Anda di halaman 1dari 7

ALKALIMETRI (Penentuan Kadar Asam Oksalat dan

Bilangan Asam)

ALKALIMETRI
(Penentuan Kadar Asam Oksalat dan Bilangan Asam)
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Alkalimetri (Penentuan kadar asam oksalat dan bilangan
asam)” dengan tujuan adalah untuk menentukan kadar oksalat dan bilangan asam secara alkalimetri.
Prinsip percobaan adalah menghitung kadar asam dan bilangan asam dari volume basa yang
digunakan pada titrasi asam sampai terjadi perubahan warna larutan (titik akhir titrasi). Hasil yang
diperoleh adalah kadar asam dari 25 ml asam oksalat adalah 0,7. Kadar asam minyak kelapa sawit 5
ml adalah 0,263 gr/ml dan bilangan asamnya sebesar 2,63 gr/ml. Kadar asam dari minyak kelapa
sawit 10 gram adalah 0,49 dan bilangan asamnya sebesar 4,9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
ini adalah kadar keasaman asam oksalat lebih besar dari pada minyak kelapa sawit.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesetimbangan asam-basa suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang
lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan
asam dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik. Banyak produk komersial dan
penguraian asam-basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses-proses metabolisme dalam
sel hidup.
Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa yang sering digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri merupakan metode reaksi penetralana
asam dengan basa. Natrium hidroksida merupakan basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri
merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui cara titrimetri.
Untuk penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan terjadinya perubahan warna. Indikator
yang digunakan dalam metode alkalimetri adalah indikator PP (Phenophtalein).
Suatu larutan bila ditambahkan asam akan turun pH-nya karena memperbesar konsentrasi
H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena meningkatkan konsentrasi OH -.
Seterusnya, suatu larutan asam atau basa bila ditambah air akan mengubah pH, karena konsentrasi
asam atau basanya akan mengecil
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan adalah untuk menentukan kadar oksalat dan bilangan asam secara
alkalimetri.
BAB II
DASAR TEORI

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa
melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-
basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun
anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan
kemudian ditetapkan dengan titrasi (Underwood, 2002).
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannya
berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam
lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator (kuning
untuk bb) sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basa
mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya (Vogel, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan
penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam
pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat (Mulyono, 2006).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar suatu
larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan
kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan
kadar suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi
yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut (Harjadi,
1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung
secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa
dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas
tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut (Rivai, 1995).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah buret, labu ukur, pipet volume, erlenmeyer.
Bahan-bahan yang digunakan adalah NaOH 0,1 N, H2C2O4, minyak goreng, indikator PP,
pelarut organik.
3.2 Skema Kerja
a. Penetapan kadar asam oksalat (H2C2O4)
Diambil larutan H2C2O4 yang telah disediakan, kemudian dimasukkan dalam labu ukur dan
diencerkan sampai tanda batas. Dipindahkan 25 ml ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes
indikator PP.
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. diulangi sebanyak 3 kali.
Dihitung kadar asam oksalat di dalamnya.

b. Penetapan bilangan asam


1) Diambil 5 ml minyak dan dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan alkohol sebanyak
15 ml dan dikocok hingga bercampur sempurna. Jika belum larut sempurna, dipanaskan dalam
penangas air. Diteteskan 2-3 tetes indikator PP. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
Dihitung bilangan asam dan kadar asam.
2) Diambil 20 gram minyak / lemak dan dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml
alkohol 95 %, kemudian dipanaskan sampai mendidih ( + 10 menit) dalam penangas air sambil
diaduk. Dititrasi dengan KOH 0,1 , sebelumnya diteteskan indikator PP. Titrasi dilakukan sampai
terbentuk warna merah jambu. Dihitunng bilangan asam dan kadar asam.

3.3 Konstanta Fisik


Bm Td Tl
No Senyawa Tk
(gr/mol) (0C) 0
( C) (gr/cm3)
1 NaOH 40,00 1559 1557 2,13 Gangguan saraf

2 H2C2O4 90,00 101 - 1,60 -


BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Penentuan kadar asam oksalat (H2C2O4)
H2C2O4 + 2 tetes PP menghasilkan warna nila atau ungu
(bening) (bening)
b. Penentuan bilangan asam
- Minyak + alkohol + 4 tetes PP menghasilkan warna merah delima
(Kuning) (bening) (bening)
- Minyak + alkohol 95% + 4 tetes PP menghasilkan warna merah
(Kuning) (bening) (bening)

4.2 Pembahasan
Titrasi adalah analisa kimia kuantitatif berdasarkan pengukuran jumlah reagen yagn
konsentrasinya diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Metode titrasi yang sering
dilakukan adalah metode asidimeti dan alkalimetri.
Penggunaan indikator pada metode titrasi ini bertujuan untuk mengamati titik akhir dari suatu
titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat mulai terjadi perubahan warna. Selain dari itu, terdapat
juga titik ekivalen, yaitu titik dalam suatu titrasi di mana jumlah ekuivalen titrasi sama dengan jumlah
ekuivalen analit. Titik akhir titrasi tidak selalu sama dengan titik ekivalen, tetapi biasanya titik akhir
titrasi bisa sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pada metode alkalimetri yang digunakan adalah
indikator PP.
Perbedaan teori asam asam :
- Menurut Arhenius
Asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan H+, sedangkan Basa adalah
suatu senyawa jika dilarutkan dalam air menghasilkan OH-
- Menurut Browsted – Lowry
Asam adalah senyawa yang berfungsi sebagai donor proton dalam pasangna asam-basa konjugat,
sedangkan basa adalah senyawa yang berfungsi sebagai aseptor proton dalam pasangan asam-basa
konjugat.
- Menurut Lewis
Asam adalah atom yang berperan sebagai penerima pasangan elektron (berdasarkan struktur rumus
lewis), sedangkan basa adalah atom yang berperan sebagai penyumbang pasangan elektron
(berdasarkan struktur rumus lewis).
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa telah terjadi penetralan asam
dengan larutan standar basa yang disebut dengan alkalimetri maupun penetralan basa dengan
larutan standarnya asam yang disebut dengan asidimetri. Sampel asam yang akan ditetapkan kadar
asamnya adalah H2C2O4 dengan larutan standarnya NaOH. Kemudian ditambahkan 2 tetes PP
sebagai indikator untuk penentuan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi merupakan suatu keadaan yang
dicapai pada saat larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi ungu. Bila suatu larutan
ditambah basa atau OH-, kesetimbangan air bergeser ke kanan. Akibatnya (H+) berkurang.
Kekurangan ini akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan akhirnya (H +) relatif
sama dengan semua. Namun jika ditambahkan asam atau H +, kesetimbangan asam akan bergeser
ke kiri, sehingga kesetimbangan air tidak terganggu. Artinya (H+) akan tetap seperti semula.
Pada penetapan bilangan asam, sampel yang akan dititrasi adalah minyak kelapa sawit.
Perubahan warna ditunjukkan pada saat volume 0,5 ml dari warna kuning menjadi merah delima.
Inilah titik ekivalennya yaitu titik pada saat jumlah ekuivalennya titran sama dengan jumlah ekuivalen
analit.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kadar asam dari 0,5 ml asam oksalat yang dititrasi dengan NaOH adalah 0,7
2. Kadar asam dari 5 ml minyak kelapa sawit yang dititrasi dengan NaOH adalah 0,263 gr/ml dan
bilangan asamnya adalah 2,63 gr/ml
3. Kadar asam dari 10 gr minyak kelapa sawit yang dititrasi dengan KOH adalah 0,49 dan bilangan
asamnya adalah 4,9
4. Kadar asam dari asam oksalat lebih tinggi dari pada minyak kelapa sawit
5. Semakin banyak volume minyak kelapa sawit yang ditambahkan, semakin besar bilangan asam dan
kadar asam dari sampel yang dititrasi

Anda mungkin juga menyukai