BIDESIDE TEACHING
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
SURAKARTA
TAHUN 2019
1
BAB I
2
C. Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching
Prinsip pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut Ramani,
S. (2003) :
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, keluarga dan
pasien
2. Jumah pasien dan keluarga dibatasi, yakni 5-6 orang
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan
seminimal mungkin lanjutkan dengan demonstrasi ulang
4. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga sesegera mungkin terhadap
apa yang didapatkan saat itu
5. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh pasien dan keluarga sebelumnya.
3
E. Kekurangan Metode Bedside Teaching
Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam,
2008) :
1. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik,
psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien.
2. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki
menguasai bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran.
4
5) Mengalokasikan peran selama bedside teaching berlangsung
2. Tahap Round
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahapan ini, yaitu :
a. Perkenalan atau pengantar
Mahasiswa didampingi oleh preceptor dalam melakukan interaksi
dengan pasien.
b. Interaksi
Mahasiswa didampingi preceptor melakukan interaksi dengan
pasien, fokus pada pengalaman klinis (usahakan untuk tindak
menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
c. Observasi
Preceptor mengobservasi keterampilan yang dilakukan mahasiswa.
d. Instruksi
Preceptor memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat
mahasiswa malu dihadapan pasien.
e. Penyimpulan
Preceptor membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan
hasil interaksi dengan pasien.
3. Tahap Post Round
Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :
a. Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien
dan mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa,
preceptor dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor
dapat membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika memerlukan
feedback khusus.
b. Reflection dan feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self
review, peer review kemudian diberikan umpan balik oleh
preceptor.
c. Working Knowledge and Education
5
Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan
pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang
telah dijumpai oleh mahasiswa selama proses bedside teaching
berlangsung. Pertanyaan yang diberikan working knowledge
mahasiswa yaitu apa yang harus mahasiswa lakukan selanjutnya?
Apakah harus dipicu dengan skenario kasus yang sama untuk masa
yang akan datang?
6
2) Refleksi
3) Persiapan BST selanjutnya
3. Mengarahkan
Mengarahkan mahasiswa untuk mencoba/latihan dengan cara
memberikan peran dari masing-masing mahasiswa, hal ini dilakukan
untuk mencegah kebosanan dari mahasiswa.
4. Perkenalan diri
Perkenalan diri preceptor dan mahasiswa kepada pasien, mengenai
tujuan kegiatan yang akan dilakukan serta mengarahkan pasien selama
proses bedside teaching berlangsung.
5. Peran model interaksi preceptor dan pasien
Pasien dapat melakukan sharing informasi dan pengetahuan secara
teoritis kepada preceptor dan mahasiswa selama kegiatan bedside
teaching berlangsung.
6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan interaksi
kepada pasien. Mahasiswa melakukan komunikasi, anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Pada tahap ini preceptor dapat menilai
keterampilan, pengetahuan dan sikap mahasiswa. Hal ini diperlukan
untuk merancang dan merencanaan kegiatan bedside teaching
selanjutnya.
7. Preceptor memberikan koreksi/tanggapan didepan pasien untuk
meningkatkan profesionalisme mahasiswa.
8. Preceptor mengevaluasi singkat mahasiswa terhadap apa yang telah
mereka lakukan sebelum meninggalkan pasien. Preceptor meringkas
apa yang telah diajarkan dan dipelajari selama kegiatan.
9. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengklarifikasi atau
bertanya, guna mengatasi kebingungan dan dekompresi dari kegiatan
sebelumnya.
10. Beritahu apa yang telah baik/belum baik hal ini bertujuan meningkatkan
moral tim, memberikan kesempatan pada mahasiswa
7
mengeksplorasikan pengetahuan atau keterampilannya untuk mengubah
atau memodifikasi pengajaran.
11. Preceptor mengevaluasi dan merencanakan perubahan apa yang harus
dilakukan untuk kegiatan berikutnya.
12. Preceptor mulai mempersiapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan
mengajar dan kualitas diri untuk melakukan kegiatan bedside teaching
selanjutnya.
H. SOP BEDSIDE TEACHING
Bed-side Teaching
Pengertian Metode mengajar kepada peserta didik. Aktivitas ini dilakukan
disamping tempat tidur pasien, dan meliputi kegiatan mempelajari
kondisi pasien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
Prinsip 1. Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta
didik dan pasien
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien
dilakukan seminimal mungkin
4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.
5. Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin
terhadap yang didapatnya saat itu
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang
belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau
kesulitan yang dihadapi peserta didik.
Persiapan 1. Bed-side Teaching dilakukan saat memberikan asuhan
peralatan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
rencana asuhan keperawatan, tindakan yang akan
dilakukan
8
4. Yang terlibat dalam Bed-side Teaching adalah kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim.
5. Perawat pelaksaan bertanggung jawab pada pasien masing-
masing
Prosedur 1. Persiapan
2. Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan
keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.
3. Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak mengganggu
jalannya rutinitas perawatan klien.
Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan
4. Pelaksanaan
Melakukan
b e d s i d e teaching d e n g a n variasi metode, contoh:
demonstrasi dan redemonstrasi.
Melakukan diskusi singkat di tengah proses.
Memfasilitasi untuk melakukan redemonstrasi.
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien.
5. Evaluasi
a. Memimpin diskusi terkait proses bedside
teaching.
b. Memfasilitasi mahasiswa u n t u k
m e n g a j u k a n pertanyaan dan menjawab
pertanyaan.
9
BAB II
A. Kasus
Ny Diah 55 tahun baru saja masuk RS dan dirawat di ruang
penyakit dalam. Hasil anamnesis, suami Ny Diah mengatakan bahwa Ny
Diah telah lama mengalami sakit Diabetes, beliau sulit untuk diajak
berobat ke RS, awalnya Ny Diah mengeluh lemas, kepala pusing
kemudian Ny Diah dibawa ke RS oleh keluarganya.
Dari anamnesis kepada Ny Diah : mengeluh badan lemas, kepala
pusing, tampak pucat. keadaan umum : Kesadaran : sadar penuh
(compos mentis), BB = 45 kg, TB = 162 cm, tekanan darah 130/70
mmHg, suhu 37 °C, nadi 86x/m, RR : 22x/m. hasil pemeriksaan
laboratorium Haemoglobin 7 gr/dl, GDS 250gr/dl, Haematokrit 15%,
leukosit 6000 mm3. Diagnosis medis : Diabetic .
B. Pemeran
1. Perawat (CI) : Bayu Amri Muktasim
2. Praktikan A : Ana Masriah
3. Praktikan B : Putri Eriandi
4. Pasien : Diah fitri H
C. Skenario
Di ruang IGD akan dilakukan bedside teaching pada Mahasiswa
dengan pemasangan infus pada pasien Ny. Diah. Sebelum dilakukan
bedside teaching perawat Bayu melakukan persiapan dengan praktikan.
Perawat : “Selamat pagi dek... “(tersenyum)
10
Perawat : “iya benar sekali, tujuan dari pemasangan infus apa?”
elektrolit”
Perawat :”baiklah sekarang kita akan memasang infus kepada Ny. Diah,
Perawat :”sebelum memasang infus kita siapkan dulu infus setnya, ayo
disiapkan dulu”
pasien”
Perawat :”selamat pagi bu Diah, perkenalkan saya perawat bayu, dan ini
11
Pasien :”aduh pak kok sakit ya, senut-senut rasanya”
Perawat :”nanti lama-lama hilang bu. Adik-adik ini tolong dibereskan ya”
Perawat :”ibu pemasangan infus sudah selesai, jika ibu butuh sesuatu ibu
infuskan ?”
Perawat :”nanti kalian ada waktu utuk mecobanya, yang penting kalian
Perawat :”iya, besok giliran kalian mencoba satu-satu ya, nanti saya
bimbing, saya kembali dulu keruang perawat. Silahkan kalian lanjutkan kegiatan
kalian”
12
Daftar Pustaka
13