II. Tujuan : Mengetahui Jumlah Eritrosit dan Leukosit
III. Landasan Terori
Darah merupakan cairan yang terdiri dari banyak sel bebas yang membawa zat penting yang diperlukan oleh tubuh melalui sebuah jalur yang disebut pembuluh darah. Kinerja darah diatur oleh “master kontrol” yaitu jantung. Zat yang dibawa bisa apa saja,seperti oksigen, mineral, protein, vitamin dan hormon yang berasal dari sistem endokrin. Hasil sisa olahan tubuh seperti karbondioksida dibawa oleh darah ke paru-paru untuk ditukar dengan oksigen. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel-sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (plasma darah). Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul- molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.Untuk dapat melihat perbedaan dari sel darah dengan plasma dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi tabung hematokrit berisi darah yang telah diberi bahan anti pembekuan. Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang terdiri dari suatu matrik cair (plasma). Sifat serabut dari matrik cair jaringan ikat akan nampak apabila darah mengalami pembekuan. Matriks tersebut akan berubah menjadi benang- benang fibrin, yang akan membentuk dasar struktural dari peristiwa pembekuan darah. Pembekuan darah atau koagulasi merupakan bagian dari perlindungan tubuh untuk menghentikan kehilangan darah apabila pembuluh darah luka. Proses ini memerlukan interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam plasma (faktor pembeku, atau prokoagulan). Secara normal, apabila darah dikeluarkan dari dalam tubuh akan membeku dalam waktu 2 sampai 6 menit (Tim pembina, 2012). Dalam praktikum kali ini akan membahas mengenai hasil dari praktikum yang dilakukan terkait perhitungan eritrosit dan leukosit, dimana ada tiga tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit dan sel-sel darah putih atau leukosit jika kekurangan atau kelebihan darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologi suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Campbell, 2004). Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam tubuh darah dan sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. eritrosit tidak memiliki nucleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah. Dalam setiap 1 mm darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal,eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7-8 mikrometer, tebal ± 2,6 mikrometer dan tebal tengah ± 0.8 mikrometer dan tanpa memiliki inti. Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat.Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Eritrosit mengandung hemoglobin yaitu protein yang mengandung besi yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan dengan pigmen membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh. eritrosit dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap didalam. Eritrosit yang memiliki ukuran kurang dari normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit. Lekosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis (Gandosoebrata, 2010). leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu: granulosit, yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa dan asam. Sedangkan pada agranulosit yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu: limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak). Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena imfeksi usus, keracunan bakteri, septicemia, kehamilan, dan partus. Dalam praktikum ini menggunakan larutan hayem dan larutan turk. Larutan hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Turk merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan darah pada pengamatan sel darah putih. Seperti larutan Hayem, yang digunakan pada pengamatan sel darah merah, larutan Turk juga berfungsi untuk menjaga bentuk sel darah putih tetap utuh dan dapat diamati menggunakan mikroskop. Perhitungan jumlah eritrosit yaitu pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm kuadrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16 bidang kamar kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnyaa 1/55 mm kuadrat. Faktor untuk mendapatkan jumlah eritrosit dalam ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000 Pengenceran yang dilakukan pada pipet leukosit adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi menjadi 4menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kemudian angka tersebut dikalikan dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah. Jumlah sel yang terhitung dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.
IV. Alat dan Bahan
Alat Bahan 1. Mikroskop 1. Alkohol 70% 2. Jarum Franke “blood lancet” 2. Kapas 3. Hemositometer 3. Larutan Hayem 4. “Tolly counter” 4. Larutan Turk 5. Asam cuka glasial 3% 6. Alkohol 95% 7. Aquades V. Prosedur Kerja A. Menghitung Leukosit I. Mengisi Pipet Leukosit 1. Membasahi ujung jari tengah dengan alkohol 70%. Membiarkannya sampai kering. Kemudian menusuk dengan jarum Franke yang sebelumnya sudah disterilisasi. 2. Mengisap darah yang keluar dari ujung jari tersebut dengan menggunakan pipet leukosit sampai pada garis tanda 0,5 tepat. 3. Mengapus kelebihan darah pada ujung pipet. Jika ternyata sepanjang tabung berisi gelembung-gelembung udara, maka segera meniup pangkal pipa/pipet tersebut, mencucinya dengan asam cuka glasial 3%, membilasnya dengan aquades, serta mengeringkannya dengan alkohol 95%. Mengulangi mengisi pipet tersebut dengan darah yang dikeluarkan dari luka tadi. 4. Memasukkan ujung pipet yang sudah berisi darah ke dalam larutan Turk sambil tetap mempertahankan darah pada garis tanda tadi (0,5). Pipet dipegang dengan sudut 450 dan larutan Turk dihisap perlahan-lahan sampai tanda 11. Hati- hatilah jangan sampai terbentuk gelembung udara. 5. Mengangkat pipet dari larutan Turk, menutup ujung pipet dengan ujung jari lalu menekuk ujung karet pipet penghisap. 6. Mengocok pipet tersebut selama 15-30 detik, meletakkan dalam sikap horizontal. II. Mengisi Kamar Hitung 1. Meletakkan kamar hitung yang sudah bersih dengan kaca penutup terpasang mendatar di atas meja mikroskop. 2. Mengocok pipet yang sudah berisi darah tadi selama 2-3 menit terus-menerus, dan menjaganya supaya tidak ada cairan yang terbuang dari pipet selama pengocokan. 3. Membuang semua cairan yang ada pada batang pipet (3-4 tetes) dan kemudian segera menyentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Membiarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri. 4. Membiarkan kamar hitung yang sudah berisi cairan tadi 2-3 menit supaya leukosit-leukositnya mengendap. III. Menghitung Jumlah Sel (Leukosit) 1. Menghitung jumlah sel leukosit dilakukan dengan menggunakan lensa obyektif kecil yaitu dengan pembesaran 10x. 2. Menurunkan lensa kondensor atau mengecilkan diafragma. Meja mikroskop dalam keadaan datar. 3. Meletakkan kamar hitung dengan bidang bergarisnya di bawah lensa obyektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tadi. Dengan sendirinya leukosit akan terlihat jelas. 4. Menghitung semua leukosit pada bidangnya, menghitung dilakukan dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri, lalu turun lagi, kemudian dari kiri ke kanan dan seterusnya. Kadang- kadang ada sel yang menyinggung garis batas antara dua bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau atas dihitung sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kanan atau bawah tidak dihitung. IV. Perhitungan Perhitungan leukosit dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah sel yang dihitung x 50 = jumlah leukosit per ul darah B. Menghitung Eritrosit I. Mengisi Pipet Eritrosit 1. Membasahi ujung jari tengah dengan akohol 70%, membiarkan sampai kering. Kemudian menusuk dengan jarum Franke yang sebelumnya sudah distrerilisasi. 2. Menghisap darah yang keluar dari ujung jari tersebut dengan menggunakan pipet leukosit sampai pada garis tanda 0,5 tepat. 3. Menghapus kelebihan darah pada ujung pipet, jika terdapat gelembung-gelembung udara, maka pangkal dari pipet tersebut segera ditiup, lalu mencuci pipet tersebut lam larutan asam cuka glasial 3% membilas dengan aquades, serta mengeringkan dengan alkohol 95%. Mengulangi lagi mengisinya dengan darah yang dikeluarkan dari luka. 4. Memasukkan ujung pipet yang sudah berisi darah ke dalam larutan Hayem sambil tetap mempertahankan darah pada garis tanda tadi (0,5). Memegang pipet dengan sudut 45° dan menghisap larutan Hayem perlahan-lahan sampai tanda 110. Berhati-hati agar tidak sampai terbentuk gelembung udara. 5. Mengangkat pipet dari larutan Hayem, menutup ujung pipet dengan ujung jari lalu menekuk ujung karet pipet penghisap. 6. Mengocok pipet itu selama 15-30 detik, meletakkan dalam sikap horizontal. II. Mengisi Kamar Hitung 1. Meletakkan kamar hitung yang sudah bersih dengan kaca penutup yang terpasang mendatar di atas meja mikroskop. 2. Mengocok pipet yang sudah berisi darah tadi selama 2-3 menit terus-menerus, dan menjaganya supaya tidak ada cairan yang terbuang dari pipet selama pengocokan. 3. Membuang semua cairan yang ada pada batang pipet (3-4 tetes) dan kemudian segera menyentuhkan ujung pipet tersebut dengan sudut 30° pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Membiarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri. 4. Membiarkan kamar hitung yang sudah berisi cairan tadi 2-3 menit supaya eritrosit-eritrositnya dapat mengendap. III. Menghitung Jumlah Sel (Eritrosit) 1. Menurunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dengan sikap rata air. 2. Mengatur fokus terlebih dahulu dengan menggunakan lensa obyektif kecil (10x), kemudian mengganti dengan lensa obyektif 40x sampai garis-garis pada kamar hitung jelas nampak. 3. Menghitung semua eritrosit pada 80 bidang kecil. IV. Perhitungan Perhitungan eritrosit dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah eritrosit per ul darah = Jumlah yang terhitung x 10.000. DAFTAR PUSTAKA
Citrawathi, D.M., Komang Maharta & I Made Sutajaya. 2001. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Citrawathi, D.M., Made Sutajaya & Sri Ratna Dewi. 2016. Laporan Kerja Mahasiswa Anatomi dan Fisiologi Manusia. .Universitas Pendidikan Ganesha