Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEPERAWATAN

BIDESIDE TEACHING

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. Ana Masri’ah Nur Hidayati (P27220016 147)


2. Bayu Amri Mu’tasim (P27220016 154)
3. Diah Fitri Handayani (P27220016 158)
4. Putri Eriandi (P27220016 179)

4B DIV JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

SURAKARTA

TAHUN 2019

1
BAB I

KONSEP BEDSIDE TEACHING

A. Definisi Bedside Teaching


Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang
dilakukan di samping tempat tidur klien, yang terdiri dari mengkaji
kondisi klien dan pemenuhan asuhan keperawatan (Nursalam & Ferry,
2008).
Menurut Snell (2008) bedside teaching merupakan sebuah
pembelajaran yang aktif yang melibatkan pasien. Dapat disimpulkan
bahwa bediside teaching merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
disamping tempat tidur yang melibatkan pasien secara aktif.

B. Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching


Menurut McLeod dan Harden (1985):
1. Mengumpulkan dan merekam semua informasi tentang pasien secara
Kompleks
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan teratur
3. Melakukan prosedur keterampilan
4. Menginterpretasikan data
5. Memecahkan masalah secara ilmiah dan professional
6. Memberikan informasi yang terpercaya
7. Mengembangkan keakraban dengan tim kesehatan lainnya
8. Mengembangkan sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan
yang lain
9. Mengumpulkan pengetahuan kesehatan yang faktual
10. Memperoleh sikap positif untuk belajar mandiri
11. Menambah pengetahuan baru untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan.

2
C. Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching
Prinsip pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut Ramani,
S. (2003) :
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, keluarga dan
pasien
2. Jumah pasien dan keluarga dibatasi, yakni 5-6 orang
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan
seminimal mungkin lanjutkan dengan demonstrasi ulang
4. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga sesegera mungkin terhadap
apa yang didapatkan saat itu
5. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh pasien dan keluarga sebelumnya.

D. Kelebihan Metode Bedside Teaching


Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut
(Nursalam, 2008) :
1. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural
dan interpersonal.
2. Menumbuhkan sikap professional
3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi
melalui pengamatan langsung

Menurut McKimm (2010) keuntungan bedside teaching adalah:

1. Dapat melakukan pengamatan kepada role model secara langsung


2. Waktu yang tepat untuk melakukan anamnesis atau pemeriksaan fisik
pasien
3. Meningkatkan keterampilan komunikasi
4. Meningkatkan kerjasama tim
5. Meningkatkan pemahaman terhadap konteks yang dikaji

3
E. Kekurangan Metode Bedside Teaching
Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam,
2008) :
1. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik,
psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien.
2. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki
menguasai bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran.

F. Langkah-langkah bedside teaching


Strategi/langkah-langkah pengajaran klinik menggunakan pendekatan
bedside teaching menurut Cox (1993) dalam Harden (2009) dan Affandi
(2008) adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pre-Round
Hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :
a. Perencanaan
Artinya preseptor terlebih dahulu menyiapkan pengetahuan dan
keterampilannya mengenai konsep pembelajaran yang akan
diberikan serta menentukan guide line, kemudian menyiapkan
mahasiswa sebelum bertemu dengan pasien, baik kognitif, afektif
dan psikomotorik mahasiswa (prior knowledge) serta menetapkan
tujuan pembelajaran.
b. Briefing/orientasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini antara lain :
1) Mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan pasien yang sesuai
dengan criteria
2) Mahasiswa diberitahu hal-hal yang tidak boleh didiskususikan
selama berhadapan langsung dengan pasien.
3) Menghindari penggunaan alat komunikasi selama proses bedside
teaching.
4) Melakukan koordinasi sesama tim sebelum melakukan bedside
teaching, menjelaskan tujuan tujuan kegiatan

4
5) Mengalokasikan peran selama bedside teaching berlangsung
2. Tahap Round
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahapan ini, yaitu :
a. Perkenalan atau pengantar
Mahasiswa didampingi oleh preceptor dalam melakukan interaksi
dengan pasien.
b. Interaksi
Mahasiswa didampingi preceptor melakukan interaksi dengan
pasien, fokus pada pengalaman klinis (usahakan untuk tindak
menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
c. Observasi
Preceptor mengobservasi keterampilan yang dilakukan mahasiswa.
d. Instruksi
Preceptor memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat
mahasiswa malu dihadapan pasien.
e. Penyimpulan
Preceptor membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan
hasil interaksi dengan pasien.
3. Tahap Post Round
Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :
a. Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien
dan mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa,
preceptor dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor
dapat membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika memerlukan
feedback khusus.
b. Reflection dan feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self
review, peer review kemudian diberikan umpan balik oleh
preceptor.
c. Working Knowledge and Education

5
Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan
pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang
telah dijumpai oleh mahasiswa selama proses bedside teaching
berlangsung. Pertanyaan yang diberikan working knowledge
mahasiswa yaitu apa yang harus mahasiswa lakukan selanjutnya?
Apakah harus dipicu dengan skenario kasus yang sama untuk masa
yang akan datang?

G. Dua Belas Tips Melakukan Bedside Teching


Dua belas tips melakukan bedside teaching menurut Ramani, S. (2003)
yaitu :
1. Persiapan
a. Persiapan pasien
b. Persiapan pengetahuan dan keterampilan preceptor terhadap
kegiatan yang akan diajarkan dengan cara mempelajari kasus,
terutama dengan menggunakan media CD-ROM, video, dan
sebagainya.
c. Menggali pengetahuan actual dan keterampilan klinis mahasiswa
d. Persiapan pelatihan dari universitas/fakultas untuk meningkatkan
keterampilan klinis dan keterampilan mengajar.
2. Membuat guideline atas setiap rencana yang akan dilakukan seperti:
a. Pre round (pre BST)
1) Perencanaan
2) Orientasi
b. Round (BST)
1) Interaksi
2) Pengamatan/observasi
3) Petunjuk
4) Menyimpulkan
c. Post Round (post BST)
1) Feedback

6
2) Refleksi
3) Persiapan BST selanjutnya
3. Mengarahkan
Mengarahkan mahasiswa untuk mencoba/latihan dengan cara
memberikan peran dari masing-masing mahasiswa, hal ini dilakukan
untuk mencegah kebosanan dari mahasiswa.
4. Perkenalan diri
Perkenalan diri preceptor dan mahasiswa kepada pasien, mengenai
tujuan kegiatan yang akan dilakukan serta mengarahkan pasien selama
proses bedside teaching berlangsung.
5. Peran model interaksi preceptor dan pasien
Pasien dapat melakukan sharing informasi dan pengetahuan secara
teoritis kepada preceptor dan mahasiswa selama kegiatan bedside
teaching berlangsung.
6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan interaksi
kepada pasien. Mahasiswa melakukan komunikasi, anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Pada tahap ini preceptor dapat menilai
keterampilan, pengetahuan dan sikap mahasiswa. Hal ini diperlukan
untuk merancang dan merencanaan kegiatan bedside teaching
selanjutnya.
7. Preceptor memberikan koreksi/tanggapan didepan pasien untuk
meningkatkan profesionalisme mahasiswa.
8. Preceptor mengevaluasi singkat mahasiswa terhadap apa yang telah
mereka lakukan sebelum meninggalkan pasien. Preceptor meringkas
apa yang telah diajarkan dan dipelajari selama kegiatan.
9. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengklarifikasi atau
bertanya, guna mengatasi kebingungan dan dekompresi dari kegiatan
sebelumnya.
10. Beritahu apa yang telah baik/belum baik hal ini bertujuan meningkatkan
moral tim, memberikan kesempatan pada mahasiswa

7
mengeksplorasikan pengetahuan atau keterampilannya untuk mengubah
atau memodifikasi pengajaran.
11. Preceptor mengevaluasi dan merencanakan perubahan apa yang harus
dilakukan untuk kegiatan berikutnya.
12. Preceptor mulai mempersiapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan
mengajar dan kualitas diri untuk melakukan kegiatan bedside teaching
selanjutnya.
H. SOP BEDSIDE TEACHING

Bed-side Teaching
Pengertian Metode mengajar kepada peserta didik. Aktivitas ini dilakukan
disamping tempat tidur pasien, dan meliputi kegiatan mempelajari
kondisi pasien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
Prinsip 1. Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta
didik dan pasien
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien
dilakukan seminimal mungkin
4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.
5. Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin
terhadap yang didapatnya saat itu
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang
belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau
kesulitan yang dihadapi peserta didik.
Persiapan 1. Bed-side Teaching dilakukan saat memberikan asuhan
peralatan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
rencana asuhan keperawatan, tindakan yang akan
dilakukan

8
4. Yang terlibat dalam Bed-side Teaching adalah kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim.
5. Perawat pelaksaan bertanggung jawab pada pasien masing-
masing
Prosedur 1. Persiapan
2. Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan
keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.
3. Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak mengganggu
jalannya rutinitas perawatan klien.
Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan
4. Pelaksanaan
Melakukan
b e d s i d e teaching d e n g a n variasi metode, contoh:
demonstrasi dan redemonstrasi.
Melakukan diskusi singkat di tengah proses.
Memfasilitasi untuk melakukan redemonstrasi.
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien.
5. Evaluasi
a. Memimpin diskusi terkait proses bedside
teaching.
b. Memfasilitasi mahasiswa u n t u k
m e n g a j u k a n pertanyaan dan menjawab
pertanyaan.

9
BAB II

SKENARIO BEDSIDE TEACHING

A. Kasus
Ny Diah 55 tahun baru saja masuk RS dan dirawat di ruang
penyakit dalam. Hasil anamnesis, suami Ny Diah mengatakan bahwa Ny
Diah telah lama mengalami sakit Diabetes, beliau sulit untuk diajak
berobat ke RS, awalnya Ny Diah mengeluh lemas, kepala pusing
kemudian Ny Diah dibawa ke RS oleh keluarganya.
Dari anamnesis kepada Ny Diah : mengeluh badan lemas, kepala
pusing, tampak pucat. keadaan umum : Kesadaran : sadar penuh
(compos mentis), BB = 45 kg, TB = 162 cm, tekanan darah 130/70
mmHg, suhu 37 °C, nadi 86x/m, RR : 22x/m. hasil pemeriksaan
laboratorium Haemoglobin 7 gr/dl, GDS 250gr/dl, Haematokrit 15%,
leukosit 6000 mm3. Diagnosis medis : Diabetic .
B. Pemeran
1. Perawat (CI) : Bayu Amri Muktasim
2. Praktikan A : Ana Masriah
3. Praktikan B : Putri Eriandi
4. Pasien : Diah fitri H
C. Skenario
Di ruang IGD akan dilakukan bedside teaching pada Mahasiswa
dengan pemasangan infus pada pasien Ny. Diah. Sebelum dilakukan
bedside teaching perawat Bayu melakukan persiapan dengan praktikan.
Perawat : “Selamat pagi dek... “(tersenyum)

praktikan : “ Ia selamat pagi pak.”(tersenyum)

Perawat : “kita hari ini akan melakukan pemasangan infus, sebelumnya

adik-adik sudah paham tentang apa itu infus ?".

Praktikan A : “memasukkan cairan atau obat langsung ke pembuluh darah”

10
Perawat : “iya benar sekali, tujuan dari pemasangan infus apa?”

Praktikan B :”Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit”

Perawat : “iya benar. Adik-adik sudah pernah memasang infus ?”

Praktikan A :”kalau kepasien langsung belum pernah pak"

Praktikan B :” iya pak belum pernah”

Perawat :”baiklah sekarang kita akan memasang infus kepada Ny. Diah,

nanti kalian berdua perhatikan saya dulu ya”

Praktikan A,B :” baik pak bayu”

Perawat :”sebelum memasang infus kita siapkan dulu infus setnya, ayo

disiapkan dulu”

Praktikan A,B :” sudah pak”

Perawat :”kalau begitu kita langsung ke kamar Ny Diah”

Perawat dan praktikan menuju kekamar Ny. Diah

Perawat :”Sebelum memasang infus kita beri penjelasan dulu kepada

pasien”

Praktikan A,B :”Iya Pak “

Perawat :”selamat pagi bu Diah, perkenalkan saya perawat bayu, dan ini

adik-adik praktikan.disini Saya akan melakukan pemasangan infus tujuannya

untuk memasukkan obat dan cairan kedalam tubuh bu diah. Kira-kira

membutuhkan waktu 15 menit. Apakah bu diah bersedia ?”

Pasien :”iya pak, saya bersedia”

Perawat :” adik-adik perhatikan ya(menjelaskan cara memasang infus)”

11
Pasien :”aduh pak kok sakit ya, senut-senut rasanya”

Praktikan :”iya bu tahan sebentar ya”

Perawat :”ini sudah selesai bu, pemasangan infusnya. Bagaimana perasaan

ibu diah setelah dipasang infus?”

Pasien :”iya terimakasih pak, rasanya masih sedikit sakit”

Perawat :”nanti lama-lama hilang bu. Adik-adik ini tolong dibereskan ya”

Praktikan A :”Iya pak”

Perawat :”ibu pemasangan infus sudah selesai, jika ibu butuh sesuatu ibu

bisa hubungi kami diruang perawat ya bu. Kami permisi”

Pasien :”iya pak”

Setelah itu perawat dan praktikan menuju ke ruang tindakan

Perawat :”tadi kalian sudah memperhatikan bagaimana cara memasang

infuskan ?”

Praktikan :”iya pak, kami mau mecoba pak”

Perawat :”nanti kalian ada waktu utuk mecobanya, yang penting kalian

melaksanakan sesui SOP nya”

Praktikan :”iya pak, tolong bimbing kami ya pak”

Perawat :”iya, besok giliran kalian mencoba satu-satu ya, nanti saya

bimbing, saya kembali dulu keruang perawat. Silahkan kalian lanjutkan kegiatan

kalian”

Praktikan :”baik pak, terimakasih”

12
Daftar Pustaka

Anonim.2012. Metode Bedside Teaching. http://academiclifeinem.blogspot.com


(Diakses tanggal 01 Juli 2014)

M.Nurs, Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta. 2002. Salemba Medika

Swanburg,russel c. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan dan


Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta. 1994. Penerbit buku
kedokteran EGC

13

Anda mungkin juga menyukai