Partus Lama
Partus Lama
1.1. Definisi
Pada umumnya, perjalanan persalinan normal dengan P3 adekuat akan
berlangsung aman spontan belakang kepala.
a. Primigravida : 18 jam
b. Multigravida : 12-14 jam
Distosia adalah persalinan sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan
persalinan. (Martaadisoebrata et al, 2013)
a. Mons Pubis
Merupakan bantalan jaringan lemak yang disertai jaringan
lemak yang terletak di atas simfisi fubis. Struktur ini ditutupi oleh
kulit dan rambut pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantal pada
waktu melakukan hubungan seks. Kulit mons pubis mengandung
kelenjar keringat yang khusus dan sekresi kelenjar tersebut akan
memberikan aroma yang khas. Sekresi ini dianggap mempunyai
makna seksual tertentu pada laki-laki.
b. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada
titik temu labia minora di sebelah anteriror. Jaringan klitrois sangat
kaya dengan pembuluh darah dan saraf sehingga salah satu zona
erotik yang utama pada wanita.
c. Vestibulum
Vestibulum adalah nama yang diberikan pada rongga yang
dikelilingi oleh labia minora. Orofisum vagina bermuara kke dalam
vestibulum. Muara tersebut ditutupi oleh lipatan selaput tipis yang
disebt hymen; selaput tipis ini tidak menutupi seluruh lubang vagina.
d. Pereneum
Terbentuk dari korpus pereneum. Titik temu otot-otot dasar
panggul dibagian sentral, yang ditutupi oleh kulit pereneum. Struktur
ini membentang dari fourchette (titik temu labia minora di sebelah
posterior).
1.1.2 Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Serviks atau leher
uterus menjulur kedalam ujung proksimal vagina. Dinding anteriror
vagina memiliki panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Kedua dinding ini dalam keadaan normal
menempel satu sama lain dalam keadaan normal menempel satu
sama lain namun dapat dipisahkan dengan mudah. Dinding vagina
tersusun dalam lipatan (rugae). Susunan ini memungkinkan vagina
untuk mengembang sampai luas sekali jika dibutuhkan, sehingga
dapat dilalui kepala bayi ketika melahirkan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
- Lapisan epitel gepeng berlapis; pada lapisan ini tidak terdapat
kelenjar tetapi cairan akan merambas melalui epitel untuk
memberikan kelembapan.
- Jaringan konektif aroelar yang dipasok pembuluh darah dengan
baik.
- Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler.
- Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih yang
bercampur dengan fasia felvis sekitarnya.
Vagina memiliki empat fungsi utama :
- Lintas bagi spermatozoa; spermatozoa biasanya akan tertimbun
pada saat senggama dalam ruangan yang dihasilkan oleh foniks
posteriror.
- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya pada
saat persalinan.
- Saluran keluar bagi haid.
- Dengan sekretnya yang asam, vagina merupakan barrier untuk
menghalangi infeksi secara asenderan.
b. Uterus
Merupakan organ muskuler yang berongga, beridinding tebal
dan terletak diantara kandung kemih dan disebelah anteriornya dan
rektum disebelah posteriornya. Uterus terdiri atas dua bagian, yaitu
korpus atau badan dan serviks atau leher. Serviks terbentuk oleh
bagian sepertiga bawah uterus, dan separuh serviks menjulur
kedalam vagina.
Uterus mempunyai panjang kurang-lebih 7,5 cm, lebar 5,5 cm
dan kedalaman 2,5 cm dinding uterus sangat tebal, yaitu sekitar 1,2
cm, sehingga kavum uteri berukuran sangat kecil.
Fungsi uterus terdiri dari :
- Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang sudah dibuahi
agar ovum tersebut dapat menanamkan diri.
- Memberikan perlindungan dan nutrisi kepada embrio/janin
sampai tercapai maturitas.
- Mengendalikan perdarahan dari tempat pelekatan plasenta
melalui kontraksi otot-otot yang saling berjalin tersebut.
c. Tuba Falopii
Dikenal juga dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadang disebut tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi
uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral
pelvis. Tuba falopii dibungkus oleh peritoneum yang membentuk
ligamentum latum. Panjang tuba sekitar 10 cm, tetapi tidak berjalan
lurus; tuba berjalan melengkung dan berputar ke arah
posterior.ujung distalnya terbuka kedalam kavum peritonei dan
dapat bergerak bebas. Pada ujung tersebut terdapat fibria ini
memeluk ovarium pada saat ovulasi sehingga membantu menarik
ovum agar masuk kedalam tuba. Lumen tuba falopii sangat sempit,
khususnya pada tempat tuba memasuki uterus. Pada titik ini, yang
disebut pars interstisialis tuba, lumennya berukuran kurang dari 1
mm.
Tuba falopii berfungsi sebagai saluran tempat lewatnya
sperma untuk bertemu dengan ovum dan pada tempat pertemuan ini
terjadi fertilisasi (pembuahan). Tuba juga mendorong ovum kedalam
uterus dengan dengan gerakan muskulernya yang dibantu oleh sillia
dan cairan
d. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanit.
Ada dua buah ovarium yang masing-masing terdapat pada setiap sis
dan berada di dalam kavum abdomen belakang ligamentum latum
dekat dekat ujung fimbria tuba falopii. Ovarium terletak dalam
kavum peritonei. Ovarium atau indung telur merupakan struktur
berwarna putih kelabu dnegan permukaan yang tidak teratur dan
berukuran sekitar 3 cm kali 1,5 cm. Kedua ovarium melekat pada
uterus lewat ligamentum ovarii yang berjalan dari permukaan
posterior uterus didekat kornu uteri.
Fungsi ovarium adalah :
- Produksi, penyimpanan serta pematangan folikel-folikel
ovarium dan pelepasan ovum.
- Produksi hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron.
( Farrer, 2001)
1.3. Klasifikasi Klinis
Penyebab distosia dapat dibagi kedalam 3 golongan besar menurut
gangguan terhadap 3 macam faktor (kelainan 3P), yakni :
a. Kekuatan (power) pendorong janin yang kurang memadai, baik ketika
keluar dari rongga rahim maupun melalui jalur lahir sehingga
persalinan berlangsung melebihi batas pada waktu fisiologis. Kelianan
ini dapat disebabkan oleh :
- Kelainan his, yang merupakan sebab distosia yang terpenting
dan tersering;
- Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding
perut akibat luka parut baru, diastasis mukulus rektus abdominis,
atau kelainan keadaan umum ibu, seperti sesak napas atau
kelelahan ibu.
b. Kelainan janin (passenger) itu sendiri, yang dapat berupa :
- Kelainan letak janin (letak sungsang; letak lintang)
- Kelainan presentasi janin (muka, dahi, bokong)
- Kelainan posisi (ubun-ubun kecil dibelakang)
- Kehamilan ganda (gemelli)
- Bayi besar (makrosomia)
- Cacat bawaan (hidrosefalus, monstrum dll)
Kelainan-kelainan ini akan menyulitkan bayi melalui jalan lahir
atau bahkan sama sekali tidak memungkinkan bayi melalui jalan lahir,
sehingga tidak jarang persalinan harus diselesaikan dengan seksio
sesarea.
c. Kelainan ukuran maupun bentuk panggul/jalan lahir (passage)
Kelainan dapat terjadi pada ukuran antero-posterior maupun
transversal bidang-bidang panggul. Panggul sempit dapat terjadi bila
ukurannya lebih kecil dari ukuran normal atau terdapat kelainan bentuk
panggul itu sendiri.
Kelainan jalan lahir juga dapat disebabkan oleh neoplasma organ
genetalia interna (uterus atau ovarium) maupun visera lain di rongga
panggul yang berukuran besar, sehingga mengganggu turunnya bayi
ketika melalui jalan lahir.
(Martaadisoebrata et al, 2013)
3. Penyulit
a. Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan;
b. Kemungkinan infeksi dan kematian perinatal bertambah;
c. Ibu kehabisan tenaga dan dehidrasi – ditandai oleh peningkatan
denyut nadi, demam, asetonuria, nafas cepat, meteorismus dan
penurunan turgor.
4. Terapi
a. Inersia Uteri Hiponis
Bila penyebabnya buka kelainan panggul/kelainan jani yang tidak
memungkinkan persalinan pervaginam, asal ketuban positif, dilakukan pemecahan
ketuban terlebih dahulu. Bila upaya ini tidak berhasil, baru kemudian drip pisotin
diberikan.
Pemeberian drip oksitosin sebaiknya hanya dilakukan di fasilitas
kesehatan yang mampu mengawasi persalinan secara ketat, karena penyulit yang
mungkin terjadi adalh gawat janin atau ruptur uteri.
Sebelum pemberian oksitosin drip, kandung kencing dan rektum
harus dikosongkan; skor Bishop (pelvic score) juga harus ditentukan. Oksitosin drip
kurang berhasil pada skor bishop yang rendah.
Tabel 2. Skor Bishop
Faktor skor
1 2 3 4
Pembukaan
0 1-2 3-4 5-6
serviks (cm)
Pendataran
0-30 40-50 60-70 >80
serviks (%)
Turunnya bagian
terendah -3 -2 1 atau 0 +1 atau 2
(station)
Konsistensi
Kaku Kenyal Lunak
serviks
Arah serviks Kebelakang Tengah-tengah Ke depan
b. Penyebab
1) Presentasi Muka Primer – akibat kelainan anak yang tidak
dapat diperbaiki, seperti :
- Struma kongetinalis;
- Kelainan tulang leher;
- Lilitan tali pusat yang banyak dileher;
- Meningokel;
- Anensefali;
- Anakbesar
2) Presentasi Muka Sekunder – anak normal tetapi ada kelinan,
seperti :
- Panggul picak (plaripelid);
- Dinding perut kendor, sehingga rahim jatuh ke depan;
- Bagian-bagian menumbung (letak majemuk);
- Hidramnion
Letak defleksi mungkin juga dapat terjadi karena tonus otot-otot
ekstensor anak lebih kuat dari otot-otot fleksor.
c. Terapi
Bila menemukan presnteasi muka, sebaiknya diperika ada-tidaknya
kelainan panggul. Bila tidak ada kelainan panggul, perngolaan
persalinan bersifat konservatif, mengingat bahwa ada persentasi
muka anak masih dapat lahir spontan. Pun jika dagu terdapat
disebelah belakang, masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar
ke depan dan perslainan berlangsung spontan. Namun, sebagai
salah satu upaya menurunkan angka kematian prenatal, kala II
ditetapkan tidka boleh lebih dari 1 jam.
2. Presentasi Dahi
Merupakan presentasi kepala dengan defleksi sedang, sehingga dahi
menjadi bagian terendah. Biasanya presentasi dahi bersifat sementara;
dengan majunya perasalinan presentasi ini berubah menjadi presentasi
muka atau belakang kepala. Presentasi dahi menetap agak jarang
terjadi.
a. Diagnosis
Dalam kehamilan, presentasi dahi jarang dapat diketahui karena
kita mampu mencurigai letak defleksi ini cukup dari palpasi, yakni
bila :
1) Tonjolan kepala anak teraba disisi punggung anak
(bertentangan dengan bagian-bagian kecil).
2) Bunyi jantung dan dan bagian-bagian kecil anak terdapat di satu
sisi.
3)
b. terapi
bila pada persalinan dijumpai presentasi dahi, persalinan dilakukan
dengan seksio sesarea, mengingat potensi bahaya bagi ibu dan anak.
3. Kelainan Letak
A. Letak Sungsang (Presentasi Bokong)
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (presentasi bokong).
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1) Presentasi Bokong Murni (Frenk Breech) – bagian depan hanya
menampilkan bokong, sementara kedua tungkai lurus ke atas;
2) Presentasi Bokong Kaki (Complet Breech) – disamping bokong,
kaki pun turut teraba. Presentasi bokong kaki disebut sempurna
bila kedua kaki ikut teraba (kedua tungkai atau lutut teraba) atau
tidak sempurna (salah satu kaki atau lutut teraba);
3) Presentasi Lutut
4) Presentasi Kaki (Incomplte Breech Presentation). Bergantung
terabanya kaki atau lutut,
Dari presentasi bokong, presentasi bokong murni paling sering
dijumpai. Punggung biasanya terdapat dikiri depan.
a. Penyebab
1) Prematuritas – bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban
masih banyak dan kepala anak relatif besar;
2) Hidramnion – anak mudah bergerak;
3) Plasenta Previa – menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul;
4) Kelainan Bnetuk Rahim – contohnya uterus bikornis;
5) Panggul Sempit – hal ini masih disangsikan oleh berbagai
penulis;
6) Kelaianan Bnetuk Kepala – hidrosefalus dan anasefalus karena
kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
b. Terapi
Yang paling penting ialah berusaha memperbaiki letak anak dalam
kehamilan sebelum eprsalinan dengan versi luar.
Teknik versi luar :
1) Persiapan
a. Kandung kencing harus dikosongkan terlebih dahulu;
b. Pasien ditidurkan telentang;
c. Bunyi jantung anak diperiksa terlebih dahulu;
d. Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya
dinding perut kendor.
2) Mobilisasi – bokong dibebaskan dahulu;
3) Sentralisasi – kepala dan bokong akan dipegang dan didekatkan
satu sama lain hingga badan anak membulat dan dengan
dmeikian lebih mudah diputar
4) Versi – anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah;
arah pemutaran hendaknya ke arah yang mudah dan paling
sedikit tahanannya.
Daftar Pustaka
Farrer H. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001.
Deonges ME, Moorhouse, MF. Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman Untuk
Perencanaan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001.
Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, Effendi JS. Obstetri Patologi Ilmu
Kesegatan Reproduksi Edisi 3. Jakarta : EGC. 2015.