky (1997) menegaskan bahwa
Indonesia melaksanakan program corporate social terdapat hubungan yang sangat kuat antara uang dan
responsibility (CSR) di sekitar wilayah operasional prestasi. Misalnya, setiap USD 1 per siswa yang
tambang sebagai wujud tanggung jawab atas digunakan untuk pembelajaran berhubungan dengan
dampak operasional perusahaan. Corporate social meningkatnya 1 poin nilai mata pelajaran
responsibility (CSR) adalah sebuah hubungan antara matematika. Penelitian Molly (2011 : 357) yang di
sebuah korporasi dengan stakeholdernya, juga lakukan di Vermont menyimpulkan bahwa
masyarakat secara umum. (Aras & Crowther, 2009 : peningkatan pengeluaran biaya berdampak pada
23) Frynas (2009 : 6) menjelaskan bahwa sebuah hasil kelulusan tes matematika. Menurutnya, 10%
program dapat dikenali sebagai bentuk tanggung peningkatan pengeluaran uang akan meningkatkan
jawab perusahaan atas dampak usaha mereka nilai kelulusan matematika sekitar 2 sampai 6 poin.
terhadap masyarakat dan lingkungan. Selain itu, Dia mengakui bahwa peningkatan hasil juga terjadi
CSR juga mencerminkan sebuah tanggung jawab pada mata pelajaran lain tetapi peningkatan paling
perusahaan kepada pihak rekan bisnis mereka. Di besar ditemukan pada pelajaran matematika.
lain sisi, CSR dapat pula dimaknai sebagai sebuah
kebutuhan perusahaan untuk membangun hubungan Oleh karena itulah, menarik untuk dicari
dengan masyarakat yang lebih luas, untuk komersial jawabannya dalam bagaimana distribusi dan alokasi
atau untuk menambah nilai bagi masyarakat. dana CSR pendidikan PT Adaro Indonesia kepada
sekolah/madrasah di sekitar wilyah tambang pada
Jika dicermati, kondisi sekolah disekitar Kabupaten Balangan dan Tabalong Kalimantan
daerah operasional tidak menunjukkan proses dan Selatan. Pertanyaan tersebut penting untuk dijawab
hasil pendidikan yang berkualitas. Kondisi tersebut karena ketepatan distribusi dan alokasi sangat
tidak sejalan dengan besarnya alokasi dana CSR mempengaruhi dampak biaya terhadap hasil
pendidikan yang diberikan setiap tahun. Hal itu pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk
dapat dilihat dari sarana prasarana yang minim, hasil mengetahui tentang distribusi dan alokasi dana CSR
ujian yang tidak optimal, serta kurangnya kegiatan pendidikan PT Adaro Indonesia pada
ekstra kurikuler untuk meningkatkan prestasi sekolah/madrasah di sekitar area tambang.
nonakademik siswa. Fenomena tersebut menjadi Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi dasar
menarik jika membaca hasil penelitian-penelitian penetapan distribusi dan alokasi yang tepat di masa
tentang hubungan berbagai input sekolah dan akan datang.
prestasi siswa. Penelitian tersebut menunjukkan
fakta emperis bahwa peningkatan pengeluaran biaya
berhubungan signifikan dengan meningkatnya

TINJAUAN TEORITIS
Keberhasilan pembangunan sebuah bangsa - pada beberapa sekolah, kualitas pendidikan
sangat dipengaruhi oleh keberhasilan rendah disebabkan oleh ketidaklayakan
pendidikannya. Peningkatan kualitas pendidikan kepemimpinan dan administrasi;
sangat berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan - kebijakan negara atau dewan tidak sesuai
untuk proses pendidikan di sekolah/madrasah. Teori dengan zaman dan tidak mendukung
hubungan biaya dengan output pendidikan kualitas layanan pendidikan;
dikemukakan oleh John, Edgar, dan Kern (1983). - pada banyak negara bagian dan sistem
Mereka mengemukakan bahwa biaya dengan sekolah, ditemukan sedikit peningkatan
kuantitas serta kualitas pendidikan memiliki kualitas, tetapi tanpa tambahan biaya.
keterkaitan. Dalam sistem sekolah, peningkatan
enrollment 10% akan meningkatkan biaya Hal itu terungkap dari penelitian-penelitian
mendekati proporsi yang sama serta meningkatkan tentang hubungan biaya dan hasil pendidikan.
kualitas sebagai konsekuensi biaya. John, Edgar, Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
dan Kern (1983) menjelaskan bahwa biaya dapat peningkatan pengeluaran biaya berhubungan
mempengaruhi kualitas pendidikan. Akan tetapi, signifikan dengan meningkatnya prestasi.
menurut mereka, antara biaya dan kualitas dapat (Greenwald, R., Hedges, L., & Laine, R, 1996).
tidak ada keterkaitan karena Wenglinsky (1997) menegaskan bahwa terdapat
hubungan yang sangat kuat antara uang dan prestasi.
- pada sekolah-sekolah kecil, biaya persiswa Misalnya, setiap USD 1 per siswa yang digunakan
cenderung besar daripada sekolah-sekolah untuk pembelajaran berhubungan dengan
besar. Akan tetapi, nilai sekolah kecil lebih meningkatnya 1 poin nilai mata pelajaran
rendah; matematika. Penelitian Molly (2011 : 357) yang di
lakukan di Vermont menyimpulkan bahwa
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 105
peningkatan pengeluaran biaya berdampak pada meningkat prestasi siswa dan merupakan biaya yang
hasil kelulusan tes matematika. Menurutnya, 10% paling mahal (tidak efektif). Biaya yang
peningkatan pengeluaran uang akan meningkatkan dikeluarkan lebih murah dan efektif jika
nilai kelulusan matematika sekitar 2 sampai 6 poin. dialokasikan untuk meningkatkan rasio staf
Dia mengakui bahwa peningkatan hasil juga terjadi administrasi dan guru/pembantu guru, serta
pada mata pelajaran lain tetapi peningkatan paling meningkatkan kualitas guru (pelatihan, workshop)
besar ditemukan pada pelajaran matematika. juga akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa.
Akan tetapi, pengeluaran sekolah tersebut
menyangkut untuk apa alokasi pengeluaran tersebut, Penelitian tentang hubungan biaya dengan hasil
bukan berapa pengeluaran seluruhnya. Levacic belajar siswa dilakukan pula di Inggris. Holmlund,
(2007 : 396) menjelaskan bahwa biaya merupakan McNally dan Viarengo (2010) mengungkapkan
salah satu komponen yang menentukan out put bahwa di Inggris, pengeluaran untuk sekolah telah
lulusan sekolah. Dia menjelaskan bahwa out put ditingkatkan sekitar 40 % sejak tahun 2000. Mereka
lulusan sekolah ditentukan oleh kombinasi dan menemukan bahwa peningkatan pengeluaran
interaksi beberapa faktor yaitu kontekstual, input, pemerintah untuk sekolah secara konsisten
dan variabel proses. Menurutnya, faktor kontekstual berdampak positif terhadap hasil pembelajaran pada
(misalnya tipe sekolah, kepemerintahan, masyarakat akhir sekolah dasar. Dia menekankan investasi
lokal, dan komposisi sosial) tidak secara langsung untuk pendidikan tersebut harus dengan keefektifan
dibawah kontrol sekolah. Input, dalam versi biaya (cost effective).
Levavic ini, dibagi menjadi input siswa dan input
sumber daya. Input siswa, tulis Levavic, lebih terkait Lebih detil lagi penjelasan Wolf
dengan karakteristik siswa yang mempengaruhi (Nishimuko, 2007). Menurutnya, salah satu
hasil belajarnya seperti umur, etnis, gender, dan latar komponen sebuah pendidikan berkualitas adalah
belakang keluarga. kecukupan biaya dan sumber daya material. Selain
biaya, lanjut Wolf, yang menjadi komponen dalam
Input sumber daya merupakan input yang pendidikan berkualitas adalah ketepatan media
diperoleh dengan membelanjakan sejumlah uang pembelajaran, isi kurikulum yang tepat secara
yaitu total pendapatan sekolah dan pengeluaran per kultural, dan metode mengajar yang profesional.
siswa dalam sebuah periode waktu dan alokasi
pengeluaran (monetary input) : guru, staf, sumber Penelitian di Indonesia mengenai pengaruh
pembelajaran, dan pemeliharaan sarana sekolah. pembiayaan pendidikan terhadap hasil
Selain monetary input tersebut dikenal juga real pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa
input yang diukur dengan kuantitas fisik yaitu rasio peneliti. Penelitian Fattah (2006: 137) yang di
guru siswa, stok sumber belajar, fasilitas dan ruang. lakukan di Bandung menyimpulkan bahwa
Levavic mengakui bahwa proses pembelajaran di pembiayaan pendidikan memberikan kontribusi
sekolah bisa dilaksanakan dengan resources input yang signifikan terhadap peningkatan mutu
dan terbatas dengan kekurangan resources input. pendidikan sekolah dasar. Lebih jauh, dia
mengatakan bahwa komponen biaya yang
Penelitian Elliott (Ross, John A. et.all. berkorelasi signifikan dengan proses belajar
2007 : 481) dengan lebih spesifik menjelaskan mengajar (PBM) adalah (1) gaji dan kesejahteraan
hubungan biaya dengan hasil pembelajaran. Dia pegawai, (2)biaya pembinaan guru, (3)pengadaan
menyimpulkan bahwa lebih tinggi pengeluaran per- bahan pelajaran (4)pembinaan kesiswaan, dan
murid di sebuah distrik, lebih tinggi pula nilai (5)biaya pengelolaan sekolah. Menurut Fattah,
tingkat efektivitas pengajaran. Selain itu, peralatan komponen yang cenderung tidak memberikan
kelas yang lebih baik, lebih tinggi pula efektivitas kontribusi secara signifikan adalah (1)pengelolaan
pengajaran, dan peralatan kelas yang lebih baik, alat pelajaran (2)pengadaan sarana kelas (3)biaya
lebih tinggi prestasi di bidang matematika serta perawatan ruang belajar, dan (4)biaya pengadaan
sains. Studi Elliot itu menjadi argumen teori sarana sekolah.
keefektifan pengajaran dari sumber pengeluaran:
pengeluaran per siswa akan meningkatkan prestasi CSR sebagai Sumber Pembiayaan Pendidikan
siswa jika biaya digunakan untuk membayar guru Pada daerah tempat beroperasi perusahaan
dan melatih guru yang berkualitas dalam metode pertambangan batu bara dan sumber daya alam lain,
pengajaran yang efektif. salah sumber pembiayaan pendidikan adalah dana
dari program corporate social responsibility (CSR)
Penelitian yang lebih fokus tentang biaya yang disalurkan kepada masyarakat sekitar wilayah
apa saja yang dapat mempengaruhi nilai siswa operasional perusahaan. Tanggung jawab sosial
dilakukan oleh Normore dan Ilon (2006). Penelitian perusahaan atau yang dikenal dengan corporate
yang di lakukan di Florida tersebut menyimpulkan social responsibility merupakan bentuk tanggung
bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mereduksi jawab atas dampak operasional perusahaan bagi
jumlah siswa per kelas berpengaruh terhadap masyarakat. Istilah CSR dikenal pertama kali
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 106
dikenalkan oleh Howard Bowen pada 1953. Penjelasan Frynas tersebut menunjukkan CSR
Menurutnya CSR terkait dengan kewajiban merupakan sebuah bentuk tanggung jawab
businessmen untuk membuat kebijakan, keputusan, perusahaan atas dampak usaha mereka terhadap
tindakan yang merupakan tujuan dan bernilai bagi masyarakat dan lingkungan yang melebihi tuntutan
masyarakat. Frase businessmen terus dipakai aturan dan tanggung jawab. Oleh karena itulah, CSR
sampai pertengahan 1960-an terkait dengan CSR. juga dimaknai sebagai bentuk etika dan moral
Dapat dikatakan Howard Bowen merupakan “father perusahaan. (Frynas, 2009 : 5) Lebih jauh, CSR
of corporate social responsibility”. (Carroll, 1999: didorong oleh sebuah kebutuhan memadukan
270) Pemaknaan terhadap CSR terus berkembang kepedulian sosial dan lingkungan kedalam
dari hanya bersifat karitatif sampai dianggap sebagai keputusan dan operasional bisnis, dan meningkatkan
bentuk investasi dan partisipasi perusahaan dalam hubungan dengan pemangku kepentingan. Bagi
pembangunan berkelanjutan. perusahaan, CSR menjadi sebuah daya saing,
khususnya pembentukan aset yang tidak terlihat,
Corporate social responsibility (CSR) sebagai sebuah point yang menarik dalam memasuki
adalah sebuah hubungan antara sebuah korporasi pasar. Selain itu, CSR memiliki korelasi dengan
dengan stakeholdernya, juga masyarakat secara peningkatan kemampuan finansial perusahaan.
umum. (Aras & Crowther, 2009 : 23). Komisi Eropa (Keinert, 2008 : 38-43) Pendapat tersebut
menyebutkan bahwa CSR adalah konsep yang memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya
secara esensial merupakan keputusan sukarela pelaksanaan CSR didasari oleh adanya dampak
perusahaan untuk berkontribusi bagi masyarakat operasional perusahaan terhadap masyarakat dan
yang lebih baik dan lingkungan yang bersih. (Hond, lingkungan alam. Di samping itu, CSR perusahaan
2007 : 11) merupakan salah satu bentuk peran perusahaan
untuk memecahkan persoalan kemasyarakatan dan
Dari sisi lain, teori dan praktik CSR dapat ekologi. Oleh karena itulah, CSR harus
dikenali dari beberapa hal berikut : merefleksikan perbedaan-perbedaan masyarakat
dan berdasarkan kebutuhan riil masyarakat
(a) that companies have a responsibility for their setempat. Idemudia (2011 : 1) mengungkapkan
impact on society and the natural environment, bahwa dalam CSR masih terjadi tarik menarik antara
sometimes beyond that of legal compliance and the prioritas lokal dengan harapan masyarakat global.
liability of individuals; (b) that companies have a Hal itu juga dikritik Frynas (2009), CSR tidak dapat
responsibility for the behaviour of others with whom dipisahkan dari kenyataan politik, ekonomi, dan
they do business (e.g., within supply chains); and (c) masalah sosial lokal. Oleh karena itu, CSR
that business needs to manage its relationship with merupakan sesuatu yang berbeda antara satu
wider society, whether for reasons of commercial masyarakat dengan masyarakat lain.
viability or to add value to society. (Frynas, 2009 :
6)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif Kabupaten Balangan, pemilihan madrasah/sekolah


kualitatif. Riset kualitatif didefinisikan sebagai berdasarkan lokasi sekolah yang terletak di desa
suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan terdampak tambang atau pada daerah terdekat
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas dengan desa terdampak.
yang ada dalam interaksi manusia.
(Catherine Marshal & Gretchen B Rossman, 1995). Sekolah dan madrasah yang menjadi lokasi
Penelitian ini dilakukan di dua kabupaten: Balangan penelitian ini berada di Kabupaten Balangan dan
dan Tabalong yang merupakan dua kabupaten Tabalong. Madrasah dan sekolah di Kabupaten
terdekat dan terkena dampak langsung tambang batu Balangan tersebut adalah MIN Layap Paringin, SDN
bara PT Adaro Indonesia. Madrasah dan sekolah di Dahai Paringin, MTsN Layap, SMPN 3 Paringin,
dua kabupaten tersebut dipilih untuk dijadikan MAN 1 Paringin, dan SMAN 1 Paringin, sedangkan
sampel berdasarkan lokasi madrasah dan sekolah di Kabupaten Tabalong adalah MIN Limau Manis
terdekat dengan operasional mining site (lokasi Tanta, SDN Laburan, MTs Ar Raudlah Tanta,
penambangan) dan haul road (jalan pengangkutan SMPN 2 Tanta, MAN 1 Tanjung, dan SMAN 1
hasil tambang). Pada Kabupaten Tabalong, sekolah Tanta. Lokasi tersebut dianggap tepat dengan
dipilih karena merupakan sekolah model yang anggapan mereka mewakili sekolah yang terkena
dibina PT Adaro Indonesia sedangkan pemililihan dampak langsung tambang. Sampel pada penelitian
madrasah lebih didasarkan kepada kedekatan lokasi tidak untuk membuat generalisasi, tetapi untuk lebih
sekolah dengan operasional tambang. Pada memperbanyak informasi sebagai data penelitian.
(Lincoln and Guba : 1984) Data dikumpulkan
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 107
dengan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

Kabupaten Balangan Alokasi yang terbesar dan cukup menarik


perhatian pada penelitian ini adalah distribusi
Program CSR PT Adaro Indonesia kepada Bimbingan Belajar Primagama Balangan
meliputi bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dengan alokasi sebesar Rp. 3.000.000.000,-.
dan sosial budaya. Pada tahun 2010, Total dana Alokasi tersebut merupakan 69,20% dari total
CSR yang dialokasi untuk Kabupaten Balangan alokasi dana CSR PT Adaro Indonesia di tahun
sebesar Rp. 14.762.142.857,- Program CSR 2010. Program Bimbingan Belajar Primagama
Pendidikan PT Adaro Indonesia dan partner di tersebut dilaksanakan sejak tahun 2009 setelah
Kabupaten Balangan dialokasikan sebesar Rp. Kabupaten Balangan memutuskan untuk tidak
1.335.000.000,- serta proyek khusus bimbingan mengalokasikan dana program CSR untuk LP3AP.
belajar untuk persiapan UN untuk siswa kelas IX Alokasi untuk bimbingan belajar Primagama
(MTs/SMP) dan kelas XII (MA/SMA) sebesar Rp. mencapai tiga milyar rupiah tersebut digunakan
3.000.000.000,- sehingga total alokasi CSR untuk membimbing 2037 orang siswa tingkat
pendidikan Kabupaten Balangan Rp. MTs/MA dan SMP/SMA. Jika dihitung unit cost
4.335.000.000,-. Alokasi untuk pendidikan tersebut Bimbel adalah
29,36% dari total alokasi CSR PT Adaro Indonesia
di Kabupaten Balangan yang sebesar Rp. Rp. 3.000.000.000,- / 2037 = Rp.
14.762.142.857,- Distribusi dan alokasi dana 1.472.754,-
program CSR pendidikan tersebut dapat dilihat pada
lampiran 7. Dengan demikian, unit cost bimbingan
belajar Primagama adalah sebesar Rp. 1.472.754,-
Distribusi dan alokasi CSR PT Adaro per siswa. Total alokasi CSR untuk Primagama
Indonesia sebagian besar tidak langsung diberikan tahun 2010 tersebut hampir sama dengan jumlah
kepada proses pendidikan. Distribusi dan alokasi dana BOS untuk SD tahun 2011 dan lebih besar
program CSR tersebut mayoritas diberikan kepada daripada dana BOS untuk SMP tahun 2011. Dana
sarana prasarana TK/RA, TKA/TPA, beasiswa BOS Balangan pada tahun 2011 dialokasikan untuk
pendidikan tinggi, serta pihak ketiga Primagama. SD sebesar Rp. 5.533.306.000,- (Rp.
Distribusi yang langsung ke sekolah hanya kepada 397.000/siswa) dan untuk SMP sebesar
SDN Sungai Ketapi, SMPN 3 Paringin, dan SMPN Rp.1.561.230.000,- (Rp. 572.000,-/siswa).
4 Halong yang menerima mendapat alokasi program (Banjarmasin Post, 9 Juni 2011 ) Perbandingan ini
CSR di tahun 2010. Dari tabel tersebut juga dapat menunjukkan bahwa alokasi CSR pendidikan sangat
dilihat bahwa dana CSR yang didistribusikan ke besar dan cukup untuk meningkatkan kualitas proses
lembaga non sekolah/madrasah, yaitu TK dan pendidikan di Kabupaten Balangan.
TK/TPA serta Bimbingan Belajar Primagama
sebesar Rp. 4.240.000.000,-. atau 97, 81% dari total Pelaksanaan program CSR oleh pihak
dana CSR pendidikan Rp. 4.335.000.000,- ketiga didasarkan pada pihak ketiga yang menjadi
sedangkan dana yang langsung untuk mitra tersebut. Distribusi untuk Gerakan Nasional
sekolah/madrasah sebesar Rp. 95.000.000,- atau 2, Orang Tua Asuh (GNOTA) Kabupaten Balangan
91% dari total alokasi CSR pendidikan PT Adaro misalnya, berdasarkan kebijakan pengurus
Indonesia. digunakan oleh untuk pengadaan alat dan seragam
sekolah (tas, alat tulis dan seragam) yang kemudian
Dilihat dari besarnya alokasi juga terlihat dibagikan kepada SD-SD di daerah pedalaman.
perbedaan. Alokasi dana CSR untuk SDN Sungai Demikian juga bantuan dana untuk alat-alat
Ketapi sebesar Rp. 15.000.000,- lebih sedikit permainan edukatif siswa TK/RA. Alat tersebut
daripada alokasi untuk TK Harapan Baru sebesar didistribusikan sesuai dengan kebijakan Dinas
Rp. 50.000.000,-. TK ini terletak di daerah ibukota Pendidikan Kabupaten Balangan dalam hal ini
kabupaten dan tidak terletak di lokasi yang termasuk bidang yang menangani PAUD/TK/RA. Ironisnya,
terkena dampak operasional tambang. Disamping dasar penunjukkan TK/RA yang menerima adalah
itu, alokasi yang cukup besar Rp. 100.000.000,- mereka yang rajin ikut kegiatan atau punya
didistribusikan kepada Polres Balangan untuk hubungan yang baik dengan pihak Dinas
membangun tempat mengajian Alquran. Alokasi Pendidikan.
tersebut lebih besar daripada alokasi untuk tiga
sekolah yang hanya menerima Rp. 95.000.000,-. Selain itu, distribusi program CSR di
Kabupaten Balangan tidak berdasarkan prioritas
desa terdampak operasional tambang PT Adaro

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 108


Indonesia. Semua program CSR pendidikan yang Jika mencermati pada sekolah dan
langsung ke sekolah/madrasah didistribusikan ke madrasah yang menjadi lokasi penelitian ini,
wilayah desa yang tidak terdampak operasional distribusi dan alokasi dana CSR dapat dilihat pada
tambang kecuali distribusi ke TK Pirsus di Desa tabel berikut
Lokbatung Paringin yang merupakan desa Ring 2.

TABEL. 1
ALOKASI PADA LOKASI PENELITIAN DI KABUPATEN BALANGAN

≤2008 2009 2010

MIN Layap Beasiswa - -

SDN Dahai 1. Tandon air dan sumur bor Beasiswa untuk 7 orang siswa Bantuan tas dan
sebesar Rp. 400.000,-/siswa perlengkapan sekolah
2. Pengecatan ruang kelas
untuk semua siswa, 134
siswa

MTsN 1. Tes sidik jari untuk 1. Beasiswa untuk 7 orang Bimbingan Belajar
Layap mengetahui bakat siswa siswa sebesar Rp. dengan Primagama untuk
400.000,-/siswa 157 orang siswa kelas IX
2. Pembuatan lapangan
basket 2. Bimbingan Belajar
Primagama untuk 172
orang siswa kelas IX

SMPN 3 - 1. Lima unit komputer PC, 1. Penyempurnaan


Paringin satu proyektor,dan laptop lapangan sekolah dan
senilai Rp. 40.000.000,- jalan dalam bentuk
pengurukan dengan
2. Beasiswa untuk 7 orang
tanah denga alokasi
siswa sebesar Rp.
Rp. 50.000.000,-
300.000,- per siswa
2. Alquran digital dan
buku bacaan dengan
alokasi Rp.
10.000.000,-
3. Sarana air bersih
dengan alokasi Rp.
3.000.000,-

MAN 1 - 1. Beasiswa untuk 7 orang Bimbingan Belajar


Paringin siswa sebesar Rp. dengan Primagama untuk
300.000,/siswa 71 orang siswa kelas XII
2. Bimbingan Belajar dengan
Primagama untuk 68 orang
siswa kelas XII

SMAN 1 1. Bantuan sebesar Rp. 1. Beasiswa untuk 7 orang Bimbingan Belajar


Paringin 50.000.000,- untuk siswa sebesar Rp. Primagama untuk 152
perangkat teknologi 300.000,/siswa orang siswa kelas XII
informasi dan jaringan
2. Bimbingan Belajar
komputer.
Primagama untuk 182 orang
2. Pengecatan bangunan siswa kelas XII
dan pagar sekolah.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 109


Di olah dari wawancara dan dokumentasi sekolah (2011)

Pada tabel tersebut terlihat bahwa SMPN 3 Paringin lebih banyak menerima
madrasah yang mendapat distribusi dan alokasi dari bantuan dari program CSR PT Adaro Indonesia
Program CSR PT Adaro Indonesia lebih sedikit daripada sekolah lain. Pada tahun 2010, sekolah
daripada sekolah. MIN Layap misalnya, hanya mendapatkan bantuan dari program CSR PT Adaro
pernah mendapat bantuan beasiswa pada tahun berupa pengerasan jalan ke arah sekolah sekitar 200
2006/2007. Madrasah ini merupakan madrasah meter senilai sekitar Rp. 50.000.000,-, dan Alquran
ibtidaiyah terdekat dengan daerah ring 1 (Sungai digital 18 buah dan buku bacaan senilai sekitar Rp.
Ketapi dan Dahai). Hal itu terkait dengan lokasinya 20.000.000,- . Sekolah juga mendapat bantuan
yang jauh dari desa terdampak dan tidak ada siswa sarana air bersih yang bernilai sekitar Rp.
yang bersekolah di madrasah ini. Selain itu, MIN 3.000.000,- Selain itu, pada tahun 2009, sekolah
Layap merupakan MIN Model di Kabupaten juga menerima bantuan lima unit komputer (PC),
Balangan. “Madrasah memang tidak begitu satu buah printer, dan satu buah proyektor digital.
diperhatikan oleh pemda, tetapi apabila kami Pada tahun 2009, tujuh orang siswa menerima
mendapat prestasi akan diakui sebagai prestasi beasiswa sebesar Rp. 300.000,- per tahun. Pada
pemerintah daerah”, kata seorang guru. tingkat SMA, selain beasiswa, SMAN 1 Paringin
menerima bantuan yang cukup besar pada tahun
Demikian juga MAN 1 Paringin dan MTsN 2008. Alokasi dana yang mereka pada tahun tesebut
Layap. Pada tahun 2009, beasiswa untuk tujuh orang sebesar Rp. 50.000.000,- dan digunakan untuk
siswa MAN 1 Paringin adalah sebanyak Rp. instalasi jaringan komputer sekolah.
300.000,- per siswa. Pada MTsN Layap. Siswa yang
menerima beasiswa sebesar Rp. 300.000,- untuk Distribusi serta alokasi program CSR di
tujuh orang siswa. Pada tahun 2009, uang Rp. Kabupaten Balangan tidak terfokus pada beberapa
300.000,- tersebut diberikan hanya sekali. Beasiswa sekolah, tetapi menyebar ke seluruh kabupaten
Rp. 300.000,-/tahun bukanlah jumlah yang besar. sesuai dengan kebijakan tim perumus. Selain itu,
Jika dihitung per bulan, seorang siswa hanya sejak tahun 2009 Kabupaten Balangan tidak
menerima Rp. 25.000,- dan dibandingkan dengan melibatkan Lembaga Pengembangan Potensi
biaya transport mereka ke sekolah dengan angkutan Pendidikan Adaro Pama (LP3AP) dalam program
pedesaan sebesar Rp. 5.000, PP/hari, jumlah uang CSR bidang pendidikan tetapi melibatkan
beasiswa tersebut relatif tidak memadai. Primagama untuk bimbingan belajar persiapan UN
yang diikuti oleh seluruh siswa kelas IX dan XII di
Jika berpedoman kepada daerah prioritas Kabupaten Balangan.
CSR, SDN Dahai yang terletak di Ring 1 merupakan
sekolah yang berhak untuk diprioritaskan mendapat Kabupaten Tabalong
alokasi program CSR. Sekolah ini terkena dampak
Distribusi dan alokasi program CSR
getaran belasting perusahaan yang menyebabkan
pendidikan pada Kabupaten Tabalong secara
dinding salah satu ruang kelas retak. Pada tahun
kuantitas lebih banyak daripada Kabupaten
2009, mereka pernah memohon untuk melakukan
Balangan. Hal tersebut terkait dengan jumlah desa
mining tour bagi siswa sekolah tetapi tidak disetujui
yang bersentuhan dengan operasional tambang PT
oleh pihak PT Adaro Indonesia.
Adaro Indonesia lebih banyak berada di wilayah
Berbeda dengan sekolah/madrasah Kabupaten Tabalong daripada di Kabupaten
tersebut, dana yang relatif besar diterima oleh Balangan. Desa terdampak operasional tambang
SMPN 3 Paringin. Pada tahun 2010, mereka atau dalam term PT Adaro Indonesia “bersentuhan”
menerima bantuan pengurukan halaman dan jalan yang berada di wilayah Kabupaten Tabalong
menuju sekolah. Lokasi sekolah di daerah sebanyak empat belas desa dari duapuluh lima desa
pegunungan membuat kondisi lapangan tidak datar. sedangkan desa yang berada di wilayah Balangan
Dengan pengurukan itu halaman sekolah agar sebanyak delapan desa.
menjadi landai sehingga dapat digunakan sebagai
Alokasi dana CSR PT Adaro Indonesia dan
lapangan. Alokasi yang diterima sekolah tersebut
partner di Kabupaten Tabalong sebesar Rp.
sebesar Rp. 40.000.000,-. Lapangan yang diurug
15.828.665.714.-. Program CSR bidang pendidikan
tersebut terletak di tengah-tengah lokasi sekolah.
sebagaimana tergambar pada tabel di atas
Lapangan diurug dengan tanah saja dan sedikit batu
dialokasikan dana sebesar Rp. 2.402.500.000,- .
sehingga relatif lebih rata daripada sebelumnya.
Alokasi untuk pendidikan juga pada bidang special

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 110


project melalui LP3AP sebesar Rp. 2.142.857.143,- mempertimbangkan prioritas penerima CSR yang
sehingga total alokasi untuk pendidikan di ditetapkan PT Adaro Indonesia. Sebelas dari tiga
Kabupaten Tabalong pada tahun 2010 sebesar Rp. puluh lima penerima dana CSR berada pada desa
4.545.357.143,- atau 28,71% dari total dana CSR Ring 1 dan 2 atau sekolah yang terdekat dengan
Rp. 15.828.665.714.-. wilayah itu. Selain itu, tabel tersebut menunjukkan
bahwa distribusi yang langsung ke
Distribusi dan alokasi dana CSR sekolah/madrasah adalah sembilan belas
pendidikan di Kabupaten Tabalong dipusatkan pada sekolah/madrasah dan salah satunya adalah
sekolah model yaitu SDN Laburan, SDN Plus madrasah yaitu MTs Ihya Ulumiddin di Desa Bilas
Murung Pudak, SMP Plus Murung Pudak. SMPN 2 Upau. Total dana CSR yang langsung dialokasikan
Tanta, dan SMAN 1 Tanta. Meskipun demikian, ke sembilan belas sekolah/madrasah itu sebesar Rp.
sekolah/madrasah lain juga mendapat distribusi dan 480.000.001 atau 10,56 % dari total alokasi CSR
alokasi dana CSR tergantung keputusan tim Pendidikan Kabupaten Tabalong sebesar Rp.
perumus. SMAN 1 Tanjung misalnya, pada tahun 4.545.357.143,- . Persentasi alokasi yang langsung
2010 menerima alokasi dana sebesar Rp. ke sekolah/madrasah tersebut lebih besar dari pada
228.571.429 untuk membangun WC. SMAN 1 alokasi di Kabupaten Balangan yang hanya 2,91%.
Tanjung berada di kota Tanjung dan jelas tidak
berada di daerah terdampak ring 1 atau 2. Alokasi dana CSR pada sekolah/madrasah
yang menjadi lokasi penelitian ini beragam untuk
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jika komponen yang berbeda pula. Alokasi yang
di bandingkan dengan Kabupaten Balangan, diterima sekolah/madrasah dapat dilihat pada tabel
distribusi dana CSR di Kabupaten Tabalong relatif berikut

TABEL. 2
ALOKASI PADA LOKASI PENELITIAN
DI KABUPATEN TABALONG

≤ 2008 2009 2010

MIN Limau - 1. Beasiswa 3 orang siswa -


Manis berprestasi Rp. 300.000,- per
siswa dan 4 orang siswa
tidak mampu Rp. 200.000,-
per siswa
2. Bantuan penyelesaian
mushala sebesar Rp.
13.000.000,-

SDN 1. Pembuatan pagar Beasiswa 3 orang siswa 1. Pembangunan lapangan


Laburan sekolah berprestasi Rp. 300.000,- per basket
siswa dan 4 orang siswa tidak
2. Pembangunan 2. Pembangunan perpustakaan
mampu Rp. 200.000,- per
mushala beserta buku-buku
siswa
3. Rehabilitasi ruang 3. Bantuan 1 unit komputer PC
kelas
4. Instalasi Listrik
5. Peningkatan gizi siswa

MTs Ar Satu unit komputer PC - -


Raudlah dan printer

SMPN 2 1. Komputer (PC) dua 1. Komputer (PC) enam unit 1. Sumur bor dan fasilitas air
Tanta unit bersih dengan alokasi Rp.
2. Laptop Axio satu unit
18.000.000,-
2. Printer Canon IP
3. Proyektor satu unit
1880 dua unit 2. Laptop dua unit dengan
alokasi Rp. 10.000.000,-

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 111


3. Meja komputer 4. Printer Canon IP 1880 dua
unit
5. Tempat sampah sepuluh buah

MAN 1 - Beasiswa untuk kelas XI dan -


Tanjung XII (4 orang) Rp.
450.000,/siswa dan untuk kelas
X (3 orang) Rp. 400.000,-
/siswa

SMAN 1 - 1. Beasiswa untuk kelas XI dan 1. Pembangunan perpustakaan


Tanta XII Rp. 450.000,/siswa dan dan buku-buku senilai Rp.
untuk kelas X Rp. 400.000,- 150.000.000,-
/siswa
2. Pemasangan instalasi listrik
2. Dua unit laptop dan
3. Pengadaan peralatan
proyektor, printer serta UPS
laboratorium kimia dengan
alokasi Rp. 15.000.000,-
4. Rehabilitasi WC dan
pembangunan WC
5. Tandon air
6. Dua unit laptop
7. Delapan buah tempat
sampah

Sumber : Diolah dari wawancara dan dokumentasi sekolah (2011)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dan tempat sampah sepuluh buah. Pada tahun
madrasah pada semua tingkat lebih sedikit sebelum, bantuan yang sekolah terima adalah
menerima alokasi program CSR PT Adaro komputer (PC) dua unit dan printer Canon IP 1880
Indonesia. MIN Limau Manis pernah mendapat dua unit serta meja komputer. SMPN 2 Tanta
alokasi dana Rp. 13.000.000,- untuk memperbaiki sebagai salah satu sekolah model pernah pula akan
mushala madrasah pada tahun 2009. Pada tahun dibantu pembangunan perpustakaan. Rencana
yang sama, tujuh siswa MIN Limau Manis pembangunan itu dibatalkan karena SMPN 2 Tanta
mendapat beasiswa dari PT Adaro Indonesia. Tiga telah memiliki perpustakaan. Pihak sekolah
orang siswa menerima beasiswa prestasi sebesar Rp. mengusulkan untuk diganti dengan pembangunan
300.000 dan empat orang siswa menerima beasiswa laboratorium tetapi disetujui. Preseden tersebut
siswa kurang mampu sebesar Rp. 200.000,-. Total mengkonfirmasi bahwa program CSR pendidikan
alokasi beasiswa tahun 2009 yang diterima MIN dapat tidak tepat sasaran karena ketidaktahuan tim
Limau Manis adalah Rp. 1.700.000,-. Beasiswa perumus tentang kebutuhan sekolah/madrasah.
tersebut hanya diterima sekali di tahun 2009.
Alokasi tersebut sangat kontras dengan alokasi pada Jika melihat tabel tersebut di atas, SMAN 1
SDN Laburan. Tanta merupakan sekolah yang paling banyak
menerima alokasi dana CSR pada tahun 2010.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pada SMAN 1 Tanta menerima bantuan berupa
tahun 2010, SMPN 2 Tanta menerima bantuan pembangunan perpustakaan dan buku-buku senilai
sumur bor dan fasilitas air bersih senilai Rp. Rp. 150.000.000,- , pemasangan instalasi listrik,
18.000.000,-. dan dua unit laptop dengan alokasi Rp. pengadaan peralatan laboratorium senilai Rp.
10.000.000,-. Pada awal 2011, sumur bor sudah 15.000.000,- dan rehabilitasi serta pembuatan wc,
tidak berfungsi lagi karena tidak adanya air tanah di tandon air, dua unit laptop, serta delapan buah
wilayah tersebut. Peneliti menduga itu disebabkan tempat sampah. Bantuan tersebut diterima oleh
dampak dari tambang batu bara yang telah merusak sekolah dalam bentuk fisik, tidak dalam bentuk dana
daerah resapan air di daerah pegunungan. Pada segar sehingga nilai uang hanya berdasarkan ingatan
tahun 2009, sekolah ini menerima bantuan berupa responden.
komputer (PC) sebanyak enam unit, laptop Axio dan
proyektor satu unit, printer Canon IP 1880 dua unit Jika dilihat dari alokasi program CSR,
SMAN 1 Tanta dan SMPN 2 Tanta berbeda dengan
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 112
MAN 1 Tanjung dan juga MTs Ar Raudlah. MTs Ar MAN 1 Tanjung yang terletak di kota
Raudlah merupakan MTs yang terdekat dengan desa Tanjung merupakan madrasah aliyah negeri yang
terdampak operasional tambang. Hampir 50% siswa terdekat dengan wilayah tambang PT Adaro
MTs Ar Raudlah berasal dari desa Barimbun yang Indonesia. Madrasah ini tidak pernah mendapat
merupakan Desa Ring 1. Dengan rekomendasi alokasi program CSR PT Adaro Indonesia.
Bupati Tabalong, madrasah ini telah mengirim Distribusi program CSR PT Adaro Indonesia tidak
proposal ke CSR PT Adaro Indonesia dan pernah dialokasikan untuk MAN 1 Tanjung. Pihak
perusahaan-perusahaan lain di Kabupaten Tabalong madrasah telah mengirim proposal kepada CSR PT
untuk membangun lokal baru, pada tahun 2010. Adaro Indonesia untuk pengembangan madrasah
Akan tetapi, bantuan yang diterima hanya berupa 40 tetapi tidak disetujui pihak perusahaan. Program
sak semen dari Pertamina Tanjung. Bantuan CSR CSR yang didistribusikan ke madrasah ini hanya
PT Adaro Indonesia yang pernah diterima MTs Ar beasiswa kepada siswa. Jika dibandingkan dengan
Raudlah adalah sebuah komputer (PC) dan printer sekolah-sekolah lain yang menjadi lokasi penelitian
pada tahun 2008 dan beasiswa sebelum tahun 2008. ini, distribusi dan alokasi untuk madrasah masih
Bantuan komputer tersebut berhubungan dengan sangat kecil. Meskipun madrasah telah mengirim
suami seorang guru yang bekerja di PT Adaro proposal berkali-kali, permohonan tersebut sangat
Indonesia. Hal tergambar dari penuturan Kepala sulit untuk disetujui oleh tim perumus dan PT Adaro
MTs Ar Raudlah Indonesia.

Selain beasiswa serta satu unit komputer, Pada tabel tersebut terlihat bantuan untuk
kami tidak pernah mendapat bantuan CSR PT Adaro sekolah lain relatif lebih banyak, tidak termasuk
Indonesia. Madrasah seperti tidak mendapat pelatihan untuk guru. Hal itu berhubungan dengan
perhatian dari perusahaan. Apakah madrasah bukan status sekolah tersebut sebagai sekolah model.
sekolah? Pada tahun 2010, kami telah mengirim SDN Laburan, SMPN 2 Tanta, dan SMAN 1 Tanta
proposal ke CSR Adaro untuk membangun lokal merupakan tiga dari lima sekolah model yang di
baru. Lokal sekarang yang kami gunakan terlalu kembangkan PT Adaro Indonesia melalui School
kecil. Saya, beberapa orang guru, serta komite Improvement Program LP3AP.
madrasah menghadap bupati untuk memohon
bantuan. Pada waktu itu, bupati menyarankan agar Gambaran diatas menunjukkan bahwa
kami memohon bantuan ke perusahaan-perusahaan distribusi dan alokasi program CSR lebih cenderung
yang ada di Tabalong. Permohonan tersebut sudah untuk pihak ketiga dan sangat sedikit distribusi
direkomendasi oleh Bupati. Sampai sekarang, hanya untuk madrasah. Distribusi dan alokasi yang
Pertamina Tanjung yang membantu berupa 40 sak langsung untuk sekolah/madrasah sangat sedikit dan
semen. tidak mencukupi, serta tidak tepat alokasi sehingga
kemungkinan untuk berdampak terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran sangat kecil.

PEMBAHASAN

Persoalan distribusi dan alokasi dana Indonesia, dan hanya satu madrasah di Tabalong
program CSR PT Adaro Indonesia sangat terkait yang mendapat distribusi dana CSR PT Adaro
dengan proses perencanaan anggaran yang Indonesia.
merupakan prerogatif pemerintah kabupaten.
Distribusi CSR pendidikan di Kabupaten Balangan Fakta itu memberikan sinyalemen bahwa
tidak didasari oleh pemaknaan yang benar tentang distribusi dan alokasi CSR sangat berhubungan
lembaga pendidikan. Oleh karena itu, distribusi dan dengan kedekatan pemerintah dengan pihak
alokasi CSR cenderung diberikan kepada lembaga penerima dana tersebut. Tim perumus serta PT
yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan, Adaro Indonesia lebih memilih mendistribusikan
misalnya untuk pembangunan ruang pengajian kepada pihak kepolisian daripada memberikan
Alquran pada Polres Balangan dengan alokasi Rp. kepada sekolah/madrasah yang tidak memberikan
100.000.000,- . Pada saat yang sama, sekolah hanya manfaat praktis bagi pemerintah/perusahaan.
menerima Rp. 95.000.000,- yang dibagi untuk tiga Distribusi kepada pihak kepolisian diyakini akan
sekolah: SDN Sungai Ketapi sebesar Rp. memberikan manfaat jika pihak
15.000.000,-, SMPN 3 Paringin sebesar Rp. pemerintah/perusahaan berurusan dengan penegak
50.000.000,- dan SMPN 4 Halong sebesar Rp. hukum tersebut. Keuntungan praktis tersebut tidak
30.000.000,-. Ironisnya, pada tahun 2010, di akan terjadi jika mendistribusikan kepada
Balangan, tidak ada satu madrasahpun yang sekolah/madrasah. Ditinjau dari prioritas program
mendapat distribusi dana program CSR PT Adaro CSR, diabaikannya madrasah dalam program CSR

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 113


ini tidak tepat. Siswa-siswa pada madrasah tidak Indonesia akan berdampak positif jika
mustahil ada yang berasal dari desa pada wilayah memprioritaskan dua hal
Ring 1 dan Ring 2. Siswa-siswa tersebut berhak
untuk ikut serta dalam program CSR daripada siswa Kelengkapan Sarana Prasarana Pembelajaran
dari daerah yang tidak terdampak.
Sarana Prasarana yang memadai akan
Dari sudut pandang hakikat CSR, sangat mendukung peningkatan kualitas
distribusi untuk siswa yang tidak berasal dari pembelajaran, terutama sarana yang berhubungan
wilayah terdampak sangat tidak tepat. Pada dengan media pembelajaran. Penelitian Crampton
hakikatnya, program CSR dilaksanakan karena (2009) yang dilakukan di Amerika Serikat
adanya dampak operasional tambang terhadap menyimpulkan bahwa pengeluaran untuk
masyarakat. Oleh karena itulah, prioritas distribusi infrastruktur sekolah termasuk pemeliharaan
CSR adalah masyarakat yang terdampak perlengkapan, renovasi, komputer, dan
operasional tambang. Aspek pengaruh sosial dan perlengkapan sekolah lain memberikan kontribusi
lingkungan, menjadi aspek yang seharusnya signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa.
menjadi perhatian utama dalam pengelolaan CSR. Prasarana yang paling penting adalah instructional
CSR yang tidak memperhatikan aspek tersebut support tersebut meliputi pengeluaran biaya untuk
berarti mengingkari hakikat dari CSR itu sendiri. supervisi pembelajaran, pengembangan kurikulum,
Dengan kata lain, program CSR pendidikan harus pelatihan pembelajaran dan media, perpustakaan,
diletakkan diatas filosofi bahwa yang paling berhak audio visual, televisi, dan komputer untuk
untuk mendapat alokasi program CSR adalah siswa- pembelajaran. Morilla dan Roman (2011) juga
siswa yang tinggal di daerah terdampak operasional menyimpulkan bahwa ketersediaan infrastruktur
tambang PT Adaro Indonesia. dasar sekolah (air, listrik, drainase limbah), fasilitas
pengajaran (fasilitas olahraga, laboratorium,
Terlepas dari itu, distribusi dana CSR perpustakaan), yang dilengkapi pula dengan buku-
untuk madrasah masih sangat sedikit. Madrasah buku perpustakan dan komputer memiliki dampak
menjadi bagian yang terpisahkan dari pendidikan di terhadap prestasi siswa sekolah dasar. Kondisi
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong. fasilitas sekolah yang tidak memadai atau rusak
Madrasah dan sekolah berada dalam posisi yang tidak hanya menyebabkan rendahnya prestasi
sejajar dalam Sistem Pendidikan Nasional. akademik siswa tetapi juga turut berkontribusi
Hubungan sekolah dan madrasah adalah hubungan terhadap tingkat kehadiran siswa di sekolah dan
komplementer (saling melengkapi) Posisi madrasah angka putus sekolah (Branham, 2004). Akan tetapi,
dalam sistem pendidikan nasional telah ditegaskan kelengkapan sarana prasarana sekolah tersebut
dalam SKB 3 Menteri Tahun 1975 bahwa madrasah menjadi perhatian utama hanya sampai dalam batas
dan sekolah berada posisi yang sejajar. (Zuhdi, sarana prasarana minimal. Dengan kata lain, sarana
2005) Perbedaan pengelolaan semakin tegas ketika prasarana sekolah/madrasah tidak sampai
UU Nomor 22 Tahun 1999 diundangkan, yang memunculkan kesan mewah.
kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 32
Tahun 2004, tentang pemerintah daerah, pendidikan Peningkatan Kualitas Guru
(sekolah) berada dibawah otonomi Pemerintah Alokasi kedua yang seharusnya menjadi
Daerah Kabupaten/Kota. Pada saat yang sama, prioritas adalah meningkatkan kualitas guru.
pengelolaan madrasah masih sentralistis karena Normore dan Ilon (2006) mengungkapkan bahwa
berada di bawah Kemenag yang tidak termasuk biaya yang dikeluarkan akan mempengaruhi hasil
paket disentralisasi. Konsekuensinya, madrasah belajar jika digunakan untuk meningkatkan kualitas
dianggap tidak merupakan bagian dari pemerintah guru. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dan
daerah. Hal itu berdampak pada program-program efektif jika dialokasikan untuk meningkatkan rasio
pendidikan yang dilaksanakan pemerintah staf administrasi dan guru/pembantu guru, serta
kabupaten/kota, termasuk dalam program CSR meningkatkan kualitas guru (pelatihan, workshop)
Pendidikan PT Adaro Indonesia. juga akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa. Elliot (Ross, et.all, 2007 : 481) menegaskan
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa prestasi siswa akan meningkat jika biaya
bahwa alokasi dana CSR yang langsung diberikan
digunakan untuk membayar guru dan melatih guru
ke sekolah/madrasah berbentuk sarana prasarana
dalam metode pengajaran yang efektif. Di lain pihak
fisik. Alokasi itu sebagian tepat untuk peningkatan
Hanushek (2000) yang dikutip Nishimuko (2007)
kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah. Akan
juga menekankan pentingnya guru. Dia berpendapat
tetapi, sebagian besar tidak sesuai dengan prioritas
bahwa meningkatkan kualitas guru adalah satu
yang harus didahulukan.
kunci penting untuk meningkatkan prestasi siswa.
Alokasi yang tidak tepat dapat menjadi Guru berkualitas yang dihitung dari rata-rata tahun
faktor tidak adanya dampak positif dari pengeluaran lamanya pelatihan guru akan dapat mengurangi
untuk pendidikan tersebut. Program CSR PT Adaro angka putus sekolah. Menurut mereka, sekolah

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 114


dengan guru yang berkualitas akan menahan siswa tidak dicapainya kecukupan (adequacy) dalam
untuk tetap bersekolah. (Ross, 2007) pembiayaan pendidikan.
Jika kebijakan pemerintah kabupaten untuk
Disamping itu, program CSR juga harus meningkatkan hasil Ujian Nasional, persiapan untuk
memperhatikan peningkatan penghasilan guru UN tersebut seharusnya lebih banyak melibatkan
berdasarkan kinerja pasca berbagai sekolah/madrasah. Remedial mata pelajaran dapat
pelatihan/workshop yang dibarengi pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh sekolah/madrasah
oleh konsultan independen. Insentif bagi para guru dengan dukungan dana CSR PT Adaro Indonesia,
tersebut memiliki pengaruh terhadap kualitas tanpa melibatkan Primagama. Dengan unit cost
belajar mengajar. Chakka Fattah mengungkapkan yang selama ini disediakan sebesar Rp. 1.472.754
bahwa Gaji guru yang rendah sangat potensial per siswa program remedial tersebut akan lebih
berdampak terhadap rendahnya kesempatan bermanfaat jangka panjang kepada
pendidikan siswa. (Tn, 2011) Jika merujuk pada sekolah/madrasah. Unit cost tersebut dapat
pendapat Fattah (2006: 137), pembiayaan digunakan untuk pengadaan media pembelajaran,
pendidikan yang berkorelasi signifikan dengan laboratorium, peningkatan kualitas guru, serta
proses belajar mengajar (PBM) adalah (1) gaji dan insentif guru yang dapat berdampak kepada hasil
kesejahteraan pegawai, (2)biaya pembinaan guru, belajar. Adanya kepentingan politik dalam
(3)pengadaan bahan pelajaran (4)pembinaan distribusi dan alokasi program CSR merefleksikan
kesiswaan, dan (5)biaya pengelolaan sekolah. kemungkinan adanya korupsi dalam program
Terlepas dari persoalannya dalam implementasi di tersebut. Huang (2008:3) yang mengutip Klitgaard,
sekolah, pelatihan/workshop guru yang Maclean-Abaroa & Parris (2001) menyebutkan
dilaksanakan secara berkesinambungandi bahwa korupsi merupakan kesalahan penggunaan
Kabupaten Tabalong sangat tepat. public office untuk kepentingan pribadi, yang terus
mewabah di negara maju dan negara berkembang.
Alokasi untuk bimbingan belajar menjadi Dampak korupsi terhadap pendidikan, menurut
satu hal yang jelas berseberangan dengan prinsip Huang, adalah meningkatkan biaya dan
tersebut. Di satu sisi, siswa yang tinggal di desa menurunkan kualitas pelayanan pendidikan.
terdampak tidak mendapatkan haknya dari CSR (Huang, 2008 : 2)
pendidikan secara proporsional karena 69,2% Ketidaktepatan distribusi dan alokasi dana
alokasi CSR pendidikan terkuras untuk persiapan CSR pendidikan tersebut menyebabkan tidak
UN melalui bimbingan belajara Primagama yang konsistennya dampak program CSR terhadap
dibagi rata untuk semua siswa di kabupaten. Itu kualitas pendidikan. Jika dilihat dari nilai rata-rata
tidak sejalan dengan prinsip equity dalam UN dan akreditasi sekolah/madrasah di dua
pembiayaan pendidikan. Di sisi lain, jika kabupaten tersebut tidak menunjukkan sebagai
dibandingkan dengan kabupaten lain yang tidak dampak dari program CSR pendidikan. Pada
mengalokasikan dana untuk bimbingan belajar kabupaten Balangan, dampak program CSR pada
tersebut, hasil UN kabupaten tidak lebih baik. kabupaten ini, terutama program bimbingan belajar
Perbandingan dengan pengeluaran dengan hasil oleh pihak ketiga yang dialokasikan sebesar Rp.
yang tidak sebanding tersebut mencerminkan 3.000.000.000,- tidak terlihat secara konsisten
ketidakefesienan, untuk tidak mengatakan terlihat selama beberapa tahun. Terlepas dari
pemborosan, alokasi program CSR. Alokasi yang perdebatan terkait UN, hasil ujian pada kabupaten
tidak efesien untuk Bimbel tersebut berimplikasi ini tidak menujukkan dampak positif. Hal itu, dapat
dilihat pada tabel berikut

TABEL. 3
RATA-RATA NILAI UASBN/ UN BALANGAN SERTA PERINGKAT
SE-KALIMANTAN SELATAN
2008 2009 2010 2011
NO TINGKAT
RATA2 RANK RATA2 RANK RATA2 RANK RATA2 RANK

1 SD/MI 5,82 12 5,85 12 6,07 12 6,1 -

2 SMP/MTs/SMPT 7,05 - 7,13 5 6,89 13 7,17 12

3 SMA/MA 7,21 - 7,32 1 6,62 13 6,86 -

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 115


Sumber : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas (2009, 2010) dan Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010)

Pada tabel tersebut tergambar bahwa menurun dari tahun sebelumnya (2009) yang meraih
prestasi akademik yang dicerminkan dari hasil nilai 7,32 pada peringkat 1 se-Kalimantan Selatan.
UN/UASBN tidak konsisten dan cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2010, rata-rata Pada Kabupaten Tabalong, pencapaian
nilai UASBN SD/MI di Balangan adalah 6,07 dan ujian UASBN/UN Kabupaten Tabalong selama dua
berada pada peringkat 12 dari 13 kabupaten/kota di tahun tidak menunjukkan adanya dampak yang
Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tingkat positif dari program CSR PT Adaro Indonesia. Hal
SMP/MTs, nilai rata-rata UN adalah 6,89 dan berada itu logis terjadi karena program CSR pendidikan
pada peringkat 13 dari 13 kabupaten/kota di lebih berkonsentrasi pada sekolah-sekolah model
Kalimantan Selatan. Nilai tersebut lebih rendah dari sehingga tidak menyebar merata sebagaimana di
nilai tahun 2009 yaitu 7,13 pada peringkat 5 se- Kabupaten Balangan yang melaksanakan Bimbel
Kalimantan Selatan. Pada tingkat SMA/MA, nilai untuk seluruh siswa yang mengikuti UN. Rata-rata
rata-rata yang diraih adalah 6,62 pada peringkat 13 UASBN/UN tersebut dapat dilihat pada tabel
dari 13 kabupaten kota. Pencapaian ini jauh berikut

TABEL. 4

RATA-RATA NILAI UASBN/UN KABUPATEN TABALONG SERTA PERINGKAT

SE-KALIMANTAN SELATAN

2008 2009 2010 2011


NO TINGKAT
RATA2 RANK RATA2 RANK RATA2 RANK RATA2 RANK

1 SD/MI 5,98 10 6 10 6,38 9 6,43 -

2 SMP/MTs/SMPT 7,1 - 7,11 6 7,16 10 7,22 11

3 SMA/MA 6,54 - 6,94 9 6,98 11 7,61 -

Sumber : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas (2009, 2010) dan Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010)

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Tingkat SMA/MA nilan UN yang capai adalah 6,94,
rata-rata nilai UASBN/UN Kabupaten Tabalong peringkat 9 se-Kalimantan Selatan dan meningkat
cenderung meningkat. Pada tahun 2009, pada pada tahun berikutnya menjadi 6,98, tetapi peringkat
tingkat SD/MI rata-rata UASBN yang diraih adalah se-Kalimantan Selatan menurun menjadi peringkat
6,01 peringkat ke-9 Kalimantan Selatan dan ke-11. Di Kabupaten Tabalong, dampak program
meningkat pada tahun berikutnya menjadi 6,38 pada CSR lebih tepat jika dilihat dari perbandingan
peringkat 9 se-Kalimantan Selatan. Pada tingkat sekolah model dengan non model. Perbandingan
SMP/MTs, hasil UN di tahun 2009 adalah 7,11 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
peringkat 6 se-Kalimantan Selatan dan meningkat
menjadi 7,16 di tahun berikutnya tetapi peringkat
menurun menjadi ke-10 se-Kalimantan Selatan.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 116


TABEL. 5
RATA-RATA NILAI UASBN/UN SEKOLAH/MADRASAH DAN EKSKUL
DI KABUPATEN TABALONG

UN
SEKOLAH/MADRASAH EKSKUL AKR
NO
2008 2009 2010 2011

1 MAN 1 Tanjung 7,12 7,23 6,92 7,11 4 B

2 SMAN 1 Tanta 6,56 6,76 7,23 7,78 1 B

3 MTs Ar Raudlah 6,6 6,77 7,62 7,59 3 -

4 SMPN 2 Tanta 7,2 7,46 6,89 6,68 0 B

5 MIN Limau Manis 4,7 4,81 6,47 7,54 3 B

6 SDN Laburan 5,21 5,31 5,86 6,39 1 C

Sumber : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendiknas (2010), Dokumentasi sekolah/madrasah

Pada tabel tersebut terlihat dampak dari Nilai UN tersebut lebih rendah daripada nilai UN
Program CSR bagi sekolah/madrasah. Program CSR SMAN 1 Tanta, yang merupakan sekolah model.
pendidikan tidak berdampak bagi nilai UN sekolah Namun, SMAN 1 Tanta hanya melaksanakan
model program CSR pendidikan. MIN Limau Manis kegiatan Ekskul satu kegiatan: Pramuka. MTs Ar
yang bukan sekolah model melaksanakan tiga Raudlah dalam tabel tersebut memiliki kegiatan
kegiatan ekskul dan lebih aktif daripada SDN ekskul yang relatif banyak jika dibandingkan
Laburan yang hanya melaksanakan satu kegiatan dengan sekolah lain. Akan tetapi, sekolah ini belum
ekskul. MTs Ar Raudlah dengan rata-rata nilai UN terakreditasi sejak berdiri tahun 1985. Tentang
7,62 serta melaksanakan kegiatan Ekskul tiga jenis akreditasi ini, kepala madrasah menceritakan, “kami
yang lebih baik daripada SMPN 2 Tanta dengan sudah memohon untuk akreditasi ke Diknas
rata-rata nilai UN 6,89. Selain itu, SMPN 2 Tanta Kabupaten Tabalong, tetapi menurut mereka kouta
yang merupakan sekolah model ini tidak untuk kabupaten telah habis. Mungkin itu terkait
melaksanakan kegiatan Ekskul sebagai bagian dari dengan dana akreditasi yang disediakan Dinas
proses pendidikan. Pada tingkat SMA/MA dapat Pendidikan untuk proses akreditasi tersebut belum
dilihat bahwa MAN 1 Tanjung meraih nilai UN 6,89 tersedia”.
dan melaksanakan Ekskul empat jenis kegiatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Distribusi dan alokasi dana CSR dari program CSR bagi pendidikan. Oleh karena
pendidikan tidak didasarkan kepada peningkatan itulah, dampak program CSR terhadap peningkatan
kualitas pendidikan dan sangat sedikit yang kualitas pendidikan sangat rendah dan tidak seperti
langsung diberikan sekolah/sekolah dan tidak yang diharapkan. Hal yang dapat dilakukan pihak
berdampak jangka panjang. Distribusi dan alokasi yang berwenang adalah dengan mendesain ulang
ini lebih banyak diberikan kepada pihak ketiga, pengelolaan program CSR pendidikan yang lebih
sehingga mengurangi alokasi yang sampai ke proses melibatkan sekolah/madrasah dalam perencanaan.
pendidikan. Hal itu berpengaruh kepada dampak

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 117


Aras, Güler, and David Crowther, (2009), Greenwald, R., Hedges, L., & Laine, R. (1996).
“Corporate Governance and Corporate “The effect of school resources on student
Social Responsibility in Context”, dalam achievement”, Review of Educational
Güler Aras and David Crowther, (Ed), Research, 66(3), 361–396. (Online)
Global Perspectives on Corporate tersedia
Governance and CSR, Farnham Surrey : http://search.proquest.com/docview/21411
Gower Publishing Limited 8755/fulltext/1334CD2A60365A6F3F3/3?
accountid=35150 (21 September 2011)
Baker, Bruce D. (2009). “Within-District Resource
Allocation and the Marginal Costs of Hill, PW. (2001). Teaching and Scholl
Providing Equal Eduacational Effectiveness, Melbourne : DEET of
Opportunity: Evedence from Texas and Victoria
Ohio”, Journal Education Policy Analysis
Hond, Frank den , Etall (2007) Introduction to
Archives, Volume 17 Number 3, February
Managing Corporate Social Responsibility
13, 2009. Arizona State University dan
in Action:Talking, Doing and Measuring,
University of South Florida, (online),
Ashgate Publishing Limited : Hampshire
tersedia
England
http://epaa.asu.edu/epaa/v17n3/v17n3.pdf,
(2 Januari 2011) Huang, Francis L. (2008). “Corruption and
Educational Outcome : Two Steps
Beck, LG dan Murphy J. (1996). The Four
Forward, One Step Back”, International
Imperatives of a Succesfull Scholl,
Journal of Education Policy & Leadership,
Thousand Oaks : Sage Pub
Volume 3 Number 9 2008 (Online) tersedia
(Online) tersedia http:
BKPMD Kalsel, (2012). Pertambangan dan Energi, //www.journals.sfu.ca./ijepl/
(Online) tersedia index.php/ijepl/article/view/142/9, (2 April
http://bkpmd.kalselprov.go.id/potensi- 2009)
daerah/pertambangan-dan-energi. (23
Januari 2012) Huang, Francis L. (2008). “Corruption and
Educational Outcome : Two Steps
Branham. David. (2004). “The Wise Man Builds Forward, One Step Back”, International
His House Upon the Rock: The Effects of Journal of Education Policy & Leadership,
Inadequate School Building Infrastructure Volume 3 Number 9 2008 (Online) tersedia
on Student Attendance” dalam Social (Online) tersedia http:
Science Quarterly Volume 85, Issue //www.journals.sfu.ca./ijepl/
5, pages 1112–1128, December 2004 index.php/ijepl/article/view/142/9, (2 April
(online) tersedia 2009)
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111 Idemudia, Uwafi okun (2011). “Corporate Social
/j.0038-4941.2004.00266.x/abstract (15 Responsibility and Developing Countries:
September 2011) Moving the Critical CSR Research Agenda
Brewington, Joy. (2009). “What it Costs to Educate in Africa Forward”, Progress in
A Child, dalam Catalyst Ohio, ProQuest Development Studies 11, 1 (2011) pp. 1–18
Education Journals, Mar/Apr 2009. John, R. L, Morphet, EL, dan Kern, Alexander.
Carroll, Archie B. (1999) “Corporate Social (1983), The Economics and Financing of
Responsibility” dalam Business and Education, 4th Edition, New Jersey:
Society; Sep 1999; 38, 3; ProQuest Prentice Hall, Inc. Englewood Clifs.
Sociology Levacic, Rosalind. (2007). “The Relationship
Fattah, Nanang, (2006). Ekonomi dan Pembiayaan Between Student Attainment and School
Pendidikan, Cet.ke-4, Jakarta :Rosda Resources” dalam International Handbook
Of School Effectiveness And Improvement,
Freedman, Howard. (2011). “Reducing College Vol 7. New York : Springer
Cost Start from Within”, (Online) tersedia Lincoln and Guba. (1984). Naturalistic Inquiry,
www.diversieducation.com (23 Juli 2011) Sage Publishion Ltd.London: Beverly Hills
Frynas, Jedrzej George, (2009), Beyond Corporate Marshal, Catherine & Rossman, Gretchen,
Social Responsibility : Oil Multinationals (1995) Designing Qualitative
And Social, Challenges New York : Research, California: Sage Publication Inc.
Cambridge University Press
Molly, Sherlock. (2011), “The Effects of Financial
Resources on Test Pass Rates: Evidence

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 118


from Vermont’s Equal Education Contribution of High-Quality Studies”,
Opportunity Act”, Public Finance American Journal of Evaluation. Volume
Review May 2011 vol. 39 no.3 p. 331-364 28, (online), tersedia
(online) tersedia http://aje.sagepub.com/cgi/reprint/28/4/47
http://pfr.sagepub.com/content/39/3/331.f 7, (2 April 2009)
ull.pdf+html
Walsh, M. (1999). Building a Successfull School,
Monk, D. dan Plecki, M.L. (1999). Generating and London : Kogan Page
managing resources for school
Wenglinsky, H. (1997). “How Money Matters: The
improvement. dalam J. Murphy and K.S.
Effect of School District Spending on
Louis (Eds.), The Handbook of Research
Academic Achievement", Sociology of
on Educational Administration. San
Education, 70(3), 221–237. (Online)
Francisco, CA: Jossey-Bass: 491-509.
tersedia
Nishimuko, Mikako. (2007). “Problems behind http://search.proquest.com/docview/21648
Education for All (EFA): The case of Sierra 5512/133291B84B618E9C2CA/1?account
Leone” Educate~ The Journal of Doctoral id=35150, (11 Juli 2011)
Research in Education Volume 7 Number
2 2007, London : Intitute of Education Zuhdi, Muhammad (2005). “The 1975 Three-
University of London (Online) tersedia Minister Decree And The Modernization
http://www.educatejournal.org/index.php? Of Indonesian Islamic Schools”, American
journal=educate&page=article&op=view Educational History Journal. Greenwich:
&path[]=115&path[]=141. (5 April 2007) 2005. Vol. 32, Iss. 1; pg. 36, 8 pgs (Online)
tersedia
Normore, A. H. and L. Ilon (2006). "Cost-effective
http://search.proquest.com/docview/23008
school inputs - Is class size reduction the
5430/fulltext/1334CC60BD3312F6EEE/1
best educational expenditure for Florida?"
?accountid=35150
Educational Policy Vol 20
Ross, John, A. Khaled Barkaoui and Garth Scott.
(2007) “Evaluations That Consider the
Cost of Educational Programs: The

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 119

Anda mungkin juga menyukai