Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KESIAPAN FISIK DENGAN KEBERHASILAN TOILET

TRAINING PADA ANAK DI TK RADEN MAS MEJUWET BOJONEGORO

Ayu Wulansari 1, Tri Peni, S.Kep.Ns.,M.Kes 2, Siti Indatul Laili, S.Kep.Ns., M.Kes 3
1
Mahasisawa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2
Dosen Keperawatan Anak STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3
Dosen Keperawatan Anak STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Email : awulansari627@gmail.com

ABSTRAK Kata Kunci

Toilet training adalah tugas perkembangan anak usia kesiapan fisik,


toddler. Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler keberhasilan toilet
karena kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin training, anak
berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi
mulai berkembang. Keberhasilan toilet training salah satunya di
pengaruhi oleh faktor kesiapan fisik. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan kesiapan fisik dengan keberhasilan toilet
training pada anak. Desain penelitian ini adalah cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
anak di TK Raden Mas Mejuwet Kabupaten Bojonegoro yang
berjumlah 97 responden. Teknik sampling penelitian ini adalah
total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
mempunyai anak di TK Raden Mas Mejuwet Kabupaten
Bojonegoro yang berjumlah 97 responden data analisis dengan
menggunakan crosstab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak siap secara fisik yaitu 49 anak
(50,5%) dan sebagian besar responden keberhasilan toilet training
negatif yaitu 50 anak (51,5%). Keberhasilan toilet training di
tentukan oleh kesiapan fisik anak, semakin siap fisiknya, akan
semakin berhasil untuk melakukan toilet training. Hal ini di
sebabkan karena anak dengan kesiapan fisik memiliki kemampuan
sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan sfingter
ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi.
PENDAHULUAN masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan
angka 20% orang tua yang mengajarkan toilet
Toilet training adalah suatu usaha training pada balita yang tepat sesuai dengan
melatih anak agar mampu mengontrol buang usia (Fatmawati, 2015)
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) Hasil penelitian (Buston & Lestari,
dapat berlangsung pada fase kehidupan anak 2016) tentang kesiapan fisik dengan
yaitu 18 bulan sampai 2 tahun (Hidayat, 2008). keberhasilan melaksanakan toilet traing pada
Di usia 18 bulan sampai 2 tahun pada anak Di PAUD Ababil dan Baitul Izzah Kota
perkembangan sfingter ani dan uretra anak Bengkulu Tahun 2016 menunjukkan dari 41
belum bisa mengontrol rasa ingin berkemih anak dengan kesiapan fisik yang kurang lebih
dengan baik. Latihan untuk berkemih dan dari sebagian (78%) tidak berhasil
defekasi adalah tugas perkembangan anak usia melaksanakan toilet traning, dan dari 27 anak
todler. Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau yang memiliki kesiapan fisik yang baik lebih
usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk dari sebagian (67,5%) berhasil melaksanakan
mengontrol rasa ingin berkemih dan sfingter toilet training. Penelitian (Rusita, 2014) dari 37
ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai responden tersebut diperoleh 19 anak (51%)
berkembang, biasanya sejalan dengan anak toilet training cukup serta 10 anak (27%) toilet
yang mampu berjalan, kedua sfingter tersebut training baik. Sedangkan dari hasil penelitian
semakin mampu mengontrol rasa ingin (Megaswara, 2015) pada anak usia 4-6 tahun
berkemih dan defekasi. dari 70 responden terdapat 40 anak (57,1%)
Walaupun demikian dari satu anak ke berhasil toilet training serta 30 anak (42,9%)
orang lain berbeda kemampuan dalam gagal toilet training.
pencapaian tersebut, bergantung pada beberapa Hasil studi pendahuluan yang
faktor baik fisik maupun psikologis, yang dilakukan oleh peneliti di TK Raden Mas
biasanya sampai usia 2 tahun kedua faktor baik Mejuwet Kecamatan Sumberrejo Kabupaten
fisik dan psikologis belum siap (Supartini, Bojonegoro tanggal 19 November 2018. Pada
2009). Walaupun demikian, kemampuan hasil wawancara dengan guru dalam 1 bulan
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin terakhir di dapatkan anak masih mengompol
defekasi biasanya lebih dahulu tercapai sebanyak 4 (3 anak perempuan dan 1 anak laki
dibandingkan kemampuan sfingter uretra laki) dan 2 anak (1 anak laki laki dan 1 anak
dalam mengontrol rasa ingin berkemih. Sensasi perempuan) yang masih menggunakan diapers.
defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan Anak dikatakan siap fisik jika anak
kemampuan untuk mengontrol berkemih telah mampu berjalan, meloncat, jongkok, atau
biasanya baru akan tercapai usia 4 sampai 5 duduk dengan baik di kloset, tidak mengompol
tahun. dan juga mampu mengangkat gayung untuk
Hasil penelitian (Hooman, Safaii, menyiram kotorannya. Tanda kesiapan fisik
Valavi, & Amini-alavijeh, 2013)di Iran anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih
menunjukkan bahwa bila toilet training dan defekasi yaitu usia telah mencapai 18
dilakukan pada usia kurang dari 12 bulan, sampai 24 bulan, dapat duduk atau jongkok
tingkat keberhasilannya sebesar 37%. kurang lebih 2 jam, ada gerakan usus yang
Persentase keberhasilan meningkat menjadi reguler, kemampuan motorik kasar (seperti
56% pada usia 12-24 bulan, dan 60% untuk duduk, berjalan), kemampuan motorik halus
usia lebih dari 24 bulan. Menurut Survei (membuka baju) (Wong, 2009). Saat anak
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional mampu meloncat dia bisa naik turun dari
tahun 2012, diperkirakan jumlah balita yang kloset, saat duduk atau jongkok dia tidak
susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di kesulitan. Anak yang tidak siap fisik yaitu anak
usia sampai toddler mencapai 75 juta anak yang tidak mampu duduk dengan baik di
(Megaswara, 2015) Data di Indonesia tahun kloset, tidak mampu melepas atau memakai
2012 menunjukkan bahwa hampir 60% orang celana. Jika anak sudah melewati usia 3 tahun,
tua tidak mengajarkan anak toilet training dan memasuki masa sekolah belum diberikan
sejak dini. Berdasarkan survei cepat di Jawa pengajaran tentang toilet training akan
Timur tahun 2013, peran orang tua dalam berpengaruh terhadap perkembangan sosial
mengajarkan anak toilet training pada balita anak tidak baik (Buston & Septiyanti, 2017).
Dampak yang paling umum dalam kegagalan mempunyai anak di TK Raden Mas
toilet training seperti adanya perlakuan atau Mejuwet Bojonegoro yang berjumlah 97
aturan yang ketat dari orang tua kepada responden. Instrumen yang di gunakan
anaknya yang dapat mengganggu kepribadian adalah kuesioner untuk menilai kesiapan
anak atau cenderung bersikap keras kepala dan fisik dan keberhasilan toilet training dengan
kikir. Hal ini dilakukan orang tua saat hasil uji validitas dan reliabilitas, hasil dari
memarahi dan melarang anaknya BAK atau uji validitas dan reliabilitas kesiapan fisik
BAB saat bepergian jauh. Bila orang tua santai 883 dan keberhasilan toilet training 888.
dalam memberikan aturan toilet training maka Dengan sampel sejumlah 97 responden,
anak akan lebih santai, suka membuat gara- analisis dengan menggunakan crosstab.
gara dan seenaknya dalam melakukan kegiatan Waktu penelitian tanggal 02-05 februari
sehari-hari (Hidayat, 2008) 2019.
Keberhasilan toilet training dibutuhkan HASIL PENELITIAN
ibu dan keluarga untuk mensuport dan melatih
anak agar fisiknya siap. Dan untuk menunjang Penelitian dilakukan pada tanggal 02
kesipan fisik anak ibu memberikan nutrisi yang Februari 2019 di TK Raden Mas Mejuwet
baik, melatih dan menstimulasi kaki untuk Bojonegoro. Adapun didapatkan hasil
berdiri, berlari, jongkok. Melalui persiapan sebagai berikut :
tersebut diharapkan anak mampu mengontrol Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
buang air kecil (BAK) dan buang air besar Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan
(BAB) secara mandiri. Selain itu dalam Ibu, Kesiapan Fisik, Keberhasilan Toilet
meningkatkan keberhasilan toilet training Traning Anak di TK Raden Mas Mejuwet
adalah ibu harus mengerti cara berperilaku Bojonegoro pada bulan Februari 2019
dalam melaksanakan toilet training seperti No Variabel Kategori (F) (%)
memberikan aturan ketat pada anak, tidak Jenis Laki-laki 44 45,4
memarahi anak saat proses toilet training dan 1
Kelamin Perempuan 53 54,6
selalu memberi pujian jika anak berhasil
Dasar
melakukan toilet training dengan benar, dan 32 33,0
Pendidikan (SD,SMP)
orang tua juga tidak terlalu santai dalam 2
ibu Menengah
melaksanakan toilet training (Hidayat, 2008). 60 61,9
(SMA)
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
Tinggi
tertarik untuk melakukan penelitian tentang 5 5,2
(PT)
hubungan kesiapan fisik dengan keberhasilan
Kesiapan
toilet training pada anak usia toddler. 3 Siap 48 49,5
Fisik
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Tidak Siap 49 50,5
mengetahui hubungan kesiapan fisik dengan
Keberhasila
keberhasilan toilet training pada anak di TK
4 n Toilet Positif 47 48.5
Raden Mas Mejuwet Bojonegoro.
Training
Negatif 50 51,5
METODE PENELITIAN
Total 97 100
Desain ini menggunakan cross sectional
peneliti menilai kesiapan fisik terlebih Sumber: Data Primer tahun 2019
dahulu, setelah itu peneliti menilai Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
keberhasilan toilet training dalam waktu sebagian besar anak berjenis kelamin
yang bersamaan. perempuan yaitu sebanyak 53 anak (54,6%).
Populasi dalam penelitian ini adalah Sedangkan karakteristik responden
semua ibu yang mempunyai anak di TK berdasarkan pendidikan ibu menunjukkan
Raden Mas Mejuwet Kabupaten bahwa sebagian besar responden berpendidikan
Bojonegoro yang berjumlah 97 responden. SMA yaitu sebanyak 60 orang (61,9%).
Teknik sampling yang digunakan adalah Sedangkan karakteristik responden
total sampling. sampel yang digunakan berdasarkan kesiapan fisik sebagian besar
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak siap secara fisik yaitu 49 anak (50,5%). disebabkan 7 anak karena tidak mampu
Karakteristik responden berdasarkan menahan buang air kecil pada saat usia 18-
keberhasilan toilet training menunjukkan 36 bulan, 2 tidak anak mampu menahan
bahwa sebagian besar responden mempunyai buang air besar sehingga masih sering
keberhasilan toilet training negatif yaitu 50 buang air besar di diapers, 26 anak masih
anak (51,5%). mengompol selama 2 jam, 38 anak masih
mengompol selama tidur siang atau malam,
Tabel 2 Tabulasi Silang Antara Kesiapan 2 anak masih belum buang air besar secara
Fisik Dengan Keberhasilan Toilet training teratur karena jika ingin buang air besar
di TK Raden Mas Mejuwet Bojonegoro harus menggunakan diapers terlebih dahulu,
Pada Bulan Februari 2019 dan 16 anak masih belum bisa melepas
celananya sendiri.
Keberhasilan Toilet Hasil penelitian menunjukkan
Kesiapan training Total bahwa sebagian besar responden
Fisik Positif Negatif mempunyai keberhasilan toilet training
f % f % f % negatif yaitu 50 anak (51,5%). Keberhasilan
toilet training dipengaruhi oleh faktor jenis
Siap 44 45,4 4 4,1 48 49,5
kelamin anak, motivasi orang tua,
Tidak pengetahuan orang tua, faktor lingkungan,
3 3,1 46 47,4 49 50,5
siap dan kesiapan anak (Andriyani et al, 2014).
Total 47 48,5 50 51,5 97 100 Menurut peneliti, secara fisiologis
kemampuan fisik anak sudah sampai pada
kemampuan mengontrol kandung kemih
Sumber: Data Primer tahun 2019 sehingga bisa menahan buang air kecil dan
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa otot sphincter sehingga dapat menahan
hampir setengah (45,4%) dari responden buang air besar, mereka sudah mengerti
siap secara fisik dan positif melakukan tentang sinyal-sinyal yang muncul sebelum
toilet training, dan hampir setengah mereka buang air sehingga dapat pergi ke
(47,4%) dari responden tidak siap secara kamar mandi. Namun, reponden yang tidak
fisik dan negatif melakukan toilet training. berhasil melakukan toilet training
disebabkan karena masih banyak orang tua
PEMBAHASAN yang memakaikan diapers pada anaknya
sehingga anak tidak terlatih untuk buang air
Hasil penelitian menunjukkan secara mandiri.
bahwa sebagian besar responden tidak siap Hasil penelitian menunjukkan
secara fisik yaitu 49 anak (50,5%). Tanda bahwa sebagian besar anak berjenis
kesiapan fisik anak mampu mengontrol rasa kelamin perempuan. Hasil tabulasi silang
ingin berkemih dan defekasi yaitu usia telah menunjukkan bahwa sebagian besar anak
mencapai 18 sampai 24 bulan, dapat duduk yang keberhasilan toilet trainingnya positif
atau jongkok kurang lebih 2 jam, ada berjenis kelamin perempuan, sedangkan
gerakan usus yang reguler, kemampuan yang keberhasilannya negatif sebagian
motorik kasar (seperti duduk, berjalan), besar juga perempuan. Hal ini berbeda
kemampuan motorik halus (membuka baju) dengan teori yang disampaikan oleh Gilbert
(Wong, 2009). (2009) bahwa anak laki-laki cenderung
Kesiapan fisik anak memang lebih lambat dalam penguasaan kontrol
bersifat individual yang artinya setiap anak kandung kemihnya dibandingkan dengan
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan
secara fisiologi tubuhnya dalam mengontrol karena sistem saraf anak laki-laki
fungsi toileting yakni sfingter ani dan berkembang lebih lambat dibandingkan
sfingter uri, dimana anak dengan usia yang anak perempuan, wanita menjadi pengasuh
lebih muda akan cenderung mempunyai utama sehingga anak laki-laki tidak
fungsi tubuh tidak sebaik anak yang usianya memperhatikan figur sesama laki-laki, dan
lebih tua. Anak yang tidak siap secara fisik anak laki-laki kurang sensitif terhadap rasa
basah (Gilbert, 2009). Hasil penelitian tahun kedua faktor baik fisik dan psikologis
menunjukkan bahwa anak perempuan lebih belum siap (Supartini, 2009).
banyak yang negatif atau tidak berhasil Hal ini didukung oleh hasil
melakukan toilet training disebabkan penelitian (Buston & Lestari, 2016) tentang
karena anak tidak dapat menahan buang air kesiapan fisik dengan keberhasilan
kecil sehingga lebih mudah mengompol. melaksanakan toilet traing pada anak Di
Hasil penelitian menunjukkan PAUD Ababil dan Baitul Izzah Kota
bahwa sebagian besar responden Bengkulu Tahun 2016 menunjukkan bahwa
berpendidikan menengah (SMA). Hasil anak dengan kesiapan fisik yang kurang
tabulasi silang menunjukkan bahwa hampir tidak berhasil melaksanakan toilet traning,
seluruh anak yang keberhasilan toilet dan anak yang memiliki kesiapan fisik yang
trainingnya positif mempunyai ibu baik berhasil melaksanakan toilet training.
berpendidikan menengah, sedangkan yang Kemampuan anak untuk buang air
keberhasilannya negatif sebagian besar secara mandiri sangat tergantung dari
mempunyai ibu berpendidikan dasar. kesiapan anak, baik fisik, psikologis,
Pendidikan sangat erat hubungannya maupun intelektual dimana ketiga faktor
dengan pengetahuan seseorang. Tingkat tersebut berbeda-beda antara anak yang satu
pengetahuan orangtua yang kurang dengan yang lain sehingga tidak selalu anak
merupakan faktor yang dapat memengaruhi yang usianya lebih tua akan memiliki
kegagalan toilet training (Andriyani et al., kesiapan fisik yang lebih baik dari pada
2014). Pendidikan menengah dan tinggi anak yang usianya lebih muda. Anak yang
membuat ibu lebih mudah menyerap sudah siap secara fisik akan lebih cepat
informasi dibandingkan dengan ibu yang menguasai kemampuan toileting daripada
berpendidikan dasar, sehingga ibu yang anak yang tidak siap secara fisik. Seperti
mendapatkan informasi tentang toilet yang telah dibahas sebelumnya bahwa
training akan lebih mudah menyerap dan kesiapan fisik yang paling banyak membuat
mengingatnya sebagai dasar mengajarkan anak tidak siap adalah mengompol pada
toilet training pada anak sehingga anak saat tidur siang dan tidur malam, hal ini
mendapatkan toilet training dengan benar disebabkan karena selain anak tidak dilatih
yang membuat anak berhasil melakukan untuk buang air secara mandiri, juga
toilet training. dipengaruhi oleh penggunaan diapers
Hasil penelitian menunjukkan dimana orang tua sekarang ini tidak mau
bahwa responden yang tidak siap secara direpotkan dengan berulang kali
fisik mempunyai keberhasilan toilet mengantarkan anaknya buang air sehingga
training negatif. Di usia 18 bulan sampai 2 memakai cara yang praktis yaitu diapers.
tahun pada perkembangan sfingter ani dan Tanpa mereka sadari, mereka sedang
uretra anak belum bisa mengontrol rasa menunda kesiapan fisik anaknya untuk
ingin berkemih dengan baik. Latihan untuk melakukan toileting karena anak sudah
berkemih dan defekasi adalah tugas terbiasa buang air di diapers. Sehingga anak
perkembangan anak usia todler. Pada yang memiliki kesiapan fisik cenderung
tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia berhasil dalam toilet training, dan anak
todler, kemampuan sfingter uretra untuk yang tidak memiliki kesiapan fisik
mengontrol rasa ingin berkemih dan cenderung tidak berhasil dalam toilet
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin training.
defekasi mulai berkembang, biasanya Terdapat 4 anak yang siap secara
sejalan dengan anak yang mampu berjalan, fisik namun masih ada yang negatif dalam
kedua sfingter tersebut semakin mampu toilet training disebabkan karena 1 anak
mengontrol rasa ingin berkemih dan masih sering mengompol sebelum 3 sampai
defekasi. Walaupun demikian dari satu anak 4 jam, padahal saat berumur kurang dari 3
ke orang lain berbeda kemampuan dalam tahun sudah tidak mengompol hal ini
pencapaian tersebut, bergantung pada disebabkan karena anak mengalami regresi
beberapa faktor baik fisik maupun perkembangan (kemunduran) perilaku yang
psikologis, yang biasanya sampai usia 2 dapat disebabkan karena anak manja, atau
karena ingin mendapatkan perhatian orang Raden mas Mejuwet Bojonegoro anak yang
tua; 3 anak kadang masih belum tahu waktu siap secara fisik cenderung berhasil
buang air kecil maupun buang besar dengan melakukan toilet training dan sebaliknya
menggunakan kata “pipis” atau “pup”, hal anak yang tidak siap secara fisik cenderung
ini sering disebabkan anak-anak yang tidak berhasil melakukan toilet training.
terlalu asyik bermain sehingga
mengabaikan sinyal buang air yang SARAN
menyebabkan mereka kadang terlanjur Diharapkan bagi institusi kesehatan
buang air sebelum mengutarakan untuk mengembangkan metode
keinginannya, karena masa kanak-kanak pembelajaran toilet training pada anak yang
sangat senang dengan permainan; 4 anak menyenangkan dan tidak membuat anak
masih mengompol saat bangun tidur; 4 anak merasa diperintah atau bahkan stress
tidak memegang alat kelamin sebagai menuruti perintah orang tuanya.
pengingat bahwa anak ingin buang air kecil Bagi Keluarga Responden diharapkan
karena pada beberapa anak sinyal buang air Bagi anak yang sudah siap secara fisik
kadang diabaikan; 1 anak masih kadang- tetapi tidak berhasil toilet training diberikan
kadang buang air di sembarang tempat, pengajaran teknik modelling dalam
karena memang bagi sebagian anak, buang mengajarkan toileting pada anak. Anak
air di WC kadang mengalami kesulitan yang sudah 4 tahun masih mengompol
sehingga memilih untuk buang air di tempat diajarkan toileting dengan paduan antara
lain, biasanya pelataran rumah atau kebun; teknik modelling dan lisan, memberikan
4 anak tidak memegang perut atau pantat reward pujian apabila bisa menahan buang
sebagai pengingat bahwa anak ingin buang air kecil tanpa mengompol
air besar; 1 anak diam saja jika ingin buang Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
air besar; 4 anak tidak memanggil orang tua untuk melakukan penelitian tentang faktor-
jika ingin buang air kecil, hal ini dapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan
terjadi karena terkadang anak takut toilet training pada anak seperti
dimarahi oleh orang tuanya apabila karakteristik ibu, teknik mengajarkan
meminta untuk diantarkan ke kamar mandi toileting, agar dapat memberikan evidence
sehingga tidak memberitahukan kepada based bagi pengembangan ilmu
orang tua apabila ingin buang air. keperawatan anak.
Terdapat 3 anak yang tidak siap
secara fisik akan tetapi positif melakukan
toilet training. Hal ini dapat disebabkan
karena ketidaksiapan fisik anak terjadi pada
saat berumur kurang dari 3 tahun, namun
seiring dengan bertambahnya umur anak
sehingga fungsi tubuhnya juga akan
semakin berkembang termasuk kemampuan
dalam mengontrol buang air kecil maupun
besar. Keberhasilan toileting pada anak juga
disebabkan karena orang tua melatih anak
untuk buang air secara mandiri dengan
baik.

KESIMPULAN
Anak di TK Raden Mas Mejuwet
Bojonegoro sebagian besar tidak siap secara
fisik, sebagian besar tidak berhasil
melakukan toilet training. Terdapat
hubungan kesiapan fisik dengan
keberhasilan toilet training pada anak di TK
DAFTAR PUSTAKA Children : A Cross-Sectional Study, 23(2),
154–158.
Andriyani, S., Ibrahim, K., Wulandari, S., Cimahi,
A. D., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U. Izzaty. (2017). Perilaku Anak Prasekolah: Masalah
(N.D.). Analisis Faktor-Faktor Yang Dan Cara Menghadapinya. Jakarta: Gramedia
Berhubungan Toilet Training Pada Anak Elex Komputindo.
Prasekolah Analysis Of Factors Related To
Toilet Training at Preschool Age Children, 2, Megaswara, G. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang
146–153. Tua Dengan Keberhasilan Toilet Training
Pada Anak Prasekolah Di TK Ngestirini
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Tempel Sleman Yogyakarta.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Narendra, M. B. Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, R.
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori Dan (2012). Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja.
Perkembangannya. Yogyakarta: Pustaka Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Pelajar.
Noor, J. (2017). Metodologi Penelitian: Skripsi,
Buston, E., Lestari, W., Kesehatan, P., Kesehatan, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta:
K., & Keperawatan, J. (2016). Kesiapan Fisik Kecana
Dalam Keberhasilan Toilet Training Pada
Balita, (2004), 41–44. Notoadtmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi RC, Oktavia A, Saputri, L. (2015). Teori Dan
Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Nursalam. (2016). Konsep Dan Penerapan
Anak Dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Medika. Jakarta: Salemba Medika.

Erni Buston, S. (2017). Hubungan Pendidikan Dan Rahmawati. (2015). Efektivitas Pemberian
Sikap Dengan Keberhasilan Toilet Training, Informasi..., Dian Rahmawati, S1
2(1), 18–27. Keperawatan UMP, 2015, 10–33.

Fatmawati, T. (2015). Peran Orang Tua Dengan Setiadi. (2013). Konsep Dan Penelitian Riset
Keberhasilan Toilet Training Pada Usia Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Toddler Di Desa Tunggal Pager Pungging
Mojokerto. Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Gilbert, J. (2009). Latihan Toilet. Panduan Melatih
Anak Untuk Mengatasi Masalah Toilet. Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Erlangga. Jakarta: EGC.

Goverment Of Western Australia. (2014). Supartini, Y. (2009). Buku Ajar Konsep Dasar
Goverment Of Western Australia Depertement Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Of Health.
Suryana. (2014). Hakikat Anak Usia Dini, 1–65.
Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak. Jakarta: Salemba Medika. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. (2014). Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Hooman, N., Safaii, A., Valavi, E., & Amini-


Alavijeh, Z. (2013). Toilet Training at Iranian

Anda mungkin juga menyukai