Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III,
kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan memperoleh
hasil yang maksimal, adapun isi dari makalah ini yaitu membahas mengenai Asuhan
Keperawatan Cedera Kepala & Stroke. Disamping itu kami berharap bahwa makalah ini
dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
lagi.

Kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih ada kekurangan sehingga kami
berharap saran dan kritik dari pembaca dan khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Garut, 02 Oktober 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Cedera Kepala


A. Definisi Cedera Kepala .......................................................................................... 5
B. Etiologi Cedera Kepala .......................................................................................... 5
C. Jenis Cedera Kepala ............................................................................................... 5
D. Patofisiologi Cedera Kepala .................................................................................. 8
E. Pathway Cedera Kepala ......................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinik Cedera Kepala ......................................................................... 9
2. Konsep Dasar Stroke
A. Definisi Stroke ....................................................................................................... 10
B. Klasifikasi Stroke ................................................................................................... 10
C. Etiologi Stroke ....................................................................................................... 11
D. Manifestasi Klinik Stroke ...................................................................................... 11
E. Patofisiologi Stroke ................................................................................................ 12
F. Penatalaksanaan Stroke .......................................................................................... 12
3. Hubungan antara Cedera Kepala dan Stroke ......................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 25
B. Saran ...................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari 80% penderita trauma yang datang ke rumah sakit selalu disertai cedera
kepala. Sebagaian besar penderita trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas,berupa tabrakan sepeda motor,mobil,sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak.
Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian,tertimpa benda (ranting pohon,kayu,dll),
olahraga, korban kekerasan (misalnya: senjata api,golok,parang,batang kayu,palu,dll)
Kontribusi paling banyak terhadap trauma kepala serius adalah ada kecelakaan sepeda
motor,dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm
yang tidak memadai (>85%). Dalam hal ini dimaksud dengan tidak memadai adalah helm
yang terlalu tipis dan penggunaan helm tanpa ikatan yang memadai,sehingga saat penderita
terjatuh,helm sudah terlepas sebelum kepala membentur lantai.
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir
semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban
ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan
perusahaan asuransi kesehatan.\
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama
di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini
diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi,
dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi
keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke
tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Trauma kepala dan Stroke?
2. Apa penyebab terjadinya Trauma kepala dan Stroke?
3. Apa tanda dan gejala yang dapat menimbulkan Trauma kepala dan Stroke?
4. Bagaimana patofisiologi dari Trauma kepala dan Stroke?

3
5. Bagaimana asuhan keperawatan dari Trauma kepala dan Stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Trauma kepala dan Stroke
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Trauma kepala dan Stroke
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang dapat menimbulkan Trauma kepala dan
Stroke
4. Untuk mengetahui patofisiologi Trauma kepala dan Stroke
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Trauma kepala dan Stroke

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Trauma Kepala


A. Definisi Trauma Kepala
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah gangguan
fungsi normal otak karena baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa
karena hemoragik, serta edema serabral di sekitar jaringan otak. (Fransisca, 2008 , 96)
Pada kecelakaan lalu lintas, cedera kepala biasanya terjadi karena kepala yang
sedang bergerak mendadak berhenti atau terpantul kembali. Apa yang terjadi pada
kepala bergantung pada kekuatan benturan, tempat berturan dan faktor-faktor pada
kepala itu sendiri. Gaya benturan dapat menimbulkan distorsi tengkorak, gerakan otak
yang lurus atau memutar di dalam rongga tengkorak dengan akibat bermacam-
macam. (Markam, 2009, 71).
B. Etiologi Trauma Kepala
Cedera kepala dapat ditimbulkan dari berbagai macam hal, yaitu:
 Akibat kecelakaan, baik kecelakaan dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di
tempat kerja, bahkan kecelakaan saat olahraga.
 Karena bencana alam maupun kecelakaan lalu lintas.
 Akibat perselisihan baik perorangan, golongan, maupun bangsa yang berakhir
dengan penggunaan senjata.
Perlukaan di kepala umumnya member pendarahan yang banyak, pertolongan segera
terhadap kehilangan cairan badan yang prnting inimerupakan tindakan pertama
penyelamat penderita. (Soemarmo 2009, 94)
C. Jenis Trauma Kepala
1) Cedera kepala dibagi 3 kelompok berdasarkan nilai GCS, (Glasgow Coma Scale)
yaitu :
a. CKR (Cidera Kepala Ringan)
 GCS > 13.
 Tidak terjadi kelain pada CT scan otak.
 Tidak memerlukan tindakan operasi.
 ‘lama di rawat di RS < 48 jam.

5
b. CKS (Cidera Kepal Sedang)
 GCS 9-13.
 Ditemukan kalainan pada CT scan otak.
 Diperlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial.
 Dirawat di RS setidaknya 48 jam.
c. CKB(Cidera Kepala Berat)bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS
<9
2) Cedera kepala dapat di klasifikasikan berdasarkan patologi seperti berikut:
a. Cedera Kulit Kepala
Luka pada kulit kepala merupakan tempat masuknya kuman yang
dapat menyebabkan infeksi intrakinal. Trauma dapat menyebabkan abrasi,
kontusio, atau avuisi. (Fransisca, 2008, 96)
b. Fraktur Tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak yang
disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak.
Adanyan fraktur tengkorak dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat.
Fraktur tengkorak dapat terbuka atau tertutup. Pada fraktur tngkorak terbuka
terjadi kerusakan pada dura meter sedangkan pada fraktur tertutup keadaan
durameter tidak rusak.
c. Cedera Otak
Pertimbangan paling penting pada cedera kepala manapun adalah
apakah otak tengah atau tidak mengalami cedera. Cedera minor dapat
menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen
dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna. Sel-sel otak
mambutuhkan suplaidarah terus-menerus untuk memperoleh nutrisi.
Kerusakan otak bersifat irreversible. Sel-sel otak yang mati diakibatkan karena
aliran darah berhenti mengalir haya beberapa menit saja dan kerusakan neuron
tidak dapat mengalami regenerasi. Cedera otak serius dapat terjadi, dengan /
tanpa fraktur tengkorak. Setelah pukulan atau cedera pada kepala yang
menimbulkan konstusio, laserasi dan pendarahan (hemoragik) otak.
d. Komosio Serebri (Cedera kepala ringan)
Setelah cidera kepala ringan, akan terjadi kehilangan fungsi neurologis
sementara dan tanpa kerusakan struktur. Komosio umumnya meliputi suatu

6
periode tidak sadar yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa
menit. Keadaan komosio ditunjukkan dengan gejala pusing atau berkunang-
kunang dan terjadi kehilangan kesadaran penuh sesaat. Jika jaringan otak di
lobus prontal terkena, klien akan berperilaku sedikit aneh, sementara jika
lobus temporal yang terkena maka akan menimbulkan amnesia atau
disorientasi.
e. Kontusio serebri (cedera kepala berat)
Kontusio serebri (cerebri contusion) merupakan cedera kepala berat, di
mana otak mengalami memar dengan kemungkinan adanya daerah yang
mengalami perdarahan (hemoragik-hemorrhage). Klien berada pada periode
tidak sadarkan diri. Gejala akan timbul dan lebih khas. Klien terbaring
kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernapasan dangkal, kulit dingin dan
pucat. Sering terjadi defikasi dan berkemih tanpa disadari. Klien dapat
diusahakan bangun tetapi segera bangun kembali ke dalam keadaan tidak
sadar. Tekanan darah dan suhu subnormal dan gambaran sama dengan syok.
Umumnya individu yang mengalami cedera luas mengalami fungsi
motorik abnormal, gerakan mata abnormal, dan peningkatanTIK yang
merupakan prognosis buruk. Sebaliknya, klien dapat meengalami pemulihan
kesadaran penuh dan mungkin melewati tahap peka rangsang serebral.
f. Hemoragik Intrakanial
Penggumpalan darah (hematoma) yang terjadi di dalam kubah cranial
adalah akibat yang paling serius dari hemoragik cedera kepala. Penimbunan
darah pada rongga epidural (epidural hematoma), subdural, atau intraserebral,
bergantung pada lokasinya. Deteksi dan penanganan hematoma seringkali
lambat dilakukan sehingga akhirnya hematoma tersebut cukup besaruntuk
menyebabkan distorsi dan herniasi otak serta peningkatan TIK.
g. Hematoma epidural
Setelah cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural
(ekstradural) di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering
diakibatkan karena terjadifraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri
meninggael tengah putus atau rusak (laserasi) di mana arteri ini berada
diantara durameter dan tengkorak daerah infrerior menuju bagian tipis tulang
temporal- dan terjadi hemoragik sehingga menyebabkan penekanan pada otak.

7
h. Hematoma Subdural
Hematoma subdural adalah penggumpalan darah pada ruang diantara
dura meter dan dasr otak, yang pada keadaan normal diisi oleh cairan.
Hematoma subdural paling sering disebabkan karena trauma, tetapi dapat juga
terjadi karena kecenderungan pendarahan yang serius dan aneurisma.
Hematoma subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat dari
putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural.
i. Hemoragik intraserebral
Hemoragik intraserebral adalah pendarahan ked ala subtansia otak.
Hemoragik ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak
ke kepala sampai ke daerah kecil (cedera peluru atau luka tembak; cedera
tumpul). Hemoragik ini di dalam otak mungkin juga diakibatkan oleh
hiperensi sitemik yang menyebabkan degenerasi dan rupture pembuluh darah;
rupture kantong aneurisma; anomaly vaskuler; tumor intrakanial; penyebab
sistemik termasuk gangguan pendarahan seperti leukemia, hemofolia, anemia
aplastik, dan trombositopenia; dan komplikasi terapi antikoagulan.
D. Patofisiologi Cedera Kepala
Patofisiologi Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.
 Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak
membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul,
atau karena kena lemparan benda tumpul.
 Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang
secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah.
Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan
kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah
secara kasar dan cepat.

8
E. Pathway

F. Manifestasi Klinik

1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih

2. Kebingungan

3. Iritabel

4. Pucat

5. Mual dan muntah

6. Pusing

7. Nyeri kepala hebat

8. Terdapat hematoma

9. Kecemasan

9
10. Sukar untuk dibangunkan

11. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

2. Konsep Dasar Stroke


A. Definisi Stroke

Menurut Price &Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darahmelalui sistem suplai arteri otak.

Stroke adalah sindrom klinis yang awaltimbulnya mendadak, progesi cepat,


berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsungmenimbulkan kematian, dan semata – mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke yaitu gangguan sirkulasi serebral


yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena
emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran
darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.

B. Klasifikasi Stroke
a) Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non hemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari,2008).

b) Stroke Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan


adanya perdarahan intraserebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi
adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa
hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,2008).

10
C. Etiologi Stroke

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu:

a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atauleher.


b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak.
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibat dari keempat kejadian diatas maka
terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara
atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

D. Manifestasi Klinik

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan gejala
penyakit stroke :

1. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
2. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
3. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata.
4. Pusing & sakit kepala berat
5. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
6. Bicara tidak jelas (pelo)
7. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
8. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
9. Ketidakseimbangan tubuh dan terjatuh
10. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
11. Mual dan Muntah
12. Penurunan Kesadaran
13. Kejang
14. Penglihatan Kabur

11
E. Patofisiologi

Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh
darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :

a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran


darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke jaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan penumpukan cairan di ruang interstitial jaringan
otak. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan
otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darahadalah gelapnya warna darah
vena, penurunan kecepatan aliran darah dansedikit dilatasi arteri serta arteriole.
Selanjutnya, akan terjadi edema pada seluruh daerah
ini. Aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.
Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

F. Penatalaksanaan
1. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena
dapat memperhebat edema serebri.
2. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
3. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
4. Pemeriksaan EKG
5. Pemeriksaan rontgen toraks.

12
6. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah
(glukosa, ureum, kreatinin danelektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT
(PartialThromboplastin time)

3. Hubungan antara Cedera Kepala dan Stroke Infark


Menurut American Stroke Association, 87 persen dari kejadian stroke adalah
stroke iskemik yang disebabkan oleh penghambatan aliran darah ke otak. Rata-rata
pasien yang mengalami cedera kepala dan leher serta terkena stroke itu berusia 50
tahun, sementara mereka yang tidak mengalami stroke, meskipun cedera kepala dan
leher, berusia 24 tahun.
Cedera dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang menuju ke
otak. Kerusakan ini mungkin dapat menyebabkan penyumbatan darah yang memicu
stroke.
Cedera otak traumatis bisa menyebabkan kerusakan otak. Pasca trauma kepala,
mungkin akan ada perdarahan dalam otak, yang mengiritasi jaringan otak. Perdarahan
juga menurunkan aliran darah ke otak dikarenakan adanya kebocoran darah akibat
robeknya pembuluh darah.

a. Hubungan antara cedera kepala dengan Stroke Hemoragik

Terdapat hubungan antara trauma kepala dan peningkatan insiden stroke


hemoragik (stroke perdarahan) pada tahun-tahun berikutnya. Stroke hemoragik adalah
perdarahan dalam otak yang mungkin diakibatkan oleh kecacatan dalam pembuluh
darah atau tekanan darah tinggi yang sangat tinggi.

Stroke hemoragik menyebabkan iritasi otak pada bagian terjadinya


perdarahan, juga perubahan ekstrem dalam tekanan darah dan diameter pembuluh
darah, yang mungkin menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Stroke hemoragik
bergerak dengan cepat dan bisa menyebabkan bahaya serius.

b. Hubungan antara cedea kepala dengan Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh


darah dalam otak, berdampak pada berkurangnya pasokan darah ke wilayah otak.

13
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan insiden stroke iskemik bertahun-
tahun setelah trauma kepala.

Hal ini memungkinkan disebabkan oleh perubahan kemampuan tubuh untuk


membentuk gumpalan darah setelah terjadi trauma kepala. Perubahan dalam
pembekuan darah setelah trauma kepala tidak bisa diprediksi dan oleh karena itu
menyebabkan peningkatan entah stroke hemoragik atau iskemik.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Asuhan Keperawatan 1


I. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Patriot Kab Garut
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal MRS : 27 September 2019
Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Suami
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing hebat
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelum masuk Rumah Sakit Ny. S sempat jatuh karena merasakan pusing
hebat saat sedang mencuci piring. Setelah jatuh, tubuh Ny. S mengalami
kesemutan dan baal pada badan sebelah kanan, bicara pelo, extermitas kanan
paresis, serta penurunan kesadaran.

15
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ny. S mempunyai riwayat hipertensi sejak sekitar 4 tahun yang lalu, ia


melakukan pengobatan ke puskesmas tetapi tidak teratur, berobat jika ada
keluhan, jenis obat tidak tahu. Tidak ada riwayat sesak napas, batuk (-) dan TBC
(-), riwayat DM (-), peyakit jantung (-), stroke (-).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga Ny. S terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat


hipertensi yaitu ibunya. Ibu Ny. S telah meninggal 5 tahun yang lalu karena
stroke.

III. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Saat Ny. S sedang mengalami gejala yang muncul, ia tidak pernah langsung
melakukan pengobatan yang ditangani oleh pihak medis secara khusus. Klien sering
mengkonsumsi obat dari puskesmas, tetapi ia jarang memeriksakan kondisi nya.
2. Pola aktivitas dan latihan
Selama sakit, aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena ia sering merasa pusing.
3. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit klien mengalami penurunan kesadaran.
4. Pola nutrisi metabolik
Selama di Rumah Sakit klien makan dengan porsi sedikit dengan dibantu oleh pihak
keluarga
5. Pola eliminasi
Pola eliminasi Ny. S dibantu menggunakan pempers untuk kebutuhan buang air besar
dan buang air kecil.
6. Pola kognitif perseptual
Sedikitnya Ny. S mengetahui tentang penyakitnya, tetapi dalam melakukan
pengobatan ia tidak teratur.
7. Pola konsep diri
Sikap terhadap diri baik. Terdapat kontak mata, namun harus diberi respon terlebih
dahulu.

16
8. Pola koping
Stresor Ny. S adalah kebutuhan keluarga terhadap diri Ny. S yang sedang sakit,
sehingga tidak dapat melakukan aktivitas normal seperti biasanya.
9. Pola seksual dan reproduksi
Tidak dikaji
10. Pola peran dan hubungan
Klien sebagai ibu rumah tangga dan sangat menyayangi keluarganya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama islam, selama sakit ia menjadi terhambat dalam melakukan
aktivitas ibadahnya.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum: Somnolen
2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 140/90 mmHg (batasan normal 120/80 mmHg)
 Nadi : 70x/menit (batasan normal 60-100x/menit)
 Respirasi : 32x/menit (batasan normal 12-20x/menit)
 Suhu : 390 C (batasan normal 36,5-37,20 C)
3. Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala :- Bentuk kepala mesochepal
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Telinga : bersih, simetris, tidak terdapat serumen
- Hidung : bersih, tidak ada cuping hidung
- Mulut : Mukosa lembab, lidah tidak kotor
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, kaku
kuduk (-)
b) Jantung :- Inspeksi : IC tidak tampak
- Palpasi : IC teraba di SIC
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Gallops (-), Mur-mur (-)
c) Paru : - Inspeksi : Simetris, Tidak ada retraksi dinding dada.
- Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

17
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan
d) Abdomen : - Inspeksi : Datar, tidak ada jejas
- Auskultasi : Bising usus normal
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Thympani
e) Extermitas Atas dan Bawah : Terdapat kelemahan pada extermitas dextra
f) Nervous Cranial (NC)

NC I : (Pembauan) = Pasien sadar bila diberi respon, pembauan baik

NC II : (Penglihatan) = Pasien sadar tetapi penglihatan sedikit lemah

NC III : (Gerakan bola mata keatas) : +

NC IV : (Gerakan bola mata kebawah) : +

NC V : (Ofalmik, maksila, mandibula) : +

NC VI : (Gerakan bola mata kalatenal) : +

NC VI : (Wajah simetris) wajah pasien simetris

NC VIII : (Pendengaran dan keseimbangan) Pendengaran baik dan


keseimbangan kurang

NC IX : (Arkus faring, suara serak/ lemah menelan) Pasien mengalami lemah


menelan

NC X : (Arkus faring, epiglotis, reflek muntah, fungsi menelan,suara sengau)


terganggu

NC XI : (Mengalihkan kepala kearah berlawanan dan ditahan otot bahu)


pasien belum mampu mengalihkan kepala kearah berlawanan

NC XII : (Kekuatan lidah) kekuatan lidah pasien lemah.

V. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Tampak pendarahan di pons 1.2 cc (Hasil gambaran CT Scan lakunaar
infark kiri)

18
2. Foto Thorax : CTR<50% tampak gambaran Fibroinfitrat paru kanan
3. Hasil Laboratorium :
a) Hb : 13,6
b) Ht : 40
c) Leukosit : 8.800
d) Trombosit : 277.000
e) MCV: 83
f) MCH: 28
g) MCHC: 34
h) Ureum: 27
i) Kreatinin: 0,9
j) GDS : 131
k) Kalium: 4
l) klorida: 111
m) Natrium: 135
4. Analisa gas darah :
a) apH: 7,449
b) PCO2: 29,5
c) PO2: 97
d) SO2: 97,8
e) BE ecf: -3,5
f) Beb:-1,5
g) SBc: 23,2
h) HCO3: 20,7
i) TCO2: 21,6
Terapi Farmakologi :
1. Inf Asering 20tpm
2. Ranitidin 2x1
3. Amlodipine 5mg 1x1 pada malam hari
4. inj piracetam 1 gr. 3x 1

19
VI. Analisa Data
No Data Fokus Kemungkinan Penyebab Masalah
Keperawatan
1 Ds : Pasien mengangguk Stroke Hemaragik Gangguan perfusi
saat ditanya pusing serebral
Do :
- Pasien mngalami Tekanan Sistemik
penurunan
kesadaran
- Tekakan darah Pendarahan
140/90 mmHg Arachnoid/ventrikal
- Pasien
mengalami
kesulitan PTIK/Herniaris serebral
berbicara
- Hasil CT – scan
ICH ganglia Suplai darah kejaringan serebral
basalis sinistra tidak adekuat
2 Ds : - Stroke Hemoragik Gangguan mobilitas
Do : fisik
- Pasien
mengalami Tekanan Sistemik
kelemahan pada
ekstrimitas
kanan Pendarahan
- Hanya bisa Arachnoid/ventrikel
beraktifitas
ditempat tidur
- Kemampuan Hematama serebral
pergerakan sendi
terbatas
- Kekuatan otot Vasopasme arteri serebral/saraf
- 0 5 serebral

20
3 5

Iskemik/infark

Defisit neurologi

Hemister kiri

Hemiparase/plegi kanan

3 Ds : - Stroke Hemoragik Defisit perawatan


Do : diri
- Pasien tampak
lemah Peningkatan Tekanan Sistemik
- Pasien tampak
mengalami
penurunan Pendarahan
kesadaran Arachnoid/ventrikel
- Pasien tidak
dapat melakukan
personal hygiene Hematama serebral
sendiri karena
mengalami
kelemahan Vasoparhe anteri serebral/saraf

21
anggota gerak serebral
- seluruh aktifitas
pasien dibantu
perawat Iskemik/infark

Defisit neurologi

Hemistes kiri

hemiparase/plegi kanan

VII. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d suplai darah ke jaringan serebral tidak adekuat
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
3. Defisit perawatan diri b/d imobilitas fisik
VIII. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1. Gangguan setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
perfusi tindakan keperawatan 2 kesadaran pasien keadaan umum
jaringan x 24 jam diharapkan 2. Monitor TTV pasien pasien
serebral b.d refusi jaringan otak 3. Posisikan klien 2. TTV dalam
suplai darah dapat efektif kembali Supinasi batas normal
ke jaringan dengan KH 4. Monitor adanya menunjukan
serebral tidak - TTV dalam tanda-tanda PTIK perbaikan
adekuat batas normal 5. Berikan obat sesuai kondisi
- Tingkat dengan advis dokter 3. Mengurangi
kesadaran terjadinya
membaik PTIK
Tidak ada tanda-tanda 4. Mengetahui

22
PTIK keadaan umum
pasien
5. Dapat
digunakan
untuk
mencegah
pendarahan
serta
memperbaiki
aliran darah
serebral
2. Gangguan setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. TTV
mobilitas fisik tindakan keperawatan 2 2. Kaji kemampuan menunjukan
b/d kerusakan x 24 jam diharapkan pasien dalam perubahan
neuromuskuler pasien tidak mengalami Mobilisasi kondisi
gangguan mobilitas 3. Kaji kekuatan otot 2. Mengetahui
fisik dengan KH pasien kemampuan
- Nilai kekuatan 4. Latih rentang gerak mobilisasi
otot meningkat rom pasien
Dapat menggerakan 5. Ubah posisi klien 3. Mengetahui
Ekstremitar tangan kekuatan otot
kanan dan kaki kanan pasien
4. Melatih
pergerakan
otot agar tidak
kaku
5. Mencegah
kekakuan
3. Defisit setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Melihat
perawatan diri tindakan keperawatan 2 klien dalam kemampuan
b/d imobilitas x 24 jam diharapkan perawatan diri klien dalam
fisik kebutuhan perawatan 2. Bantu klien dalam perawatan diri
diri pasien terpenuhi personal hygie 2. Membantu

23
dengan KH 3. Rapihkan tempat memenuhi
- Klien bersih tidur klien jika kotor kebutuhan
rapi dan tidak / berantakan personal hygie
bau 4. Libatkan keluarga klien
Dapat melakukan dalam melakukan 3. Menjaga
personal perawatan diri kerapiahn
pasien klien
4. Mengajarkan
keluarga
melakukan
perwatan diri
ketika
dirumah

24
BAB IV

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kecelakaan lalu lintas, cedera kepala biasanya terjadi karena kepala yang sedang
bergerak mendadak berhenti atau terpantul kembali.
Cedera otak traumatis bisa menyebabkan kerusakan otak. Pasca trauma kepala,
mungkin akan ada perdarahan dalam otak, yang mengiritasi jaringan otak. Perdarahan
juga menurunkan aliran darah ke otak dikarenakan adanya kebocoran darah akibat
robeknya pembuluh darah.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembelajaran serta kami berharap kritik dan saran yang membangun.

25
DAFTAR PUSTAKA

a. Aini. Faridah. Jurnal Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik Di RSCM


Jakarta.
b. Ganiswarna, S., G. Dkk. (2002). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta:
Bagian Farmakologi FKUI
c. https://www.academia.edu/23772920/Rencana_Keperawatan

26

Anda mungkin juga menyukai